PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan strategis dan perkembangan program membawa konsekuensi
pada berubahnya paradigma Program Keluarga Berencana Nasional, temasuk
perubahan visi dan misi. Visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) menjadi mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015,
sedangkan misi adalah Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan
dan Mewujudkan Keluarga Kecil, Bahagia, dan Sejahtera. Untuk mewujudkan visi dan
misi di atas, semua PKB dan PLKB dituntut lebih profesional dan mempunyai
kompetensi dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi dan misi tersebut adalah berkaitan dengan
pencapaian sasaran angka pemakaian kontrasepsi/ Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun untuk semua cara yang ditargetkan
mencapai sekitar 70 persen pada tahun 2014. Berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia SDKI, 2007 angka CPR mencapai 61,4 persen sedangkan CPR
cara modern 57,4 persen. CPR cara modern ini diharapkan akan meningkat menjadi 65
persen pada tahun 2014.
Di sisi lain pencapaian peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga
menunjukkan hasil yang rendah. Rendahnya penggunaan MKJP dipengaruhi oleh faktor
pengguna dan penyedia pelayanan KB. Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi
dengan kecenderungan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek adalah faktor
penerimaan atau image terhadap kontrasepsi tersebut.
Berdasarkan Data SDKI 2012, hampir semua WUS sebanyak 99 persen telah
mengetahui tentang alat/obat kontrasepsi modern, namun pengetahuan tersebut tidak
diikuti dengan perilaku penggunaan kontrasepsi modern. Di samping itu wanita kawin
yang tahu tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu cara KB dengan memberikan
ASI Eksklusif hanya 22 persen saja (SDKI,2012). Tingkat drop out pemakaian
kontrasepsi juga masih cukup tinggi yakni 20-40 persen (SDKI, 2012). Selain itu,
penggunaan alat kontrasepsi justru didominasi yang jangka pendek, seperti suntik dan
pil, yakni masing-masing 31% dan 13%, sedangkan jangka panjang, seperti IUD hanya
3,9% (SDKI,2012). Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan
pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,
tetapi juga ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode
kontrasepsi tersebut.
Berdasarkan uraian di atas maka pembinaan bagi peserta KB aktif perlu ditingkatkan
melalui peningkatan kompetensi petugas KB yang dapat menerapkan prinsip
penggunaan metode KB yang rasional, efektif, dan efisien sehingga terlaksana dengan
baik. PKB dan PLKB mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak
operasionalisasi program KB nasional di lapangan dan pada umumnya masih memiliki
pengetahuan yang terbatas mengenai metode kontrasepsi. Oleh karena itu, mereka
perlu mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kontrasepsi. Bahan ajar metode
kontrasepsi ini disusun sebagai materi Diklat Dasar Fungsional Penyuluh KB dan dapat
dijadikan referensi bagi PKB dan PLKB dalam memberikan informasi kepada Pasangan
Usia Subur (PUS).
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang sistem alat reproduksi manusia serta jenis dan alat
kontrasepsi.
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta
Bahan ajar ini bermanfaat bagi PKB dan PLKB dalam meningkatkan pengetahuan dan
memberikan informasi tentang metode kontrasepsi secara benar, lengkap, dengan
segala kelebihan dan kekurangannya yang disesuaikan dengan kondisi sistem dan alat
reproduksi dari para klien sebagai calon akseptor KB.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami sistem alat
reproduksi manusia dan metode kontrasepsi.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat:
a. Menjelaskan sistem alat reproduksi manusia
b. Menjelaskan jenis dan alat kontrasepsi
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Bahan ajar ini terdiri dari beberapa materi pokok dan sub pokok sebagai berikut.
1. Alat, Fungsi, dan Proses Reproduksi Manusia
a. Alat dan fungsi reproduksi laki-laki
b. Alat dan fungsi reproduksi perempuan
c. Proses reproduksi manusia
BAB II
ALAT, FUNGSI DAN PROSES REPRODUKSI MANUSIA
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat menjelaskan alat dan fungsi
reproduksi laki-laki, menjelaskan alat dan fungsi reproduksi perempuan serta
menjelaskan proses reproduksi manusia
4. Kantung Kemih
Tempat menampung urine atau air kencing dan dikeluarkan secara periodik melalui
saluran kemih (uretra).
5. Saluran Kemih (Uretra)
Adalah saluran melalui urine dan cairan mani yang mengandung sperma. Panjang
saluran ini sekitar 25 cm.
6. Buah Zakar atau Pelir atau Testis
Berjumlah dua buah yang terbungkus kulit halus dan berkeriput. Buah zakar
berfungsi untuk memproduksi sperma setiap hari (sel bakal janin yang keluar saat
ejakulasi bersama cairan mani), menyimpan sperma, dan memproduksi hormon lakilaki berupa testosteron.
7. Vas Deferens
Adalah saluran menyatukan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. Vas
deferens panjangnya kira-kira 45 cm dengan diameter 2,5 mm. Saluran ini berawal
dari luar panggul dan melewati sisi kiri dan kanan kandung kencing menembus
kelenjar prostat untuk bermuara ke alam saluran kencing atau uretra.
8. Kelenjar Prostat
Kelenjar dalam lubang panggul laki-laki yang mengeluarkan cairan kental keputihputihan. Cairan ini disebut sebagai air mani yang berbau seperti pandan.
9. Vesica Seminalis
Semacam kantong di belakang.
B. Alat dan Fungsi Reproduksi Perempuan
Organ reproduksi perempuan dan fungsinya terdiri dari organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam. Organ kelamin luar pada perempuan mempunyai dua fungsi yaitu:
tuba falopii kiri dan kanan ini membentuk corong sehingga memiliki lubang yang
lebih besar. Ini berfungsi agar sel telur jatuh ke dalamnya saat dilepaskan dari
ovarium.
7. Fimbria
Sebagai alat untuk menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur.
8. Indung Telur
Organ ini berfungsi menghasilkan sel telur. Ovarium tidak menempel pada tuba
falopii tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen. Struktur berbentuk oval
yang terletak dalam daerah pinggul perempuan. Ovarium atau indung telur memiliki
300.000-500.000 sel telur. Indung telur memproduksi hormon seksual perempuan
yaitu estrogen dan progesteron dan mulai mengeluarkan telur pada waktu
perempuan menginjak masa pubertas.
C. Proses Reproduksi Manusia
1. Proses Reproduksi Laki-laki
a. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi akibat
pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Ereksi terjadi karena
rangsangan seksual atau sering kali terjadi ketika bangun tidur di pagi hari, hal ini
normal bagi seorang pria yang menandakan alat kelaminnya sehat dan bekerja
dengan baik. Ketika penis berereksi maka kandung kemih akan menjadi rapat
sehingga penis tidak akan mengeluarkan air seni pada saat melakukan
hubungan seksual.
b. Ejakulasi
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan yang air mani dan sperma dari
kondisi penis yang sedang ereksi. Pada saat penis ereksi muncul cairan bening
yang berfungsi melumasi uretra yang membantu mengalirkan sperma.
c. Mimpi Basah
Mimpi basah adalah mimpi tentang seks yang pada umumnya terjadi secara
periodik berkisar pada setiap 2-3 minggu. Mimpi basah ini merupakan salah satu
cara seorang pria dapat berejakulasi sehingga mampu mengeluarkan sperma.
d. Proses Perjalanan Sperma
Sperma yang diproduksi oleh buah zakar, keluar dari buah zakar masuk ke
dalam epididimis. Di dalam epididimis sperma mengalami pematangan. Dari
epididimis sperma dikirim ke dalam kantung mani melalui saluran mani. Untuk
sementara sperma ditampung di dalam kantung mani sampai menunggu saat
sanggama. Pada waktu sanggama, sperma dikeluarkan dari kantung mani
bersama-sama dengan zat yang dikeluarkan oleh kantung mani dan zat cair yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat untuk kemudian disemprotkan melalui saluran
kemih. Setiap melakukan sanggama seorang laki-laki mengeluarkan ratusan juta
sperma, namun hanya satu sperma yang dapat membuahi sel telur. Apabila tidak
terjadi sanggama maka sperma yang telah ditampung dalam kantung mani
tersebut akan diserap kembali oleh tubuh.
2. Proses Reproduksi Perempuan
a. Masa Subur
Masa subur adalah masa saat perempuan usia subur setiap bulannya secara
teratur akan terjadi pematangan satu atau lebih sel telur, pada masa ini sel telur
sangat potensial untuk dibuahi oleh sperma. Cara menghitung masa subur
adalah dengan menghitung perempuan usia subur dengan siklus normal yaitu 28
hari maka ovulasi diperkirakan akan terjadi pada 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Siklus menstruasi harus dicatat selama 3 bulan berturut-turut untuk
mengukur keakuratan masa subur, jika siklus menstruasi tidak teratur 28 hari
maka perlu penghitungan masa subur secara khusus.
b. Menstruasi
Menstruasi dimulai pada saat seorang perempuan berusia 11-14 tahun.
Menstruasi pertama sering disebut dengan menarche. Siklus tejadinya menarche
belum teratur dalam jangka waktu 1-2 tahun sampai akhirnya proses ovulasi
akan menjadi teratur. Siklus menstruasi berkaitan dengan rantai interaksi hormon
dan bahan kimia tubuh produksi hypotalamus di otak, kelenjar pituitari dan indung
telur yang terjadi setiap bulannya. Rangkaian ini mengakibatkan lepasnya sel
telur dan keluarnya darah dari vagina setiap bulan yang disebut haid. Adapun
proses terjadinya menstruasi adalah sebagai berikut:
1) Pada hari ke-6, 7, dan 8 (siklus 28 hari menstruasi) perempuan akan
mengalami masa kering selama 3 hari untuk memulai proses pembangunan
(proliferasi) dinding rahim.
2) Setelah masa kering, fase selanjutnya adalah dimulainya proses
pembangunan (proliferasi) dinding rahim dan pembentukkan lendir rahim
untuk menciptakan suasana yang mendukung terjadinya proses pembuahan.
3) Periode berikutnya adalah periode pelepasan sel telur dari indung telur yang
disebut sebagai ovulasi. Sel telur yang dilepaskan indung telur ditangkap oleh
fimbrae dan periode ini disebut sebagai masa subur.
4) Sel telur yang dilepaskan indung telur dan ditangkap fimbrae akan bergerak
menuju tuba falopi untuk menunggu dibuahi. Pada saat yang sama hormon
estrogen dan progesteron membantu terbentuknya lendir rahim dan
penebalan dinding rahim yang mendukung terjadinya pembuahan dimana sel
telur yang berada di tuba falopi siap dibuahi sebagai periode puncak masa
subur. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 14 hari sebelum menstruasi
dengan masa hidup sel telur hanya berkisar 1 x 24 jam.
5) Sel telur yang tidak dibuahi akhirnya akan mati yang selanjutnya akan
dipengaruhi hormon estrogen meluruhkan sel telur yang tidak dibuahi
menjadi cairan darah dan akan keluar melalui vagina berupa darah haid.
Fase ini disebut fase menstruasi yang berlangsung secara periodik 4-7 hari.
Siklus menstruasi akan berulang secara berkala setiap bulannya, umumnya
setiap 28 hari, namun pada beberapa perempuan memiliki siklus pendek 20
hari dan siklus panjang 32 hari yang masih dianggap sebagai siklus normal.
c. Kehamilan
Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam
indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena
sperma masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan
berhubungan seksual. Seorang perempuan normal hanya memproduksi satu sel
telur setiap bulannya, tetapi seorang pria bisa memproduksi sperma terus
menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap semprotan air mani mengandung
100-200 juta sperma. Namun, dari jumlah tersebut hanya satu sperma yang
berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini merupakan salah
satu bentuk seleksi alam untuk memilih bibit yang terbaik yang akan berkembang
menjadi janin.
Apabila proses pembuahan ini berhasil maka dari satu sel telur berukuran 0.2
mm yang telah dibuahi akan terus berkembang biak dan berpindah ke dalam
rahim. Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang telah
dibuahi akan masuk dan menempel di selaput dalam rahim. Dianalogikan dengan
kasur, selaput dalam rahim ini tebal dan lunak sehingga bisa melindungi sel telur
yang telah dibuahi. Pada tahap ini kehamilan sudah terjadi.
Selama ini sel telur yang telah dibuahi tersebut terus berkembang dan
membentuk semacam akar/rambut yang halus. Sel telur ini menyerap gizi yang
terkandung dalam selaput dalam rahim sehingga bisa terus berkembang.
Rambut-rambut halus ini nantinya memiliki fungsi yang sangat penting untuk
janin. Pada sekitar hari ke 5, sel telur yang telah dibuahi dan keluar dari indung
telur sudah berbentuk sebagai satu garis. Pertama yang yang terbentuk adalah
syaraf. Perkembangan berikutnya terbagi dua yaitu otak dan sumsum. Segera
setelah ini cikal bakal organ tubuh penting seperti jantung, pembuluh darah, otot
sudah mulai terbentuk. Selanjutnya plasenta (ari-ari) yang berfungsi menyelimuti
janin selama proses kehamilan juga sudah mulai terbentuk. Sampai usia
kehamilan 3 minggu ini janin masih belum bisa dideteksi. Pada saat ini kepala
bayi kurang lebih setengah dari panjang badan, sedangkan badan bayi masih
tampak seperti ekor saja.
D. Rangkuman
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICPD Kairo, 1994).
Alat Reproduksi Laki-laki terdiri dari penis, skrotum, glens, kantung kemih, saluran
kemih, kantung sperma, buah zakar (testis), saluran sperma (vasdeferens), dan kantung
sperma (prostate).
Alat reproduksi wanita terdiri dari organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ kelamin luar pada wanita meliputi : labium mayor, labium minor, uretra, klitoris,
perineum, himen (selaput dara), lubang vagina sedangkan organ kelamin dalam terdiri
dari ovarium , fimbrae , tuba falopi , rahim, cervix.
Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam indung
telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma masuk ke
indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan berhubungan seksual. Seorang
perempuan normal hanya memproduksi satu sel telur setiap bulannya, tetapi seorang
pria bisa memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap
semprotan air mani mengandung 100-200 juta sperma. Namun, dari jumlah tersebut
hanya satu sperma yang berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini
merupakan salah satu bentuk seleksi alam untuk memilih bibit yang terbaik yang akan
berkembang menjadi janin.
E. Latihan
1.
2.
3.
4.
10
BAB III
JENIS DAN ALAT KONTRASEPSI
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat menjelaskan jenis-jenis
kontrasepsi, menjelaskan pemilihan / penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, efisien
serta menjelaskan mitos-mitos penggunaan kontrasepsi
A. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan keluarga
dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menghentikan
kesuburan yang pada dasarnya bertujuan membatasi jumlah anak yang kelak akan
dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan pemilihan metode kontrasepsi
yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar mencapai tujuan membentuk suatu
keluarga yang sejahtera.
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:
11
12
b. Petunjuk Penggunaan
1) Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita
reproduksinya terdapat tiga tahapan, yaitu:
a) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
b) Fertility phase (masa subur)
c) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi)
sehat
2) Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita dengan siklus
menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut.
Kemudian dapat dihitung periode masa subur setelah melihat data yang telah
dicatat jarak antara siklus.
3) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak
tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan
hubungan seksual harus menggunakan metode kontrasepsi tertentu.
4) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari Pertama Masa Subur = Jumlah Hari Terpendek 18
Hari Terakhir Masa Subur = Jumlah Hari Terpanjang 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 18 = 7 (Hari Pertama Masa Subur)
Langkah 2 : 30 11 = 19 (Hari Terakhir Masa Subur)
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga
masa ini, suami istri tidak boleh melakukan sanggama. Apabila ingin
melakukan sanggama harus menggunakan kontrasepsi.
13
mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu
14
tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari
siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal
akibat demam atau gangguan lainnya.
4) Tariklah sebuah garis 0,05 di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari catatan
suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu.
5) Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai sanggama. Fase
tidak subur dimulai pada malam ke-3 hari berturut-turut dengan suhu diatas
garis suhu.
6) Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu
selama 3 hari perhitungan, ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi jadi klien
harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh
diatas garis suhu sebelum memulai sanggama.
7) Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh.
sanggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturutturut dengan suhu di atas garis suhu.
C. Cara Modern
Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi:
1
2
3
1. Kontrasepsi Non-Hormonal
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
1) Tinjauan Umum
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya
periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lainnya. MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu
menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia
bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis
kontrasepsi lainnya setelah berjalan lebih dari enam bulan.
15
2) Cara Kerja
Menyusui eksklusif atau penuh selama enam bulan tanpa memberikan
tambahan makanan dan minuman lainnya pada bayi, proses ini akan
menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan
terjadinya kehamilan.
3) Petunjuk Penggunaan
a) Ibu harus menyusui secara penuh
b) Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama
tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika Ibu sudah
mendapat haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
c) Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
e) Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
f) Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui
dari kedua payudara secara bergantian
g) Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama
24 jam termasuk malam hari
h) Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam
4) Kembalinya Kesuburan:
a)
b)
c)
d)
Bagi Ibu
16
b. Keterbatasan:
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pascapersalinan.
(2) Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi
sosial atau psikologis Ibu dan bayi.
(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan
periode 6 bulan.
(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan
AIDS.
b. Kondom
1) Cara Kerja
a) Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada
saat sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan
kondom perempuan.
b) Kondom Laki-laki yang digunakan dengan baik dan benar setiap kali akan
berhubungan seksual sehingga angka kegagalan kontrasepsi kondom
sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain
sebagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit
menular seksual.
c) Kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan,
berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan
wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan
mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki
dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim
tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke
arah luar terbuka.
17
Tahap 1
Tahap 4
Kondom dipasang saat penis ereksi, dan Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah
sebelum melakukan hubungan badan
pangkal penis, sambil menekan ujung kondom.
Pastikan posisi kondom tidak berubah selama
coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali
gulungan ke pangkal penis
Tahap 2
Tahap 5
Buka kemasan kondom secara hati-hati Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis
dari tepi, dan arah robekan ke arah masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom
tengah. Jangan menggunakan gigi, dari pasangan Anda
benda tajam saat membuka kemasan
Tahap 3
Tahap 6
Tekan ujung kondom dengan jari dan Buang bungkus kondom bekas pakai ke tempat
jempol untuk menghindari udara masuk yang aman
ke dalam kondom. Pastikan gulungan
kondom berada di sisi luar
18
Tahap 1
Buka kemasan kondom secara hati-hati
dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi,
benda tajam saat membuka kemasan.
Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan
kondom wanita. Kondom wanita punya
ring yang lebar (outer ring) untuk bagian
luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk
bagian dalam.
Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan
dengan ibu jari pada sisi ring, dan
dengan jari lain pada sisi yang
berseberangan,
kemudian
tekan
sehingga sisi ring yang berseberangan
akan bersentuhan dan bentuk inner ring
menjadi lonjong.
Tahap 4
Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat
dilakukan secara berdiri satu kaki di atas
kursi, jongkok maupun berbaring.
19
Tahap 5
Masukkan inner ring ke dalam vagina
dengan hati-hati. Sewaktu kondom
masuk ke dalam vagina, gunakan jari
telujuk untuk menekan inner ring lebih
jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom
jangan sampai berputar, dan outer ring
(ring yang besar) tetap berada di luar.
Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis
atau bagian dalam kondom. Bantu penis
masuk ke dalam kondom.
Tahap 7, 8, 9 dan 10
Pasca coitus, keluarkan kondom secara
hati-hati dengan memutar bagian outer
ring untuk menjaga air mani yang
tertampung di dalam kondom tidak
tumpah. Keluarkan kondom secara hatihati. Buang kondom bekas pakai ke
tempat yang aman (tempat sampah).
Jangan buang di Toilet,
20
b) Keterbatasan:
(1) Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar
sesuai petunjuk penggunaan kondom.
(2) Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien
yang sensitif.
(3) Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena
mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
(4) Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga
diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
(5) Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum
karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang
pengguna kondom.
(6) Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal
limbah yang mencemari lingkungan.
c. Diafragma
1) Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks.
Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dapat dibengkokkan. Diafragma ini mempunyai cara kerja
sebagai berikut:
a) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi).
b) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
c) Spermisida bekerja dengan cara menyemprotkan bahan aerosol, krim,
atau tablet pada vagina untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.
21
Tahap
Tahap
Tahap 2
Sebelum
melepas diafragma, cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir. Kait bagian ujung
diafragma dengan jari telunjuk dan tengah
untuk memecah penampung
Tarik
diafragma turun dan tarik keluar. Cuci
dengan sabun dan air, kemudian keringkan
sebelum disimpan kembali di tempatnya.
22
23
pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan
lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada waktu di akhir masa
haid.
b) Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah
dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan
setelah pemasangan satu minggu lalu dilakukan pemeriksaan setiap
bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan rutin selanjutnya
dilakukan setiap enam bulan sekali.
c) Saat ini jenis kontrasepsi IUD menggunakan Type Cooper T 380 A yang
sudah digunakan oleh pihak BKKBN sejak tahun 2005 dan diatur dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1079/MENKES/SK/VIII/2010 tentang jenis kontrasepsi IUD adalah Type
Cooper T 380 A.
24
25
c) Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, bila Ibu lupa jadwal
suntikan dapat segera diberikan dengan syarat kondisi Ibu sedang tidak
hamil.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan:
(1) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap beberapa efek samping, penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah.
(2) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
(3) Klien tidak perlu menyimpan atau menyediakan obat suntik.
(4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
(5) Membantu mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik,
penyakit jinak payudara, penyakit radang panggul, dan krisis anemia
bulan sabit.
b) Keterbatasan:
(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus haid yang memendek
atau memanjang, pendarahan banyak atau sedikit, pendarahan tidak
teratur, tidak haid sama sekali.
(2) Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk memperoleh suntikan kembali).
(3) Efek samping yang paling sering dirasakan adalah permasalahan
berat badan.
(4) Terlambatnya kesuburan pascapenggunaan kontrasepsi yang banyak
disebabkan oleh obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
(5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan
jerawat.
b. Suntikan Kombinasi
1) Cara Kerja
a) Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesterone
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi sebulan sekali
(cyclofem) dan 50 mg Norentidron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
yang diberikan injeksi sebulan sekali.
b) Menekan ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu dan terjadi perubahan pada endometrium
(atrofi) sehingga implantasi terganggu.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
(IM) dalam, klien diminta datang setiap 4 minggu untuk kunjungan ulang
(kontrol) untuk memastikan hamil atau tidak.
26
b) Timbulnya efek samping dari penyuntikan berupa mual, sakit kepala, nyeri
payudara, pendarahan sehingga perlu diinformasikan semua keluhan itu
dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 dan ke-3.
c) Klien tidak dalam pengaruh obat-obatan tuberkolosis atau obat epilepsi
karena akan mengganggu efektivitas kontrasepsi yang akan digunakan.
27
28
29
30
Gambar 9. Implan
31
32
lingkar pusat bawah. Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien,
relatif murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi pelatihan
khusus. Operasi ini juga tergolong aman dan efektif baik untuk masa
interval maupun pascapersalinan karena pengambilan tuba dilakukan
melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat kemudian dikeluarkan, diikat,
dan dipotong sebagian, setelah itu dinding perut ditutup kembali, luka
sayatan dapat ditutup dengan kassa yang kering dan steril apabila tidak
ditemukan masalah yang berarti, klien dapat dipulangkan segera setelah
2-4 jam pascaoperasi
33
34
4.
5.
6.
35
36
37
kontrasepsi yang termasuk kriteria kurang efektif antara lain: kondom, diafragma
vaginal, dan sanggama terputus.
3. Pilihan Kontrasepsi Efisien, pertimbangan terakhir yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan alat kontrasepsi adalah kriteria efisiensi. Efisiensi dapat dinilai dari biaya
kontrasepsi dalam memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang
pasangan (Couple Years Protection atau CYP). Angka alat kontrasepsi per CYP
dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan efisiensi setiap alat kontrasepsi.
38
JENIS
PIL KB
MITOS
FAKTA
39
IUD
2) IUD biasa berpindah tempat 2) IUD tidak dapat berpindah tempat, namun
setelah dipasang.
mungkin bergeser sedikit dari sejak waktu
pemasangan. Karena itu penting untuk
melakukan pemeriksaan rutin setahun
sekali ke bidan/dokter untuk memeriksa
keadaan IUD di dalam rahim.
MOW
MOP
40
Dari beberapa mitos yang selama ini beredar di masyarakat telah membuat paradigma
tersendiri yang memunculkan ketakutan bagi para wanita tentang beberapa jenis
kontrasepsi. Kesimpulan tentang mitos dan fakta di atas adalah untuk dapat membantu
klien memilih metode kontrasepsi atau KB yang akan digunakan dan sebaiknya klien
merundingkannya dengan pasangannya disertai berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing.
Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan atau petugas di lapangan dapat
memberi saran metode KB apa yang dapat dipilih secara rasional, efektif, dan efisien.
F. Rangkuman
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:
1. Cara Tradisional meliputi: Sanggama Terputus, Pantang Berkala atau Sistem
Kalender, Metode Ovulasi Billing (MOB), Metode Suhu Basal (MSB).
2. Cara Modern
a. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
b. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan.
c. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP
Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan.
Pemakaian Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah bayi lahir
dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-ari lahir.
2. IUD Post Partum : IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam pertama
pascapersalinan.
3. IUD Post Seksio
: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria
(operasi caesar).
4. IUD Pascakeguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari dengan
syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/ tindakan setelah
keguguran
Klien Pascapersalinan :
1. Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
2. Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan
41
Klien Pascakeguguran :
1. Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ada bukti infeksi.
2. Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi
Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan
G. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
42
BAB IV
PENUTUP
43
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Biran, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1991. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1997. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2002/03. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2002/03, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
BKKBN. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2010-2014. Jakarta
BKKBN. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Jakarta
BKKBN. 2011. Materi Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Reproduksi BKKBN.
http://www.forumkami.net/wanita/19842-inilah-mitos-fakta-seputarkb.html#ixzz1vagexywS
(diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 19:11)
44