Anda di halaman 1dari 3

Efek alcohol terhadap tubuh (mekanisme dan gejala)

Etanol adalah bahan yang sering digunakan sebagai obat/antidotum dan bahan pembuat
bir, wine atau minuman keras lainnya. Etanol mudah sekali larut dalam air sehingga sangat
potensial untuk menghambat sistem saraf pusat. Aktifitas dari etanol ini sangat kuat dan hampir
setara dengan anastetik umum. Tingkat ketoksikan dari etanol lebih rendah dari pada metanol.
Namun, jika kadar etanol dalam darah sangat tinggi dan melebihi Kadar Toksik Minimum
(KTM) maka etanol ini dapat menyebabkan keracunan.
Paparan jangka pendek etanol dapat menyebabkan iritasi, gangguan emosional, gangguan
koordinasi motorik, takikardi, berkeringat, mual, muntah, penurunan kesadaran, kejang, hingga
koma. Keracunan etanol dikatakan ringan hingga sedang bila memiliki gejala seperti rasa
gembira yang berlebihan, gangguan keseimbangan, nystagmus (bola mata bergerak tidak
beraturan), berkurangnya ketajaman penglihatan, hilangnya rasa malu/batasan moral, perilaku
agresif, mual, muntah, kulit kemerahan, dan dapat terjadi takiaritmia supraventrikular. Sementara
pada keracunan yang berat, korban/pasien dapat mengalami koma, depresi sistem pernapasan,
aspirasi paru, hipoglikemia, dan hipotermia. Konsumsi etanol dalam jangka waktu panjang dapat
menyebabkan terjadinya sirosis pada hati. Toksisitas pada hati termasuk infiltrasi lemak ke dalam
hati, hepatitis alkoholik, dan sirosis. Perdarahan saluran cerna dapat terjadi karena gastritis yang
diinduksi oleh alkohol, esophagitis, dan duodenitis (BPOM, 2014).
Etanol dimetabolisme menjadi gugus aldehidnya, yaitu asetaldehid melalui tiga jalur.
Dimana ketiga jalur tersebut diperantarai oleh enzim yang berbeda, yaitu alcohol dehydrogenase
(ADH), cytochrome P450, dan enzim katalase. Dari ketiga jenis enzim tersebut, alcohol
dehydrogenase yang memiliki peran besar dalam memetabolisme/mengoksidasi etanol. Alcohol
dehydrogenase akan mengoksidasi 90% etanol yang masuk ke dalam tubuh, cytochrome P450
mengoksidasi 9% etanol, dan enzim katalase hanya mengoksidasasi 1 % etanol yang masuk
dalam tubuh. (Dhorokov, et.al, 2015)

Gambar. Mekanisme metabolisme etanol dalam tubuh.

Setelai melalui metabolisme pada fase pertama, etanol yang masuk ke dalam tubuh akan
dioksidasi pada fase kedua membentuk gugus asamnya, yaitu asam asetat. Asetaldehid akan
diubah menjadi asam asetat dengan bantuan enzim aldehid dehydrogenase (ALDH). (Manzo dan
Saavedra, 2010)
Efek keracunan akan berdampak paling besar ke hati, karena metabolisme etanol
terutama di hati. Bila diminum dalam dosis rendah, etanol akan dipecah oleh enzim
dehidrogenase menjadi asetaldehida. Hampir 95% etanol dalam tubuh akan teroksidasi menjadi
asetaldehid dan asetat, sedangkan 5% sisanya akan dieksresi bersama urin. Enzim alcohol
dehidrigenase membutuhkan seng (Zn) sebagai katalisator. Asetaldehida kemudian diubah
menjadi asetil KoA oleh enzim dehidrogenase. Kedua reaksi ini membutuhkan koenzim NAD.
Ion H yang terbentuk diikat oleh NAD dan membentuk NADH. Asetil KoA kemudian memasuki
siklus asam trikarboksilik (TCA), yang kemudian menghasilkan NADH, FADH2, dan GTP yang
digunakan untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP), yaitu senyawa energi tinggi yang
berperan sebagai cadangan energi yang mobile di dalam sel. Namun bila alkohol yang diminum
banyak, enzim dehidrogenase tidak cukup untuk memetabolisme seluruh alkohol menjadi
asetaldehida. Sebagai penggantinya hati menggunakan sistem enzim lain yang dinamakan
Microsomal Ethanol Oxidizng System (MEOS). Asetaldehida yang dihasilkan dari pemecahan
etanol oleh enzim dehidrogenase, manakala berinteraksi kembali dengan etanol akan
menghasilkan senyawa yang susunannya mendekati morfin, hingga bisa menyebabkan orang jadi
kecanduan alkohol atau alkoholik.

Gambar. mekanisme ketoksikan etanol di lambung

Organ lain yang mampu terpapar efek toksikologi dari etanol adalah lambung.
Mekanisme kerusakan lambung oleh metanol dan etanol dipengaruhi oleh metabolisme zat
tersebut di dalam sel-sel lambung. Metabolisme fase pertama dari etanol dan metanol adalah
dengan bantuan enzim ADH. Di mana enzim ini juga ditemukan pada sel-sel lambung. Enzim ini
akan merubah etanol menjadi acetaldehid dan metanol menjadi formaldehid (Dorokov et al,
2015).
Asetaldehid ini selanjutnya akan dirubah oleh ALDH menjadi asetat. Di mana ALDH ini
juga dapat ditemui di sel-sel lambung (Chrostek et al, 2001). Apabila ALDH tidak berfungsi
dengan baik, maka asetaldehid akan dapat mempengaruhi rantai transport elektron dan
menghasilkan banyak Reactive Oxygen Species (ROS). Selain itu juga mempengaruhi rantai
fosforilasi oksidatif sehingga menurunkan produksi ATP. Selanjutnya, ROS ini akan
menyebabkan stres oksidatif yang berujung pada kematian sel. Di mana stres iksidatif ini akan
mempengaruhi permeabilitas membran sel sehingga terjadi translokasi dari faktor pro-apoptotik
yang akan mengaktifkan enzim-enzim apoptotik dan mencetuskan kematian sel (Manzo dan
Saavedra, 2010).
Di dalam lambung, etanol akan mempengaruhi sekresi HCl, menginduksi adanya ulkus
pada mukosa lambung, dan mengganggu motilitas lambung (Dewi et al, 2013). Etanol dapat
meningkatkan sekresi HCl melalui peningkatan metabolisme sel parietal dan menghasilkan lebih
banyak HCl (Chari et al, 1992). Selain itu, etanol juga meningkatkan sekresi hormon gastrin
yang selanjutnya menginduksi produksi HCl lebih banyak lagi (Bode dan Bode, 1997). Ulkus
yang terjadi pada mukosa lambung setelah induksi etanol, terjadi karena adanya peningkatan
produksi mediator-mediator inflamasi, di antaranya histamin dan leukotrin (Chari et al, 1993;
Bode dan Bode, 1997). Selain itu, induksi etanol ini juga dapat menurunkan produksi
prostaglandin sebagai barrier mukosa lambung (Bode dan Bode, 1997).

Anda mungkin juga menyukai