Anda di halaman 1dari 13

1

IDENTIFIKASI ANGKA KEBUTUHAN NYATA OPERASI DAN PEMELIHARAAN


BENDUNG DAN JARINGAN IRIGASI LOMAYA
Hendra Saipan1), Barry Y. Labdul2), Aryati Alitu3)
1
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : saipan_hendra@yahoo.com
2
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : barry_labdul@yahoo.co.id
3
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : aryati_nining@yahoo.com

INTISARI
Keberadaan Daerah Irigasi Lomaya-Alale
diharapkan mampu memicu dan mendukung roda
pertumbuhan ekonomi serta menunjang swasembada pangan di Provinsi Gorontalo. Untuk mendukung
harapan keberadaan Daerah Irigasi tersebut, harusnya didukung oleh sistem irigasi yang baik dan
terorganisir. Oleh karena itu, untuk memenuhi persyaratan tersebut Daerah Irigasi Lomaya-Alale harus
memiliki sistem pengelolaan Jaringan Irigasi meliputi kegiatan Operasi dan Pemeliharaan (O&P) serta
rehabilitasi Jaringan Irigasi. Operasi dan Pemeliharan serta rehabilitasi jaringan irigasi ini
dapatdirealisasikan dengan baik, jika didasarkan pada analisa Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP).
Penelitian ini dilakukan mengikuti tahapanberikut; (1) identifikasi kondisi eksisting Jaringan Irigasi
berupa kondisi fisik saluran dengan melakukan penelusuran langsung dilapangan, (2) tahap identifikasi
rencana Operasi dan tahap Pemeliharaan (O&P) Jaringan Irigasi Lomaya serta tahap (3) penyusunan
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya.
Hasil penelitian menunjukkan Kondisi eksisting Jaringan Irigasi Lomaya berdasarkan hasil prosentasi
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharan (AKNOP) berada dalam kondisi tidak baik. Hal ini
terlihat dari hasil prosentasi biaya pemeliharaan berkala yang masih besar yaitu sebesar 88%
dibandingkan dengan biaya prosentasi Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin, dengan demikian kegiatan
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya masih belum sesuai harapan.AKNOP Jaringan Irigasi
Lomaya belum cukup optimal, terarah, dan tepat guna yang ditunjukkan oleh hasil perhitungan biaya
pemeliharaan berkala yang besar dibandingkan dengan biaya operasi rutin dan pemeliharaan rutin yaitu
sebesar. Rp.4.217.799.709,00 dari total biaya Rp. 4.793.980.973,00.
Kata Kunci: Jaringan Irigasi, Angka Kebutuhan Nyata, Operasi dan Pemeliharaan
Abstract
Lomaya-Alale irrigation system is expected to trigger and to support economic growth for the Gorontalo
food self-sustaining. Such condition requires w well organized and well maintained irrigation systems. In
doing so, the Lomaya-Alale irrigation system need to have irrigation management system consisting of
the operational and maintenance as well as rehabilitation of the irrigation network. Such mechanism
could only be materialized only if based on the real operation and maintenance demand value.
This study has been performed by implementing the following procedure (1) Existing irrigation network
identification by observing the irrigation physical condition, (2) Identification of the Lomaya operational
and maintenance plan, and (3) investigating the Lomaya real operation and maintenance demand value.
It was found that the real operation and maintenance demand value was not in good condition. The
regular maintenance cost was relative high (88%) compared to the routine operational cost. Therefore
the performance real operation and maintenance demand value is below the expected performance,
which is less-optimum, disoriented, and not well implemented. Maintenance cost was higher than that of
routine maintenance and operational costs (IDR 4,217,799,709.00)from total cost of IDR
4,793,980,973.00.
Keywords: Irrigation network, real demand value, operational and maintenance

inventarisasi jaringan irigasi di Daerah Irigasi


Lomaya-Alale masih banyak terdapat kendala
yang menghambat pemenuhan kebutuhan air
persawahan. Kendala yang ada dari hasil
inventarisasi oleh Sub Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Gorontalo Khususnya PSDA 01
Daerah Irigasi Lomaya-Alale yaitu terdapat
kerusakan fisik bangunan dan saluran. Hal ini
biasanya disebabkan minimnya atau tidak
sesuai lagi biaya yang dikeluarkan untuk
operasional dan pemeliharan jaringan irigasi.
Berdasarkan permasalahan tersebut,
maka pembahasan tentang Identifikasi
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan Bendung dan Jaringan
Irigasi Lomaya sangat diperlukan, serta
dibutuhkan analisa yang tepat. Sehingga
jaringan irigasi dapat berjalan normal dan
pendistribusian debit air dapat merata serta
memenuhi kebutuhan air khususnya di tingkat
jaringan irigasi primer dan sekunder.

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Gorontalo secara geografis
memiliki letak 0 19 00 - 1 57 00 LU
(Lintang Utara) dan 121 23 00 - 125 14
00 BT (Bujur Timur). Dari posisi ini wilayah
Provinsi Gorontalo berbatasan dengan
Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat
dan Provinsi Sulawesi Utara di sebelah Timur.
Sedangkan di sebelah Utara berhadapan
langsung dengan Laut Sulawesi dan di sebelah
Selatan dibatasi oleh Teluk Tomini.
Luas wilayah Provinsi Gorontalo
12.215,44 km2, jika dilihat dari potensi
pertanian dan topografi wilayah ini memiliki
sektor pertanian yang baik khususnya
persawahan. Persawahan yang ada di Provinsi
Gorontalo sebagian besar pengairannya masuk
dalam kategori sistim irigasi teknik. Oleh
karena itu, sesuai dengan wilayah yang
menjadi fokus penelitian yaitu Daerah Irigasi
Lomaya-Alale. Luas wilayah potensial
persawahan Daerah Irigasi ini sebesar 3.008
Ha (SUBDINAS SDA, 2014).
Keberadaan Daerah Irigasi LomayaAlale
diharapkan mampu memicu dan
mendukung roda pertumbuhan ekonomi serta
menunjang swasembada pangan di Provinsi
Gorontalo. Untuk mendukung harapan
keberadaan Daerah Irigasi tersebut, harusnya
didukung oleh sistem irigasi yang baik dan
terorganisir. Oleh karena itu, untuk memenuhi
persyaratan tersebut Daerah Irigasi LomayaAlale harus memiliki sistem pengelolaan
jaringan irigasi meliputi kegiatan Operasional
dan Pemeliharaan (O&P) serta rehabilitasi
jaringan irigasi. Operasional dan Pemeliharan
serta rehabilitasi jaringa irigasi ini dapat
direalisasikan dengan baik, jika didasarkan
pada analisa Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan Pemeliharaan (AKNOP).
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP), merupakan cara
menganalisis untuk mengetahui angka
kebutuhan nyata dalam pelaksanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan untuk pengelolaan
irigasi dari hasil inventarisasi penelusuran
kerusakan jaringan irigas.
Kenyataan yang ada kondisi Daerah
Irigasi Lomaya-Alale, jika dilihat dari hasil

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian di atas dapat disimpulkan
begitu pentingnya irigasi bagi pertanian, oleh
karena itu perlu diadakan pengkajian tentang
irigasi.
Sehingga rumusan masalah yang diteliti
dalam penelitian ini adalah bagaimana kondisi
eksisting jaringan irigasi lomaya dalam
pemenuhan kebutuhan air persawahan,
bagaimana
kegiatan
Operasi
dan
pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya,
apakah angka kebutuhan nyata operasi dan
pemeliharaan bisa relevan dan tepat guna.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Identifikasi kondisi eksisting Jaringan
Irigasi Lomaya dalam pemenuhan
kebutuhan air persawahan.
2. Identifikasi kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya.
3. Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata
Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
yang relevan dan tepat guna.

perkumpulan petani pemakai air (P3A) dan


komisi irigasi. Dalam rangka pemenuhan
kebutuhan air irigasi, Bupati/Walikota
membentuk Komisi Irigasi yang ditetapkan
dengan keputusan Bupati/Walikota. Komisi
Irigasi tersebut mempunyai fungsi membantu
Bupati/Walikota dalam peningkatan kinerja
pengelolaan irigasi, terutama pada bidang
penyediaan, pembagian, dan pemberian air
irigasi bagi tanaman serta merekomendasikan
prioritas alokasi dana pengelolaan irigasi
Kabupaten/Kota (Peraturan Pemerintah No.
20/2006 Tentang Irigasi).

2. LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Irigasi
Irigasi berasal dari istilah irrigatie dalam
bahasa Belanda atau irrigation dalam bahasa
Inggris. Irigasi dapat diartikan sebagai suatu
usaha yang dilakukan untuk mendatangkan air
dari sumbernya guna keperluan pertanian,
mengalirkan dan membagikan air secara
teratur dan setelah digunakan dapat pula
dibuang kembali. Tujuan irigasi yaitu untuk
mencukupi kebutuhan air di musim hujan bagi
keperluan pertanian seperti membasahi tanah,
mengatur suhu tanah, menghindarkan
gangguan hama dalam tanah. Tanaman yang
diberi air irigasi umumnya dibagi menjadi tiga
golongan yaitu padi, tebu, dan palawija
(Mawardi, E dan Memed, M., 2006).

2.5 Operasi dan Pemeliharaan (O&P)


Jaringan Irigasi
Terpeliharanya dan berfungsinya jaringan
irigasi dengan baik tidak semata mata
ditentukan oleh tercukupinya biaya Operasi
dan Pemeliharaan tetapi juga sangat
dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
masyarakat
setempat
serta
tingkat
pengetahuan dan keterampilan petani dalam
pemanfaatannya. Besarnya kontribusi hasil
pertanian terhadap pendapatan petani dan
keluarganya,
juga
berpengaruh
pada
pemeliharaan sarana pertanian termasuk
sarana irigasi.

2.2 Ruang Lingkup Daerah Irigasi


Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah
yang mendapat air dari satu jaringan irigasi.
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan
bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air
irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan,
pembagian, pemberian, pembinaan, dan
pembuangannya (Peraturan Pemerintah No.
20/2006 Tentang Irigasi).
2.3 Pengelolaan Irigasi
Pengelolaan irigasi sebagai usaha
pendayagunaan air irigasi yang meliputi
operasi dan pemeliharaan, pengamanan,
rehabilitasi,
dan
peningkatan
irigasi.
Pengelolaan irigasi diselenggarakan dengan
mengutamakan
kepentingan
masyarakat
petani
dan
dengan
menempatkan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
sebagai pengambil keputusan dan pelaku
utama dalam pengelolaan irigasi yang menjadi
tanggungjawabnya. Untuk mencapai hal
tersebut
dilakukan
pemberdayaan
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
secara berkesinambungan dan berkelanjutan
(Peraturan Pemerintah No. 20/2006 Tentang
Irigasi).

2.5.1 Operasi Jaringan Irigasi


Operasi Jaringan Irigasi adalah upaya
pengaturan air irigasi dan pembuangannya,
termasuk kegiatan membuka-menutup pintu
bangunan irigasi, menyusun rencana tata
tanam, menyusun sistem golongan, menyusun
rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan
data, memantau, dan mengevaluasi (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M.,
2007).
1.

Data Pendukung Kegiatan Operasi


Jaringan Irigasi
Sesuai dengan tujuan utama dari
penelitian ini, maka operasi jaringan irigasi
berkisar pada pembiayaan berupa insentif
(honor atau upah), perjalanan dinas (bagi
pengamat/kepala ranting, juru pengairan, staf
ranting, POB, atau
PPA ), serta biaya
operasional kantor dan peralatan, bahan

2.4 Lembaga Pengelola Irigasi (LPI)


Lembaga Pengelola Irigasi (LPI) meliputi
instansi pemerintah yang membidangi irigasi,

survey dan sebagainya. Biaya yang


dibutuhkan diatas diperuntukkan terhadap
tahap dari kegitan operasi jaringan irigasi.
Adapun tahap kegiatan operasi jaringan irigasi
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 32/PRT/M., 2007, meliputi 3
tahap yaitu tahap perancanaan, pelaksanaan,
serta monitoring dan evaluasi.
2. Peran Serta P3A dalam Operasi
Jaringan Irigasi
Dalam kegiatan operasi jaringan irigasi
dilakukan dengan melibatkan peran serta
P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan,dan
pelaksanaan kegiatan dalam operasi jaringan.

irigasi yang disebabkan oleh daya rusak air,


hewan,
atau
oleh
manusia
guna
mempertahankan fungsi jaringan irigasi.
2)

Pemeliharaan Rutin
Merupakan kegiatan perawatan dalam
rangka mempertahankan kondisi Jaringan
Irigasi yang dilaksanakan secara terus
menerus tanpa ada bagian konstruksi yang
diubah atau diganti.
3)

Pemeliharaan Berkala
Pelaksanaan pemeliharaan berkala
dilaksanakan secara periodik sesuai kondisi
Jaringan Irigasinya. Setiap jenis kegiatan
pemeliharaan berkala dapat berbeda-beda
periodenya, misalnya setiap 1 tahun, 2 tahun,
3 tahun dan pelaksanaannya disesuaikan
dengan jadwal musim tanam serta waktu
pengeringan.
Pemeliharaan berkala dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu pemeliharaan yang bersifat
perawatan, pemeliharaan yang bersifat
perbaikan, dan pemeliharaan yang bersifat
penggantian.

2.5.2

Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Pemeliharaan jaringan irigasi adalah
upaya menjaga dan mengamankan jaringan
irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik
guna memperlancar pelaksanaan operasi dan
mempertahankan
kelestariannya
melalui
kegiatan perawatan, perbaikan, pencegahan
dan pengamanan yang harus dilakukan secara
terus menerus (Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 32/PRT/M., 2007).

4)

Penanggulangan / Perbaikan Darurat


Perbaikan darurat dilakukan akibat
bencana alam dan atau kerusakan berat akibat
terjadinya kejadian luar biasa (seperti
pengrusakan/penjebolan tanggul, Longsoran
tebing yang menutup Jaringan, tanggul putus,
dll) dan penanggulangan segera dengan
konstruksi tidak permanen, agar jaringan
irigasi tetap berfungsi.

1.

Data
Pendukung
Kegiatan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi
Kegiatan pemeliharaan jaringan irigasi dalam
penyelenggaraan
diperlukan
data-data
pendukung yaitu (1) Peta Daerah Irigasi
(Skala 1 : 5.000 atau Skala 1 : 10.000), (2)
Skema Jaringan Irigasi, (3) Inventarisasi
Jaringan Irigasi, (4) Gambar Pasca konstruksi
(as built drawing), (5) Perencanaan 5 (lima)
Tahunan Pengelolaan Aset Irigasi, (6)
Dokumen dan Data Pendukung lainnya
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
32/PRT/M., 2007).

3.

Peran Serta P3A Dalam Pemeliharaan


Jaringan Irigasi
Dinas yang membidangi irigasi dalam
melaksanakan kegiatan pemeliharaan Jaringan
Irigasi dilakukan dengan melibatkan peran
serta P3A/GP3A/IP3A diwujudkan mulai dari
pemikiran awal, pengambilan keputusan, dan
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan Jaringan
Irigasi.
Kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
pemeliharaan
didapat
melalui
hasil
penelusuran bersama dengan proses sebagai
berikut :
a. P3A/GP3A/ IP3A bersama petugas
pengelola
Irigasi
melakukan

2.

Jenis Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Jenis-jenis
kegiatan
dalam
pemeliharaan jaringan irigasi yaitu meliputi
(Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
32/PRT/M., 2007):
1)

Pengamanan Jaringan Irigasi


Pengamanann
jaringan
irigasi
merupakan upaya untuk mencegah dan
menanggulangi terjadinya kerusakan jaringan

b.
c.

d.

e.
f.

penelusuran untuk mengidentifikasi


kerusakan-kerusakan, usulan rencana
perbaikan dan skala prioritas
Penyusunan jenis-jenis pekerjaan yang
dapat dikerjaan oleh P3A/GP3A/IP3A
Dinas yang membidangi Irigasi
melaksanakan pemeliharaan Jaringan
Irigasi dapat dilakukan melalui
kerjasama dengan P3A/GP3A/IP3A
secara swakelola.
P3A/GP3A/IP3A dapat berperan serta
dalam
pelaksanaan
pemeliharaan
Jaringan Irigasi dalam bentuk tenaga,
bahan, atau biaya sesuai dengan
kemampuannya.
P3A/GP3A/IP3A berperan aktif dalam
pengamanan Jaringan Irigasi.
P3A/GP3A/IP3A datap melakukan
pengawasan
atas
pelaksanaan
pelaksanaan pemeliharaan Jaringan
Irigasi Primer dan Sekunder dalam
bentuk
penyampaian
laporan
penyimpangan Pelaksanaan kepada
Dinas atau pengelola terkait.

pembiayaan
kegiatan
operasi
dan
pemeliharaan jaringan irigasi dan besarnya
tergantung dari jumlah bangunan dan panjang
saluran irigasi yang dikelola dalam satu
daerah irigasi. Menurut Sarwan (2004),
pembiayaan operasi dan pemeliharaan
prasarana jaringan irigasi yang mantap
besarnya 1-2% dari nilai investasi biaya
pembangunan jaringan irigasi setiap tahunnya.
2.6.1 Pembiayaan Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi
Penyediaan biaya didasarkan pada
angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) untuk melakukan
kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Bendung
dan Jaringan Irigasi. Skala prioritas
pembiyaan Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan Pemelihaan yaitu meliputi pembiyaan
Operasi rutin, Pemeliharaan Rutin, dan
Pemeliharaan Berkala.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Dalam menganalisa suatu permasalahan
diperlukan adanya berbagai data. Data yang
diperlukan dapat digolongkan menjadi data
primer dan data sekunder. Data primer
merupakan data yang diperoleh dari hasil
pengukuran atau pengamatan langsung.
Sedangkan data sekunder adalah data yang
diperoleh dari mengutip berbagai sumber
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.

4.

Tata Cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi


Untuk mendapatkan hasil pemeliharaan
yang optimal, diperlukan tata cara/prosedur
yang tepat dengan mengacu pada tahap
sebagai berikut :
Inventarisasi Jaringan Irigasi
Perencanaan pemeliharaan Jaringan
Irigasi
Pelaksanaan pemeliharaan Jaringan
Irigasi
Pemantauan dan evaluasi pemeliharaan
Jaringan Irigasi

3.2 Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian ini dilakukan di
Jaringan Irigasi Lomaya. Posisi jika dilihat
berdasarkan luas bentang jaringan irigasi,
wilayah Daerah Irigasi ini berada di 2 (dua)
wilayah yang berbeda yaitu sebagian besar
Kabupaten Bone bolango dan sebagian kecil
di Kota Gorontalo. Berdasarkan batasan
masalah pada Bab I fokus tinjauan, penelitian
di lakukan di Jaringan Irigasi Primer Lomaya,
Sekunder
Lodelomobongo,
Sekunder
Molawahu, dan Sekunder Padengo.

2.6 Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan


Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) adalah angka
kebutuhan nyata operasi dan pemeliharaan
untuk pengelolaan irigasi dari hasil
inventarisasi penelusuran kerusakan jaringan
irigasi yang ditetapkan melalui musyawarah
(Kepmen Kimpraswil No. 529/KPTS/M/
2001).
Komponen
yang
diperlukan
dalam
penyusunan AKNOP saat ini berdasarkan

(O&P) yang mengacu pada biaya atau


Angka Kebutuhan Nyata yang tepat
guna. Selanjutnya dapat diperoleh hasil
yang akan dibahas dan kemudian akan
menghasilkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilaksanakan.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data meliputi:
1. Inventarisasi yang mengacu dari hasil
survey
lapangan,
untuk
tahap
pemeliharaan jaringan irigasi.
2. Komponen
perhitungan
Angka
Kebutuhan
Nyata
Operasi
dan
Pemeliharaan (AKNOP) mengacu pada
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.32/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Operasi dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ini merupakan
suatu prosedur sistematis dengan maksud
untuk memperoleh data yang diperlukan. Data
data yang dikumpulkan berupa data primer
maupun data sekunder. Adapun data-data
tersebut meliputi data primer dan data
Sekunder

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1 Inventarisasi Jaringan Irigasi Lomaya
Daerah Irigasi Lomaya-Alale memiliki 2
(dua) buah bendung yaitu Bendung Lomaya
dan Bendung Suplesi Alale. Berdasarkan
batasan masalah pada Bab I, untuk Jaringan
Irigasi Alale tidak masuk dalam penelitian ini.
Inventarisasi
Jaringan
Irigasi
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah dan
prosentase kerusakan pada Jaringan Irigasi
Lomaya
khususnya
dengan
metode
pengukuran manual memakai roll meter.
Bendung Lomaya dibangun pada tahun 1912
M yang sumber dananya dari VOC dan
letaknya di Desa Lomaya Kecamatan Bolango
Utara Kabupaten Bone Bolango; Bendung ini
memiliki bentang mercu sepanjang 45 meter,
luas areal potensial seluas 2.583 Ha dan luas
areal fungsional seluas 2.252 Ha. Jaringan
Irigasi ini memiliki saluran Induk/Primer
sepanjang 3.120 meter, saluran Sekunder
sepanjang 25.733 meter, saluran muka
sepanjang 616 meter, tanggul sepanjang 1.346
meter, dan Jalan Inspeksi sepanjang 741
meter.

3.4 Tahapan Penelitian


Tahapan-tahapan yang dilakukan pada
saat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Studi pustaka dari penelitian terdahulu ,
dimaksudkan untuk menentukan teori
dan metode apa yang tepat guna dan
dapat digunakan sebagai dasar dari
penelitian ini.
2. Pengumpulan Data, yang dikumpulkan
dibagi dalam dua kategori yaitu, data
primer, dan data sekunder.
3. Survey lapangan, dilakukan sebelum
penelitian
agar
bertujuan
untuk
mengetahui
informasi
tentang
ketersediaan dan Kondisi Fisik Jaringan
Irigasi Lomaya, serta peninjauan ulang
tentang Operasi dan Pemeliharaan (O&P)
sesuai kondisi saat ini.
4. Inventarisai berdasarkan hasil survey
lapangan menyangkut Operasi dan
Pemeliharaan (O&P)
5. Analisis Angka Kebutuhan Nyata
Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
Jaringan
Irigasi
Lomaya
pada
DI.Lomaya/Alale.
6. Hasil
dan
Pembahasan,
setelah
melakukan analisis data dan melakukan
pemodelan Operasi dan Pemeliharaan

1.2 Identifikasi Kondisi Eksisting Jaringan


Irigasi Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air
Persawahan

Hasil survai identifikasi Jaringan Irigasi,


ditemukan permasalahan yang menjadi skala
prioritas dalam penanganan. Permasalahan
prioritas yang diidentifikasi di Jaringan Irigasi
Lomaya khususnya yaitu meliputi:
Rumput tumbuh di sepanjang bahu
saluran
Rumput yang tumbuh di sepanjang
bahu saluran menjadi salah satu prioritas
dalam penanganan Pemeliharan Jaringan
Irigasi. Berdasarkan hasil survai penelusuran
jaringan, rumput yang tumbuh di sepanjang
bahu saluran
di temukan di saluran
Induk/Primer, Sekunder Lodelombongo,
Sekunder Molawahu, dan Sekunder Padengo.

Foto : Kondisi Bendung Lomaya

Foto : Kondisi Tanggul Saluran

Foto : Kondisi Rumput pada Saluran

Foto : Kondisi Sedimen pada Saluran

1)

Sumber: :Bidang
Hasil Penelusuran
Irigasi,
2014.
Sumber
SDA, DinasJaringan
PU Provinsi
Gorontalo

Gambar
Irigasi
Lomaya
Gambar4.1
4.1Kondisi
KondisiEksisting
EksistingJaringan
Jaringan
Irigasi
Lomaya

1.3 Identifikasi
Kegiatan Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Lomaya
1.3.1 Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
Lomaya
Identifikasi
kegiatan
Operasi
didasarkan pada pendataan kebutuhan di
lapangan dan kantor. Hasil pendataan volume
kebutuhan Operasi Rutin sesuai yang
dibutuhkan di Jaringan Irigasi Lomaya.
Volume kebuhan Operasi Rutin secara
lengkap disajikan dalam Tabel 4.2 dibawah
ini.

2)

Terjadi endapan sedimen dalam saluran


Permasalahan endapan sedimen dalam
saluran menjadi salah satu prioritas dalam
penanganan Pemeliharan Jaringan Irigasi.
Berdasarkan hasil survai
penelusuran
jaringan, endapan sedimen dalam saluran
ditemukan
di
saluran
Sekunder
Lodelombongo, Sekunder Molawahu dan
Sekunder Padengo.

Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Operasi Rutin


No.
A.

3)

Kerusakan tanggul saluran (gerusan dan


longsor).
Permasalahan
kerusakan tanggul saluran
menjadi salah satu
prioritas dalam
penanganan Pemeliharan Jaringan Irigasi.
Berdasarkan hasil survai
penelusuran
jaringan,
kerusakan
tanggul
saluran
ditemukan di saluran Kantong Sedimen
Sekunder
Lodelombongo,
Sekunder
Molawahu, dan Sekunder Padengo.

B.

C.

Uraian Kegiatan

Satuan

Volume

1. Pengamat

OB

12

2. Juru

OB

60

5 orang/thn

3. Staf Pengamat

OB

72

6 orang/thn

4. PPA/POB

OB

84

7 orang/thn

5. Pekerja Harian Tetap

OB

Analisa

6. Pekerja Harian Tetap

OB

Analisa

Perjalanan Dinas
1. Pengamat Ke Kantor Dinas

Org kali

12

1 orang/thn 12

2. Juru Survey Inventory

Org kali

60

5 orang/thn 5 X

3. PPA/POB Survey Inventory

Org kali

58

29 orang/thn 2 X

4. Staf Teknis Survey Inventory

Org kali

12

6 orang/thn 2 X

Bahan Habis Pakai & ATK


1. Kertas HVS/A4

Tabel. 4.1 Rekapitulasi Kondisi dan penanganan Jaringan Irigasi Lomaya

rim

25

2. ATM/ATK

ls

3. Tinta Printer

bh

4. Foto Copy/Cetak Laporan

lbr

1,000

Kondisi saat ini

1.

Bendung

2.

Saluran Utama

75 %

Uraian

D.

Form OP, dokumen

Pemeliharaan Fasilitas Kantor


1. Operasional rutin (Listrik)

Bulan

12

2. Operasional rutin (PDAM)

Bulan

12

3. Perawatan Kantor

Kali

a. Sekunder

4. Perawatan Printer

Kali

b.Induk/Primer

5. Perawatan PC

Kali

c. Muka

6. BBM Operasional

ltr

1,000

1. Sepeda Motor

Unit

2. Viar

Unit

25 %

Sesuai Kebutuhan

inventory, dll

Saluran
Bendung
Keterangan
Baik Rusak Baik Rusak
(%)
(%)
(%)
(%)
80 % 20 % Pemeliharaan Berkala

No.

Keterangan

Gaji dan Upah

Pemeliharaan Berkala

Sumber
Irigasi,
2014.
Sumber : Hasil
BidangPenelusuran
SDA, DinasJaringan
PU Provinsi
Gorontalo

E.

Peralatan

Sumber : HasilSumber
perhitungan,
2015
: Bidang

Keadaan 3 Roda

SDA, Dinas PU Provinsi Gorontalo

1.3.2

Kegiatan
Pemeliharaan Jaringan
Irigasi Lomaya
Identifikasi kegiatan pemeliharaan
didasarkan pada hasil
pengamatan dan
pengukuran sesuai kondisi Daerah Irigasi
Lomaya. Dengan demikian identifikasi
Pemeliharaan di Jaringan Irigasi Lomaya
terdiri dari masing-masing item kegiatan
prioritas. Hasil dari survai identifikasi
menunjukan kegiatan yang menjadi skala
prioritas seperti kegiatan pemotongan rumput,
pengecetan pintu dan bangunan, pelumasan,
pengangkatan sedimen dari dalam saluran,
dan
kegiatan
pasangan
batu/Lenning.
Kegiatan Pemeliharaan di atas dapat
dibedakan berdasarkan kondisi fisik Jaringan
Irigasi. Berikut ini dapat disajikan dalam
Tabel 4.3 Kriteria Pemeliharaan berdasarkan
klasifikasi kondisi Jaringan Irigasi Lomaya.

Tabel 4.4. Daftar Kebutuhan Penunjang Pemeliharaan Rutin


No.
A.

B.

No

Uraian Kegiatan

- Pemeliharaan

bangunan

Pemeliharaan

dan

saluran (Pengecetan)
1.

Pemeliharaan

- Pemeliharaan Pintu ( Pelumasan)


- Pemotongan Pintu

Rutin

- Pengangkatan endapan sedimen


- Perbaikan Tanggul saluran
2.

Pemeliharaan
Berkala

Satuan

Volume

1. Cat Kayu

Kg/Thn

25

2. Cat Tembok

Kg/Thn

25

3. Kuas

Bh

10

Pemeliharaan Pintu

C.

1. Cat Besi

Kg/Thn

75

2. Cat Thiner 'A'

Ltr

133

3. Solar

Ltr

25

4. Oli Sae 90

Ltr

20

5. Sikat Baja

Bh

15

6. Kuas

Bh

30

7. Bronz

Kg/Thn

Peralatan

Tabel 4.3 Kriteria Pemeliharaan berdasarkan klasifikasi kondisi Jaringan Irigasi Lomaya.
Kriteria

Jenis Pekerjaan
Pemeliharaan Bangunan / Saluran

1. Mesin Pemangkas

bh/Thn

2. Tempat Sampah

bh/Thn

10

3. Karung

bh/Thn

100

4. Tali Tambang

50

5. Takal 5 Ton

Bh

6. Dll

Ls

Keterangan
Kondisi baik jika
tingkat kerusakan <
10 % dari kondisi
awal
bangunan/saluran
dan
diperlukan
Pemeliharaan Rutin.

Sumber
perhitungan,
2015
Sumber: :Hasil
Bidang
SDA, Dinas
PU Provinsi Gorontalo

2. Pemotongan Rumput
Volume pekerjaan pemotongan rumput
ini sesuai hasil pengukuran dibeberapa ruas
saluran yang ada, diperoleh hasil seperti pada
Tabel 4.5. rekapitulasi volume pekerjaan
pemotongan rumput pada masing-masing
saluran.

Kondisi
rusak
ringan jika tingkat
kerusakan 10 20
% dari kondisi awal
bangunan/bangunan
dan
diperlukan
Pemeliharaan
Berkala.

1.3.2.1 Kegiatan Pemeliharaan Rutin


Menentukan
volume
kegiatan
Pemeliharaan Rutin, disesuaikan dengan hasil
pendataan dibeberapa ruas saluran yang ada.
1. Kebutuhan Penunjang Pemeliharaan
Rutin
Pemeliharaan Rutin pada Jaringan Irigasi
dapat berjalan lancar jika didukung dengan
kebutuhan penunjang. Berikut ini disajikan
dalam Tabel 4.4.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Volume Pemotongan rumput


No.

Nama Saluran

Panjang (M)

Volume (M2)

1.

Induk/Primer

2.964,80

19.378,15

2.

Sekunder Lodelomobongo

6.338,90

37.597,90

3.

Sekunder Molawahu

8.025,04

27.228,31

4.

Sekunder Padengo

Jumlah

9.014,20

56.374,38

26.342,94

140.578,74

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

4.3.2.2 Kegiatan Pemeliharaan Berkala


Volume
Pemeliharaan
Berkala
Jaringan Irigasi Lomaya berdasarkan hasil
peninjauan dan pengukuran di lapangan. Hasil
perolehan volume Pemeliharaan Berkala
berdasarkan di lapangan yaitu terdiri volume
pekerjaan galian endapan, pemarasan rumput,
dan pasangan batu/linning.
1. Pengangkatan Endapan Sedimen

Untuk pengangkatan endapan sedimen


ini sesuai hasil pengukuran dibeberapa ruas
saluran yang ada. Berikut ini disajikan dalam
Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Rekapitulasi Volume Pengangkatan Sedimen
Panjang (M)

Volume (M3)

841,00

1.233,98

2. Sekunder Molawahu

1.380,50

1.890,54

3. Sekunder Padengo

3.580,00

4.565,61

5.801,50

7690.13

No.

Nama Saluran

1. Sekunder Lodelomobongo

Jumlah

4.4.2 Biaya Pemeliharaan Rutin Jaringan


Irigasi Lomaya
Pemeliharaan Rutin adalah upaya
menjaga dan mengamankan jaringan tata air
Irigasi, agar selalu dapat berfungsi dengan
baik guna memperlancar operasi dan
mempertahankan keberlanjutan fungsi dan
manfaat prasarana Jaringan Irigasi yang
dilakukan secara terus menerus. Jenis kegiatan
dan hasil perhitungan disajikan dalam Tabel
4.9.

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

2. Perbaikan Tanggul Saluran


Perbaikan tanggul saluran sesuai hasil
pengukuran di beberapa ruas saluran yang
ada, berikut ini disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Rekapitulasi Volume Perbaikan Tanggul Saluran
Pas.
Panjang Bongkaran
No.

Nama Saluran

Siaran

Plesteran

Batu
M

Lenning
M3

M3

Tabel 4.9. Rincian Biaya Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi Lomaya

1. K. Sedimen
848,70

1.025,11

331,00

304,33

1.705,20

2.009,46

1.025,11 1798.77

646.68

179,00

5,97

Sek. Lodelomobongo
2. Sekunder Padengo
3.

Sekunder Molawahu
Jumlah Total

No.

2.884,9

3.338,9

304,33

575,85

2.009,46 3.789,45
3.338,9 6.164,07

1.196,40
2.022,08

Kebutuhan Penunjang Kegiatan Pemeliharaan Rutin

Rp. 53.367.500,00

Pekerjaan Pemarasan Rumput

Rp 53.138.764,00

2.

Jumlah Biaya

4.4 Identifikasi Angka Kebutuhan Nyata


Operasi dan Pemeliharaan (AKNOP)
Jaringan Irigasi Lomaya
Perhitungan AKNOP didasarkan pada
hasil Pengamatan kondisi terakhir yakni tahun
2014. Dengan demikian rincian AKNOP
Jaringan Irigasi Lomaya terdiri atas biaya
Operasi
Rutin,
Pemeliharaan
Rutin,
Pemeliharaan Berkala dan Biaya Rehabilitasi.

Kebutuhan Biaya(Rp.)

1.

5,97

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Uraian

Rp. 106.506.264,00

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

4.4.3 Biaya Pemeliharaan Berkala Jaringan


Irigasi Lomaya
Pemeliharaan Berkala Jaringan Irigasi
Lomaya diperlukan pembiayaan berupa biaya
pekerjaan galian endapan, biaya pekerjaan
pemarasan rumput, dan biaya pekerjaan
pasangan batu/linning. Hasil perhitungan
kebutuhan biaya Pemeliharaan Berkala di
Jaringan Irigasi Lomaya disajikan dalam
Tabel 4.10.

4.4.1 Biaya Operasi Rutin Jaringan Irigasi


Lomaya
Operasi Jaringan Irigasi Lomaya
diperlukan pembiayaan berupa insentif (honor
atau upah) dan perjalanan dinas (bagi
Pengamat, Juru, PPA atau staf), serta biaya
operasional kantor dan peralatan seperti
kebutuhan ATK, bahan survey dan
sebagainya. Hasil perhitungan kebutuhan
biaya operasi di Jaringan Irigasi Lomaya
disajikan dalam Tabel 4.8.

Total biaya dari hasil perhitungan yang telah


dilakukan, maka didapatkan biaya Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliraan
(AKNOP) Jaringan Irigasi Lomaya sebesar
Rp. 4.793.980.973,00,- ( Empat Milyar
tujuh ratus sembilan puluh tiga sembilan
ratus delapan puluh ribu sembilan ratus
tujuh puluh tiga rupiah ). Rincian biaya
AKNOP disajikan dalam Tabel 4.11

masih banyak terdapat kerusakan pada


saluran. Kerusakan dari hasil identifikasi yaitu
terdiri sebagai berikut:
a. Kerusakan Dinding Saluran pada Pasangan
Batu
Kerusakan dinding saluaran pada pasangan
batu dengan volume sebesar 3.338,9 m3
dengan panjang saluran 5.801,50 m, maka
berdarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 32/PRT/M., 2007, tentang
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi tingkat kerusakan seperti
ini masuk dalam kriteria kondisi rusak
ringan ( kerusakan 10 20 % dari kondisi
awal bangunan/saluran) dan diperlukan
Pemeliharaan Berkala. Kerusakan dinding
saluran pada pasangan batu disajikan
dalam Gambar 4.1.
b. Pengecilan Penampang Saluran Akibat
Endapan Sedimen
Dari hasil identifikasi lapangan volume
total endapan sedimen di saluran sekunder
Lodelomobongo, sekunder Molawahu, dan
sekunder Padengo yaitu sebesar 7690.13
m3 dengan panjang saluran 5.801,50 m.
Hal ini menyebabkan penyaluran air ke
petak irigasi menjadi tidak baik lagi.
Berdarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 32/PRT/M., 2007, tentang
Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi tingkat kerusakan seperti
ini masuk dalam kriteria kondisi rusak
ringan ( kerusakan 10 20 % dari kondisi
awal bangunan/saluran) dan diperlukan
Pemeliharaan Berkala yaitu melakukan
pekerjaan pengerukan endapan sedimen.
Pengecilan Penampang Saluran Akibat
Endapan Sedimen disajikan dalam Gambar
4.1.

Tabel 4.11. Rincian biaya AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya


No.

Uraian

Biaya (Rp.)

1.

Operasi Rutin

Rp. 469.675.000,00

2.

Pemeliharaan Rutin

Rp. 106.506.264,00

3.

Pemeliharaan Berkala

Rp. 4.217.799.709,00

Total Biaya

Rp. 4.793.980.973,00

Sumber : Hasil perhitungan, 2015

Berikut ini disajikan dalam bentuk grafik


Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya
dalam Gambar 4.2.
Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya
Operasi Rutin
10%

Pemeliharaan
Rutin
2%

Pemeliharaan
Berkala
88%

Gambar 4.2. Grafik Prosentase AKNOP Jaringan Irigasi Lomaya

Hasil uraian analisis diatas dapat


selanjutnya dapat dibahas tentang Kondisi
eksisting Jaringan Irigasi, Rencana Operasi
dan Pemeliharaan (O&P) Jarinagn Irigasi dan
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi
Lomaya.

2.

Kegiatan Operasi dan Pemeliharaan


(O & P ) Jaringan Irigasi Lomaya
Keberadaan kegiatan operasi Jaringan
Irigasi Lomaya jika ditinjau dari prosentase
AKNOP masih sangat kecil yaitu hanya
sebesar 10 % (Gambar 4.2) . Dengan biaya
yang minim seperti ini sangat sulit untuk
menjalankan bentuk atau kegiatan operasi
Jaringan Irigasi sesuai defenisi pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M,

1.

Kondisi Eksisting Jaringan Irigasi


Lomaya
Keberadaan Jaringan Irigasi Lomaya
pada saat ini banyak terlihat kerusakan dalam
segi fisik dan terjadi pengecilan penampang
saluran diakibatkan endapan sedimen. Hal ini
berdasarkan dari hasil edentifikasi di lapangan
bahwa eksisting Jaringan Irigasi Lomaya

2007 tentang Pedoman Operasi dan


Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Oleh karena itu
Operasi Rutin dan Pemeliharaan Rutin
Jaringan Irigasi Lomaya masih kurang rutin,
akibatnya biaya yang dibutuhkan untuk
Pemeliharaan Berkala lebih besar.

5.

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hasil analisis dan pembahasan pada bab
sebelumnya disimpulkan :
1. Kondisi eksisting
jaringan irigasi
Lomaya berdasarkan hasil prosentase
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharan (AKNOP) berada dalam
kondisi tidak baik. Hal ini dapat dilihat
pada hasil prosentase biaya pemeliharaan
berkala yaitu sebesar 88 % dibanding
dengan biaya Operasi Rutin dan
Pemeliharaan Rutin.
2. Kegiatan Oprasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi Lomaya masih belum
sesuai
harapan,
yaitu
bagaimana
menekan biaya Pemeliharaan Berkala
dengan miningkatkan intensitas serta
biaya Operasi Rutin dan Pemeliharaan
Rutin. Hal ini dilihat dari perbandingan
prosentase
biaya
operasi
rutin,
pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala
yang tidak proporsional.
3. Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) jaringan irigasi
Lomaya belum cukup optimal, terarah,
dan tepat guna. Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan biaya pemeliharaan berkala
yang besar dibandingkan dengan biaya
operasi rutin dan pemeliharaan rutin yaitu
sebesar Rp. Rp.4.217.799.709,00 dari
total biaya Rp. 4.793.980.973,00.

3.

Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan


Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi
Lomaya
Keberadaan
Daerah
Irigasi
Lomaya
diharapkan mampu memicu dan mendukung
roda pertumbuhan ekonomi serta penunjang
untuk menghadapi swasembada pangan di
Provinsi Gorontalo. Untuk mendukung
harapan keberadaan Daerah Irigasi tersebut ,
maka harus didasari dengan analisa Angka
Kebutuhan Nyata Operasi dan Pemeliharaan
(AKNOP). Akan tetapi kenyataan yang ada
dari hasil identifikasi dan perhitungan belum
menunjukan harapan keberadaan Daerah
Irigasi Lomaya tersebut. Hal ini diakibatkan
Angka Kebutuhan Nyata Operasi dan
Pemeliharaan (AKNOP) Jaringan Irigasi
Lomaya belum relevan dan tepat guna seperti
terlihat pada rincian pembiyaan Operasi
Rutin, Pemeliharaan Rutin dan Pemeliharaan
Berkala yang kurang proporsional. Biaya
Pemeliharaan Berkala lebih besar dibanding
biaya operasional rutin dan Pemeliharaan
Rutin yaitu sebesar Rp. 4.217.799.709,00 dari
total biaya Rp. 4.793.980.973,00. Jika
diprosentasikan nilai Operasi Rutin hanya
sebesar 10 %, Pemeliharaan Rutin 2 % ,
sedangkan untuk Pemeliharaan Berkala sangat
besar yaitu 88%.

5.2 Saran
Beberapa saran yang dilakukan antara
lain:
1. Kegiatan
Operasi
Rutin
dan
Pemeliharaan Rutin Jaringan Irigasi
Lomaya
ditingkatkan
lagi,
Agar
keberadaan eksisting jaringan iringasi
Lomaya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Kinerja dan koordinasi antar lembaga
pengelola
irigasi
(LPI)
perlu
ditingkatkan. Hal ini meliputi pihak
instansi pemerintah yang membidangi
irigasi (PSDA 01 Dinas PU Propinsi
Gorontalo), perkumpulan petani pemakai
air (P3A) dan komisi irigasi.
3. Penilaian jaringan irigasi Lomaya
hendaknya dapat dilakukan setiap tahun

10

sehingga perhitungan AKNOP sesuai


kondisi lapangan, dengan harapan hasil
perhitungan AKNOP ini dapat sebagai
masukan untuk mengontrol anggaran
operasi dan pemeliharan jaringan irigasi
berikutnya.
4. Kesadaran masyarakat di sekitar saluran
irigasi perlu ditingkat, agar tidak
membuang sampah dalam saluran dan
perlu ditingkatkan kinerja saluran
kantong sedimen.
6.

Sarwan, S., 2004, Konsepsi Pengembangan


Program
Operasi
Pemeliharaan
Irigasi, Direktorat Jendral Sumber
Daya Air Departemen Pemukiman dan
Prasarana Wilayah, Jakarta.
Yuskardi., 2012, Analisis Harga Satuan
Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan
Irigasi
(AKNPI)
Berdasarkan
Klasifikasi Kondisi Jaringan Irigasi,
Diakses tanggal 10 Agustus 2013.

REFERENSI

Kepmen Kimpraswil No. 529/KPTS/M/2001


tentang
Pedoman
Penyerahan
Kewenangan
Pengelolaan
Irigasi
Kepada Perkumpulan Petani Pemakai
Air (P3A), Jakarta.
Kusumo E, S., 2013, Kinerja dan Angka
Kebutuhan
Nyata
Operasi
dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak
Desa Tluwuk Kabupaten Pati, ISSN :
2339-0271 , Surakarta.
Mawardi, E., Memed, M., 2006, Desain
Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi
Teknis, Alfa Beta, Bandung.
McLoughlin., 2007, O & M Budget Irrigation
System Level In Third World:
Economic, Explore Alternative Journal
of The American Water Resources
Association,
Diakses
tanggal
9
September 2013.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
32/PRT/M., 2007, Pedoman Operasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi,
Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 20/2006, Tentang
Irigasi, Jakarta.
Ritonga D.S., 2013. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Peningkatan
Kinerja Operasi dan Pemeliharaan
Jaringan Irigasi DI Daerah Irigasi
Sungai Ular. USU

11

Anda mungkin juga menyukai