SKRIPSI
Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Yuni Widyastuti
NIM ST13085
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing Pendamping,
ii
SURAT PERNYATAAN
: ST13085
Surakarta,
Juli 2015
Yuni Widyastuti
NIM ST13085
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan sujud syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala keagungan dan kemahabesaranNya. Hanya dengan petunjuk,
rahmat dan karuniaNya hingga penelitian ini yang berjudul Hubungan Antara
Kualitas Tidur Lansia Dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi di
Klinik Dhanang Husada Sukoharjo
Dalam menjalani proses penyusunan penelitian ini tidak sedikit halangan
dan rintangan yang penulis hadapi. Penulis sangat menyadari bahwa penelitian ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan
penelitian ini. Atas bantuan, arahan dan motivasi yang senantiasa diberikan
selama penyusunan penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penulis
menghaturkan ucapan terimakasih kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Meri Oktariani, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Pembimbing I yang telah banyak
meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan
serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini
4. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep, Ns, selaku pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dan begitu bijaksana dalam memberikan arahan, bimbingan
serta motivasi dalam penyusunan proposal penelitian ini.
iv
5. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku penguji yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini.
6. Segenap pasien di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo yang telah berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan karyawan STIKes Kusuma Husada yang
telah banyak memberikan wawasan dan segala bentuk bantuan kepada penulis.
8. Teman-teman S-1 Keperawatan yang telah memberikan motivasi dalam
penyusunan penelitian ini.
9. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyelesaian penelitian ini.
Surakarta,
Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ii
SURAT PERNYATAAN...............................................................................
iii
iv
vi
viii
ix
ABSTRAK .....................................................................................................
xi
ABSTRACT..
xii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori....................................................................
13
26
29
28
vi
30
31
32
33
34
34
35
40
44
BAB V
46
49
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden ......................................................
50
52
53
54
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan ..........................................................................
58
58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
NomorTabel
Judul Tabel
Halaman
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Usia 18 Tahun atau Lebih
Berdasarkan Joint National Committe (JNC) VII 2003
15
27
35
44
46
47
Tabel 4.3 Jenis Kelamin Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo ........................................................................
47
48
viii
49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
30
31
ix
10
DAFTAR LAMPIRAN
Normor Lampiran
Keterangan
Jadwal Penelitian
10
11
Kuesioner
12
13
14
Lembar Konsultasi
15
Dokumentasi
11
Kata Kunci
Daftar Pusatka
xi
12
xii
BAB I
PENDAHULUAN
menjadi
kaku,
penurunan
kemampuan
kontraktilitas
jantung,
2013 Oktober 2014 adalah sebanyak 1.220 lansia. Hasil wawancara dengan
10 pasien lansia dengan hipertensi yang memeriksakan dirinya di Klinik
Dhanang Husada Sukoharjo,
kambuh karena banyak beban fikiran, merasa pusing, dan sering terbangun
bila tidur. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Kualitas Tidur Lansia
dengan Tingkat Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi.
psikososial,
kultural,
spiritual.
Perubahan
psikososial
akan
Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kualitas tidur lansia dengan tingkat kekambuhan pada pasien
hipertensi.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan karakteristik responden pada pasien hipertensi
b. Mendeskripsikan kualitas tidur lansia yang mengalami hipertensi
c. Mendeskripsikan tingkat kekambuhan pasien hipertensi
d. Menganalisis hubungan kualitas tidur lansia dengan tingkat
kekambuhan pasien hipertensi.
Manfaat Teoritik
Dapat menjelaskan hubungan kualitas tidur pada penderita
hipertensi terhadap perubahan perilaku berisiko pada penderita
hipertensi, sehingga dapat digunakan sebagai kerangka dalam
mengembangkan terapi hipertensi non farmakologi.
1.4.2
Manfaat Praktis
dapat
atau
untuk
menambah khasanah
bagi
penelitian
berikutnya.
1.4.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
peneliti selanjutnya di bidang yang sama di masa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tabel 2.1.
Kebutuhan Tidur Manusia
Usia
Tingkat Perkembangan
Jumlah kebutuhan
0 1 bulan
14 18 jam/hari
1 bulan - 18 bulan
Masa Bayi
12 14 jam/hari
18 bulan - 3 tahun
Masa Anak
11 12 jam/hari
3 tahun - 6 tahun
Masa Prasekolah
11 jam/hari
6 tahun - 12 tahun
Masa Sekolah
10 jam/hari
12 tahun - 18 tahun
Masa Remaja
8,5 jam/hari
18 tahun - 40 tahun
Masa Dewasa
7 8 jam/hari
40 tahun - 60 tahun
7 jam/hari
60 tahun ke atas
6 jam/hari
10
dengan jumlah waktu yang dihabiskan ditempat tidur menurun sejam atau
lebih (Perry & Potter, 2005).
2.1.1.3 Fisiologi tidur pada lansia
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai dengan pertambahan usia.
Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan
usia lanjut. Episode tidur REM cenderung memendek. Terdapat penurunan
yang progresif pada tahap tidur NREM 3 dan 4. Beberapa usia lanjut tidak
memiliki tahap 4 atau tidur dalam. Seorang usia lanjut yang terbangun
lebih sering pada malam hari, dan membutuhkan banyak waktu untuk
jatuh tidur. Tetapi pada lansia yang berhasil beradaptasi terhadap
perubahan fisiologis dan psikologis dalam penuaan lebih mudah
mempertahankan tidur REM (Perry & Potter, 2005).
2.1.1.4 Tanda-tanda kurangnya kualitas tidur
Hidayat (2008), kualitas tidur seseorang dikatakan baik apabila
tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi
menjadi tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa
saja tanda fisik dan psikologis yang dialami.
1. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak
mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang
berlebihan (sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi
11
12
sindrom kaki tak berdaya yang terjadi pada saat sebelum tidur
mereka mengalami berulang kali kambuh gerakan berirama pada
kaki dan tungkai.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan yang bising seperti lingkungan lintasan pesawat
jet, lintasan kereta api, pabrik atau TV tetangga dapat menjadi faktor
penyebab susah tidur.
4. Gaya hidup
Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja
yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.
5. Usia
Usia merupakan jumlah lamanya kehidupan yang dihitung
berdasarkan tahun kelahiran sampai ulang tahun terakhir. Usia
mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah usia
seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan dan berbagai
masalah.
6. Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan status gender dari seseorang yaitu
laki-laki dan perempuan.
13
2.1.2
Kekambuhan Hipertensi
2.1.2.1 Definisi
Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu
penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor
penyebab (Sheewangisaw, 2012). Kekambuhan merupakan keadaan klien
hipertensi dimana muncul gejala yang sama seperti sebelumnya dan
mengakibatkan klien hipertensi harus di rawat kembali (Andri 2008).
Tekanan darah tinggi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah
sistolik lebih besar dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah
diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg dalam 2 kali pengukuran
14
hipertensi
dimaknai
sebagai
timbulnya
gejala
15
mmHg. Menurut JNC VII 2003 (The seventh report of the joint National
on Prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood
pressure) tekanan darah pada orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun
apabila tekanan sistoliknya 140159 mmHg dan tekanan diastoliknya 90
99 mmHg maka dinyatakan menderita hipertensi stadium I. Apabila
tekanan sistoliknya lebih dari 160 mmHg dan diastoliknya lebih dari 100
mmHg maka dinyatakan menderita hipertensi stadium II sedangkan
apabila tekanan sistoliknya lebih dari 180 mmHg dan tekanan diastoliknya
lebih dari 116 mmHg maka dinyatakan hipertensi stadium III dan apabila
tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik, maka dapat terjadi
serangkaian komplikasi serius dan penyakit kardiovaskuler, seperti
serangan jantung, dan stroke ringan, gagal jantung, kerusakan ginjal dan
masalah mata (Palmer dan William, 2007).
Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan
JNC dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Klasifikasi Tekanan Darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan
Joint National Committee (JNC) VII 2003
Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
< 120
< 80
Prehipertensi
120 139
80 89
Hipertensi Stadium 1
140 159
90 99
Hipertensi Stadium 2
> 160
> 100
Normal
16
17
d. Ketidakseimbangan
antara
modulator
vasokontriksi
dan
vasodilatasi.
e. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan dalam sistem
renin, angiotensin, dan aldosteron.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi persisten yang dikarenakan
adanya kelainan dasar kedua selain hipertensi primer. Jenis hipertensi
ini diketahui penyebabnya dan hal ini terjadi 10% dari kasus-kasus
hipertensi.
2.1.2.4 Tanda dan Gejala Hipertensi
Pada umumnya penderita hipertensi atau tekanan darah tinggi tidak
merasakan adanya gejala, namun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
walaupun terkadang gejala tersebut juga bukan menjadi penyebab
hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan yang bisa saja terjadi baik
pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah
yang normal (Ridwan, 2008).
Hipertensi yang sudah terjadi pada level yang berat atau menahun
dan tidak diobati, dapat menimbulkan beberapa gejala antara lain adalah
sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal. Penderita hipertensi berat terkadang juga mengalami
penurunan kesadaran hingga dapat terjadi koma karena adanya
18
19
20
21
akan tetapi sampai saat ini belum diketahui penyebabnya secara pasti,
dimana pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih
rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar (Anggraini,
dkk, 2009).
5. Obesitas
Berat badan menjadi faktor penyebab terjadinya hipertensi pada
mayoritas kelompok etnik di semua tingkatan usia. National Institutes
for Health USA (,1998) menyatakan bahwa prevalensi tekanan darah
tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 30 (obesitas)
untuk pria adalah 38% dan untuk wanita sebesar 32%, dibandingkan
dengan prevalensi untuk pria 18% dan untuk wanita 17% bagi yang
memiliki IMT < 25. Terjadinya perubahan fisiologis dapat
menerangkan hubungan kelebihan berat badan dengan terjadinya
tekanan darah tinggi, yaitu terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,
sehingga menyebabkan perubahan fisik yang terjadi pada ginjal.
Bertambahnya konsumsi energi juga dapat meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial dapat menyebabkan terjadinya
reabsorpsi natrium dan meningkatkan tekanan darah yang terus
menerus (Anggraini, dkk, 2009).
6. Pola asupan garam dalam diet
Rekomendasi dari World Health Organization (WHO) bahwa
pola konsumsi garam yang tepat dapat mengurangi risiko terjadinya
22
hipertensi yaitu tidak lebih dari 100 mmol atau sekitar 2,4 gram
sodium atau 6 gram garam setiap harinya. Kelebihan konsumsi
natrium dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi natrium di
dalam cairan ekstraseluler, sehingga untuk menormalkan maka harus
menarik cairan intraseluler ke luar agar volume cairan ekstraseluler
mengalami peningkatan. Peningkatan volume cairan ekstraseluler
dapat menyebabkan volume darah mengalami peningkatan, sehingga
mempengaruhi atau berefek pada timbulnya hipertensi, berdasarkan
hal tersebut maka dianjurkan untuk membatasi ataupun mengurangi
konsumsi natrium/sodium. Garam dapur yang sering disebut juga
dengan natrium klorida merupakan sumber natrium/sodium yang
utama, penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium
karbonat. Setiap hari konsumsi garam dapur yang mengandung
iodium dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari atau sama dengan
satu sendok teh, akan tetapi karena budaya masak terkadang membuat
masyarakat menjadi boros dalam menggunakan garam dan MSG
(Anggraini, dkk, 2009).
7. Merokok
Hipertensi juga dapat disebakan karena kegiatan merokok.
Perokok berat dapat dihubungkan dengan peningkatan kejadian
hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang
mengalami ateriosklerosis. Penelitian yang dilakukan oleh Bowman
dengan model Kohort Prospektif pada 28.236 sampel yang pada
23
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian juga berhubungan dengan kejadian hipertensi.
Pola perilaku tipe A terbukti mempunyai hubungan dengan kejadian
hipertensi. Pola perilaku tipe A adalah pola perilaku yang sesuai
dengan kriteria dari Rosenman yang ditentukan dengan cara observasi
dan pengisian kuisioner self rating dari Rosenman yang dimodifiksi.
Mengenai mekanisme pola perilaku tipe A dalam menimbulkan
hipertensi banyak penelitian yang menghubungkannya dengan sifat
yang ambisius, suka bersaing, bekerja yang tidak pernah lelah, selalu
dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas. Sifat
mengeluarkan
tersebut akan
24
berat
badan
di
usia
dewasa
sangat
25
26
2.1.3
Lansia
2.1.3.1 Pengertian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi
4 yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45 59 tahun, lanjut usia
(elderly) adalah 60 74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik,
perubahan psikososial, perubahan kultural dan perubahan
spiritual.
27
kelompok lansia dini (55 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas)
dan lansia resiko tinggi (lebih dari 70 tahun) (Widyasari dan Candrasari,
2010).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan
fisiologis yang terjadi seperti
sensitivitas
bertambahnya usia
terhadap
asupan
natrium.
Dengan
28
29
2.2
Keaslian Penelitian
Tabel 2.3. Keaslian Penelitian
Nama Peneliti
Umami dan
Priyanto
(2013)
Muhlisin dan
Laksono
(2011)
Angkat (2009)
Judul Penelitian
Hubungan Kualitas
Tidur dengan Fungsi
Kognitif dan
Tekanan Darah Pada
Lansia di Desa
Pasuruhan
Kecamatan
Mertoyudan
Kabupaten Magelang
Analisis Pengaruh
Faktor Stres
Terhadap
Kekambuhan
Penderita Hipertensi
Di Puskesmas
Bendosari Sukoharjo
Hubungan Lama
Tidur dengan
Perubahan Tekanan
Darah Pada Lansia
dengan Hipertensi di
Posyandu Lansia
Desa Karangaren
Metode
Chi square
Hasil Penelitian
Ada hubungan
kualitas tidur dengan
fungsi kognitif dan
ada hubungan
kualitas tidur dengan
tekanan darah pada
lansia
Chi square
30
2.3
Kerangka Teori
Lansia
Perubahan fisik
Perubahan
Psikososial
Perubahan
Mental
Perubahan
Spiritual
Penyebab Hipertensi
Primer
Tidak bisa dimodifikasi
Usia,
Jenis kelamin,
Genetik
Etnis
31
2.4
Kerangka Konsep
Kualitas Tidur
Kekambuhan
hipertensi
2.5
Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Arikunto, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho :
Ha :
32
BAB III
METODE PENELITIAN
32
33
2.
2.
3.
34
merupakan
tempat
atau
lokasi
pengambilan
35
Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel
Kualitas tidur
Definisi
Penilaian terhadap
tidur nyenyak pada
lansia yang
diperlihatkan
dengan berapa
lama tidur dalam
24 jam,
jumlah tidur siang,
keadaan
saat tidur, dan
gangguan tidur
pada lansia.
Alat Ukur
Skala
Kuesioner Ordinal
Kekambuhan
hipertensi
Kuesioner Ordinal
Kekambuhan
merupakan
keadaan
klien
hipertensi dimana
muncul
gejala
yang sama seperti
sebelumnya
dan
mengakibatkan
klien
hipertensi
harus
dirawat
kembali
Skor
>5
kualitas
tidur
buruk
<5
kualitas
tidur baik
baik
Kadangkadang
bila < 5
kali
dalam
satu
tahun
Sering
bila > 5
kali
dalam
setahun
36
Uji Validitas
Validitas
dapat
menunjukkan
instrumen.
Sebuah
rxy
Keterangan:
n.(xy) - (x . y)
{n x 2 x }{n y 2 - y }
2
37
Uji Reliabilitas
Reliabilitas
menunjukkan
pada
suatu
pengertian
bahwa
38
2
k b
r11
1
2 t
k 1
Keterangan:
r11 = Reliabilitas Instrument
k
b2
t2 = Varians total
Dinyatakan reliabel bila nilai alpha cronbachs > rkriteria (0,70)
(Ghozali, 2009).
Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan uji validitas dan
reliabilitas karena skala PSQI telah memiliki konsistensi internal dan
koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha) sebesar 0,830. Hal ini juga
diperkuat dari penelitian Komalasari, dkk (2012) dalam penelitiannya
tentang kualitas tidur sudah tidak melakukan uji validitas karena
kuesioner yang digunakan diadopsi dari kuesioner baku yaitu
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur, memiliki
konsistensi internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha)
sebesar 0,83.
3.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan pencatatan peristiwaperistiwa atau hal
sebagian atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian
(Arikunto, 2010). Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara
memberikan lembar pertanyaan persetujuan dan membagikan kuesioner
pada responden, kemudian menjelaskan tentang cara pengisiannya.
39
Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung diambil
dari obyek atau subyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013). Data
primer dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kualitas tidur dan
kekambuhan hipertensi.
2.
Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak secara
langsung dari subyek penelitian (Riwidikdo, 2013). Data sekunder
dalam penelitian ini diperoleh melalui literatur yang relevan dan sumber
lain yang mendukung penelitian ini serta data rekam medis.
3.
hipertensi.
b. Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan,
manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent.
c. Jika calon responden menyetujui dijadikan responden dalam
penelitian, peneliti meminta responden untuk menandatangi lembar
informed consent.
40
dilakukan
berikutnya
adalah
pengolahan
data.
Sebelum
41
Kualitas Tidur
Kualitas tidur buruk diberi koding 1
Kualitas tidur baik diberi koding 2
b.
Kekambuhan Hipertensi
Kekambuhan hipertensi kadang-kadang diberi koding 1
Kekambuhan hipertensi sering diberi koding 2
3.
4.
3.6.2
Analisa Data
1.
Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk
menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian distribusi frekuensi terdiri dari usia, pendidikan,
jenis kelamin, kualitas tidur, dan kekambuhan hipertensi.
42
2.
Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah
6 2
(2 1)
43
Keterangan :
= koefisien korelasi Rank Spearman
Apabila rs hitung < rs tabel atau p value > 0,05 maka hipotesa
nol (Ho) diterima dan Ha ditolak berarti kualitas tidur tidak
mempunyai hubungan dengan kekambuhan hipertensi
b.
Apabila rs hitung > rs tabel atau p value < 0,05, maka hipotesa
nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, berarti kualitas tidur
mempunyai hubungan dengan kekambuhan hipertensi.
Menurut Dahlan (2011) interpretasi dari kekuatan korelasi dapat
44
Tabel 3.2
Panduan Interpretasi Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan
Kekuatan Korelasi, nilai p dan arah korelasi
No.
1
Paramater
Kekuatan
Korelasi
Nilai
0.00 0.199
0.200 0.399
0.400 0.599
0.600 0.799
0.800 1.000
Interpretasi
Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Nilai p
p < 0,05
Terdapat
korelasi
yang
bermakna antara dua variabel
yang diuji
p > 0,05
+ (postif)
- (negatif)
Arah
korelasi
45
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN
f
25
60
0
0
85
%
29.4
70.6
0,0
0,0
100.0
46
47
Tabel 4.2.
Karakteristik Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
SD
SMP
SMA/SLTA
Total
f
39
21
25
85
%
45.9
24.7
29.4
100.0
f
31
54
85
%
36.5
63.5
100.0
48
4.1.4 Kualitas tidur pasien hipertensi yang berobat di Klinik Dhanang Husada
Sukoharjo
Hasil analisis univariat variabel kualitas tidur pasien hipertensi
yang berobat di Klinik Dhanang Husada Sukoharjo dapat dilihat pada
tabel 4.4 sebagai berikut :
Tabel 4.4.
Kualitas Tidur Pasien Hipertensi yang Berobat di Klinik Dhanang
Husada Sukoharjo
Kualitas tidur
Baik
Buruk
Total
f
27
58
85
%
31.8
68.2
100.0
f
29
56
85
%
34.1
65.9
100.0
49
0,000
50
BAB V
PEMBAHASAN
50
51
52
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas
responden
53
penelitian
menunjukkan
bahwa
mayoritas
responden
suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam
faktor penyebab (Sheewangisaw, 2012). Kekambuhan hipertensi dimaknai
sebagai timbulnya gejala meningkatnya tekanan darah sebesar 140/90
mm/Hg. Distribusi penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memiliki kecenderungan kekambuhan hipertensi yang tinggi. Beberapa faktor
yang turut mempengaruhi kekambuhan hipertensi antara lain riwayat penyakit
dan perilaku hidup sehat pasien hipertensi (Muhlisin dan Laksono, 2011).
Hal tersebut sebagaimana dikemukakan oleh Marliani (2007) yang
mengemukakan bahwa kekambuhan penyakit hipertensi atau peningkatan
darah kembali disebabkan oleh beberapa hal yakni tidak kontrol secara
teratur, tidak menjalankan pola hidup sehat, seperti diet yang tepat, olahraga,
berhenti merokok mengurangi alkohol atau kafein, serta mengurangi stres,
54
55
dengan fungsi kognitif dan ada hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah
pada lansia.
Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan dari Anggraini, dkk (2009)
bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu riwayat
keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang baik dan
durasi atau kualitas tidur. Lloyd-Jones, et al (2010) dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa hipertensi dapat terjadi akibat beberapa faktor resiko yaitu
riwayat keluarga, kebiasan hidup yang kurang baik, pola diit yang kurang
baik dan durasi atau kualitas tidur. Durasi dan kualitas tidur yang kurang
baik akan lebih banyak memicu aktivitas sistem saraf simpatik dan
menimbulkan stressor fisik dan psikologis.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mempunyai hubungan
yang sangat erat dengan lansia. Hal ini terjadi akibat perubahan fisiologis
yang terjadi seperti penurunan respons imunitas tubuh, katup jantung menebal
dan
menjadi
kaku,
penurunan
kemampuan
kontraktilitas
jantung,
56
sistem saraf pusat. Hal ini mengakibatkan fungsi dari neurotransmiter pada
sistem neurologi menurun, sehingga distribusi norepinefrin yang merupakan
zat untuk merangsang tidur juga akan menurun. Lansia yang mengalami
perubahan fisiologis pada sistem neurologis menyebabkan gangguan tidur
(Khasanah, 2012).
Buruknya kualitas tidur lansia disebabkan oleh meningkatnya latensi
tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses
penuaan.
Proses
penuaan
tersebut
menyebabkan
penurunan
fungsi
57
58
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
6.1.1. Mayoritas responden berusia 60 - 74 tahun yaitu sebanyak 60 orang(
70,6 % ) , dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 39 orang ( 45,9 % ),
jenis kelamin laki laki sebanyak 54 orang ( 63,5 % ).
6.1.2. Mayoritas responden mempunyai kualitas tidur yang buruk yaitu
sebanyak 58 orang ( 68,2 % ).
6.1.3. Mayoritas responden
6.2. Saran
6.2.1. Bagi Masyarakat
Masyarakat hendaknya meningkatkan pemahamannya tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi melalui media cetak
maupun elektronik atau mengikuti posyandu lansia sehingga dapat
membantu mereka untuk mengetahui mereka berisiko terkena
hipertensi atau tidak, sehingga dapat mengantisipasi secara dini dan
dapat meningkatkan kualitas tidurnya.
58
59
kesehatan
hendaknya
meningkatkan
intensitas
dapat
mengembangkan
penelitian,
serta
dapat
60
61
DAFTAR PUSTAKA
Angkat, DNS. (2009). Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah
Pada Remaja Usia 15-17 Tahun di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. Medan
: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Anggraini, dkk. (2009). Faktor--Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. Pekanbaru Riau : Faculty
of Medicine University of Riau
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Asadi. (2010). Hipertensi. Merawat Dan Menyembuhkan Penyakit Tekanan
Darah Tinggi. Bantul: Kreasi Wacana;
Asmadi. (2008). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Applikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Asmarita, I. (2014). Hubungan Antara Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah
Pada Pasien Hipertensi Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
Naskah Publikasi. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Azwar, S (2012). Metode Penelitian.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bawazier, AL. (2008). Lima Puluh Masalah Kesehatan Di Bidang
Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam. Pusat Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama
Dahlan S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat,
dan Multivariat. Jakarta : Salemba Empat.
62
Depkes RI. (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta :Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Firstyani, ML. (2011). Hubungan Antara Derajat Hipertensi Dan Elongasi
Aortapada Pemeriksaan Foto Toraks. Jurnal Kedokteran Indonesia, Vol 2.
No. 1
Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS,
Semarang : Universitas Diponegoro.
Herlinah, L, Wiarsih, W dan Rekawati, E. (2013). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi. Jurnal
Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 108-115
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
___________. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Khasanah, K. (2012). Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial Mandiri
Semarang. Jurnal Nursing Studies.Volume 1,Nomor 1
Komalasari, D, Maryati, I dan Koeryaman, MT. (2012). Hubungan Antara
Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di
Puskesmas Jatinangor Kabupaten Sumedang. Bandung : Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Padjajaran.
Lloyd-Jones, et al. (2010). Heart disease and stroke statistics update: a report
from the American Heart Association. Circulation.; Vol 2 No 1 : 121-146
Maharani, Chaeruddin, Darmawan, S. (2013). Pengaruh Penyuluhan Kesehatan
Terhadap Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyakit Hipertensi di Desa
Patobong Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang . Vol 3 No. 1.
Majid, YA. (2014). Pengaruh Akupresur Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay. Naskah Publikasi. Bandung :
Program Studi Magister Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Padjadjaran Bandung
Marliani, L., danTantan, HS. (2007). 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta:
ElexMedia Komputindo.
Maryam, RS; Mia, FE; Rosidawati; Ahmad, J; dan Irwan, B. (2008). Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
63
Muhlisin, Adan Laksono, RA. (2011). Analisis Pengaruh Faktor Stres Terhadap
Kekambuhan Penderita Hipertensi Di Puskesmas Bendosari Sukoharjo.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehatan , ISSN : 2338-2694
Nawangsari, SW dan Fitria, CN. 2014. Hubungan Antara Mekanisme Koping
Terhadap Stresor Dengan Kekambuhan Hipertensi di Bagian Rawat Inap
Puskesmas Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar. Profesi. Vol
11 Maret Agustus.
Notoatmodjo, S. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Noviani, Okti; Handayani, Safrudin. (2011). Hubungan Lama Tidur Dengan
Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi di Posyandu
Lansia Desa Karangaren. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. Vol 7 No.
2
Nugroho, W. (2008). Keperawatan Gerontik& Geriatrik. Jakarta : EGC.
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis
: Jakarta : SalembaMedika.
Oliveira, A. (2010). Sleep Quality of Elders Living in Long-erm Care Institut. Rev
Esc Enferm USP. Vol 44 (3):615-22
Palmer A and William, B. (2007). Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Alih
bahasa dr Elizabeth Yasmine. Editor Rina Astikawati, Amalia Safitri.
Jakarta : Erlangga
Potter, P & Perry, A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC
Pradono, J., Afifah, T., Supomo, S. (2012). Model Intervensi Hipertensi di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan
Vol. 15 No. 2
Prasadja, A. (2009). Ayo Bangun Dengan Bugar Karena Tidur Yang Benar.
Jakarta : Penerbit Hikmah
Ridwan, M. (2008). Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi.
Jakarta: Pustaka Widyamara
Riwidikdo, H. (2013). Statistik Kesehatan. Yokyakarta : Mitra Cendekia Press.
Setiawan, GW; Wungouw, HIS; Pangemanan, DHC. (2013). Pengaruh Senam
Bugar Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi.
Jurnal e-Biomedik (eBM), Vol 1, No2.
64
65
66
KepadaYth.
Pasien Hipertensi
Di Klinik Dhanang Husada
DenganHormat,
Saya yang bertandatangandibawahiniadalahmahasiswa Program Studi
S-1 KeperawatanSekolahTinggiIlmuKesehatan (STIKes) KusumaHusada
Surakarta.
Nama : Yuni Widyastuti
Nim
: ST13085
Yuni Widyastuti
67
Sukoharjo, ..............................2015
Responden
(...............................................)
68
KUESIONER
Identitas Responden
No.
Nama
: _______________________
Usia
: _______________________
Jenis Kelamin
: _______________________
Pendidikan
: _______________________
69
INSTRUKSI :
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini adalah pertanyaan yang berhubungan dengan
kebiasaan tidur anda satu bulan yang lalu. Jawaban yang anda berikan adalah
jawabanyang mayoritas anda alami dan lakukan selama satu bulan yang lalu.
Silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini :
1. Selama sebulan yang lalu, jam berapa anda biasanya mulai tidur di malam
hari
Waktu tidur ___________________
2. Selama sebulan yang lalu, berapa menit anda habiskan waktu di tempat
tidur, sebelum akhirnya anda tertidur
Jumlah menit ___________________
3. Selama sebulan yang lalu, jam berapa anda biasanya bangun setiap pagi ?
Jam bangun tidur ___________________
4. Selama sebulan yang lalu, berapa jam anda tidur pulas di malam hari
Jumlah jam pada tidur malam ___________________
Untuk pertanyaan berikut, pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan
memberikan tanda () pada alternatif jawaban yang sesuai dengan diri anda.
5
Selama
sebulan
yang lalu, masalah
yang
selalu
mengganggu tidur
anda
a. Tidak
dapat
tidur selama 30
menit
b. Bangun tidur di
tengah malam
atau
bangun
terlalu cepat
c. Pergi ke kamar
mandi di malam
hari
d. Sulit
bernafas
Tidak ada
selama
sebulan
yang lalu
Kurang
dari sekali
dalam satu
minggu
Satu atau
dua kali
seminggu
Tiga atau
lebih dalam
seminggu
70
secara nyaman
e. Batuk
f. Merasa
kedinginan
g. Merasa
kepanasan
h. Mengalami
mimpi buruk
i. Ada sakit di
badan (pegalpegal)
j. Alasan
lain
yang
menganggu
tidur anda,
(___________ )
seberapa sering
hal
tersebut
anda rasakan
Selama
sebulan
lalu, seberapa sering
anda mengkonsumsi
obat-obatan untuk
membantu
tidur
anda ?
Selama
sebulan
yang lalu, seberapa
sering
muncul
masalah-masalah
yang
dapat
mengganggu anda,
saat mengendarai
makanan,
makan
atau
beraktivitas
sosial ?
Selama
sebulan
yagn lalu, seberapa
banyak
masalah
yang
cukup
membuat anda tidak
antusias
untuk
menyelesaikannya ?
71
Selama
sebulan Sangat baik
yang
lalu,
bagaimana rata-rata
kualitas tidur anda
Jumlah Score
Kesimpulan
: Baik/Buruk
Baik
Buruk
Sangat
buruk
KEKAMBUHAN HIPERTENSI
Petunjuk :
Berilah tanda () pada alternatif jawaban yang sesuai dengan diri Bapak/
Ibu ?
Dalam satu tahun terakhir ini, berapa kali Bapak/Ibu memeriksakan kondisi
hipertensi yang Bapak/Ibu Alami ?
Jawab :
<5 kali dalam setahun
72
Nonparametric Correlations
Correlations
Kekambuhan
Hipertensi
Kualitas Tidur
Spearman's rho
Kualitas Tidur
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
N
Kekambuhan Hipertensi
Correlation Coefficient
.000
85
85
**
1.000
.000
85
85
Frequency Table
Riwayat Hipertensi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ya
45
52.9
52.9
52.9
Tidak
40
47.1
47.1
100.0
Total
85
100.0
100.0
Merokok
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Ya
43
50.6
50.6
50.6
Tidak
42
49.4
49.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
Percent
Valid Percent
**
.617
Sig. (2-tailed)
.617
Cumulative
Percent
Ya
44
51.8
51.8
51.8
Tidak
41
48.2
48.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
73
Konsumsi Kopi
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Ya
31
36.5
36.5
36.5
Tidak
54
63.5
63.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
Olah raga
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
Ya
42
49.4
49.4
49.4
Tidak
43
50.6
50.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
Umur
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
45 - 59 Tahun
25
29.4
29.4
29.4
60 - 74 tahun
60
70.6
70.6
100.0
Total
85
100.0
100.0
Pendidikan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
SD
39
45.9
45.9
45.9
SMP
21
24.7
24.7
70.6
SMA/SLTA
25
29.4
29.4
100.0
Total
85
100.0
100.0
Jenis Kelamin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Perempuan
31
36.5
36.5
36.5
Laki-laki
54
63.5
63.5
100.0
Total
85
100.0
100.0
74
Kualitas Tidur
Frequency
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid Percent
baik
27
31.8
31.8
31.8
buruk
58
68.2
68.2
100.0
Total
85
100.0
100.0
Kekambuhan Hipertensi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
kadang-kadang kambuh
29
34.1
34.1
34.1
sering kambuh
56
65.9
65.9
100.0
Total
85
100.0
100.0