JAWABAN TUGAS
1. Calon guru SD perlu mempelajari perspektif global, sebab sebagai calon guru
diharuskan mempunyai bekal dan wawasan yang luas untuk diajarkan kepada
siswa agar mereka dapat bersikap, bertindak dan berbuat untuk kepentingan
global. Tujuan umum pengetahuan tentang perspektif global adalah selain untuk
menambah wawasan juga untuk menghindarkan diri dari cara berpikir sempit,
terkotak kotak oleh batas-batas subyektif, primordial (lokalitas) seperti perbedaan
warna kulit, ras, nasionalisme yang sempit, dsb (agar pemikiran dapat
berkembang). Tugas guru adalah mengglobalkan pengetahuan dan sikap serta
kesadaran siswa terhadap dunia. Guru seperti ini adalah guru global atau Global
Teacher (Steiner, 1996). Calon pendidik sebaiknya dapat menghubungkan pelajaran
yang akan diajarkan kepada siswa dengan perkembangan IPTEK dan
perkembangan global lainnya sehingga wawasan menjadi semakin luas
(memanfaatkan IPTEK dengan baik, mengetahui isu-isu global dan mencari
solusinya, serta dapat mengambil hikmah dari peristiwa global yang terjadi).
Seorang guru harus memiliki pemikiran yang mengglobal namun bertindak lokal
Think globally, act locally. Diharapkan calon guru dapat menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, berketrampilan dan berkepribadian baik, agar
nantinya dapat menjalankan profesi guru dalam era global dengan maksimal demi
terwujudnya tujuan pendidikan nasional.
a. Saya tidak setuju dengan pendidikan akselerasi, sebab sebagai bangsa, kita
perlu membantu anak-anak yang belum dapat menikmati pendidikan. Mereka
akan menjadi bagian penting pengembangan bangsa ini di kemudian hari,
maka kita bertanggung jawab untuk membantu mereka. Jangan sampai ada
segelintir siswa dibantu dipercepat, sedangkan kebanyakan anak masih tidak
dapat menikmati pendidikan minimal dibiarkan atau tidak diurus karena
kurang menarik dan memakan biaya besar. Tidak ada jaminan dengan adanya
siswa yang berhasil menjalankan program akselerasi juga dapat meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia. Jika ini yang terjadi, berarti yang dilahirkan
oleh institusi pendidikan kita hanyalah generasi-generasi berotak brilian dan
cerdas intelektualnya, tetapi miskin kecerdasan hati nurani dan spiritual, serta
tidak memiliki kepekaan sosial yang baik. Oleh karena itu, diharapkan para
penerus bangsa tidak hanya cerdas dan berketrampilan saja, tetapi juga
memiliki karakter/kepribadian yang baik (kecerdasan spiritual dan apresiasi
tinggi terhadap nilai-nilai sosial seperti nilai kejujuran, dapat menciptakan
kedamaian dan kerukunan, menegakkan kebenaran, dsb) sehingga nantinya
pemuda-pemudi Indonesia dapat bersaing secara kompetitif di era global dalam
menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan profesional serta dapat menjadi
generasi emas bangsa yang berkualitas dan berbudi luhur dalam rangka
meningkatkan Human Development Index (HDI) menjadi lebih baik
dibandingkan negara lainnya.
b. Kelebihan pendidikan akselerasi:
Siswa dengan bakat intelektual yang tinggi dapat lulus lebih cepat
(akselerasi pengajaran).
Siswa memiliki motivasi dan komitmen yang tinggi untuk mencapai prestasi
dan keunggulan (menuntut kesabaran dan usaha yang keras sehingga
mencapai hasil yang maksimal). Melatih siswa-siswanya untuk menjadi yang
terbaik di berbagai macam bidang dan berguna di masa depannya.
Kelas reguler menjadi stabil karena siswa yang memiliki kemampuan ratarata dan di bawah rata-rata tidak merasa tersaingi dan terganggu lagi
dengan adanya siswa yang jauh lebih cerdas darinya. Keadaan ini dapat
melancarkan kegiatan belajar-mengajar serta dapat juga meningkatkan
kemampuan siswa karena sudah tidak ada persaingan lagi sehingga setiap
anak memiliki kepercayaan dirinya masing-masing.
Kekurangan pendidikan akselerasi:
Stigmatisasi pada diri siswa kelas regular (kelas reguler dianggap kelas yang
relatif jelek bila dibandingkan dengan kelas akselerasi).
Timbulnya budaya inferior pada kelas reguler, kelas eksklusif, arogansi, dan
elitisme pada kelas akselerasi.
Terjadi dehumanisasi pada proses belajar di sekolah (alokasi waktu yang
jauh lebih pendek ini, mau tidak mau siswa harus belajar keras).
Siswa kelas akselerasi tidak memiliki kesempatan luas untuk belajar
mengembangkan aspek afektif.
3. Pandangan saya tentang penggantian peran guru dalam mendidik anak dengan
komputer adalah teknologi tidak dapat menggantikan peran guru dalam mendidik
anak. Media dapat berfungsi sebagai penyaji dan penyalur pesan yang mana bisa
mewakili guru dalam menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program
media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat
diperankan oleh media meskipun tanpa keberadaan guru. Namun, tugas seorang
guru itu sangatlah kompleks. Masih banyak tugas guru lainnya yang tidak dapat
digantikan perannya oleh teknologi yaitu seperti memberikan perhatian dan
bimbingan kepada siswa. Peran guru sebagai pengajar memang bisa digantikan
oleh media seperti internet, namun sebagai seorang pendidik yang membantu
mengenali diri dan mengenal dunia di luar dirinya, teknologi tidak dapat
menggantikan peran tersebut. Maka dari itu, teknologi bisa mewakili peran guru
namun tidak dapat menggantikan seluruh peran guru.
4. Profil guru yang ideal yang dapat menjawab tantangan kebutuhan dalam era
global adalah sosok guru yang profesional, seseorang yang mampu menjadi orang
yang bisa digugu dan ditiru oleh peserta didik maupun masyarakat luas. Kita
sadari bahwa guru ideal harus peka dan tanggap terhadap berbagai perubahan,
pembaharuan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman. Guru diwajibkan untuk
mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas
pendidikan. Ciri guru ideal di era globalisasi ini, guru tampil sebagai pendidik,
pengajar, pelatih, inovator, motivator dan dinamisator serta sebagai integral dalam
mencerdaskan peserta didik. Guru ideal diharapkan mampu membekali peserta
didik sebagai penerus bangsa, memiliki kemampuan intelektual dan menghargai
kebenaran, keadilan, kesejahteraan, perdamaian, memiliki sikap bijak dan penuh
tanggung jawab. Terus belajar, kreatif mengembangkan diri dan potensinya, pintar
dan berwawasan luas, disiplin, mampu menerapkan metode pembelajaran yang
bervariasi, berkepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Menjaga hubungan baik
dan harmonis dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Berpenampilan sederhana,
menarik, rapi, dan sopan. Memandang bahwa pekerjaan mendidik, mengajar
merupakan sesuatu yang menarik dan menantang, bersedia melayani peserta didik
yang lamban dengan penuh kesabaran, bersikap realitis terhadap peserta didik.
5. Keterkaitan antara kondisi riil/kondisi obyektif berbagai faktor pada suatu negara
dengan mutu pendidikan dapat dijelaskan sbb:
tersebut akan mampu mengantisipasi perkembangan global dengan baik agar siswa
dapat menghadapi, mengikuti, dan menfilter/ menyaring dampak dari era global.