Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KEGIATAN

SIMPOSIUM HIPERCCI INDONESIA KE XVII


15-16 MEI 2015 INNA GARUDA HOTEL YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:
1. DEDAH JUBAEDAH,Amd Kep
2.
NENI
HERNAWATI,
Amd.Kep

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang
Tujuan
Waktu dan Tempat Pelatihan
Fasilitas dan Penyelenggaraan
Biaya Pelatihan
Peserta Pelatihan

BAB II

MATERI
1. Kopetensi klinis di area area critical care oleh Aliana Dewi,SKp
MN
2. ARDS Oleh Ns. Patricia suti lasmani,S.Kep,MPH
3. Deep
vein
thrombusOleh
Dr.Hariadi
4.

Haryawan

SpPD,SpJK,FIHA,FAsCC,FAPSIC
Pain management in critical care Oleh Dr Cristian A Johhanes

SpAn KIC
5. Akut kidney injury oleh dr Rupii SpAN ,KIC
6. Fisioteran dan mobilisasi pada pasien kritis oleh titin mulyati
Skep,M.Kep
7. Nutrision in critical care oleh Ns Suratminah S,Kep
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Semakin tingginya kepedulian masyarakat akan kesehatan, akan


membuat masyarakat berfikir secara kritis terhadap pelayanan kesehatan
yang diterimanya, baik pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter
maupun perawat.
Kesadaran
masyarakat

tentang

kesehatan

tersebut

akhirnya

menimbulkan berbagai macam tuntuan antara lain pelayanan keperawatan


yang berkualitas dan memberikan kepuasan kepada pasien.
Perawat yang bekerja di unit Intensive care tentunya akan berhadapan
dengan masalah kesehatan yang sangat kompleks baik dari penyakit pasien
sendiri maupun teknologi di unit tersebut, untuk itu sangat diperlukan
keterampilan dan kemampuan yang tinngi dalam menaggani pasien kritis bagi
perawat tersebut.
Selain itu juga, pelayanan unit intensive care dirumah sakit perlu
ditingkatkan secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pelayanan pengobatan, perawatan dan observasi secara ketat yang semakin
meningkat sebagai akibat penyakit menular maupun tidak menular. Oleh
karena itu diperlukan keikut sertaan perawat ICU untuk mengikuti pelatihan
yang berkaitan dengan ICU salah satunya seminar yang diadakan oleh
HIPERCCI untuk meningkatkan wawasan terhadap ilmu dan pengetahuan yang
semakin berkembang.
B. Tujuan
Meningkatkan

pengetahuan

perawat

tentang

Ilmu

keperawatan

khususnya di Unit Intensife Care dalam memberikan pelayanan keperawatan


yang holistik/ menyeluruh mencakup bio-psiko-spiritual, dan mampu bekeja
secara cepat, tepat, dan akurat.
C. Waktu dan Tempat Pelatihan
Acara dan waktu kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15-16 Mei 2015,
yang bertempat di Inna garuda hotel ,Yogyakarta.
D. Fasilitas Penyelenggaraan
Adapun fasilitas yang didapatkan dalam penyelenggaraan HIPERCCI ini
adalah berupa modul materi pelatihan, seminar kit, dan sertifikat.
E. Biaya Pelatihan
F. Peserta Pelatihan
Peserta HIPERCCI ini adalah 2 orang perawat R.ICU RS.TMC Tasikmalaya:
1. DEDAH JUBAEDAH Amd.Kep
2. NENI HERNAWATI,AMd Kep

BAB II
ISI
2.1 SUSUNAN ACARA
Jam
07.0008.00
08.0008.30

Kegiatan

Pembicara

Registrasion
Opening ceremony
Lagu Indonesia Raya
Mars HIPERCCI
1. chairperson of Organizing Commite Report
2. Chairperson of Indonesia Critical care nurses
association
3. Chairperson of secretary General of the Ministry
of Health Republik Indonesia

2.2 RINGKASAN MATERI PELATIHAN

1. Kopetensi klinis di area area critical care oleh Aliana Dewi,SKp


MN

Perawat di icu harus memiliki kemampuan ,keterampilan


kognitif interpersonal dan psikomotor untuk menghadapi
masalah keperawatan .adapun kopetensi yang harus dimiliki
berdasarkan Kemenkes 2011 dan ACCN 2008 yaitu:
1.profesional behavior/ethics
2. client and nurse safety
3 theurapheutic and caring
4 clinical skill,knowledge.intregration, and critical thingking
5. contuining competence and research
2. ARDS Oleh Ns. Patricia suti lasmani,S.Kep,MPH
Acute respiratory distress syndrome (ARDS) merupakan
kerusakan pada total akibat berbagai total akibat etiologi.
Kedaan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya sepsis,
pneumonia viralatau bakterial, aspirasi isi lambung, trauma
dada, syok yang berkepanjangan, terbakar, emboli lemak,
tenggelam, transfusi darah masif, bypas kardiopulmonal,
keracunan O2, perdarahan pankreatitis akut, inhalasi gas
beracun, serta konsumsi obat-obatan tertentu.
ARDS merupakan keadaan darurat medis yang dipicu oleh
berbagai proses akut yang berhubungan langsung ataupun
tidak langsung dengan kerusakan paru (Aryanto Suwondo,
2006). ARDS atau sindroma distres pernafasan dewasa
(SDPD) adalah kondisi kedaruratan paru yang tiba-tiba dan
bentuk kegagalan nafas berat, biasanya terjadi pada orang
yang sebelumnya sehat yang telah terpajan pada berbagai
penyebab pulmonal atau non-pulmonal (Hudak, 1997).

Gejala klinis utama pada kasus ARDS adalah :


Penurunan kesadaran mental
Takikardi, takipnea
Dispnea dengan kesulitan bernafas
Terdapat retraksi interkosta
Sianosis
Hipoksemia
Auskultasi paru : ronkhi basah, krekels, stridor, wheezing
Auskultasi jantung : BJ normal tanpa murmur atau gallop
3. Deep
vein
thrombusOleh
Dr.Hariadi
Haryawan
SpPD,SpJK,FIHA,FAsCC,FAPSIC

Deep Vein Thrombosis (DVT) adalah terbentuknya bekuan


darah

(trombus)

pada

salah

satu

vena

dalam

yang

menyalurkan darah kembali ke jantung. Cedera traumatik


merupakan

salah

satu

faktor

risiko

penting

untuk

terbentuknya DVT. Pembentukan trombus melibatkan tiga


faktor penting meliputi aliran darah, komponen darah,
danpembuluh darah yang dikenal sebagai Virchows Triad.
Temuan klasik nyeri pada betispada saat kaki dorsifleksi
(Homans

sign)

merupakan

tanda

yang

spesifik

tetapi

tidaksensitif dan terjadi pada setengah pasien dengan DVT.


Trombosis vena dalam (deep vein thrombosis, DVT)
merupakan kondisi di mana darah pada vena-vena profunda
pada tungkai atau pelvis membeku. Embolisasi dari trombus
menimbulkan

emboli

paru

(pulmonary

sementara

kerusakan

vena

lokal

hipertensi

vena

kronis

dan

embolus,

dapat

ekstermitas

PE)

menyebabkan
pascaflebitis

(postphlebisic, PPL).
Kebanyakan trombus vena profund berasal dari ekstermitas
bawah, banyak yang sembuh spontan dan lainnya menjadi
lebih luas atau membentuk emboli. Trombosis pada vena
poplitea, femoralis superfisialis, dan segmen-segmen vena
ileofermoralis juga sering terjadi. Amat banyak kasus emboli
paru-paru yang terjadi akibat DVT pada vena-vena panggul
dan ekstermitas bawah.

4.

Pain management in critical care Oleh Dr Cristian A Johhanes


SpAn KIC
Nyeri
didefinisikan

sebagai

suatu

keadaan

yang

mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila


seseorang pernah mengalaminya. Nyeri, sakit, dolor (Latin)
atau pain (Inggris) adalah kata-kata yang artinya bernada
negatif; menimbulkan perasaan dan reaksi yang kurang
menyenangkan. Walaupun demikian,kita semua menyadari
bahwa rasa sakit kerapkali berguna,antara lain sebagai tanda
bahaya; tanda bahwa ada perubahan yang kurang baik di
dalam diri manusia

FISIOLOGI NYERI.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan
sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit
yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara
potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor ,
secara

anatomis

reseptor

nyeri

(nociceptor)

ada

yang

bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf


perifer.
Berdasarkan

letaknya,

nociceptor

dapat

dikelompokkan

dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus),


somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,
karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nociceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi
dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu reseptor A delta dan serabut C.
5. Akut kidney injury oleh dr Rupii SpAN ,KIC
AKI (Akute Kidney Injury) adalah penurunan fungsi ginjal yang
cepat dan ditandai dengan penurunan Laju filtrasi Glomerulus
(LFG) dan berakibat penurunan pembuangan produk nitrogen,
hilangnya regulari air,elektrolit dan asam basa.

Secara garis besar penyebab AKI dalam tiga klasifikasi


prerenal, intrinsik dan pasca renal. secara klinik sangat
penting membedakan klasifikasi karena penting untuk
pengelolaan.Urinalisis

sangat

penting

dalam

membedakan jenis AKI (Pre, intrinsik, atau pasca renal)


6. Fisioteran dan mobilisasi pada pasien kritis oleh titin
mulyati Skep,M.Kep
Pasien yang masuk dalam perawatan kritis bervariasi,
mulai dari level nol yang tanpa alat bantu apapun
sampai dengan level 3 yang membutuhkan perawatan
total dengan menggunakan bantuan nafas lanjut dan

membutuhkan

dukungan

yang

kompleks

karena

kegagalan multi organ. Pasien dengan alat bantuan


nafas atau ventilasi mekanik, biasanya mendapatkan
sedasi

untuk

menjamin

kenyamanan,

memperkecil

distress dan membuat intervensi penyelamatan hidup


lebih dapat ditoleransi, tetapi hal ini menimbulkan
dampak

penurunan

kesadaran

pada

pasien

dan

ketidakmampuan bergerak. Dampak yang ditimbulkan


dari imobilisasi atau tirah baring antara lain dampak
jangka pendek yaitu meliputi ventilator associated
pneumonia (VAP), pemanjangan waktu penyapihan dari
ventilator

dan

munculnya

ulkus

tekan,

sedangkan

dampak jangka panjang antara lain penurunan kualitas


hidup pasien setelah keluar dari unit perawatan intensif.
Problem perawatan di ruang ICU:
1.imobilisasi
2. pemakaian alat bantu nafas
3 pemakaian alat monitor invasive
4 infeksi
5. pendarahan lambung
6.trombo-emboli
7. malnutrisi

7. Nutrision in critical care oleh Ns Suratminah S,Kep


Sangat umum bagi pasien Intensive Care Unit (ICU)
untuk membutuhkan sokongan nutrisi karena sebagian
pasien telah mengalami suatu periode sakit dengan
asupan nutrisi yang buruk dan terjadi penurunan berat
badan. Pada hampir semua pasien yang sakit kritis,
dijumpai anoreksia atau ketidakmampuan makan karena
kesadaran yang terganggu, sedasi, ataupun karena
intubasi jalan nafas bagian atas. Tujuan sokongan nutrisi
bagi pasien sakit kritis (The American Society for
Parenteral and Enteral Nutrition) adalah :
1. Menyediakan sokongan nutrisi yang konsisten dengan
kondisi medis pasien dan ketersediaan rute pemberian
nutrien.

2. Mencegah dan mengatasi defisiensi makro dan


mikronutrien.
3. Menyediakan dosis nutrien yang sesuai dengan
metabolism yang telah ada.
4. Menghindari komplikasi yang berhubungan dengan
teknik pemberian nutrisi.
5.
Meningkatkan
outcome
pasien;
mengurangi
morbiditas, mortalitas dan waktu penyembuhan
Sokongan nutrisi bagi pasien sakit kritis dapat secara
enteral maupun parenteral. Masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan, sehingga penentuannya
harus melihat dan mempertimbangkan semua aspek
yang ada kasus per kasus. Selain itu jumlah, perhitungan
kalori, jenis nutrien, serta saat pemberian juga
mempengaruhi keadaan pasien secara keseluruhan.
1. Nutrisi Enteral
Pada pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan
nutrisinya melalui rute oral, formula nutrisi diberikan
melalui tube ke dalam lambung (Gastric tube/G-tube,
Nasogastric Tube/NGT) atau duodenum, atau jejunum.
Dapat secara manual maupun dengan bantuan pompa
mesin. Dosis nutrisi enteral biasanya berkisar antara 1418 kkal/ kgbb/ hari atau 60-70% dari tujuan yang hendak
dicapai.

2. Nutrisi Parenteral
Nutrisi total atau tambahan melalui rute vena pada
pasien yang tidak dapat mengkonsumsi kebutuhan
nutrisi sehari-hari melalui rute enteral.
NUTRISI ENTERAL
Indikasi

Pasien dengan malnutrisi berat yang akan menjalani


pembedahan saluran cerna bagian bawah.
Pasien dengan malnutrisi sedang-berat yang akan
menjalani prosedur mayor elektif saluran cerna bagian
atas.
Asupan makanan yang diperkirakan tidak adekuat
selama >5-7 hari pada pasien malnutrisi, >7-9 hari pada
pasien yang tidak malnutrisi.
Kontraindikasi Absolut
Pasien yang diperbolehkan untuk asupan oral nonrestriksi dalam waktu <7 hari
Obstruksi usus
Pankreatitis akut berat
Perdarahan masif pada saluran cerna bagian atas
Muntah atau diare berat
Instabilitas hemodinamik
Ileus paralitik
Kontraindikasi Relatif
Edema dinding usus yang signifikan
Fistula high output (>800 mL/hari)

Infus nutrisi pada proksimal anastomosis saluran cerna


yang baru.
Keuntungan
Peningkatan berat badan dan retensi nitrogen yang
lebih baik
Mengurangi frekuensi steatosis hepatik

Mengurangi insiden perdarahan gastrik dan intestinal


Membantu mempertahankan integritas barier mukosa
usus, struktur mukosa serta fungsi dan pelepasan
hormon-hormon trofik usus.
Mengurangi risiko sepsis
Beberapa zat gizi tidak dapat diberikan parenteral,
seperti: glutamin, arginin, nukleotida, serat (dan asam
lemak rantai pendek yang dihasilkannya melalui proses
degradasi usus), asam lemak, dan mungkin juga
peptida.
Meningkatkan angka ketahanan hidup
Biaya lebih ringan
Erosi lubang hidung
Komplikasi
Komplikasi nutrisi enteral lebih sering terjadi pada
pasien
yang
membutuhkan
perawatan
intensif
dibandingkan pada pasien yang sakitnya lebih ringan.
Komplikasi yang berhubungan dengan feeding tubes
Faring
(trauma,
perdarahan,
perforasi
ruang
retrofaringeal,
abses),
perforasi
esofagus,
pneumomediastinum,
pneumothoraks,
perdarahan
pulmoner, pneumonitis klinis, efusi pleura, empiema,
perforasi lambung, perforasi usus Kegagalan insersi
Rasa tidak enak Sinusitis Kesalahan memasukkan tube
Obstruksi tube Komplikasi bedah dari gastrotomi dan
yeyunostomi

NUTRISI PARENETRAL
Indikasi

Kegagalan percobaan nutrisi enteral dengan feeding


tube usus halus dan kondisi saluran cerna seperti yang
tercantum dalam kontraindikasi nutrisi enteral
Kontraindikasi
Hiperglikemi
berat,
azotemi,
ensefalopati,
hiperosmolalitas, dan abnormalitas berat cairan dan
elektrolit.
Komplikasi
Hiperglikemi (mungkin karena fungsi imunitas yang
terganggu),
komplikasi
akses
vena
(segera:
pneumothoraks, trauma vaskuler, hemothoraks; lambat:
infeksi, sepsis).

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Simposium yang diadakan oleh HIPERCCI, merupakan acara pelatihan
yang diadakan untuk meng-upgrade kembali pengetahuan dan informasi secacra
khusus mengenai ICU yang dilaksankan selama 2 hari yang mencangkup materi
secara umum yang disampaikan dalam symposium.
Adapun peserta yang mengikuti pelatihan ini terdiri atas perawat rumah
sakit yang bertugas diruang ICU seluruh Indonesia . materi yang diberikan
merupakan materi dasar esensial untuk diketahui para praktisi yang terlibat
langsung diruang ICU. Sementara untuk narasumber sendiri berasal dari profesi
dokter dan perawat praktisi senior diruang ICU.
B. SARAN
1. Perawat di RS.TMC khususnya perawat-perawat diruang khusus
diharapkan untuk sering kali diikuit sertakan mengikuti pelatihan/seminar
secara berkala yang berhubungan dengan kemampuan khusus yang
disesuaikan pada ciri khas ruangan nya masing-masing, hal ini dilakukan
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan secdra berkualitas terhadap
pasien.

2. Adanya study kasus, study jurnal/literature yang dilakuakan secara berkala


di RS.TMC yang melibatkan para praktisi baik perawat maupun dokter,
agar pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat memenuhi standar
dan terevaluasi dengan baik.
3. Adanya refresh materi mengenai penatalaksanaan penyakit tertentu
berdasarkan ilmu pengetahuan yang terbaru.

Anda mungkin juga menyukai