Anda di halaman 1dari 20

7

a. Remaja adalah situasi masa ketika individu berkembang dari saat


pertama kali dia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai
saat dia mencapai kematangan seksual.
b. Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
c. Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

2.

Ciri-ciri Masa Remaja


Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan
periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003),
antara lain:
a. Masa remaja sebagai periode yang penting, yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan, yang berarti bukan masa kanakkanak lagi tetapi belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi


perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri),
perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri, yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya
dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan
demikian karena remaja menjadi sulit diatur, cenderung berperilaku
yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi
lebih khawatir.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kaca mata berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan
atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia
sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir
atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
Dapat disimpulkan, adanya perubahan fisik maupun psikis pada diri
remaja,

kecenderungan

remaja

akan

mengalami

masalah

dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan. Hal ini diharapkan agar remaja dapat
menjalani tugas perkembangan dengan baik-baik dan penuh tanggung
jawab.

3.

Tahap Perkembangan Masa Remaja


Masa remaja adalah masa paling penting, karena pada saat ini terjadi
proses awal kematangan alat reproduksi yang dikenal juga dengan masa
pubertas. Pubertas adalah proses kematangan, hormonal, dan pertumbuhan
yang terjadi ketika organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan
karakteristik seks sekunder mulai muncul (Wong, et al.2008). Pada masa
ini banyak terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global
berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun
adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan,
18-21 tahun adalah masa remaja akhir (Monks, 2009).
a. Perkembangan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu :
1) Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002)
disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah :

10

a) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila
telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi
pada remaja laki-laki usia 10-15 tahun. Mimpi basah sebenarnya
merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi.
b) Remaja perempuan
Remaja perempuan sudah bisa melakukan fungsi reproduksinya
jika

remaja

perempuan

sudah

mengalami

menarche

(menstruasi). Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan


darah dari alat kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan
dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
2) Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Kumalasari (2012), Ciri-ciri seks sekunder pada masa
remaja adalah sebagai berikut :
a) Remaja laki-laki
(1) Bahu melebar, pundak serta dada bertambah besar dan
membidang, pinggul menyempit
(2) Pertumbuhan rambut di sekitar alat kelamin, ketiak,
dada,tangan, dan kaki
(3) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan
kaki bertambah besar
(4) Tulang wajah memanjang dan membesar
(5) Tumbuh jakun dan suara menjadi besar

11

(6) Penis dan buah zakar membesar


(7) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
(8) Produksi keringat menjadi lebih banyak
b) Remaja perempuan
(1) Pinggul lebar, bulat dan membesar
(2) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang, tangan dan
kaki bertambah besar
(3) Pertumbuhan payudara, putting susu membesar dan
menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara
menjadi lebih besar dan lebih bulat.
(4) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang
pori-pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif.
(5) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada
pertengahan dan menjelang akhir masa
(6) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.

B. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan
sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi dan
fungsi-fungsinya

serta

prosesnya

(Widyastuti,

Rahmawati,

dan

12

Purnamaningrum, 2009). Masalah kesehatan reproduksi dikalangan wanita


harus memperoleh perhatian yang serius, salah satunya adalah keputihan.
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vagina abnormal pada
wanita (Wijayanti, 2009,p.52). Keputihan adalah semacam slim yang keluar
terlalu banyak, warnanya putih seperti sagu kental dan agak kekuningkuningan. Jika slim atau lendir ini tidak terlalu banyak, tidak menjadi
persoalan (Sasmiyanti & Handayani, 2008). Keputihan adalah nama gejala
yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alatalat genital yang
tidak berupa darah (Sarwono, 2005,p.271).
2. Klasifikasi Keputihan
a. Keputihan Fisiologis
Menurut Wijayanti (2009, p.51) keputihan fisiologis ciri-cirinya
ialah : warnanya kuning, kadang-kadang putih kental, tidak berbau tanpa
disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa terbakar, dan sebagainya).
Keputihan sering keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi
atau pada saat stres dan kelelahan.
Sekret vagina terdiri dari berbagai komponen, yang meliputi air,
elektrolit, mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik, seperti
asam lemak, protein, dan karbohidrat. Komponen ini bergabung untuk
menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Keputihan
fisiologis ditemukan pada :
1) Bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, disebabkan oleh
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.

13

2) Waktu disekitar menarche, karena mulai terdapat pengaruh estrogen.


Keputihan disini akan hilang dengan sendirinya, tetapi terkadang
dapat menimbulkan keresahan pada orang tua.
3) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu
koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
4) Waktu disekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks
uteri menjadi lebih encer.
5) Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga
bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis,
dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri (Sarwono, 2005,
p.271)
Keputihan tidak selalu mendatangkan kerugian, jika keputihan ini
wajar dan tidak menunjukan bahaya lain. Sebenarnya, cairan yang
disebut keputihan ini berfungsi sebagai sistem pelindung alami saat
terjadi gesekan di dinding vagina, misalnya saat anda berjalan dan saat
melakukan hubungan seksual. Keputihan ini merupakan salah satu
mekanisme pertahanan tubuh dari bakteri yang menjaga kadar keasaman
pH wanita. Cairan ini selalu berada di dalam alat genitalia tersebut.
Keasaman pada vagina wanita harus berkisar antara 3,8 sampai 4,2,
maka sebagian besar bakteri yang ada adalah bakteri menguntungkan.
Bakteri menguntungkan ini hampir mencapai 95%, sedangkan yang lain
adalah bakteri merugikan dan menimbulkan penyakit (bakteri patogen).
Jika keadaan ekosistem seimbang, artinya wanita tidak mengalami
keadaan yang membuat keasaman tersebut bertambah dan berkurang,

14

maka bakteri yang menimbulkan penyakit tersebut tidak akan


mengganggu (Iswati, 2010,pp.134-135).
b. Keputihan Patologis
Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri :
jumlahnya banyak, timbul terus menerus, warnanya berubah (misalnya
kuning, hijau, abu-abu, menyerupai susu atau yoghurt) disertai adanya
keluhan (seperti gatal, panas,nyeri) serta berbau (apek, amis, dan
sebagainya) (Wijayanti, 2009, p.51). Keluhan lain yang sering muncul
adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar vagina (vulva), serta
nyeri saat senggama dan berkemih (Melilea, 2008).
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan patologis
antara lain benda asing dalam vagina, infeksi vagina yang disebabkan
oleh kuman, jamur, virus dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan
alat

kelamin

juga

dapat

menyebabkan

terjadinya

keputihan

(Manuaba,1998).
Keputihan berwarna kuning kehijauan disertai rasa gatal dan nyeri
diduga disebabkan sejenis parasit trichomonas vaginalli. Jamur juga bisa
menyebabkan keputihan, jenisnya adalah candida albicans.

3. Penyebab Keputihan

15

Menurut Chandra (2014) terdapat beberapa kebiasaan umum yang


sering dilakukan banyak wanita yang bisa menjadi penyebab keputihan yang
berbahaya, diantaranya :
a. Tidak mengganti pantyliner dengan segera. Kita tahu bahwa dalam
pantyliner yang sudah digunakan bercampur dengan berbagai hal, mulai
dari keputihan (yang tadinya) normal, keringat, dan lain-lain, yang bisa
menjadi tempat berkembang biak bakteri dan jamur yang dapat menjadi
penyebab keputihan yang berbahaya.
b. Kurang menjaga kebersihan vagina. Misalnya membasuh setelah buang
air kecil kurang sempurna (membasuh dari bagian belakang ke depan).
c. Menggunakan celana yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat,
sehingga menimbulkan kelembaban di daerah sekitar vagina yang bisa
menjadi tempat jamur berkembang biak.
d. Mengganti pembalut lebih dari tiga jam saat menstruasi. Hal ini sangat
mungkin karena darah menstruasi yang kotor mengendap lama dan
menjadi

tempat

perkembangbiakan

jamur

penyebab

keputihan

berbahaya.
e. Sering membasuh vagina dengan sabun pembersih kewanitaan
(misalnya dengan antiseptik dan lain-lain). Pada dasarnya penggunaan
sabun pembersih kewanitaan yang sering dapat menyebabkan
keseimbangan antara bakteri baik dan bakteri pathogen terganggu,
sehingga dapat menyebabkan terjadinya keputihan.

16

f. Pola hidup tidak sehat. Kebiasaan tidak menjaga makanan sehat juga
bisa menimbulkan masalah keputihan.
g. Sering berendam di air hangat terlalu lama. Karena jamur senang hidup
di tempat yang lembab dan hangat.
h. Sering menggaruk vagina. Hal ini bisa menyebabkan iritasi.
Sedangkan menurut Dalimartha (2002, p.3-10), penyebab keputihan
sangat bervariasi. Berikut ini beberapa penyebab yang bisa menimbulkan
gejala keputihan :
a. Infeksi
Keputihan karena infeksi dapat disebabkan oleh beberapa jenis jasad
renik yaitu bakteri, jamur, parasit, dan virus.
1) Bakteri (kuman)
a) Gonococcus
Ada beberapa macam bakteri golongan coccus. Salah
satunya Neisseria Gonorrhea, suatu bakteri yang dilihat dengan
mikroskop tampak diplokok (berbentuk biji) intraseluler dan
ekstraseluler, bersifat tahan asam dan bersifat gram negatif.
Bakteri ini menyebabkan penyakit akibat hubungan seksual (PHS
atau PMS atau STD) yang paling sering ditemukan yaitu gonore.
Pada laki-laki, penyakit ini menyebabkan kencing nanah.
Sedangkan pada perempuan menyababkan keputihan (Dalimartha,
2002, p.4).

17

b) Chlamydia Trachomatis
Bakteri ini sudah lebih dahulu dikenal sebagai penyebab
penyakit mata yang disebut trakoma, namun ternyata bisa juga
ditemukan dalam cairan vagina yang menyebabkan penyakit
uretritis non-spesifik (non-gonore). Keputihan yang ditimbulkan
bakteri ini tidak begitu banyak dan lebih encer bila dibandingkan
dengan gonore. Namun, bila infeksinya terjadi bersamaan dengan
bakteri gonococcus, bisa menyebabkan peradangan panggul yang
berat,

kemandulan,

hingga

kehamilan

diluar

kandungan

(Dalimartha, 2002, p.4-5).


c) Gardnerella Vaginalis
Bakteri ini sering ditemukan dalam vagina, maka kerap
dianggap sebagai bagian dari jasad renik normal. Peradangan
yang ditimbulkan oleh bakteri ini disebut vaginosis bakterial.
Keputihan yang timbul warnanya putih keruh keabu-abuan, agak
lengket dan berbau amis seperti ikan, disertai rasa gatal dan panas
pada vagina. Sering kali infeksi ini tanpa gejala (Dalimartha,
2002, p.5).
2) Jamur Candida
Candida merupakan penghuni normal rongga mulut. Usus besar
dan vagina. Bila jamur Candida di vagina terdapat dalam jumlah
banyak, dapat menyebabkan keputihan yang dinamakan kandidosis
vaginalis. Kira-kira 40% keputihan disebabkan oleh jamur Candida,

18

paling sering adalah spesies albicans. Jamur ini bisa menyerang


semua umur, mulai dari bayi, dewasa, hingga usia lanjut. Namun
perempuan diusia subur lebih sering terkena jamur ini. Suasana asam
vagina yang berubah menjadi basa memudahkan terjadinya infeksi
dengan jamur candida karena pertumbuhannya menjadi lebih cepat.
(Dalimartha, 2002, p.5).
3) Parasit
Banyak parasit yang bisa hidup ditubuh manusia. Satu
diantaranya protozoa dari kelas Mastigophora yang bernama
Trichomonas Vaginalis. Parasit ini hidup dalam vagina dan uretra baik
pada laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini menimbulkan
penyakit yang dinamakan Trichomoniasis. Kira-kira 15% keluhan
keputihan disebabkan oleh parasit ini. Penularannya sebagian besar
melalui senggama.
Infeksi akut akibat parasit ini, menyebabkan keputihan yang
ditandai oleh banyaknya cairan yang keluar, berwarna kuning
kehijauan, berbuih menyerupai air sabun, dan berbau apek. Keputihan
akibat parasit ini tidak begitu gatal, namun vagina tampak merah,
nyeri bila buang air kecil. Kadang-kadang terlihat bintik-bintik
perdarahan seperti buah stroberi. Bila keputihan sangat banyak bisa
timbul iritasi di lipatan paha dan sekitar bibir kemaluan. (Dalimartha,
2002, p.6-7).

19

4) Virus
Keputihan akibat infeksi virus sering disebabkan oleh Virus
Herpes Simplex (VHS) tipe-2 dan Human Papilloma Virus (HPV).
Infeksi HPV telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker
serviks. Sedangkan VHS tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.
HPV dapat menimbulkan penyakit kondiloma akuminata yang disebut
juga genital warts, kutil kelamin, veneral warts, atau jengger ayam
(Dalimartha, 2002, p.7-8).
5) Benda Asing dalam Vagina
Benda asing dalam vagina akan merangsang produksi cairan
berlebihan. Pada anak-anak benda asing dalam vagina dapat berupa
biji-bijian atau kotoran yang berasal dari tanah. Pada wanita dewasa
benda asing bisa berupa tampon, kondom yang berada di dalam akibat
lepas saat melakukan senggama, cincin pesarium yang dipasang pada
penderita hernia organ kandungan (prolaps uteri), atau adanya alat
kontrsepsi dalam rahim (IUD) pada perempuan yang ber-KB
(Dalimartha, 2002, p.8).
6) Penyakit Organ Kandungan
Keputihan juga bisa timbul bila ada penyakit di organ
kandungan, misalnya peradangan, tumor, ataupun kanker. Pada tumor
misalnya papilloma, sering menyebabkan keluarnya cairan encer,
jernih dan tidak berbau. Pada kanker rahim atau kanker leher rahim

20

(serviks), cairan yang keluar bisa banyak dan disertai bau busuk dan
kadang disertai darah (Dalimartha, 2002, p.9).
7) Fistel di Vagina
Terbentuknya fistel (saluran patologis) yang menghubungkan
vagina dengan kandung kencing atau usus, bisa terjadi akibat cacat
bawaan, cidera persalinan, kanker, atau akibat penyinaran pada
pengobatan kanker serviks. Kelainan ini akan menyebabkan timbulnya
cairan di vagina yang bercampur feses atau air kencing. Biasanya bisa
dikenali karena bau dan warnanya (Dalimartha, 2002, p.10).
4. Pemeriksaan Keputihan
Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genetalia yang bukan
darah. Keputihan bukan peyakit, tetapi merupakan manisfestasi gejala dari
hampir semua penyakit kandungan. Oleh karena itu, penyebab utama
keputihan harus dicari dengan melakukan anamnesa, pemeriksaan
kandungan, dan pemeriksaan laboratorium.
Amanesa keputihan
a. Sejak kapan terjadinya
b. Bagaimana hubungannya dengan menstruasi
c. Apakah terasa gatal
d. Apakah berbau
e. Apakah disertai gumpalan
f. Apakah bercampur darah
g. Apakah disertai nyeri di bagian bawah
h. Apakah disertai badan panas
i. Apakah sedang hamil
Keputihan fisiologis dijumpai pada keadaan menjelang menstruasi,
keinginan seks meningkat, dan pada saat hamil. Keputihan bukan penyakit,
melainkan gejala dari berbagai penyakit sehingga memerlukan tindak lanjut
untuk menegakkan diagnosis melalui :

21

a. Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan spekulum untuk mencari penyebab keputihan :
1) Dari mana asalnya keputihan
a) Mulut rahim
b) Hanya bersifat lokal divagina
2) Bagaimana dinding vagina
a) Warnanya
b) Apakah terdapat bintik merah, seperti digigit nyamuk
c) Apakah keputihan bergumpal atau encer
d) Apakah keputihan melekat pada dinding vagina
3) Bagaimana mulut rahim (portio)
a) Apakah tertutup oleh keputihan
b) Apakah terdapat luka
c) Apakah mudah berdarah

4) Pemeriksaan laboratorium
Penyebab keputihan adalah infeksi, benda asing, dan keganasan.
Dengan demikian pemeriksaan laboratorium untuk menegakan infeksi
(trikomonas, kandida albikan, bakteri) dan Pap Smear untuk
kemungkinan keganasan. Bidan dapat melakukan tindakan :
a) Melakukan pertanyaan tentang berbagai macam masalah keputihan
b) Melakukan pemeriksaan inspekulo
c) Pengambilan preparat pemeriksaan laboratorium dan Pap Smear
d) Melakukan konsultasi dengan Puskesmas atau dokter ahli.
5. Pencegahan keputihan
Menurut Wijayanti (2009,p.55), hal yang dapat dilakukan untuk
menghindari terjadinya keputihan adalah dengan menjaga kebersihan organ
kewanitaan. Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan :
a. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan, dengan tujuan agar
vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-

22

partikel halus yang mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang
jamur dan bakteri bersarang di tempat itu.
b. Selalu keringkan bagian vagina sebelum berpakaian. Menggunakan
handuk khusus untuk membersihkan daerah kewanitaan.
c. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab,
usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Bila
perlu bawalah cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga manakala perlu
menggantinya.
d. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun.
Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di
sekitar organ intim panas dan lembab.
e. Pakaian luar juga diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena
pori-porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non
jeans agar sirkulasi udara disekitar organ intim bergerak leluasa.
f. Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut, maksimal 4 jam sekali.
g. Gunakan pantyliner disaat perlu saja. Jangan terlalu lama. Misalkan saat
bepergian ke luar rumah dan lepaskan sekembalinya di rumah.
C. Sabun Pembersih Kewanitaan
1. Pengertian Sabun Pembersih Kewanitaan
Sabun berasal dari bahasa India, yang berarti surfaktan yang
digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Pembersih vagina
adalah cairan yang digunakan dalam proses pembersihan vagina (Nara,
2011). vaginal douching adalah proses atau teknik yang digunakan untuk
membersihkan vagina. Sedangkan, vaginal douche adalah cairan yang
digunakan untuk membersihkan vagina. Alat yang dipakai dalam

23

pembersihan vagina biasanya antiseptik yang banyak dijual dipasaran atau


yang menggunakan cara alami seperti rebusan daun sirih.

2. Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan


Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat,
keringat ini membuat tubuh kita lembab, terutama pada organ seksual dan
reproduksi. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan ekosistem di
vagina terganggu, sehingga menimbulkan bau tidak sedap serta infeksi.
Untuk itulah kita perlu menjaga keseimbangan ekosistem vagina.
Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina.
Ekosistem ini dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu bakteri pathogen dan
laktobasillus (bakteri baik). Jika keseimbangan ini terganggu, bakteri
laktobasillus akan mati dan bakteri pathogen akan tumbuh subur. Terganggu
keseimbangan tersebut bisa disebabkan karena penggunaan sabun
pembersih kewanitaan yang terlalu sering.

3. Dampak Penggunaan Sabun Pembersih Kewanitaan


Di dalam vagina terdapat berbagai macam bakteri, yaitu 95%
laktobasillus dan 5% bakteri pathogen. Dalam ekosistem vagina yang
seimbang, bakteri pathogen tidak akan mengganggu. Namun, bila tingkat
keasaman vagina menurun pertahanan alamiah juga akan menurun, sehingga
rentan mengalami infeksi (Junita, 2009).

24

Secara alamiah, dalam setiap vagina terdapat bakteri baik (flora


normal vagina). Flora normal itu berfungsi mengusir kuman yang
merugikan. Pemakaian pembersih vagina berlebihan justru membunuh
bakteri baik yang kemudian mempermudah kuman masuk ke vagina.
Penggunaan sabun pembersih vagina secara berlebihan dapat
mengurangi keasaman vagina, sehingga mudah menginfeksi pada area
kewanitaan. Karena pada umumnya sabun bersifat basa yang tidak sesuai
dengan daerah pribadi yang bersifat asam (Septian, 2009).
4. Hubungan Pemakaian Sabun Pembersih Kewanitaan dengan Kejadian
Keputihan
Pada dasarnya, membersihkan vagina dengan menggunakan air bersih
saja sudah cukup, karena vagina memiliki mekanisme sendiri untuk
pembersihan. Membersihkan bagian luar vulva dapat menggunakan air dan
sabun, namun untuk bagian vagina cukup dengan air bersih saja. Hal ini
dilakukan juga untuk mencegah iritasi dan alergi oleh karena penggunaan
benda asing.
Sangat banyak pilihan produk pembersih vagina di pasaran, bahkan
hampir setiap hari bermunculan iklan yang menawarkan khasiat ampuh
produk pembersih vagina itu sendiri (Septian,2009).
Penggunaan sabun pembersih pada vagina (iodine, povidon, sirih, dan
lain-lain) memang dapat membunuh bakteri dan jamur yang terdapat pada
vagina. Namun, bukan hanya bakteri yang bersifat pathogen yang
dimusnahkan, tetapi bakteri baik seperti lactobacillus dapat mati karena
penggunaan sabun kewanitaan. Setelah menggunakan sabun pembersih

25

tersebut, pengguna akan merasa kesat pada vagina. Mereka beranggapan


bahwa rasa kesat tersebut disebabkan karena vagina sudah bebas dari
bakteri. Padahal rasa kesat tersebut menandakan naiknya pH pada vagina.
Salah satu cara menjaga pertahanan alami vagina adalah dengan
menyeimbangkan mikroflora vagina, yakni dengan memelihara populasi
lactobacillus. Bakteri probiotik inilah yang menghasilkan asam laktat dan
menjaga pH alami vagina, sehingga jamur maupun bakteri patogen tidak
bisa berkembang biak. Ia juga secara langsung berkompetisi dengan jamur
atau bakteri pathogen.
Pasalnya, suasana asam di vagina terganggu menjadi basa.
Dikhawatirkan malah menyebabkan bakteri sifatnya membantu, yaitu yang
melembabkan dan menjadi pembersih vagina atau lebih dikenal dengan
bakteri doderlein mati. Akibatnya, vagina berubah menjadi basa. Karena
sebenarnya, bakteri inilah yang memproduksi asam laktat untuk
mempertahankan pH vagina antara 3,5 hingga 4,5. Bila pH tidak seimbang,
maka kuman lain seperti jamur dan bakteri akan memiliki kesempatan hidup
di tempat tersebut, sehingga munculah penyakit lain.
Selain itu, jika dipakai terlalu sering zat-zat kimianya lama-lama akan
menggerus mukosa vagina. Jika mukosa menipis akan menimbulkan luka,
sehingga kuman akan mudah untuk menginfeksi. Apapun merknya, sabun
pembersih kewanitaan tidak baik untuk digunakan setiap hari. Jadi
membersihkan vagina dengan menggunakan sabun pembersih kewanitaan,
sebaiknya dilakukan sebulan sekali setelah menstruasi (Lulu,2013) atau

26

apabila ada indikasi, misalnya infeksi yang memang memerlukan pencucian


dengan zat-zat kimia yang harus atas saran dokter (Faisal,2014).

Anda mungkin juga menyukai