LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/Bangsa
RM
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tgl. Pemeriksaan
Rumah Sakit
Dokter Pemeriksa
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
An. K
8 bulan
laki-laki
Indonesia
745933
Kristen Protestan
Desa Insrom Biak
10-03-2016
Poli Mata RS Wahidin Sudirohusodo
dr. Ganesha
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: bintik putih pada mata kanan dan kiri
Anamnesis Terpimpin:
Bintik putih pada mata kanan dan kiri disadari orang tua sejak anak berusia
4 bulan. Riwayat trauma tidak ada, mata merah tidak ada, nyeri tidak ada, kotoran
mata berlebihan tidak ada, airmata berlebihan tidak ada. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama tidak ada. Riwayat kelahiran yaitu anak kedua dari dua
bersaudara, lahir normal dengan berat badan lahir 2500 gram, cukup bulan.
Riwayat kehamilan, ibu pernah dirawat dengan malaria saat usia kehamilan
3 bulan. Riwayat penggunaan oksigen dalam waktu lama tidak ada. Riwayat
terpapar radiasi x-ray saat kehamilan disangkal. Riwayat minum obat-obatan dan
jamu disangkal.
Riwayat penggunaan obat tetes mata tidak ada. Riwayat peyakit diabetes
pada orangtua tidak ada, riwayat hipertensi pada orang tua tidak ada. Riwayat
kelainan kongenital lain tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIS
STATUS GENERALIS
Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100 kali/menit
Pernafasan
:
20
kali/menit
Suhu
: 36,5 C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1.
Inspeksi
PEMERIKSAAN
Palpebra
Apparatus lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Bola mata
Kornea
Bilik mata depan
Iris
OD
OS
Edema (-)
Edema (-)
Lakrimasi (-)
Lakrimasi (-)
Sekret (-)
Sekret (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Normal
Normal
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Pupil
Lensa
Keruh
Keruh
Nistagmus (+)
Nistagmus (+)
OD
OS
Tensi okuler
Tn
Tn
Nyeri tekan
(-)
(-)
Massa tumor
(-)
(-)
Mekanisme Muskular
2. Palpasi
PEMERIKSAAN
Glandula periaurikuler
3.
Tonometri
NCT
: Tidak dilakukan pemeriksaan
4.
Visus
- VOD : following the light (+)
- VOS
5.
6.
Light sense
: Tidak dilakukan pemeriksaan
Penyinaran oblik
No
1
Pemeriksaan
Konjungtiva
Oculus Dextra
Hiperemis (-)
Oculus Sinistra
Hiperemis (-)
Kornea
Jernih
Jernih
Normal
Normal
Iris
Pupil
cahaya (+)
cahaya (+)
Keruh
Keruh
6
7.
8.
Lensa
9.Slit lamp
3
- SLOD :
- SLOS :
RESUME
Seorang anak laki-laki usia 8 bulan dibawa oleh ibunya ke poli mata RS
Wahidin Sudirohusodo dengan keluhan bintik putih pada mata kanan dan kiri .
Disadari orang tua sejak anak berusia 4 bulan. Riwayat trauma tidak ada, mata
merah tidak ada, nyeri tidak ada, kotoran mata berlebihan tidak ada, airmata
berlebihan tidak ada. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat kelahiran yaitu anak kedua dari dua bersaudara, lahir normal dengan
berat badan lahir 2500 gram, cukup bulan.
Riwayat kehamilan, ibu pernah dirawat dengan malaria saat usia kehamilan
3 bulan. Riwayat penggunaan oksigen dalam waktu lama tidak ada. Riwayat
terpapar radiasi x-ray saat kehamilan disangkal. Riwayat minum obat-obatan dan
jamu disangkal.
Riwayat penggunaan obat tetes mata tidak ada. Riwayat peyakit diabetes
pada orangtua tidak ada, riwayat hipertensi pada orang tua tidak ada. Riwayat
kelainan kongenital lain tidak ada.
Pada pemeriksaan visus VOD dan VOS following the light (+).
DIAGNOSIS
ODS Katarak Kongenital
TERAPI
Pembedahan yaitu ekstraksi katarak + inplantasi IOL
PROGNOSIS
1.Quo ad vitam
2.Quo ad sanationem
3.Quo ad visum
: bonam
: bonam
: dubia ad bonam
4.Quo ad kosmeticum
: bonam
DISKUSI
akibat mata akan mencari-cari sinar melalui lubang pupil yang gelap dan akhirnya
bola mata akan bergerak-gerak terus karena sinar tetap tidak ditemukan.
Penilaian fungsi visual dapat digunakan untuk menentukan penanganan
terhadap katarak. Kekeruhan kapsul anterior tidak signifikan secara visual.
Kekeruhan sentral/posterior yang cukup densitasnya, diameter >3 mm, biasanya
cukup bermakna mempengaruhi visual, namun pemeriksaan visual pada pasien ini
sulit dinilai karena pasien belum koperatif. Sehingga pemiriksaan visus yang
dilakukan dengan menggunakan cahaya dan didapatkan following the light (+).
Terapi yang direncanakan pada pasien katarak congenital ini yaitu
ekstraksi linier dan inplantasi IOL. Pada anak-anak sangatlah penting untuk
mengkoreksi afakia sesegera mungkin setelah pembedahan. Salah satu pilihan
adalah untuk menanam sebuah IOL ketika katarak di ekstraksi. Sayangnya hal
tersebut bukanlah hal yang sederhana. Saat lahir lensa manusia lebih sferis
dibanding orang dewasa. Lensa tersebut mempunyai kekuatan sekitar 30D,
dimana mengkompensasi untuk jarak axial lebih dekat dari mata bayi. Hal ini
turun sekitar 20-22D setiap 5 tahun. Artinya bahwa sebuah IOL yang memberikan
penglihatan normal pada seorang bayi akan membuat miopia yang signifikan saat
dia lebih tua. Hal tersebut merupakan komplikasi lanjut karena perubahan
kekuatan kornea dan perpanjangan axial dari bola mata. Perubahan-perubahan ini
paling cepat terjadi bebrapa tahun pertama kehidupan.
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan
Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bula
mana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak
adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
kedua-duanya (Ilyas, 2005).1
Menurut WHO di negara berkembang 1-3% penduduk mengalami
kebutaan dan 50% penyebabnya adalah katarak. Sedangkan untuk negara maju
sekitar 1,2% penyebab kebutaan adalah katarak. Menurut survei depkes RI tahun
1982 pada 8 propinsi, prevalensi kebutaan bilateral adalah 1,2% dari seluruh
penduduk, sedangkan prevalensi kebutaan unilateral adalah 2,1% dari seluruh
penduduk (Ilham,2009). Berdasarkan hasil survey di Indonesia, prevalensi sebesar
1,5 % penduduk mengalami kebutaan. 1
Katarak dapat berefek pada satu mata yang dikenal sebagai katarak
unilateral atau kedua mata dikenal sebagai katarak bilateral. Kebanyakan anakanak dengan katarak pada satu mata biasanya mempunyai penglihatan yang bagus
pada bagian yang lain. 2
particularly
rubella.
Katarak
bilateral
sering
herediter
dan
dihubungkan dengan penyakit lain. Hal tersebut disebabkan oleh infeksi, sistemik
dan susunan genetik. Penyebabnya biasanya adalah hipoglikemia, trisomi (seperti,
sindrom Down, Edward,dan Patau), myotonic dystrophy, penyakit infeksi (seperti,
toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, and herpes simplex [TORCH]), dan
prematuritas. 2,3,4
Katarak kongenital merupakan penyebab hampir 10 % kebutaan pada
anak-anak diseluruh dunia.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Lensa
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan. Dari luar kedalam, lapisanlapisan tersebut adalah : sklera/kornea,
koroid/badan siliaris/iris, dan retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar yaitu sklera,yang membentuk bagian
putih mata. Pada bagian anterior, lapisan luar terdiri atas korneatransparan yang
merupakan
membantu
untuk
mempertahankan
bentuk
konveks
dari
kornea
Sumber : docstoc
12
13
sumber : docstoc
Gambar 6. Akomodasi lensa
Metabolisme lensa1,2,3 :
Transparansi lensa :
o Transparansi lensa diatur oleh keseimbangan air dan kation
(Natrium dan Kalium) dimana kedua kation ini berasal dari humor
aqueos dan vitreus.
o Kadar kalium di bagian anterior lebih tinggi dibandingkan bagian
posterior dan kadar natrium lebih tinggi di bagian posterior
daripada anterior lensa
o Ion kalium akan bergerak ke bagian posterior ke humor aqueos dan
ion natrium bergerak ke arah sebaliknya yaitu ke anterior untuk
menggantikan ion kalium dan keluar melalui pompa aktif Na-K
ATP ase
o Fungsi pompa natrium bekerja dengan cara memompa ion natrium
keluar dan menarik ion kalium ke dalam dimana mekanisme ini
tergantung dari pemecahan ATP dan diatur oleh enzim Na-K
ATPase.
14
membentuk
substansi
lensa,
yang
terdiri
dari
korteks
dan
15
16
Myotonic dystrophy.
Kelainan sistem saraf pusat seperti Norries disease.
Kelainan ginjal seperti Lowes syndrome, Alports syndrome.
Kelainan mandibulo-facial seperti Nance-Horan cataract-dental
syndrome.
Kelainan kulit seperti Congenital icthyosis, Incontinentia pigmenti7
3. Infeksi seperti toxoplasma, rubella(paling banyak), cytomegalovirus,
herpes simplex, sifilis, poliomielitis, influenza, Epstein-Barr virus saat
hamil
17
4.
5.
6.
7.
yang sama setiap tahun. Sekitar 1 dari 5 anak tersebut mempunyai riwayat
katarak kongenital didalam keluarga. Katarak dapat menurun secara dominan
berasal dari satu atau orang tua yang lain kepada anak karena sebuah
kesalahan gen. Orang tua mungkin tahu bahwa mereka memiliki katarak tapi
kadang mereka mungkin hanya memiliki sebuah katarak berukuran kecil yang
tidak berefek pada penglihatan dan mereka tidak menyadarinya. Inilah
sebabnya kenapa pergi ke dokter mata dapat membantu mengevaluasi mata
pada orang tua yang mempunyai anak katarak, bahkan meskipun mereka tidak
menyadari mempunyai masalah dengan mata meraka1,3
Banyak anak-anak yang lahir atau perkembangan katarak infantil tidak
mempunyai masalah kesehatan yang lain namun ada beberapa yang
mempunyai masalah kesehatan. Biasanya, hal ini akan terlihat bila spesialis
mata merujuk seorang anak kepada seorang spesialis anak.1
18
19
F. Klasifikasi
1. Katarak Lamellar atau Zonular
Merupakan tipe katarak kongenital yang paling umum dijumpai
dengan karakteristik bilateral dan simetris.Pengaruhnya terhadap fungsi visual
bervariasi tergantung ukuran dan densitas kekeruhan. Umumya diturunkan
secara genetik sebagai autosomal dominan atau merupakan hasil dari transient
toxic influence selama perkembangan embrionik lensa.3
Katarak ini biasanya berkarakter dengan kekeruhan pada lapisan
maupun zona yang spesifik. Secara klinis tampak sebagai lapisan yang keruh
yang mengelilingi daerah yang jernih dan dikelilingi korteks yang jernih juga.
Bila dilihat dari anterior seperti disk shaped configuration.3
20
2. Katarak Polar
Merupakan kekeruhan lensa yang meliputi korteks subkapsular dan
kapsul anterior atau posterior dari pole lensa.Katarak polar anteriorbiasanya
kecil, bilateral, simetris dan tidak progresif serta tidak mengganggu
penglihatan. Katarak polar anterior sering diturunkan secara autosomal
dominan. Katarak polar anterior initerkadang dihubungkan dengan kelainan
okular lainnya, meliputi mikrophthalmos, persistent pupillary membrane dan
lentikonus anterior. Katarak polar anterior tidak membutuhkan penanganan
tetapi sering menyebabkan anisometropia.3
Katarak polar posterior secara umum lebih meyebabkan penurunan
fungsi visual dibandingkan katarak polar anterior karena cenderung lebih
besar dan posisinya lebih mendekati nodal point of eye. Biasanya bersifat
stabil, tetapi kadang-kadang dapat progresif. Dapat bersifat familial (bilateral
dan diturunkan secara autosomal dominant) atau sporadik (unilateral dan
berhubungan dengan sisa tunika vaskulosa lensa atau berhubungan dengan
kelainan kapsul posterior seperti lentikonus atau lentiglobus).3
Gambar 11. Katarak Polaris Anterior (kiri) dan Katarak Polaris Posterior
(kanan)
3. Katarak Nuklear
Kekeruhan dapat hanya terjadi pada nukleus embrional saja atau pada
nukelus embrional dan fetal nuclei.Biasanya bersifat bilateral dengan
spektrum tingkat keparahan yang luas.Kekeruhan lensa meliputi seluruh
21
nukleus atau terbatas pada sebagian lapisan saja. Mata dengan katarak nuklear
kongenital cenderung mikrophthalmia.3
4. Katarak Sutural / Stellate
Katarak ini merupakan kekeruhan pada bentuk Y-sutures atau invertedY pada nukleus fetal dimana sering terdapat cabang atau knobs.Bilateral dan
simetris,sertaditurunkan
secara
autosomal
dominan.
Biasanya
tidak
6. Katarak Cerulean
Merupakan kekeruhan yang tipis berwarna kebiruan yang berlokasi
di korteks lensa sehingga disebut blue-dot cataract.Bersifat tidak progresif
dan biasanya tidak menimbulkan gangguan penglihatan.3
7. Katarak Kapsular
Merupakan kekeruhan kecil pada epitel lensa dan kapsul anterior lensa.
Secara umum tidak menyebabkan gangguan penglihatan.3
8. Katarak Total / Complete
Kekeruhan pada seluruh serabutlensa.Pemeriksaan menggunakan
funduskopi tidak tampak red reflex dan retina tidak terevaluasi. Beberapa
katarak dapat subtotal saat lahir dan progresif dengan cepat menjadi katarak
komplit. Dapat terjadi unilateral maupun bilateral, dan menimbulkan
gangguan penglihatan.3
9. Katarak Membranosa
Suatu kondisi dimana terjadi absorbsi protein lensa yang utuh maupun
tidak, menyebabkan kapsul anterior dan posterior menyatu menjadidense
22
23
H. Diagnosa
Seharusnya dilakukan pemeriksaan mata pada seluruh bayi baru lahir
sebagai skrinning, yaitu :
a. Anamnesa
Diperlukan anamnesa yang detail tentang hambatan tumbuh kembang anak,
pola makan anak, lesi-lesi kulit, kelainan-kelainan perkembangan yang lain
serta riwayat keluarga di dalam mendiagnosa katarak kongenital.
Pemeriksaan menggunakan
24
b. Fungsi Visual
Penilaian fungsi visual dapat digunakan untuk menentukan penanganan
terhadap katarak. Kekeruhan kapsul anterior tidak signifikan secara visual.
Kekeruhan sentral/posterior yang cukup densitasnya, diameter >3 mm,
biasanya cukup bermakna mempengaruhi visual.2
c. Pemeriksaan Okular
I. Diagnosis Banding3,7,8
Retinoblastoma (11% unilateral dan 7% bilateral),
Lentikonus
J. Penatalaksanaan
Penanganan pada katarak kongenital sangat tergantung pada jenis katarak,
bilateral atau unilateral, adanya kelainan mata lain, dan saat terjadinya katarak.
Kekeruhan lensa kongenital sering ditemui dan sering secara visual tidak
bermakna. Kekeruhan parsial atau kekeruhan diluar sumbu penglihatan atau
kekeruhan yang tidak cukup padat untuk mengganggu transmisi cahaya tidak
memerlukan terapi selama pengamatan untuk menilai perkembangan.2
Katararak kongenital yang menyebabkan penurunan penglihatan yang
bermakna harus dideteksi secara dini.Karena prognosisnya dapat kurang
memuaskan dan mungkin sekali pada mata telah terjadi ambliopia. Bila terdapat
nistagmus, maka keadaan ini menunjukan hal yang buruk pada katarak
kongenital.2,3
Pengobatan katarak kongenital bergantung pada :
25
Tindakan bedah yang dikenal adalah iridektomi optis, disisio lensa, ekstraksi linier
dan ekstraksi dengan aspirasi. 2,3
Pada katarak kongenital jenis katarak zonularis, apabila visus sudah sangat
terganggu, dapat dilakukan iridektomi optis, bila setelah pemberian midriatika
visus dapat menjadi lebih baik. Bila tidak dapat dilakukan iridektomi optik,
karena lensa sangat keruh maka pada anak-anak dibawah 1 tahun dilakukan
disisio lensa, sedang pada anak yang lebih besar dilakukan ekstraksi linier.
Koreksi visus pada anak dapat berarti, bila anak itu sudah dapat diperiksa tes
visualnya. Iridektomi optis mempunyai keuntungan bahwa lensa dan akomodasi
dapat dipertahankan dan penderita tidak usah menggunakan kacamata tebal sferis
+ 10 dioptri. 2,3,8
Pada disisio lensa, kapsul anterior dirobek dengan jarum, masa lensa
diaduk, masa lensa yang masih cair akan mengalir ke bilik mata depan.
Selanjutnya dibiarkan terjadi resorbsi atau dilakukan evakuasi massa. Lebih
jelasnya dengan suatu pisau atau jarum disisi daerah limbus dibawah konjungtiva
ditembus ke kamera okuli anterior dan merobek kapsula lensa anterior dengan
ujungnya sebesar 3-4 mm, jangan lebih besar atau lebih kecil. Maksudnya agar
melalui robekan tadi isi lensa yang masih cair dapat keluar sedikit demi sedikit
26
masuk ke COA yang kemudian akan diresorbsi. Oleh karena masa lensa pada bayi
masih cair maka resorbsinya seringkali sempurna. Kalau sayatan terlalu kecil,
sekitar 0,5-1 mm, robekan dapat menutup kembali dengan sendirinya dan harus
dioperasi lagi, sedang bila luka terlalu besar, isi lensa keluar mendadak seluruhnya
kedalam COA, kemudian dapat terjadi reaksi jaringan mata yang terlalu hebat
untuk bayi, sehingga mudah terjadi penyulit. 2,3,8
Indikasi dilakukan disisio lensa ialah umur kurang dari 1 tahun dan pada
pemeriksaan opthalmoskop, fundus tidak terlihat. Penyuli disisio lensa yang
ditakutkan adalah :
-
Katarak sekunder, dapat terjadi bila massa lensa tidak dapat diserap
secara sempurna dan menimbulkan jaringan fibrosis yang dapat
menutupi pupil sehingga mengganggu penglihatan dikemudian hari
sehingga harus dilakukan disisi katarak sekunderia untuk
memperbaiki visusnya.1,2
27
umum. Operasi dilakukan pada satu mata dulu, bila mata ini sudah tenang, mata
sebelahnya dioperasi pula, jika kedua mata sudah tenang , penderita dapat
dipulangkan.2,8,9
Terapi bedah untuk katarak infantil dan katarak pada masa anak-anak
adalah dengan ekstraksi lensa melalui insisi limbus dengan menggunakan
keratom, dengan ujung keratom dibuat luka pada kapsul lensa anterior selebarlebarnya, kemudian ujung keratom digerakan ke kanan dan ke kiri sejauh
mungkin, sehingga terdapat luka selebar-lebarnya pada kapsul lensa. Kemudian
keratom ditarik keluar. Perlu dijaga kapsul posterior jangan sampai terluka
sehingga tak ada bahaya keluarnya badan kaca. Melalui luka kapsul lensa anterior,
isi lensa mengalir keluar, terutama bila tekanan rendah sekali. Kemudian isi lensa
dikeluarkan dari COA dengan sendok Daviel sebanyak-banyaknya. Bila yakin
kapsul posterior utuh, tindakan ini dapat disusul dengan pembilasan memakai
garam fisiologis, sehingga COA menjadi bersih.2,3
Intra ocular lenses (IOLs)
Pada anak-anak sangatlah penting untuk mengkoreksi afakia sesegera
mungkin setelah pembedahan. Salah satu pilihan adalah untuk menanam sebuah
IOL ketika katarak di ekstraksi. Sayangnya hal tersebut bukanlah hal yang
sederhana. Saat lahir lensa manusia lebih sferis dibanding orang dewasa. Lensa
tersebut mempunyai kekuatan sekitar 30D, dimana mengkompensasi untuk jarak
axial lebih dekat dari mata bayi. Hal ini turun sekitar 20-22D setiap 5tahun.
Artinya bahwa sebuah IOL yang memberikan penglihatan normal pada seorang
bayi akan membuat miopia yang signifikan saat dia lebih tua. Hal tersebut
merupakan
komplikasi
lanjut
karena
perubahan
kekuatan
kornea
dan
perpanjangan axial dari bola mata. Perubahan-perubahan ini paling cepat terjadi
bebrapa tahun pertama kehidupan dan hal ini hampir tidak mungkin untuk
memprediksi kekuatan lensa untuk bayi.2,3
Penanaman IOL implantation hampir menjadi hal yang rutin untuk anak
yang lebih besar, Koreksi penggunaan IOL pada anak-anak masih kontroversi.
Tanpa IOL, bayi akan membutuhkan lensa kontak. Beberapa sumber mengatakan
28
dilakukan pemasangan IOL saat memasuki usia masuk sekolah, ada juga yang
mengatakan bahwa IOL dipasang segera setelah operasi dan saat hendak
memasuki usia sekolah dilakukan koreksi kembali.1,2,3
Jika tidak dihendaki pemasangan IOL dapat dipertimbangkan pula optical
devices lainnya seperti kacamata maupun lensa kontak untuk melakukan koreksi
pada kondisi afakia. 2
K. Komplikasi
Kebanyakan anak-anak dengan katarak kongenital akan menjadi
ambliopia. Karena gambaran retina menjadi buram oleh katarak., penglihatan
tidak berkembang sebagaimana mestinya, dan otak tidak dapat menangkap
sensitivitas informasi dari mata. Ekstraksi katarak
29
Seringkali satu mata akan menjadi lebih baik dari yang lain dan hal ini
akan menjadi mata yang dominan, yang membuat mata lainnya menjadi amblopia.
Satu-satunya cara untuk mendeteksi hal ini adalah pengukuran visus secara
reguler pada setiap mata. Jika satu mata memiliki satu atau dua derajat lebih buruk
dari mata yang lain tanpa penjelasan yang jelas, hal tersebut mungkin merupakan
amblopia dan anak tersebut membutuhkan pengobatan untuk mata yang dominan.
Risiko amblopia merupak risiko terbesar selama tahun pertama kehidupan dan
menurun secara signifikan setelah tahun kelima.2,3
Glaukoma mungkin timbul setelah lensektomi, sebagian jika di ekstraksi
pada minggu pertama kehidupan. Glaukoma ini sangat susah untuk diobati dan
frekuensi nya mengarah ke kebutaan. Menunda operasi sampai bayi berumur 3-4
bulan membuat visus mata tidak sampai 6/6 namun dapat menurunkan risiko
glaukoma.2,3,9
Ablasio retina lebih sering terjadi pada bedah katarak kongenital. Sering
timbul sangat lambat, sekitar 35 tahun setelah operasi. Jika bebrapa pasien
mengeluh tiba-tiba kehilangan penglihatan, bahkan meskipun bertahun-tahun
setelah operasi katarak kongenital, hal tersebut dianggap sebagai akibat dari
ablasio retina sampai dibuktikan terdapat penyebab yang lain.1,2
L. Prognosis
Prognosis penglihatan untuk pasien katarak kongenital yang memperlukan
pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien katarak senilis.
Adanya
ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat
pencapaian penglihatan pada kelompok ini.1,2,3
Penglihatan yang baik setelah operasi katarak tergantung pada banyak
faktor, meliputi age of onset, tipe katarak, waktu dilakukan pembedahan, koreksi
30
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh tiga
lapisan yaitu sklera/kornea, koroid/badan siliaris/iris, dan retina.Salah satu media
refraksi yang penting adalah lensa.Lensa mata merupakan struktur bikonveks,
avaskular, tidak berwarna dan tembus pandang. Tebalnya sekitar 5 mm dengan
diameter sekitar 9 mm terletak dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula yang
menghubungkannya dengan korpus siliare yang berfungsi sebagai media refraksi
dan alat akomodasi.1
Kelainan pada lensa dapat berupa kekeruhan lensa yang disebut katarak,
katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
kelahiran dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun.1,2,3
Sekitar sepertiga kasus katarak bersifat herediter, sepertiga lainnya
sekunder terhadap penyakit metabolik atau infeksi atau berkaitan dengan berbagai
syndrome. Sepertiga yang terakhir terjadi karena sebab yang tidak ditentukan.1,2,3
Katarak kongenital yang terjadi akibat gangguan perkembangan serat lensa
di dalam kandungan berkonsistensi cair sehingga tindakan bedahnya adalah
disisio lentis atau ekstrasi linear.1,2
Pada anak-anak sangatlah penting untuk mengkoreksi apakia sesegera
mungkin setelah pembedahan. Salah satu pilihan adalah untuk menanam sebuah
IOL ketika katarak di ekstraksi, selain IOL dapat pula dengan kacamata ataupun
lensa kontak.1,2
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata.Edisi ketiga. FKUI. Jakarta : 2007, hal 205-207
2. Vaughan & Asbury : oftalmologi umum / Paul Riordian-Eva, John P. Whitcher
; alih bahasa, Brahm U. Pendit ; editor bahasa Indonesia, Diana Susanto. Ed
17. Jakarta : EGC, 2009.
3. American Academy of Ophthalmology. Lens and Cataract in Basic and
Clinical Science Course. Section 11. 2009-2010 : 34-39
4. Khurana AK. Disease of the Orbit. Comprehensive Ophthalmology. Fourth
Edition, p : 280-283
5. Tsai JC, Denniston AKO, Murray PI, Huang JJ, Aldad TS. Oxford American
Handbook of Ophthalmology. 2011. p:625-627
6. Congenital Cataract, diunduh dari: http://emedicine.com.
7. Follow up Congenital Cataract,diunduh dari
:http://emedicine.medscape.com/article/1210837-followup#showall.
8. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and
Strabismus in Basic and Clinical Science Course. Section 6. 2008-09 : 390399
9. Complication in Congenital Cataract, diunduh dari :
http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and_condi
tions_in_children/congenital_cataract.html.
32