Anda di halaman 1dari 11

KONSEP DASAR PKN SD

KASUS TABRAKAN,ORANG BIASA DITAHAN DAN ANAK MENTERI


TIDAK
Dosen pembimbing: Yayuk Mardiati

Kelompak 9 :
1. M.Zainal Fanani

(140210204

2. Sayidatul Marati

(140201204107)

3. Eva Faradina Putri Lestari (140210204


4. Nabila Cahya Bulan
(140201204111)
5. Mega Ranita
(140210204

Kelas C Reg
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
2014

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang mengambil sebuah kasus tabrakan,orang
biasa ditahan dan anak menteri tidak.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab dan solusi kasus
tabrakan,orang biasa ditahan dan anak menteri tidak yang kelak akan bermanfaat dalam
pembelajaran dibidang konsep dasar PKn SD. Penyelesaian makalah ini berkat bantuan dari
berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah kami untuk menyampaikan
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berjasa
memberikan motivasi dalam rangka menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terimakasih kepada:
1.

(Selaku Dosen Pembimbing)

Makalah ini insyaallah dapat bermanfaat kepada para pembaca. Dengan adanya kajian
dalam makalah ini setidaknya dapat menambah wawasan para pembaca.

Jember, Desember 2014

Tim Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I Pendahuluan
1.1
1.2
1.3
1.4

Latar belakang
Rumusan masalah
Tujuan
Manfaat

1
2
2
2

BAB II Pembahasan
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

Pengertian intrusi garam


Kondisi air tanah dan intrusi garam
Faktor penyebab terjadinya intrusi garam
Mekanisme terjadinya intrusi garam
Proses terjadinya intrusi garam
Dampak terjadinya intrusi garam
Upaya pencegahan intrusi garam

3
4
5
7
8
8

BAB III Penutup


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

12
12

Daftar pustaka

13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia adalah negara hukum yang senantiasa mengutamakan hukum sebagai
landasan dalam seluruh aktivitas negara dan masyarakat. Komitmen Indonesia sebagai negara
hukum pun selalu dan hanya dinyatakan secara tertulis dalam pasal 1 ayat 3 UUD 1945 hasil
amandemen. Dimanapun juga, sebuah Negara menginginkan Negaranya memiliki penegakpenegak hukum dan hukum yang adil dan tegas dan bukan tebang pilih. Tidak ada sebuah
sabotase, diskriminasi dan pengistimewaan dalam menangani setiap kasus hukum baik
PIDANA maupun PERDATA. Seperti istilah di atas, Runcing Kebawah Tumpul Keatas
itulah istilah yang tepat untuk menggambarkan kondisi penegakkan hukum di Indonesia.
Kondisi Hukum di Indonesia saat ini lebih sering menuai kritik daripada pujian. Berbagai
kritik diarahkan baik yang berkaitan dengan penegakkan hukum , kesadaran hukum , kualitas
hukum, ketidakjelasan berbagai hukum yang berkaitan dengan proses berlangsungya hukum
dan juga lemahnya penerapan berbagai peraturan. Kritik begitu sering dilontarkan berkaitan
dengan penegakan hukum di Indonesia. Kebanyakan masyarakat kita akan bicara bahwa
hukum di Indonesia itu dapat dibeli, yang mempunyai jabatan, nama dan kekuasaan, yang
punya uang banyak pasti aman dari gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Ada
pengakuan di masyarakat bahwa karena hukum dapat dibeli maka aparat penegak hukum
tidak dapat diharapkan untuk melakukan penegakkan hukum secara menyeluruh dan adil.
Sejauh ini, hukum tidak saja dijalankan sebagai rutinitas belaka tetapi juga dipermainkan
seperti barang dagangan .
Kondisi yang demikian buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap
kesehatan dan kekuatan demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang
memperjualbelikan hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Merusak keadilan atau
bertindak tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat. Pada
kondisi tertentu, ketika keadilan terus menerus dihindari bukan tidak tidak mungkin
pertahanan dan keamanan bangsa menjadi taruhannya. Ketidakadilan akan memicu berbagai
tindakan alami berupa perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke dalam berbagai aksiaksi anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap pembangunan bangsa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa penyebab anak menteri tidak dipenjara sedangkan Afriyani Susanti dipenjara
karena kasus yang sama ?
4

2.
3.
4.
5.

Apa dampak ketidakadilan dalam kasus tabrakan tersebut ?


Bagaimana kebijakan umum untuk menangani kasus ketidakadilan tersebut ?
Bagaimana kebijakan alternatif menangani masalah ketidakadilan tersebut ?
Bagaimana peran penegak hukum dalam menindak lanjuti kasus tersebut ?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyebab anak menteri
2.
3.
4.
5.

tidak dipenjara sedangkan

Afriyani

Susanti dipenjara karena kasus yang sama.


Untuk mengetahui dampak ketidakadilan dalam kasus tabrakan tersebut.
Untuk mengetahui kebijakan umum untuk menangani kasus ketidakadilan tersebut .
Untuk mengetahui kebijakan alternatif menangani masalah ketidakadilan tersebut.
Untuk mengetahui peran penegak hukum dalam menindak lanjuti kasus tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyebab anak menteri tidak dipenjara sedangkan Afriyani Susanti dipenjara karena
kasus yang sama
1. Tingkat kekayaan seseorang.
Tingkatan kekayaan seseorang itu mempengaruhi berapa lama hukum yang ia terima.
2. Tingkat jabatan seseorang.
Orang yang memiliki jabatan tinggi apabila mempunyai masalah selalu penyelesaian
masalahnya dilakukan dengan segera agar dapat mencegah tindakan hukum yang
mungkin bisa dilakukan. Tetapi berbeda dengan pegawai rendahan. Pihak kejaksaan pun
terkesan mengulur-ngulur janji untuk menyelesaikan kasus tersebut.

3. Nepotisme.
Mereka yang melakukan kejahatan namun memiliki kekuasaan atau peranan penting di
negara ini dapat dengan mudahnya keluar dari vonis hukum. Ini sangat berbeda dengan
warga masyarakat biasa yang akan langsung di vonis sesuai hukum yang berlaku dan sulit
untuk membela diri atau bahkan mungkin akan dipersulit penyelesaian proses hukumnya.
4. Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum.
Ketidakpercayaan masyarakat pada hukum muncul karena hukum itu lebih banyak
merugikannya. Di lihat dari yang diberitakan di telivisi pasti masalah itu selalu
berhubungan dengan uang. Seperti faktor yang di jelaskan di atas membuat kepercayaan
masyarakat umum akan penegakan hukum menurun.

2.2 Dampak ketidakadilan dalam kasus tabrakan


2.3 Kebijakan umum untuk menangani kasus ketidakadilan
1.

Didalam rangka penyusunan dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan agar lebih


memperhatikan rasa keadilan pada masyarakat dan kepentingan nasional sehingga mendorong
adanya kesadaran hukum masyarakat untuk mematuhinya.

2.

Penegak hukum seharusnya berjalan tidak semata melihat fakta, tapi menimbang serta melihat
latar belakang peristiwa, alasan terjadinya kejadian, unsur kemanusiaan dan juga menimbang
rasa keadilan dalam memberikan keputusan. Hakim diwajibkan mencari dan menemukan
kebenaran materil yang menyangkut nilai-nilai keadilan yang harus diwujudkan dalam peradilan
pidana. Namun demikian, hakikat tugas hakim itu sendiri memang seharusnya mencari dan
menemukan kebenaran materil untuk mewujudkan keadilan materiil. Dengan ini diharapkan tidak
ada keputusan yang kontroversial dan memberikan keputusan yang seadil-adilnya sehigga yang
terjadi pada nenek minah tidak terjadi lagi.

3.

Hukum seharusnya tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku, arogan, hitam putih. Tapi
harus berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks
perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakkan yang hanya
berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan putusan-putusan yang

4.

kontoversial dan tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.


Hakim sebagai pemberi putusan seharusnya tidak menjadi corong undang-undang yang hanya
mengikuti peraturan perundang-undangan semata tanpa memperdulikan rasa keadilan. Tapi hakim
seharusnya mengikuti perundang-undangan dengan mementingkan rasa keadilan yang seadil-

5.

adilnya. Sehingga keputusannya dapat memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.


Komisi Yudisial sebagai komisi yang dibentuk untuk mengawasi perilaku haki seharusnya memberi
peringatan dan sanksi yang tegas kepada hakim yang memberikan putusan yang kontroversial
dan tidak memenuhi rasa keadilan, juga yang melanggar kode etik. Hal ini dikarenakan tahun ini
saja ada 968 putusan yang dilaporkan pada Komisi Yudisial dan sekitar 69 persen dilaporkan
masyarakt karena diduga tidak memberikan rasa keadilan.

6.

Meningkatkan pembinaan integritas, kemampuan atau ketrampilan dan ketertiban serta kesadaran
hukum dari pelaksana penegak hukum tentang tugas dan tanggungjawabnya. Dalam
melaksanakan tugasnya penegak hukum benar-benar melaksanakan asas persamaan hak di
dalam hukum bagi setiap anggota masyarakat.

7.

Mencukupi kebutuhan personal, sarana dan prasarana untuk pelaksanaan penegakan hukum.
Meningkatkan kesejahteraan penegak hukum. Sehingga tidak ada hakim yang terlibat kasus
korupsi.

8.

9.

Memberikan pendidikan dan penyuluhan hukum baik formal maupun informal secara
berkesinambungan kepada masyarakat tentang pentingnya penegakan hukum
diIndonesiasehingga masyarakat sadar hukum dan menaati peraturan yang berlaku.
Menyediakan bantuan hukum bagi si miskin dan buta hukum.

Melaksanakan asas proses yang tepat, cepat dan biaya ringan di semua tingkat peradilan.
10. Pemberian sanksi yang tegas kepada aparat penegak hukum yang tidak menjalankan tugas
dengan semestinya.
11. Harus ada reformasi institusional didalam tubuh lembaga penegak hukum. Bukan hanya reformasi
didalam tubuh Polri dan KejaksaanRItapi juga pada lembaga penegak hukum lain Komisi
Pemberantasan Korupsi ( KPK ) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan korban ( LPSK ). Hal ini
dikarenakan carut marutnya hukum yang ada di Indonesiajuga disebabkan karena adanya
oknum oknum yang tidak bertanggungjawab didalam tubuh lembaga penegak hukum.
Kejaksaan sudah mencanangkan adanya pembaruan didalam tubuh Kejaksaan yakni terkait
tentang perekrutan jaksa, kode perilaku, standar minimum profesi, dan pengawasan sanksi
disiplin. Selain itu saat Kejaksaan juga merencanakan pemangkasan tiga ribu jabatan jaksa,
pengektifan peran pengawasan dan pembinaan, bidang intelejen ditugasi mencegah perbuatan
tercela jaksa, pemberian reward and punishment. Kepolisian juga telah merencakan meminta
setiap jajaran merancang target dalam waktu tertentu, mengadakan kontrak kerja dan pakta
integritas, mengevaluasi secara rutin kinerja jajaran, transparansi sistem rekrutmen anggota polisi
dan proses pelayanan administarasi.
12. Adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang memberikan terobosan terobosan
dalam penegakan hukum diIndonesia. Dengan adanya penghargaan ini diharapkan setiap jaksa
maupun hakim berlomba untuk memberikan terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum
diIndonesia.
13. Perlunya Kapolri dan Jaksa Agung yang berwibawa, yang mempunyai kredibilitas tinggi.

2.4 kebijakan alternatif menangani masalah ketidakadilan


1. Cara mengatasi ketidakadilan hukum di Indonesia:
Untuk memperbaiki penegakan hukum di Indonesia maka para aparat hukum haruslah taat
terhadap hukum dan berpegang pada nilai-nilai moral dan etika yang berlaku di masyarakat.
Apabila kedua unsur ini terpenuhi maka di harapkan penegakan hukum secara adil juga dapat
terjadi di Indonesia.
Kejadian-kejadian yang selama ini terjadi diharapkan dapat menjadi proses mawas diri bagi
para aparat hukum dalam penegakan hukum di Indonesia. Sikap mawas diri merupakan sikap
terpuji yang dapat dilakukan oleh para aparat penegak hukum disertai upaya pembenahan
dalam sistem penegakan hukum di Indonesia.
Kegiatan revormasi hukum perlu dilakukan dalam rangka mencapai supremasi hukum yang
berkeadilan. Beberapa konsep yang perlu di wujudkan antara lain:

Penggunaan hukum yang berkeadilan sebagai landasan pengambilan keputusan


oleh aparatur negara.

Adanya lembaga pengadilan yang independen, bebas dan tidak memihak.

Aparatur penegak hukum yang professional.

Penegakan hukum yang berdasarkan prinsip keadilan.

Kemajuan dan perlindungan HAM.

Partisipasi publik.

Mekanisme kontrol yang efektif.

Seharusnya pemerintah Indonesia dapat bertindak lebih adil dan untuk kalangan atas lebih
memperhatikan lagi dengan segala aspek dalam hukum yang ada dalam negara kita ini.
Bertindaklah seadil-adilnya agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Saya mencoba untuk memberikan beberapa pemecahan dari berbagai problematika


penegakan hukum di Indonesia. Yang pertama yakni bagaimana sikap serta tindakan para
sarjana hukum untuk lebih memperluas cakrawalanya dalam memahami atau menganalisis
masalah-masalah yang terjadi sekarang ini. Di sini dibutuhkan sebuah pandangan kritis akan
makna atau arti penting penegakan hukum yang sebenarnya. Selain itu dibutuhkan ilmu-ilmu
sosial lainnya seperti sosiologi dalam mengidentifikasi masalah-masalah sosial serta
penegakan hukum yang ada dalam masyarakat agar dalam pembuatan hukum ke depannya
dapat menjadikan kekurangan atau kegagalan di masa lalu sebagai bahan pembelajaran.
Namun yang perlu diingat bersama adalah adanya kesadaran dalam pelaksanaaan
hukum serta adanya keadilan tanpa memandang suku, agama, ras, serta budaya seperti yang
terkandung di dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut: Segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum
dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Kemudian yang kedua, cara untuk menyelesaikan berbagai masalah terkait hal
tersebut yakni bagaimana tindakan para aparat penegak hukum mulai dari polisi, hakim,
jaksa, serta pengacara dalam menangani setiap kasus hukum dengan dilandasi nilai-nilai
kejujuran, sadar akan namanya keadilan, serta melakukan proses-proses hukum sesuai dengan
aturan yang ada di dalam undang-undang negara kita. Bukan hanya itu filosofi Pancasila
sebagai asas kerohanian dan sebagai pandangan hidup dalam bertindak atau sebagai pusat
dimana pengamalannya sesuai dengan cita-cita dan tujuan negara kita sebagaimana telah
dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945 yang terdapat pada alinea ke-IV. Hukum seharusnya
tidak ditegakkan dalam bentuknya yang paling kaku, arogan, hitam putih. Tapi harus
berdasarkan rasa keadilan yang tinggi, tidak hanya mengikuti hukum dalam konteks
perundang-undangan hitam putih semata. Karena hukum yang ditegakkan yang hanya
berdasarkan konteks hitam putih belaka hanya akan menghasilkan putusan-putusan yang
kontoversial dan tidak memenuhi rasa keadilan yang sebenarnya.
Cara yang ketiga yakni program jangka panjang yang perlu dilakukan yakni
penerapan pendidikan karakter dalam setiap tingkatan pendidikan. Untuk mengetahui tingkat
keefektifan program tersebut dalam membangun atau menguatkan mental anak bangsa
ditengah penurunan kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Namun perlu kita pupuk dulu agar nantinya generasi-generasi
penerus bangsa tidak salah langkah dalam mengambil setiap keputusan. Program ini juga
8

mempunyai implikasi positif terhadap penegakan hukum yang dijalankan di Indonesia karena
para penegak hukum telah dibekali pembangunan karakter yang akan melahirkan atau
menciptakan manusia Indonesia yang unggul.
Untuk cara keempat yakni adanya penghargaan bagi jaksa dan hakim berprestasi yang
memberikan terobosan-terobosan dalam penegakan hukum di Indonesia. Dengan adanya
penghargaan ini diharapkan setiap jaksa maupun hakim berlomba untuk memberikan
terobosan yang bermanfaat bagi penegakan hukum di Indonesia.
Meskipun saat ini kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum masih
sangat rendah. Keberanian lembaga-lembaga hukum bangsa ini akan menjadi titik cerah bagi
penegakan hukum. Namun selain itu kesadaran masyarakat dalam menaati hukum akan
menjadi hal yang mempengaruhi penegakkan hukum di Indonesia. Karena lemahnya
penegakan hukum selama ini juga akibat masyarakat yang kurang menaati hukum.

2.5 peran penegak hukum dalam menindak lanjuti kasus


3

Peranan Penegak hukum


Menurut Sudikno Mertokusumo[21] tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan masyarakat yang
tertib, menciptakan ketertiban dan keseimbangan. Dengan tercapainya ketertiban dalam masyarakat
diharapakan kepentingan manusia akan terindungi. Dalam mencapai tujuannya itu hukum bertugas
membagi hak dan kewajiaban antar perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan
mengatur cara memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum.
Hal tersebut di atas tidak mungkin terwujud dalam masyarakat jika aparat penegak hukum tidak
memainkan perannya dengan maksimal sebagai penegak hukum. Secara sosiologis, maka setiap
penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan (sosial)
merupakan posisi tertentu dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja
atau rendah. Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah, yang isinya adalah hak-hak
dan kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban itu merupakan peranan (role).
Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai kedudukan tertentu, lazimnya dinamakan pemegang
peranan (role occupant). Suatu hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat dan tidak
berbuat, sedangkan kewajiban adalah beban atau tugas. Suatu peranan tertentu, dapat dijabarkan
dalam unsur-unsur sebagai berikut:[22]
a.

peranan yang ideal (ideal role),

b.

peranan yang seharusnya (expected role),

c.

peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role), dan

d. peranan yang sebenarnya dilakukan (aktual role).


Seorang penegak hukum , sebagaimana halnya dengan warga masyarakat lainnya, lazimnya
mempunyai beberapa kedudukan dan peranan sekaligus. Dengan demikian tidaklah mustahil, bahwa
antara pelbagai kedudukan dan peranan timbul konflik (status conflict dan conflict of role). Kalau dalam
kenyataannya terjadi suatu kesenjangan antara peranan yang seharusnya dengan peranan yang
sebenarnya dilakukan atau peranan aktual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role-distace).[23]
Masalah peranan dianggap penting, oleh karena pembahasan menganai penegak hukum sebenarnya

lebih banyak tertuju pada diskresi (pertimbangan). Sebagaimana dikatakan di muka, maka diskresi
menyangkut pengambilan keputusan yang tidak sangat terikat oleh hukum, di mana penilaian pribadi
juga memegang peranan. Di dalam penegakan hukum diskresi sangat penting karena:[24]
a. tidak ada peraturan perundang-undangan yang sedemikian lengkapnya, sehingga dapat mengatur
semua perilaku manusia,
b. adanya kelambatan-kelambatan untuk menyesuaikan perundang-undangan dengan
perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat, sehingga menimbulkan ketidakpastian,
c. kurangnya biaya untuk menerapkan perundang-undangan sebagaimana yang dikehendaki oleh
pembentuk undang-undang, dan
d. adanya kasus-kasus individual yang memerlukan penanganan secara khusus.
Penggunaan perspektif peranan dianggap mempunyai keuntungan-keuntungan tertentu, oleh karena:
[25]
1.

faktor utama adalah dinamika masyarakat,

2.

lebih mudah untuk membuat suatu proyeksi, karena pemusatan perhatian pada segi prosesual,

3. lebih memperhatikan pelaksanaan hak dan kewajiban serta tanggung jawab, daripada kedudukan
dengan lambang-lambangnya yang cenderung bersifat konsumtif.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai peranan yang ideal dan peranan yang seharusnya dari
masing-masing penegak hukum (khususnya kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan advokat), akan
dipaparkan sebagi berikut:
1.
-

Kepolisian
Peranan ideal

Adapun peranan ideal dari kepolisian adalah menjunjung tinggi hak-hak asasi rakyat dan hukum
Negara.[26]
-

Peranan yang seharusnya

Adapun peranan yang seharusnya dari kepolisian yaitu:[27] (1) memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat; (2) menegakkan hukum; dan (3) memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
2.

Kejaksaan

Peranan yang ideal, yaitu sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara
di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.[28]
-

Peranan yang seharusnya

Adapun peranan yang seharusnya dari kejaksaan adalah[29] alat Negara yang bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan undang-undang.
3. Kehakiman

10

Peranan yang ideal kekuasaan kehakiman adalah menyelenggarakan peradilan guna menegakan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, dan Undang-undang Dasar 1945 demi terselenggaranya
Negara Hukum Republik Indonesia.[30]
Peranan yang seharusnya, yaitu[31] menerima, memeriksa, dan mengadili serta menyelesaikan
setiap perkara yang diajukan kepadanya. Berhubungan dengan hal ini, ada beberapa poin yang perlu
diperhatikan:
a)

Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan,

b) Pengadilan dalam mengadili mengadili menurut hukum tanpa membeda-bedakan orang


c) Pengadilan wajib untuk memeriksa setiap perkara yang diajukan kepadanya meskipun undangundang yang mengaturnya tidak ada atau kurang jelas.
3.

Adavokat

Peranan yang ideal advokat adalah memberikan jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Advokat.[32]
Peranan yang seharusnya yaitu memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan
kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan
hukum klien.[33]
Setelah dipaparkan secara ringkas mengenai peranan yang ideal dan yang seharusnya, maka timbul
pertanyaan bagaimanakah dengan peranan yang sebenarnya atau peranan aktual. Jelaslah bahwa hal
itu menyangkut perilaku nyata dari para pelaksana peran, yakni para penegak hukum yang disatu
pihak menerapkan perundang-undangan, dan dilain pihak melakukan diskresi di dalam keadaankeadaan tertentu.[34]

11

Anda mungkin juga menyukai