Anda di halaman 1dari 8

Tatalaksana Terapi

Keracunan Alkohol
dalam Handsanitizer

Kasus
Seorang anak perempuan bernama
Nhaijah Russell, berumur 6 tahun,
mengalami keracunan etanol setelah
menelan 3-4 tetes Handsanitizer.
Gejala : Muntah, meracau, tak bisa
berjalan.
Kadar alcohol dalam darah : 179 mg/dL.
Perlakuan : Di bawa ke unit gawat
darurat di Rumah Sakit.

Pertolongan Pertama yang


bisa dilakukan :
Pertolongan/terapi yang dapat diambil pertama kali yaitu
adalah dengan membersihkan mulut menggunakan air
bersih.
Jika pasien dalam keadaan sadar, maka dapat diberikan
minum 2 hingga 4 cangkir susu atau air putih (netral).
Pemberian air minum bertujuan untuk pengenceran,
sedangkan pemberian susu selain untuk pengenceran juga
untuk melapisi saluran cerna jika terjadi iritasi saluran yang
ditimbulkan oleh produk yang mengandung etanol tersebut.
Tidak disarankan dilakukannya dekontaminasi saluran cerna
termasuk menginduksi muntah karena etanol dapat
mengiritasi saluran cerna dan dapat menimbulkan aspirasi
paru yang lebih beresiko menyebabkan kematian.
Bila pasien muntah, dijaga posisi kepala lebih rendah
daripada panggul untuk mencegah aspirasi paru.
Bila korban dalam keadaan sadar dan terjaga, miringkan
kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat (Anonim, 2015).

Diagnosa :
1. Riwayat
Yaitu dengan mencari informasi yang tepat terkait jumlah dan jenis
zat toksik yang ditelan.
2. Pemeriksaan fisik
Yaitu dengan melakukan pemeriksaan pada daerah yang dapat
memberikan petunjuk kearah diagnosis toksikologi keracunan etanol
yang meliputi:
a. Tanda tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi,
pernapasan, dan suhu tubuh.
b. Pemeriksaan mata. Keracunan alcohol yang ditandai dari
adanya
nistagmus horizontal. Nystagmus horizontal adalah
suatu gerakan
pupil yang bergerak secara involunter dari kiri
ke kanan.
c. Pemeriksaan Mulut. Adanya bau yang khas dari alcohol
karena
alcohol merupakan suatu cairan yang mudah
menguap dan memiliki
bau yang sangat khas.
d. Pemeriksaan Sistem saraf. Pemeriksaan neurlogik
merupakan salah satu pemeriksaan yang esensial dilakukan pada
keracunan
alcohol. Keracunan alcohol menimbulkan gejala khas
pada neurologi
berupa nistagmus, disartia, dan ataksia.

3. Prosedur laboratorium
Prosedur labratorium yang biasa dilakukan pada keracunan alcohol
adalah:
a. Pemeriksaan elektrolit
Pemeriksaan dengan mengukur natrium, kalium, klorida, dan
bikarbonat dalam tubuh. Penting untuk dilakukan karena etanol
dapat menyebabkan ketoasidosis yang nantinya dapat
menyebabkan peningkatan anion gap. Anion gap yang normal
adalah < 12-16 meq/L. Adanya perubahan anion gap dapat
menjadi salah satu petunjuk adanya keracunan etanol.
Anion gap = (NA+ +K+) - (HCO3- + CI-)
b. Osmolalitas serum
Perhitungan osmolalitas serum dilakukan dengan mengukur
natrium serum, glukosa serum serta nitrogen urea darah. Etanol
dapat mempengaruhi secara bermakna terhadap pengukuran
osmolalitas. Etanol menyebabkan perbedaan osmolalitas yang
diukur saat pemeriksaan dengan osmolalitas hasil perhitungan
teoritis yang disebut dengan efek osmolargap. Adanya osmolargap
ini dapat menjadi indikasi keracunan etanol.
d. Pengukuran kadar toksin dalam darah
Keracunan akut dalam jumlah relatif kecil memerlukan pengukuran
kadar racun dalam darah untuk mengevaluasi beratnya keracunan
sebagai petunjuk tatalaksana terapi keracunan yang akan
dilakukan natinya. Keracunan etanol biasanya dapat dideteksi dari
gejala klinik, namun tetap perlu dikonfirmasi dengan hasil
pemeriksaan laboratorium toksikologi dengan mengukur kadar
etanol dalam darah (ELISA, 2011).

Terapi Suportif
Penatalaksanaan jalan napas (Airway)
dengan pemeliharaan aliran udara yang baik sehingga dapat membebaskan
jalan napas untuk menjamin pertukaran udara. Dapat dibantu dengan
endotracheal tube (ET) jika aliran udara pasien memburuk.
Penatalaksanaan fungsi pernapasan (Breathing)
yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi ventilasi. Pernapasan yang
adekuat harus diuji dengan mengobservasi dan mengukur gas darah arteri.
Pada, pasien dengan insufisiensi pernapasan harus dilakukan intubasi dan
ventilasi mekanik dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk
menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon
dioksida.
Penatalaksanaan sirkulasi (Circulation)
bertujuan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi darah. Sirkulasi yang cukup
harus diuji dengan mengukur denyut nadi, tekanan darah, urin yang keluar,
dan evaluasi perfusi perifer. Dapat dilakukan dengan menggunakan infus iv
untuk mengatasi kekurangan cairan tubuh. Selain itu, dapat pula diberikan
infus elektrolit untuk mengatasi gangguan elektrolit. Ini karena keracunan
etanol dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh.
Jika pasien kejang dapat diberikan Benzodiazepin untuk menjaga sistem
saraf pusat. Pemeriksaan gula darah harus dilakukan untuk menentukan
tindakan terapi selanjutnya. Hal ini karena etanol dapat menyebabkan
terjadinya hipoglikemik (Anonim, 2015).

Antidotum
Tidak memiliki antidotum khusus untuk
penanganan keracunan.
Terapi yang dilakukan bersifat untuk
meringankan gejala keracunan etanol.

Yang perlu diperhatikan pada keracunan


alkohol pada anak adalah kemungkinan
terjadinya komplikasi seperti hipoglikemia
dan penurunan fungsi pernapasan

Anda mungkin juga menyukai