Anda di halaman 1dari 9

AGRITEK Vol. 18 No.

1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

NILAI HASIL HUTAN YANG HILANG BILA TERJADI PERUBAHAN


FUNGSI HUTAN LINDUNG
(Value of Forest Occurred Lost When the Changes Function Protection Forest)
Syahrir Yusuf
Mahasiswa Program Doktor Ilmu Pertanian UB
Soemarno
Dosen Jurusan Tanah, FPUB
Rini Dwi Astuti dan Sugiyanto
Dosen Jurusan SOSEK FPUB
ABSTRACT
Economics values of biophysical products and environmental services of the natural
forests in fact have a long-term potential value, both tangible and intangible. However, due
to lack of informations and understanding of these beneficial values, then the interference
will still ongoing forest. So that needs to be done "to determine the value of the economic
valuation of the economic benefits of protected forest quantitatively. This study aims to
determine the value of the economic benefits of protected forests and the amount of lost
value in case of changes in forest function. The method used is survey method with the
determination of a purposive sampling of respondents. Results showed that the total value
SWPF is Rp. 80,574,862,478 or Rp. 9,979,547 ha / year
Keyword: lost value, changes function, protection forest
ABSTRAK
Nilai manfaat produk dan jasa-jasa lingkungan hutan alam sebenarnya mempunyai
nilai potensial jangka panjang, baik yang bersifat tangible maupun intangible. Namun
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat tersebut, maka gangguan
akan hutan masih terus berlangsung. Sehingga perlu dilakukan valuasi ekonomi untuk
mengetahui nilai manfaat ekonomi dari hutan lindung secara kuantitatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai manfaat ekonomi hutan lindung dan besarnya nilai yang
hilang bila terjadi perubahan fungsi hutan. Metode yang digunakan adalah metode survey
dengan penentuan responden secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai total HLSW adalah sebesar Rp. 80.574.862.478 atau 9.979.547 ha / tahun.
Kata kunci: nilai yang hilang, perubahan fungsi, hutan lindung

PENDAHULUAN

maupun
illegal.
Faktor
penyebab
dikonversinya hutan untuk kepentingan
lain seperti; areal pertanian, perkebunan,
tambang batubara, dsb. adalah karena
hutan selalu dinilai kurang kompetitif
dibandingkan penggunaan lainnya. Hal ini

Kondisi hutan di Indonesia akhirakhir ini cukup memprihatinkan karena


banyaknya hutan alam dikonversi untuk
tujuan lain, baik dilakukan secara legal

57

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

terjadi karena sampai saat ini tidak semua


produk dan jasa hutan secara langsung
dapat dicerminkan oleh harga pasar
khususnya produk hutan yang bersifat
intangible. Selain itu, dampak yang terjadi
dari dilakukannya konversi hutan untuk
kepentingan ekonomi lainnya tidak
dihitung sebagai biaya yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Bahkan
seringkali terjadi Pemerintah malah
memberi kemudahan-kemudahan berupa
subsidi, fasilitas pada areal yang dialihgunakan.
Keberadaan kawasan konservasi /
hutan lindung disuatu daerah sering
menimbulkan perbedaan
pemahaman
(konflik) berbagai pihak. Penyebabnya
ialah perbedaan cara pandang terhadap
nilai manfaat kawasan konservasi / hutan
lindung itu sendiri. Nilai manfaat produk
dan jasa-jasa lingkungan hutan alam
sebenarnya mempunyai nilai potensial
jangka panjang, baik yang bersifat tangible
(seperti; air, rotan, damar, gaharu, kulit
kayu, sarang burung , dll) maupun
intangible, (seperti; nilai ekowisata, nilai
karbon, nilai pilihan, nilai keberadaan, dan
nilai warisan/pelestarian) yang bersumber
dari hutan.
Implikasi dari permasalahan ini
adalah ukuran nilai manfaat yang
bagaimana
mudah
dimengerti
dan
dipahami oleh semua pihak?. Jawabnya
adalah pendekatan nilai ekonomi
sumberdaya alam. Dengan pendekatan
nilai ekonomi, maka estimasi nilai manfaat
yang dapat diperoleh dan yang hilang bila
terjadi
perubahan
fungsi
kawasan
konservasi dapat diketahui
secara
kuantitatif terukur. Informasi nilai ekonomi
yang terukur secara kuantitatif akan lebih
mudah
menjelaskan
keterkaitan
kepentingan antara pelestarian kawasan
konservasi
/
hutan
lindung
dan
pembangunan ekonomi daerah.
Tujuan penelitian : (1) Menghitung
nilai air
yang langsung
diperoleh
masyarakat
dari
kawasan hutan
konservasi/lindung ; (2) Menghitung nilai
manfaat jasa-jasa lingkungan Hutan
seperti; nilai ekowisata, nilai karbon

tersimpan, nilai pilihan, nilai keberadaan,


dan
nilai
warisan/pelestarian;
(3)
Mengetahui besarnya nilai manfaat yang
hilang dari kawasan konservasi, bila terjadi
perubahan fungsi kawasan.
Manfaat dan Kegunaan Penelitian:
(1) Mengetahui besarnya nilai manfaat
ekonomi hasil hutan bukan kayu (tangibel
dan intangibel) yang hilang bila terjadi
perubahan fungsi kawasan konservasi; (2)
Menyajikan informasi kepada para
stakeholder mengenai besarnya
nilai
manfaat ekonomi bukan kayu yang dapat
diperoleh atas keberadaan kawasan
konservasi / hutan lindung tersebut.
METODA PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di kawasan
hutan lindung sungai wain, dengan
mengambil
sampel
pada
seluruh
masyarakat yang bermukim di sekitar
kawasan. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survei, dan
untuk mengumpulkan data-data dari
masyarakat dilakukan dengan teknik
wawancara dan pengamatan langsung
pada masyarakat yang bertempat tinggal
disekitar HLSW.. Sedangkan penentuan
masyarakat yang menjadi responden
dilakukan secara purposive sampling.
Metode Pengumpulan Data dan
Pengukurannya
Dalam penelitian ini nilai hutan yang
dihitung adalah: Nilai air (nilai langsung)
dan nilai Jasa lingkungan seperti ; nilai
karbon, nilai ekowisata, nilai pilihan, nilai
keberadaan, dan nilai warisan (nilai tidak
langsung).
Jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini ialah data primer dan data
sekunder. Data primer atau data utama
dikumpulkan dari responden, melalui
teknik wawancara langsung dengan
bantuan kuisioner yang dirancang dengan
format terstruktur dan semi terstruktur.
Metode
Pendekatan
Analisisnya

58

dan

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode pendekatan dan analisis


untuk nilai air menggunakan metode
Pendekatan harga pasar. dimana teknik ini
menggunakan harga pasar aktual sebagai
harga yang dianggap mendekati nilai dari
barang dan jasa lingkungan yang
dihasilkan oleh kawasan konservasi..
Adapun pendekatan dalam menghitung
nilai
manfaat
ekonomi
jasa-jasa
lingkungan digunakan metode willingnes
to pay (kesediaan membayar), biaya
perjalanan, dan benefit transfer.

Tabel. 1

Nilai Hasil Air dari HLSW


a. Nilai air rumah tangga
Hasil analisis data penggunaan air
rumah tangga responden menunjukkan
bahwa besarnya konsumsi air per rumah
tangga adalah antara 73 365 m 3/tahun,
atau 47,24 m3/kapita/tahun untuk jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 1.

Nilai Air Yang Dikonsumsi Oleh Masyarakat Sekitar HLSW

No

Uraian

A
B

Konsumsi Air Perkapita/tahun


Harga pasar air untuk masyarakat

47,24 m3
Rp.5.300

Populasi Masyarakat
disekitar
HLSW
Total
Air
yang dimanfaatkan
Masyarakat sekitar HLSW per
tahun (Ax C)

5.301 jiwa

Satuan

Nilai air yang dimanfaatkan


masyarakat sekitar HLSW

b. Nilai air PT. Pertamina

Nilai

250.419,24
m3/tahun
Rp.1.327.221.972/
tahun

dikonsumsi setiap tahun disajikan pada


Tabel 3.

Pemanfaatan air oleh PT. Pertamina


adalah untuk proses produksi dan
pemenuhan kebutuhan air karyawan .
Jumlah air yang didistribusi oleh unit
pengolahan air PT. Pertamina setiap
harinya adalah 14.400 m3.
Berdasarkan nilai pemanfaatan air
pada table 1 dan 2, yaitu pemanfaatan air
oleh masyarakat sekitar HLSW dan PT.
Pertamina, maka total nilai air yang

Nilai Karbon Tersimpan


1. Kondisi
Tutupan
Hutan
Lindung Sungai Wain
Berdasarkan data dari BP-HLSW
( 2009), luas kawasan Hutan Lindung
Sungai Wain yang masih bervegetasi
adalah seluas 8.074 hektar dengan rincian
seperti terlihat pada Tabel 4.

59

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

Tabel 2. Nilai Air dari HLSW yang Dimanfaatkan PT. Pertamina


No Uraian
Satuan
A Rata-rata air yang dimanfaatkan PT. 14.400 / m3/hari
Pertamina
B Harga pasar air untuk industri besar
Rp. 5.300/m3
C Total air yang dimanfaatkan per
tahun ( 14.400m3 x 365 hari)
5.256.000m3/tahun
D Asumsi kebocoran 30% dari total air
yang dimanfaatkan
1.576.800 m3/tahun
E Nilai air yang dimanfaatkan PT.
Pertamina per tahun
3.679.200 m3/tahun

Nilai (Rupiah)

27.856.800.000/thn
8.357.040.000/thn
19.499.760.000/thn

Tabel 3. Total Nilai Air HLSW yang dimanfaatkan


No
A
B

Uraian
Nilai air yang dimanfaatkan Masyarakat
sekitar HLSW
Nilai air yang dimanfaatkan Perusahaan
PT. Pertamina Balikpapan
Total Nilai Air

Nilai
Rp. 1.327.221.972/tahun
Rp. 19.499.760.000/thn
Rp. 20.826.981.972/tahun

Tabel. 4 Luas Hutan Lindung Sungai Wain Berdasarkan Tipe Hutan


No.
Tipe Hutan
1.
Hutan Primer
2.
Hutan Sekunder
Jumlah
Sumber : BP-HLSW (2009)

Luas (ha)
3.281
4.793
8.074

2. Perhitungan Nilai Serapan


Karbon
Dalam perhitungan nilai serapan
karbon HLSW digunakan asumsi sebagai
berikut :
Luas kawasan berhutan HLSW =
8.074, terdiri dari hutan primer 3.281
hektar dan hutan sekunder 4.793 hektar.
a.
Satu hektar hutan primer
menyimpan 263 ton carbon dan 1
hektar hutan sekunder menyimpan 95
ton carbon.
b.
Nilai carbon adalah $ 5 US per
ton ( $ 1 US = Rp. 9.000).

Persentase
40,64
59,36
100.00

Berdasarkan asumsi asumsi tersebut,


maka Nilai Ekonomi Serapan Karbon
HLSW dapat dihitung sebagai berikut:
Hutan Primer HLSW = 3.281 x 263 x 5 x
9000 = Rp. 38.830.635.000
Hutan sekunder HLSW = 4.793 x 95 x 5 x
9000 = Rp. 20.490.075.000
Nilai Ekonomi Karbon yang tersimpan di
HLSW = Rp 59.320.710.000
Nilai Pilihan Hutan Lindung
Sungai Wain

60

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

Dalam menghitung nilai ekonomi


pilihan Hutan Lindung Sungai Wain,
digunakan pendekatan kontingensi. Agar
informasi penting yang diperlukan sesuai
yang diinginkan, kaitannya dengan nilai
ekonomi pilihan, maka semua informasi
penting tentang HLSW disampaikan
kepada masyarakat yang terpilih menjadi
responden, antara lain:

1)
Tentang keberadaan HLSW
168 responden (93,40 %) mengetahui
keberadaan HLSW, 6 responden ( 3,3 % )
tidak mengetahui, dan 6 responden ( 3,3 %
) tidak menjawab.
2)
Tentang manfaat berupa
keindahan , kenyamanan, atau ketenangan
dari adanya HLSW: 159 responden ( 88,3
% ) dapat merasakan, 4 responden ( 2,2 %)
tidak merasakan, dan 17 responden ( 9,5
% ) tidak memberi jawaban.
3)
Tentang
perlunya
mempertahankan keindahan, kenyamanan,
atau ketenangan agar dapat dinikmati
setiap saat : 159 responden (88,3 % )
menyatakan perlu, 4 responden (2,2 %)
tidak perlu, dan 17 responden ( 9,5 % )
tidak menjawab.
4)
Tentang
kesediaan
menyumbang untuk mempertahankan
keberadaan
HLSW 128 responden
(71,1%) bersedia, 46 responden (25,5%)
tidak bersedia, dan 6 responden (3,4%)
tidak memberi jawaban.
5)
Tentang
besarnya
nilai
sumbangan ; nilai minimal Rp. 50.000 per
tahun sebanyak 89 responden, dan sebesar
Rp. 100.000 per tahun, sebanyak 24
responden, dengan rata-rata sebesar Rp.
60.619 per tahun
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
keberadaan sebesar Rp. 83.229.887 atau $
0,98 US/ha/tahun ($ 1 US = Rp. 9.000)
merupakan
nilai manfaat ekonomi
sumberdaya alam HLSW yang diukur
berdasarkan willingness to pay masyarakat
sekitar HLSW agar keberadaan HLSW
dapat dipertahankan sehingga manfaat
berupa keindahan, kenyamanan, atau
ketenangan lingkungan dapat dinikmati
setiap saat.

1)
Perlunya
mempertahankan jenis tumbuhan, hewan
(satwa) dan tempat-tempat indah yang
belum pernah dimanfaatkan agar tetap ada
dan lestari untuk dimanfaatkan pada masa
datang: 158 (87,78%)responden menjawab
ya, 14 (7,78%) responden menjawab tidak,
dan 8 (4,44%) responden menjawab tidak
tahu.
2)
Tentang
kesediaan
menyumbang,
dari
158
responden
menyatakan siap menyumbang sebagai
wujud berpatisipasi, 14 (7,78%) responden
menjawab tidak, dan 8 (4,44%) responden
menjawab tidak tahu.
3)
Besarnya
sumbangan
yang akan diberikan adalah 101 orang
bersedia menyumbeng Rp. 50 ribu dan 57
orang bersedia membayar 100 ribu, dengan
rata-rata Rp. 68.037 per tahun.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
pilihan sebesar Rp. 93.414.801 atau $ 1,28
US/ha/tahun (($ 1 US = Rp. 9.000)
merupakan potensi nilai manfaat ekonomi
sumberdaya alam HLSW untuk masa
depan yang saat ini belum ada nilai
ekonominya.
Nilai keberadaan Hutan Lindung
Sungai Wain
Untuk menghitung nilai manfaat
ekonomi atas keberadaan HLSW, digunakan pendekatan kontingensi, mengingat
nilai manfaat ekonomi keberadaan HLSW
tersebut belum mempunyai pasar yang
relevan. Dari hasil wawancara yang
dilakukan pada 180 responden diperoleh
hasil sebagai berikut :

Nilai Pelestarian HLSW


Dalam menghitung nilai ekonomi
pelestarian HLSW, digunakan pendekatan
kontingensi. Kondisi ini didasarkan pada
asumsi bahwa masyarakat (responden)
memahami fungsi pelestarian HLSW dan
kesediaan membayar dari masyarakat
sekitar kawasan untuk menjaga kelestarian
HLSW .

61

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

Untuk kepentingan penelitian nilai


ekonomi pelestarian ini, informasi penting
tentang fungsi HLSW dibatasi pada tiga
hal, yaitu 1) HLSW sebagai tempat
perlindungan jenis hewan dan tumbuhan
dari berbagai macam gangguan, 2) HLSW
sebagai tempat pelestarian berbagai jenis
hewan, tumbuhan, dan system kehidupan
sehingga dapat hidup dan berkembang
dengan baik (lestari), dan 3) HLSW dapat
memberikan manfaat langsung maupun
tidak langsung bagi masyarakat sekitarnya,
seperti memelihara tata air, memberikan
kesejukan dan udara segar serta sebagai
tempat wisata atau rekreasi.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
180 responden diperoleh hasil sebagai
berikut:
1) Tentang
pentingnya
upaya
pelestarian HLSW sebagai tempat perlindungan flora dan fauna 171 responden (95
%) menjawab ya, 3 responden (1,67 %)
menjawab tidak, dan 6 responden (3,3%)
menjawab tidak tahu.
2) Tentang kesediaan menyumbang
174 responden (96,66%) bersedia, 3

responden (1,67%) tidak bersedia, dan 3


responden (1,67) tidak tahu.
3) Tentang
besarnya
nilai
sumbangan, 132 responden bersedia
menyumbang Rp.50 ribu/tahun, dan 45
responden bersedia menyumbang Rp. 100
ribu/tahun,
dan
rata-rata
besarnya
sumbangan adalah Rp. 61.666.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai
pelestarian sebesar Rp. 84.667.418 atau $
1,16 US/ha/tahun ($ 1 US = Rp. 9.000)
merupakan
nilai manfaat ekonomi
sumberdaya alam HLSW yang diukur
berdasarkan willingness to pay masyarakat
sekitar HLSW agar kelestarian HLSW
dapat dipertahankan sehingga manfaat
berupa perlindungan terhadap flora dan
fauna , kesejukan, atau ketenangan
lingkungan dapat dinikmati secara
berkesinambungan.
Nilai Ekowisata Hutan Lindung
Sungai Wain

Tabel 5. Distribusi responden pengunjung Hutan Lindung Sungai Wain berdasarkan asal
daerah dan tujuan kunjungan.
Daerah Asal

Balikpapan
Samarinda
Kukar
Jumlah

Rekreasi
Alam
(orang)
13
4
17

Tujuan Kunjungan
Penelitian
Pendidikan
(orang)
(orang)
6
6

Pengunjung HLSW pada umumnya


(89 %) datang secara berkelompok/
rombongan dengan menggunakan mobil
carteran/pribadi/dinas. Sisanya (11 %)
kunjungan dilakukan secara berdua
(suami-istri) dan secara sendiri-sendiri
dengan
menggunakan
mobil/motor
pribadi. Tidak adanya pengunjung yang
menggunakan angkutan umum, karena

5
6

Lain-lain
(orang)

Jumlah
(orang

2
2

20
6
4
30

belum adanya sarana angkutan umum yang


tersedia menuju kelokasi wisata HLSW.
1.
Perhitungan
Nilai
Ekowisata
Perhitungan nilai ekonomi ekowisata
dilakukan dengan menggunakan metode
biaya perjalanan yang didasarkan pada
asumsi sebagai berikut:

62

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

1) Kunjungan wisatawan ke HLSW


adalah tujuan utamanya, sehingga semua
biaya yang dikeluarkan adalah sematamata untuk berwisata ke HLSW.
2) Semua pengunjung memiliki
preferensi yang sama terhadap obyek
ekowisata HLSW, sehingga untuk biaya
yang dikeluarkannya mendapatkan kepuasan yang sama
Distribusi jumlah pengunjung, ratarata lama kunjungan, dan rata-rata biaya
perjalanan dari masing-masing kota terlihat
pada Tabel 6. Nilai ekonomi ekowisata
Hutan Lindung Sungai Wain (HLSW),
yang dihitung berdasarkan biaya yang
dikeluarkan pengunjung selama melakukan
kunjungan sampai kembali ke kota asalnya
adalah sebagai berikut (Tabel 7). Hasil
perhitungan nilai ekonomi ekowisata,
seperti terlihat pada Tabel 8. Adalah
sebesar Rp. 5.290.465/tahun. Kecilnya
nilai ekowisata Hutan Lindung Sungai
Wain diduga dikarenakan belum banyak
masyarakat yang mengetahui keberadaan
HLSW sebagai tempat wisata alam karena
baru beberapa tahun terakhir ini kawasan
tersebut dibuka untuk umum.
Tabel 6.

Total Nilai Ekonomi


Hutan Lindung

Manfaat

Nilai ekonomi total HLSW adalah


penjumlahan dari beberapa nilai manfaat
ekonomi, yang meliputi nilai ekowisata,
nilai air (untuk rumah tangga dan
perusahaan PT. Pertamina) , nilai pilihan,
nilai karbon tersimpan, nilai keberadaan,
dan nilai pelestarian/warisan. Jenis nilai
HLSW secara jelas dapat dilihat dalam
Tabel 8.
Secara keseluruhan nilai manfaat total
yang diberikan HLSW adalah sebesar Rp.
80.574.862.478,- per tahun atau Rp.
9.979.547 / ha /tahun. Hal ini menunjukkan
pula, bahwa bila terjadi kerusakan atau
perubahan
fungsi
suatu
kawasan
konservasi/kawasan llindung, maka kita
akan kehilangan nilai sebesar Rp.
9.979.547/ha/tahun. Nilai kehilangan ini
belum termasuk biaya pemulihan kawasan
konservasi.

Distribusi jumlah pengunjung , rata-rata lama kunjungan, dan rata-rata biaya


perjalanan dari masing-masing kota
Jumlah Kunjungan
(orang)

No

Kota

1
2
3

Samarinda
Balikpapan
Kukar
Jumlah: 30

Rata-rata Biaya
Perjalanan (Rp/orang)

6
20
4

554.166
150.000
456.250
Rata-rata: 386.805

Rata-rata lama
kunjungan
(hari)
3
1
1
Rata-rata: 1,6

Tabel 7. Nilai Ekonomi Ekowisata Hutan Lindung Sungai Wain


Kota Asal
Balikpapan
Samarinda
Kukar
Total/rataan

Jumlah Kunjungan
(orang/tahun)
1.391
215
73
1.679

Rata-rata
Biaya
Perjalanan/org
78.050
184.722
114.062

63

Nilai Ekonomi
Ekowisata (Rp/tahun)
108.567.550
39.715.230
8.326.526
156.609.306

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

Tabel 8. Ringkasan hasil perhitungan nilai ekonomi total Hutan Lindung Sungai Wain
Jenis Nilai
Ekowisata
Air (Domestik
&Industri)
Pelestarian/
warisan
Pilihan
Penyerap dan
penyimpan
karbon
Keberadaan
Total
Nilai
Ekonomi

Nilai
(Rp)
156.609.306

Nilai per ha
(Rp)
(%)
19.396
0,19

20.826.981.972

2.579.512

25,86

87.587.789

10.848

0,10

93.414.801
59.320.710.000

11.569
7.347.128

0,11
73,63

89.578.639
80.574.862.478

11.094
9.979.547

0,11
100,00

KESIMPULAN DAN SARAN

Lingkup manfaat bagi


masyarakat
Balikpapan, Samarinda,
Kukar
Desa sekitar HLSW &
PT.Pertamina
Desa sekitar HLSW
Desa sekitar HLSW
Lokal,regional,nasional
dan global
Desa sekitar HLSW

1.

Pengel
olaan kawasan konservasi secara
ekonomi memberikan keuntungan yang
tinggi kepada masyarakat, maka bobot
kegiatan konservasi perlu mendapat
perhatian yang lebih besar dalam
pengambilan kebijakan dalam pembangunan.
2.
Perlun
ya dilakukan sosialisasi nilai manfaat
kawasan konservasi / kawasan lindung
pada masyarakat, pengambil kebijakan
dan stake holder.
3.
Perlu
adanya
kebijakan
pemerintah
( Departemen Kehutanan) yang
kondusif dan dapat mendukung
terlaksananya
program-program
pengelolaan kawasan konservasi.

Kesimpulan
1. Nilai langsung (tangible) berupa air
dari
kawasan
konservasi
yang
dimanfaatkan oleh masyarakat adalah
sebesar Rp. 20,82 milyar/tahun atau
2.578.647/ha/tahun.
2. Nilai jasa lingkungan (intangible)
HLSW adalah sebesar Rp. 59,59 milyar
per tahun, nilai karbon adalah Rp.
59.3 milyar (73,77%),
nilai pilihan
adalah sebesar Rp. 93.414.801 (0,12
%), nilai keberadaan
sebesar Rp.
83.229.887 (0,10%), nilai pelestarian
sebesar Rp. 84.667.418 (0,11%), dan
nilai ekowisata sebesar 156.609.306
(0,19%).
3. Total nilai manfaat kawasan konservasi
yang hilang, bila terjadi kerusakan atau
perubahan fungsi kawasan adalah
sebesar Rp. 80.574.862.478,- per tahun
atau Rp. 9.979.547 / ha /tahun.

DAFTAR PUSTAKA
Barly. 2002. Menuju Kelestarian Taman
Nasional Gunung Halimun. Thesis.
Bogor.
Program
Pascasarjana
Universitas Pakuan. Bogor.

Saran-saran

64

AGRITEK Vol. 18 No. 1 Januari 2010

ISSN. 0852-5426

Benda Beckman Fv, Benda-Beckman Kv,


dan Koning J. 2001. Sumber Daya
Alam
dan
Jaminan
Sosial.
Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
Canon, Jim. 1999, Participatory Economic
Valuation of Natural Resources in
the Togean Islands. Jakarta: NRM /
EPIQ Program.
Dixon dan Hufschmidt MM. 1996. Teknik
Penilaian
Ekonomi
Terhadap
Lingkungan __ Suatu Buku Kerja
Studi Kasus. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Dixon and Sherman PB. 1990. Economics
of Protected Areas: A New Look at
Benefits and Cost. Washington DC,
Covelo California: Island Press.
Douglass, R.W. 1969. Forest Recreation.
Pergamon Press Inc., 335h New
York.
Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi
Proyek-Proyek
Pertanian.
UIPress,560h Jakarta.
Krieger, D.J. 2001. The Economic Value of
Forest Ecosystem Services: A
review. The Wilderness Society,
pp.31.Washington, D.C.
Mackinnon, K dan Jhon, Child, G dan
Thorsell,
1993.
Pengelolaan
Kawasan yang Dilindungi di

Daerah Tropika. Gadjah Mada


University Press, 328h Yogyakarta
Indonesia.
Munasinghe, M. 1993. Enviromental
Economics
and
Sustainable
Development.
World
Bank
Enviroment Paper Number 3. The
World Bank. Washington DC.
Parel, C.P., G.C. Caldito. P.L. Ferrer, G.G.
De Guzman, C.S. Sinsioco, R.H.
Tan. 1973. Sampling Design and
Procedures.
The
Agricultural
Development
Council,
pp.63.
Quezon City.
Pearce DW. 1993. Valuing the Enviroment:
Past Practice, Future Prospect.
Working Paper in Proceeding of the
First
Annual
International
Conference on Enviromentally
Sustainable Development. Held at
the World Bank. Washington, DC.
September 30 October 1, 1993.
Scherr, S., J. 2002. Capturing the Value of
Forest
Carbon
for
Local
Livelihoods.
Forest
Thrends
Preservation to Conference on
Payment
for
Environmental
Services in China.

65

Anda mungkin juga menyukai