Kelompak 9 :
1. M.Zainal Fanani
(140210204
2. Sayidatul Marati
(140201204107)
Kelas C Reg
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang mengambil sebuah kasus tabrakan,orang
biasa ditahan dan anak menteri tidak.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan solusi kasus
tabrakan,orang biasa ditahan dan anak menteri tidak yang kelak akan bermanfaat dalam
pembelajaran dibidang konsep dasar PKn SD. Penyelesaian makalah ini berkat bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah kami untuk menyampaikan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa
memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Makalah ini insyaallah dapat bermanfaat kepada para pembaca. Dengan adanya kajian
dalam makalah ini setidaknya dapat menambah wawasan para pembaca.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
BAB I Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan
Manfaat
1
2
2
2
BAB II Pembahasan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
3
4
5
7
8
8
12
12
Daftar pustaka
13
BAB I
PENDAHULUAN
2.
3.
4.
5.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyebab anak menteri
2.
3.
4.
5.
Afriyani
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab anak menteri tidak dipenjara sedangkan Afriyani Susanti dipenjara karena
kasus yang sama
1. Tingkat kekayaan seseorang.
Tingkatan kekayaan seseorang itu mempengaruhi berapa lama hukum yang ia terima.
2. Tingkat jabatan seseorang.
Orang yang memiliki jabatan tinggi apabila mempunyai masalah selalu penyelesaian
masalahnya dilakukan dengan segera agar dapat mencegah tindakan hukum yang
mungkin bisa dilakukan. Tetapi berbeda dengan pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun
terkesan mengulur-ngulur janji untuk menyelesaikan kasus tersebut.
3. Nepotisme.
Mereka yang melakukan kejahatan namun memiliki kekuasaan atau peranan penting di
negara ini dapat dengan mudahnya keluar dari vonis hukum. Ini sangat berbeda dengan
warga masyarakat biasa yang akan langsung di vonis sesuai hukum yang berlaku dan sulit
untuk membela diri atau bahkan mungkin akan dipersulit penyelesaian proses hukumnya.
4. Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum.
Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum muncul karena hukum itu lebih banyak
merugikannya. Di lihat dari yang diberitakan di telivisi pasti masalah itu selalu
berhubungan dengan uang. Seperti faktor yang di jelaskan di atas membuat kepercayaan
masyarakat umum akan penegakan hukum menurun.
2.
Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tapi menimbang serta melihat
latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian, unsur kemanusiaan dan juga menimbang
rasa keadilan dalam memberikan keputusan. Hakim diwajibkan mencari dan menemukan
kebenaran materil yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan
pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan
menemukan kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan materiil. Dengan ini diharapkan tidak
ada keputusan yang kontroversial dan memberikan keputusan yang seadil-adilnya sehigga yang
terjadi pada nenek minah tidak terjadi lagi.
3.
Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku, arogan, hitam putih. Tapi
harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks
perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakkan yang hanya
berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan putusan-putusan yang
4.
5.
6.
Meningkatkan pembinaan integritas, kemampuan atau ketrampilan dan ketertiban serta kesadaran
hukum dari pelaksana penegak hukum tentang tugas dan tanggungjawabnya. Dalam
melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar melaksanakan asas persamaan hak di
dalam hukum bagi setiap anggota masyarakat.
7.
Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penegakan hukum.
Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum. Sehingga tidak ada hakim yang terlibat kasus
korupsi.
8.
9.
Memberikan pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara
berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan hukum
diIndonesiasehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku.
Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.
Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan di semua tingkat peradilan.
10. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak menjalankan tugas
dengan semestinya.
11. Harus ada reformasi institusional didalam tubuh lembaga penegak hukum. Bukan hanya reformasi
didalam tubuh Polri dan KejaksaanRItapi juga pada lembaga penegak hukum lain Komisi
Pemberantasan Korupsi ( KPK ) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan korban ( LPSK ). Hal ini
dikarenakan carut marutnya hukum yang ada di Indonesiajuga disebabkan karena adanya
oknum oknum yang tidak bertanggungjawab didalam tubuh lembaga penegak hukum.
Kejaksaan sudah mencanangkan adanya pembaruan didalam tubuh Kejaksaan yakni terkait
tentang perekrutan jaksa, kode perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi
disiplin. Selain itu saat Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu jabatan jaksa,
pengektifan peran pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen ditugasi mencegah perbuatan
tercela jaksa, pemberian reward and punishment. Kepolisian juga telah merencakan meminta
setiap jajaran merancang target dalam waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan pakta
integritas, mengevaluasi secara rutin kinerja jajaran, transparansi sistem rekrutmen anggota polisi
dan proses pelayanan administarasi.
12. Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan terobosan
dalam penegakan hukum diIndonesia. Dengan adanya penghargaan ini diharapkan setiap jaksa
maupun hakim berlomba untuk memberikan terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum
diIndonesia.
13. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas tinggi.
Partisipasi publik.
Seharusnya pemerintah Indonesia dapat bertindak lebih adil dan untuk kalangan atas lebih
memperhatikan lagi dengan segala aspek dalam hukum yang ada dalam negara kita ini.
Bertindaklah seadil-adilnya agar tidak ada pihak yang dirugikan.
mempunyai implikasi positif terhadap penegakan hukum yang dijalankan di Indonesia karena
para penegak hukum telah dibekali pembangunan karakter yang akan melahirkan atau
menciptakan manusia Indonesia yang unggul.
Untuk cara keempat yakni adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang
memberikan terobosan-terobosan dalam penegakan hukum di Indonesia. Dengan adanya
penghargaan ini diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan
terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum di Indonesia.
Meskipun saat ini kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum masih
sangat rendah. Keberanian lembaga-lembaga hukum bangsa ini akan menjadi titik cerah bagi
penegakan hukum. Namun selain itu kesadaran masyarakat dalam menaati hukum akan
menjadi hal yang mempengaruhi penegakkan hukum di Indonesia. Karena lemahnya
penegakan hukum selama ini juga akibat masyarakat yang kurang menaati hukum.
b.
c.
lebih banyak tertuju pada diskresi (pertimbangan). Sebagaimana dikatakan di muka, maka diskresi
menyangkut pengambilan keputusan yang tidak sangat terikat oleh hukum, di mana penilaian pribadi
juga memegang peranan. Di dalam penegakan hukum diskresi sangat penting karena:[24]
a. tidak ada peraturan perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur
semua perilaku manusia,
b. adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang-undangan dengan
perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakpastian,
c. kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pembentuk undang-undang, dan
d. adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan secara khusus.
Penggunaan perspektif peranan dianggap mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu, oleh karena:
[25]
1.
2.
lebih mudah untuk membuat suatu proyeksi, karena pemusatan perhatian pada segi prosesual,
3. lebih memperhatikan pelaksanaan hak dan kewajiban serta tanggung jawab, daripada kedudukan
dengan lambang-lambangnya yang cenderung bersifat konsumtif.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peranan yang ideal dan peranan yang seharusnya dari
masing-masing penegak hukum (khususnya kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan advokat), akan
dipaparkan sebagi berikut:
1.
-
Kepolisian
Peranan ideal
Adapun peranan ideal dari kepolisian adalah menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum
Negara.[26]
-
Adapun peranan yang seharusnya dari kepolisian yaitu:[27] (1) memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
2.
Kejaksaan
Peranan yang ideal, yaitu sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara
di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.[28]
-
Adapun peranan yang seharusnya dari kejaksaan adalah[29] alat Negara yang bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
3. Kehakiman
10
Peranan yang ideal kekuasaan kehakiman adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945 demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia.[30]
Peranan yang seharusnya, yaitu[31] menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya. Berhubungan dengan hal ini, ada beberapa poin yang perlu
diperhatikan:
a)
Adavokat
Peranan yang ideal advokat adalah memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Advokat.[32]
Peranan yang seharusnya yaitu memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien.[33]
Setelah dipaparkan secara ringkas mengenai peranan yang ideal dan yang seharusnya, maka timbul
pertanyaan bagaimanakah dengan peranan yang sebenarnya atau peranan aktual. Jelaslah bahwa hal
itu menyangkut perilaku nyata dari para pelaksana peran, yakni para penegak hukum yang disatu
pihak menerapkan perundang-undangan, dan dilain pihak melakukan diskresi di dalam keadaankeadaan tertentu.[34]
11