Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan lingkungan strategis dan perkembangan program membawa konsekuensi
pada berubahnya paradigma Program Keluarga Berencana Nasional, temasuk
perubahan visi dan misi. Visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia
Sejahtera (NKKBS) menjadi mewujudkan Penduduk Tumbuh Seimbang Tahun 2015,
sedangkan misi adalah Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan Kependudukan
dan Mewujudkan Keluarga Kecil, Bahagia, dan Sejahtera. Untuk mewujudkan visi dan
misi di atas, semua PKB dan PLKB dituntut lebih profesional dan mempunyai
kompetensi dalam memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
Salah satu upaya untuk mewujudkan visi dan misi tersebut adalah berkaitan dengan
pencapaian sasaran angka pemakaian kontrasepsi/ Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) pada perempuan menikah usia 15-49 tahun untuk semua cara yang ditargetkan
mencapai sekitar 70 persen pada tahun 2014. Berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia SDKI, 2007 angka CPR mencapai 61,4 persen sedangkan CPR
cara modern 57,4 persen. CPR cara modern ini diharapkan akan meningkat menjadi 65
persen pada tahun 2014.
Di sisi lain pencapaian peserta KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) juga
menunjukkan hasil yang rendah. Rendahnya penggunaan MKJP dipengaruhi oleh faktor
pengguna dan penyedia pelayanan KB. Salah satu faktor yang dianggap berkontribusi
dengan kecenderungan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek adalah faktor
penerimaan atau image terhadap kontrasepsi tersebut.
Berdasarkan Data SDKI 2012, hampir semua WUS sebanyak 99 persen telah
mengetahui tentang alat/obat kontrasepsi modern, namun pengetahuan tersebut tidak
diikuti dengan perilaku penggunaan kontrasepsi modern. Di samping itu wanita kawin
yang tahu tentang Metode Amenorea Laktasi (MAL) yaitu cara KB dengan memberikan
ASI Eksklusif hanya 22 persen saja (SDKI,2012). Tingkat drop out pemakaian
kontrasepsi juga masih cukup tinggi yakni 20-40 persen (SDKI, 2012). Selain itu,
penggunaan alat kontrasepsi justru didominasi yang jangka pendek, seperti suntik dan
pil, yakni masing-masing 31% dan 13%, sedangkan jangka panjang, seperti IUD hanya
3,9% (SDKI,2012). Banyak perempuan mengalami kesulitan di dalam menentukan
pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,
tetapi juga ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode
kontrasepsi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka pembinaan bagi peserta KB aktif perlu ditingkatkan
melalui peningkatan kompetensi petugas KB yang dapat menerapkan prinsip
penggunaan metode KB yang rasional, efektif, dan efisien sehingga terlaksana dengan
baik. PKB dan PLKB mempunyai peranan penting sebagai ujung tombak
operasionalisasi program KB nasional di lapangan dan pada umumnya masih memiliki
pengetahuan yang terbatas mengenai metode kontrasepsi. Oleh karena itu, mereka
perlu mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang kontrasepsi. Bahan ajar metode
kontrasepsi ini disusun sebagai materi Diklat Dasar Fungsional Penyuluh KB dan dapat
dijadikan referensi bagi PKB dan PLKB dalam memberikan informasi kepada Pasangan
Usia Subur (PUS).
B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini membahas tentang sistem alat reproduksi manusia serta jenis dan alat
kontrasepsi.
C. Manfaat Bahan Ajar Bagi Peserta
Bahan ajar ini bermanfaat bagi PKB dan PLKB dalam meningkatkan pengetahuan dan
memberikan informasi tentang metode kontrasepsi secara benar, lengkap, dengan
segala kelebihan dan kekurangannya yang disesuaikan dengan kondisi sistem dan alat
reproduksi dari para klien sebagai calon akseptor KB.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami sistem alat
reproduksi manusia dan metode kontrasepsi.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat diharapkan dapat:
a. Menjelaskan sistem alat reproduksi manusia
b. Menjelaskan jenis dan alat kontrasepsi
E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Bahan ajar ini terdiri dari beberapa materi pokok dan sub pokok sebagai berikut.
1. Alat, Fungsi, dan Proses Reproduksi Manusia
a. Alat dan fungsi reproduksi laki-laki
b. Alat dan fungsi reproduksi perempuan
c. Proses reproduksi manusia

2. Jenis dan Alat Kontrasepsi


a. Jenis-jenis Kontrasepsi
b. Pemilihan/penggunaan Kontrasepsi Rasional, Efektif, Efisien
c. Mitos-mitos dalam Penggunaan Kontrasepsi
F. Petunjuk Belajar
Agar lebih efektif dan efisien dalam mempelajari modul ini, hendaknya Anda
memperhatikan petunjuk belajar berikut :
1. Bacalah dan pelajarilah setiap uraian kegiatan belajar dalam bahan ajar ini secara
runtut, cermat, dan teliti.
2. Catatlah atau tandailah hal-hal yang peserta didik anggap penting.
3. Apabila ada yang kurang jelas, coba diskusikan dengan peserta didik lain atau
tanyakan kepada fasilitator atau carilah sumber lain yang sesuai.
4. Setelah Anda memahami uraian materi dalam setiap kegiatan belajar, jawablah soalsoal latihan yang tersedia.

BAB II
ALAT, FUNGSI DAN PROSES REPRODUKSI MANUSIA
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat menjelaskan alat dan fungsi
reproduksi laki-laki, menjelaskan alat dan fungsi reproduksi perempuan serta
menjelaskan proses reproduksi manusia

A. Alat dan Fungsi Reproduksi Laki-Laki


Alat Reproduksi Laki-laki terdiri dari penis, skrotum, glens, kantung kemih, saluran
kemih, kantung sperma, buah zakar (testis), saluran sperma (vasdeferens), dan kantung
sperma (prostate).

Gambar 1. Skema Alat Reproduksi Laki-laki


1. Penis
Terbuat dari jaringan spons yang lembut dan sel-sel. Penis berfungsi sebagai alat
sanggama dan untuk menyalurkan sperma dan air seni. Penis dapat tegang dan
membesar bila terangsang dan lunak dalam keadaan biasa.
2. Skrotum
Alat kantung kulit yang melindungi testis dan berfungsi mengatur suhu sperma agar
tetap stabil yang dibutuhkan bagi produksi sperma dan keberlangsungan sperma.
3. Glens
Adalah bagian depan atau kepala penis yang banyak mengandung pembuluh darah
dan syaraf.

4. Kantung Kemih
Tempat menampung urine atau air kencing dan dikeluarkan secara periodik melalui
saluran kemih (uretra).
5. Saluran Kemih (Uretra)
Adalah saluran melalui urine dan cairan mani yang mengandung sperma. Panjang
saluran ini sekitar 25 cm.
6. Buah Zakar atau Pelir atau Testis
Berjumlah dua buah yang terbungkus kulit halus dan berkeriput. Buah zakar
berfungsi untuk memproduksi sperma setiap hari (sel bakal janin yang keluar saat
ejakulasi bersama cairan mani), menyimpan sperma, dan memproduksi hormon lakilaki berupa testosteron.
7. Vas Deferens
Adalah saluran menyatukan sperma dari testis menuju vesicle seminalis. Vas
deferens panjangnya kira-kira 45 cm dengan diameter 2,5 mm. Saluran ini berawal
dari luar panggul dan melewati sisi kiri dan kanan kandung kencing menembus
kelenjar prostat untuk bermuara ke alam saluran kencing atau uretra.
8. Kelenjar Prostat
Kelenjar dalam lubang panggul laki-laki yang mengeluarkan cairan kental keputihputihan. Cairan ini disebut sebagai air mani yang berbau seperti pandan.
9. Vesica Seminalis
Semacam kantong di belakang.
B. Alat dan Fungsi Reproduksi Perempuan
Organ reproduksi perempuan dan fungsinya terdiri dari organ kelamin luar dan organ
kelamin dalam. Organ kelamin luar pada perempuan mempunyai dua fungsi yaitu:

Gambar 2. Skema Alat Reproduksi Perempuan

1. Labia Minora dan Labia Mayora


Dua lipatan di kedua sisi vagina. Fungsinya memberi perlindungan pada klitoris,
lubang kencing, dan lubang vagina. Biasanya ketika memasuki masa puber, labium
mayor tersebut akan ditumbuhi rambut.
Selain labium mayor, ada pula labium minor yang terletak tepat di sebelah dalam dari
labium mayor yang mengelilingi lubang vagina dan uretra. Di samping itu, pada
bagian organ kelamin luar terdapat saluran kelamin wanita memiliki lubang yang
berhubungan dengan dunia luar. Hal ini memudahkan mikroorganisme penyebab
penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan.
2. Klitoris
Adalah organ seksual wanita yang ditemukan di ujung sebelah atas antara kedua
labia minora (bibir vagina dalam). Klitoris identik dengan penis pada pria. Klitoris
banyak dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah
yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual.
3. Lubang Vagina
Bagian terluar yang merupakan jalan keluarnya bayi. Pada kondisi normal, dinding
vagina bagian depan dan belakang akan saling bersentuhan sehingga tidak ada
ruang di dalam vagina. Rongga vagina pada wanita dewasa memiliki panjang sekitar
7.6-10 cm. Sepertiga bagian vagina merupakan otot yang mengontrol garis tengah
vagina, sedangkan dua pertiga bagiannya terletak di atas otot tersebut dan mudah
teregang. Selama proses persalinan, dinding otot itu akan mengkerut sehingga
memudahkan bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina.
4. Saluran Kencing
Saluran tempat keluarnya air kencing/urine.
5. Uterus / Rahim
Organ yang berfungsi sebagai tempat berkembangnya embrio hingga menjadi janin.
Rahim merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di
puncak vagina. Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan rectum yang
diikat oleh 6 ligamen. Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu serviks dan korpus
(badan rahim/ body of uterus). Serviks atau leher rahim terletak di puncak vagina.
Serviks merupakan uterus bagian bawah yang membuka ke arah vagina, sedangkan
korpus biasanya bengkok mengarah ke depan. Panjang korpus menjadi 2 kali dari
panjang serviks pada masa reproduktif.
6. Tuba Falopii
Organ ini merupakann tempat berlangsungnya pembuahan. Tuba falopii
membentang sepanjang 5 - 7,6 cm dari tepi atas rahim ke arah ovarium. Ujung dari

tuba falopii kiri dan kanan ini membentuk corong sehingga memiliki lubang yang
lebih besar. Ini berfungsi agar sel telur jatuh ke dalamnya saat dilepaskan dari
ovarium.
7. Fimbria
Sebagai alat untuk menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur.
8. Indung Telur
Organ ini berfungsi menghasilkan sel telur. Ovarium tidak menempel pada tuba
falopii tetapi menggantung dengan bantuan sebuah ligamen. Struktur berbentuk oval
yang terletak dalam daerah pinggul perempuan. Ovarium atau indung telur memiliki
300.000-500.000 sel telur. Indung telur memproduksi hormon seksual perempuan
yaitu estrogen dan progesteron dan mulai mengeluarkan telur pada waktu
perempuan menginjak masa pubertas.
C. Proses Reproduksi Manusia
1. Proses Reproduksi Laki-laki
a. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi akibat
pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Ereksi terjadi karena
rangsangan seksual atau sering kali terjadi ketika bangun tidur di pagi hari, hal ini
normal bagi seorang pria yang menandakan alat kelaminnya sehat dan bekerja
dengan baik. Ketika penis berereksi maka kandung kemih akan menjadi rapat
sehingga penis tidak akan mengeluarkan air seni pada saat melakukan
hubungan seksual.
b. Ejakulasi
Ejakulasi merupakan proses keluarnya cairan yang air mani dan sperma dari
kondisi penis yang sedang ereksi. Pada saat penis ereksi muncul cairan bening
yang berfungsi melumasi uretra yang membantu mengalirkan sperma.
c. Mimpi Basah
Mimpi basah adalah mimpi tentang seks yang pada umumnya terjadi secara
periodik berkisar pada setiap 2-3 minggu. Mimpi basah ini merupakan salah satu
cara seorang pria dapat berejakulasi sehingga mampu mengeluarkan sperma.
d. Proses Perjalanan Sperma
Sperma yang diproduksi oleh buah zakar, keluar dari buah zakar masuk ke
dalam epididimis. Di dalam epididimis sperma mengalami pematangan. Dari

epididimis sperma dikirim ke dalam kantung mani melalui saluran mani. Untuk
sementara sperma ditampung di dalam kantung mani sampai menunggu saat
sanggama. Pada waktu sanggama, sperma dikeluarkan dari kantung mani
bersama-sama dengan zat yang dikeluarkan oleh kantung mani dan zat cair yang
dihasilkan oleh kelenjar prostat untuk kemudian disemprotkan melalui saluran
kemih. Setiap melakukan sanggama seorang laki-laki mengeluarkan ratusan juta
sperma, namun hanya satu sperma yang dapat membuahi sel telur. Apabila tidak
terjadi sanggama maka sperma yang telah ditampung dalam kantung mani
tersebut akan diserap kembali oleh tubuh.
2. Proses Reproduksi Perempuan
a. Masa Subur
Masa subur adalah masa saat perempuan usia subur setiap bulannya secara
teratur akan terjadi pematangan satu atau lebih sel telur, pada masa ini sel telur
sangat potensial untuk dibuahi oleh sperma. Cara menghitung masa subur
adalah dengan menghitung perempuan usia subur dengan siklus normal yaitu 28
hari maka ovulasi diperkirakan akan terjadi pada 14 hari sebelum menstruasi
berikutnya. Siklus menstruasi harus dicatat selama 3 bulan berturut-turut untuk
mengukur keakuratan masa subur, jika siklus menstruasi tidak teratur 28 hari
maka perlu penghitungan masa subur secara khusus.
b. Menstruasi
Menstruasi dimulai pada saat seorang perempuan berusia 11-14 tahun.
Menstruasi pertama sering disebut dengan menarche. Siklus tejadinya menarche
belum teratur dalam jangka waktu 1-2 tahun sampai akhirnya proses ovulasi
akan menjadi teratur. Siklus menstruasi berkaitan dengan rantai interaksi hormon
dan bahan kimia tubuh produksi hypotalamus di otak, kelenjar pituitari dan indung
telur yang terjadi setiap bulannya. Rangkaian ini mengakibatkan lepasnya sel
telur dan keluarnya darah dari vagina setiap bulan yang disebut haid. Adapun
proses terjadinya menstruasi adalah sebagai berikut:
1) Pada hari ke-6, 7, dan 8 (siklus 28 hari menstruasi) perempuan akan
mengalami masa kering selama 3 hari untuk memulai proses pembangunan
(proliferasi) dinding rahim.
2) Setelah masa kering, fase selanjutnya adalah dimulainya proses
pembangunan (proliferasi) dinding rahim dan pembentukkan lendir rahim
untuk menciptakan suasana yang mendukung terjadinya proses pembuahan.
3) Periode berikutnya adalah periode pelepasan sel telur dari indung telur yang
disebut sebagai ovulasi. Sel telur yang dilepaskan indung telur ditangkap oleh
fimbrae dan periode ini disebut sebagai masa subur.

4) Sel telur yang dilepaskan indung telur dan ditangkap fimbrae akan bergerak
menuju tuba falopi untuk menunggu dibuahi. Pada saat yang sama hormon
estrogen dan progesteron membantu terbentuknya lendir rahim dan
penebalan dinding rahim yang mendukung terjadinya pembuahan dimana sel
telur yang berada di tuba falopi siap dibuahi sebagai periode puncak masa
subur. Puncak masa subur biasanya terjadi pada 14 hari sebelum menstruasi
dengan masa hidup sel telur hanya berkisar 1 x 24 jam.
5) Sel telur yang tidak dibuahi akhirnya akan mati yang selanjutnya akan
dipengaruhi hormon estrogen meluruhkan sel telur yang tidak dibuahi
menjadi cairan darah dan akan keluar melalui vagina berupa darah haid.
Fase ini disebut fase menstruasi yang berlangsung secara periodik 4-7 hari.
Siklus menstruasi akan berulang secara berkala setiap bulannya, umumnya
setiap 28 hari, namun pada beberapa perempuan memiliki siklus pendek 20
hari dan siklus panjang 32 hari yang masih dianggap sebagai siklus normal.
c. Kehamilan
Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam
indung telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena
sperma masuk ke indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan
berhubungan seksual. Seorang perempuan normal hanya memproduksi satu sel
telur setiap bulannya, tetapi seorang pria bisa memproduksi sperma terus
menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap semprotan air mani mengandung
100-200 juta sperma. Namun, dari jumlah tersebut hanya satu sperma yang
berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini merupakan salah
satu bentuk seleksi alam untuk memilih bibit yang terbaik yang akan berkembang
menjadi janin.
Apabila proses pembuahan ini berhasil maka dari satu sel telur berukuran 0.2
mm yang telah dibuahi akan terus berkembang biak dan berpindah ke dalam
rahim. Kurang lebih sekitar 7-10 hari setelah pembuahan, sel telur yang telah
dibuahi akan masuk dan menempel di selaput dalam rahim. Dianalogikan dengan
kasur, selaput dalam rahim ini tebal dan lunak sehingga bisa melindungi sel telur
yang telah dibuahi. Pada tahap ini kehamilan sudah terjadi.
Selama ini sel telur yang telah dibuahi tersebut terus berkembang dan
membentuk semacam akar/rambut yang halus. Sel telur ini menyerap gizi yang
terkandung dalam selaput dalam rahim sehingga bisa terus berkembang.
Rambut-rambut halus ini nantinya memiliki fungsi yang sangat penting untuk
janin. Pada sekitar hari ke 5, sel telur yang telah dibuahi dan keluar dari indung
telur sudah berbentuk sebagai satu garis. Pertama yang yang terbentuk adalah
syaraf. Perkembangan berikutnya terbagi dua yaitu otak dan sumsum. Segera
setelah ini cikal bakal organ tubuh penting seperti jantung, pembuluh darah, otot
sudah mulai terbentuk. Selanjutnya plasenta (ari-ari) yang berfungsi menyelimuti

janin selama proses kehamilan juga sudah mulai terbentuk. Sampai usia
kehamilan 3 minggu ini janin masih belum bisa dideteksi. Pada saat ini kepala
bayi kurang lebih setengah dari panjang badan, sedangkan badan bayi masih
tampak seperti ekor saja.
D. Rangkuman
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak ada penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan
dengan sistem reproduksi dan fungsi serta prosesnya (ICPD Kairo, 1994).
Alat Reproduksi Laki-laki terdiri dari penis, skrotum, glens, kantung kemih, saluran
kemih, kantung sperma, buah zakar (testis), saluran sperma (vasdeferens), dan kantung
sperma (prostate).
Alat reproduksi wanita terdiri dari organ kelamin luar dan organ kelamin dalam.
Organ kelamin luar pada wanita meliputi : labium mayor, labium minor, uretra, klitoris,
perineum, himen (selaput dara), lubang vagina sedangkan organ kelamin dalam terdiri
dari ovarium , fimbrae , tuba falopi , rahim, cervix.
Kehamilan secara alamiah terjadi akibat adanya pembuahan sel telur di dalam indung
telur wanita oleh sperma. Dalam proses alamiah, ini terjadi karena sperma masuk ke
indung telur melalui saluran rahim pada saat melakukan berhubungan seksual. Seorang
perempuan normal hanya memproduksi satu sel telur setiap bulannya, tetapi seorang
pria bisa memproduksi sperma terus menerus dalam jumlah besar. Rata-rata setiap
semprotan air mani mengandung 100-200 juta sperma. Namun, dari jumlah tersebut
hanya satu sperma yang berhasil menembus indung telur dan membuahi sel telur. Ini
merupakan salah satu bentuk seleksi alam untuk memilih bibit yang terbaik yang akan
berkembang menjadi janin.
E. Latihan
1.
2.
3.
4.

Jelaskan tentang pengertian Kesehatan Reproduksi!


Sebutkan alat reproduksi pada laki-laki beserta fungsinya!
Sebutkan alat reproduksi pada perempuan beserta fungsinya!
Jelaskan proses terjadinya kehamilan!

10

BAB III
JENIS DAN ALAT KONTRASEPSI
Indikator keberhasilan:
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diklat dapat menjelaskan jenis-jenis
kontrasepsi, menjelaskan pemilihan / penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, efisien
serta menjelaskan mitos-mitos penggunaan kontrasepsi

A. Jenis-Jenis Kontrasepsi
Hampir semua PUS (Pasangan Usia Subur) dapat melakukan perencanaan keluarga
dengan cara menunda kehamilan, menjarangkan jarak kehamilan, sampai menghentikan
kesuburan yang pada dasarnya bertujuan membatasi jumlah anak yang kelak akan
dimiliki. Oleh sebab itu, penggunaan alat kontrasepsi dan pemilihan metode kontrasepsi
yang tepat sangat dibutuhkan bagi PUS agar mencapai tujuan membentuk suatu
keluarga yang sejahtera.
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:

Gambar 3. Skema Jenis Kontrasepsi


1. Jenis Jenis Kontrasepsi Dengan Cara Tradisional:
a. Sanggama Terputus
b. Pantang Berkala atau Sistem Kalender
c. Metode Ovulasi Billing (MOB)
d. Metode Suhu Basal (MSB)

11

2. Jenis Jenis Kontrasepsi Dengan Cara Modern


a. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
b. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan,
c. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP
Beberapa pilihan jenis dan alat kontrasepsi merupakan hak bagi setiap klien yang
datang untuk ber-KB disesuaikan dengan kondisi masing-masing klien. Uraian setiap
jenis kontrasepsi akan dijelaskan dengan urutan sebagai berikut: tinjauan umum, cara
kerja, petunjuk penggunaan, kembalinya kesuburan, keuntungan dan keterbatasan, efek
samping atau efektivitas.
B. Cara Tradisional
1. Sanggama Terputus
a. Cara Kerja
Alat kelamin pria (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak
akan masuk ke dalam vagina yang akan berakibat tidak adanya pertemuan
antara sperma dan ovum dan kehamilan pun dapat dicegah.
b. Petunjuk Penggunaan
1). Terlebih dahulu membangun saling penegertian sebelum melakukan
hubungan seksual dan mendiskusikan pencegahan kehamilan melalui
penggunaan metode sanggama terputus
2). Pihak suami mendukung dan ingin berpartisipasi aktif dalam Keluarga
Berencana khususnya penggunaan metode kontrasepsi sanggama terputus
3). Metode ini dapat dilakukan oleh PUS yang taat beragama dan mempunyai
alasan filosofi untuk tidak memakai metode-metode lain dengan alasan
larangan agama
4). Dapat digunakan pada Pasangan Usia Subur (PUS) yang melakukan
hubungan seksual tidak teratur
5). Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur seorang wanita.
2. Pantang Berkala atau Sistem Kalender
a. Cara Kerja
Metode kontrasepsi dengan sistem kalender atau pantang berkala adalah
cara/metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan oleh PUS dengan tidak
melakukan sanggama atau hubungan seksual pada masa subur/ovulasi.

12

b. Petunjuk Penggunaan
1) Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita
reproduksinya terdapat tiga tahapan, yaitu:
a) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi)
b) Fertility phase (masa subur)
c) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi)

sehat

2) Perhitungan masa subur ini akan efektif dilakukan pada wanita dengan siklus
menstruasi normal yaitu antara 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada
setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut.
Kemudian dapat dihitung periode masa subur setelah melihat data yang telah
dicatat jarak antara siklus.
3) Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur
adalah hari ke-12 hingga hari ke-16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret
ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret
dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak
tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan sanggama. Apabila ingin melakukan
hubungan seksual harus menggunakan metode kontrasepsi tertentu.
4) Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6
siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari Pertama Masa Subur = Jumlah Hari Terpendek 18
Hari Terakhir Masa Subur = Jumlah Hari Terpanjang 11

Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan
siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 18 = 7 (Hari Pertama Masa Subur)
Langkah 2 : 30 11 = 19 (Hari Terakhir Masa Subur)
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga
masa ini, suami istri tidak boleh melakukan sanggama. Apabila ingin
melakukan sanggama harus menggunakan kontrasepsi.

13

3. Metode Ovulasi Billings (MOB)


a. Cara Kerja
1). Masa subur dapat dikenali dengan memantau lendir serviks yang keluar dari
vagina, periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
memperhatikan perubahan kering atau basah.
2). Terdapat beberapa catatan yang perlu diperhatikan tentang Metode Ovulasi
Billings (MOB), yaitu:
Setelah darah haid bersih,
kebanyakan Ibu mempunyai 1
sampai beberapa hari tidak
terlihat adanya lendir dan daerah
vagina terasa kering.
Ketika terobservasi adanya lendir
sebelum ovulasi, Ibu dianggap
subur ketika terlihat adanya lendir
walaupun jenis lendir kental dan
lengket.

Gambar 4. Diagram Siklus Haid 28 Hari

Hari terakhir adanya lendir paling


licin, mulur dan adanya perasaan
basah sekitar vagina.

4. Metode Suhu Basal (MSB)


a. Cara Kerja
Hormon progresteron yang d isekresi korpus luteum setelah ovulasi bersifat
termogenik atau memproduksi panas yang dapat menaikan suhu tubuh 0,05 0,2 dan mempertahankannya pada tingkat ini sampai saat haid berikutnya.
Peningkatan suhu tubuh ini disebut sebagai peningkatan termal, hal ini
merupakan dasar dari Metode Suhu Tubuh Basal (MSB). Siklus ovulasi dapat
dikenali dari catatan suhu tubuh.
b. Petunjuk Penggunaan
1) Pantang sanggama dimulai pada hari pertama haid dan diakhiri saat
diterapkan aturan peningkatan termal.
2) Selama siklus haid, klien mengukur suhu tubuhnya setiap pagi sebelum
bangun dari tempat tidur (kira-kira pada waktu yang sama) dan mencatat
suhu tubuhnya pada lembar catatan yang khusus disediakan sebelumnya.
3) Dengan menggunakan catatan suhu tubuh pada lembar tersebut, klien dapat

mengidentifikasi suhu tertinggi dari suhu normal sampai suhu terendah (suhu

14

tubuh harian yang dicatat dengan pola khusus selama 10 hari pertama dari
siklus haid dengan mengesampingkan suhu tubuh tinggi yang abnormal
akibat demam atau gangguan lainnya.
4) Tariklah sebuah garis 0,05 di atas suhu tertinggi dari sepuluh hari catatan

suhu tersebut diatas. Garis ini disebut sebagai garis penutup atau garis suhu.
5) Tunggu tiga hari dari suhu yang lebih tinggi untuk memulai sanggama. Fase

tidak subur dimulai pada malam ke-3 hari berturut-turut dengan suhu diatas
garis suhu.
6) Bila salah satu dari ketiga suhu tubuh tersebut turun atau dibawah garis suhu

selama 3 hari perhitungan, ini mungkin tanda ovulasi belum terjadi jadi klien
harus menunggu sampai didapat 3 hari berturut-turut dengan suhu tubuh
diatas garis suhu sebelum memulai sanggama.
7) Setelah fase tidak subur dimulai, klien tidak perlu lagi mencatat suhu tubuh.

Ia dapat berhenti mencatat sampai siklus haid berikutnya.


8) Bila PUS tidak menghendaki anak, mereka harus pantang melakukan

sanggama mulai awal siklus haid sampai hari ketiga dan tiga hari berturutturut dengan suhu di atas garis suhu.
C. Cara Modern
Jenis kontrasepsi dengan cara modern dapat dibagi menjadi:
1
2
3

Kontrasepsi Non-Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD


Kontrasepsi Hormonal meliputi: Suntikan Kombinasi, Pil Kombinasi dan Implan
Metode Sterilisasi meliputi: MOW (Metode Operasi Wanita) dan MOP (Metode
Operasi Pria).

1. Kontrasepsi Non-Hormonal
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
1) Tinjauan Umum
Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif selama 6 bulan, artinya
periode ketika bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan dan minuman
tambahan lainnya. MAL mampu dijadikan metode kontrasepsi bila Ibu
menyusui secara penuh, Ibu dalam keadaan belum haid (masa nifas), usia
bayi kurang dari 6 bulan, MAL harus dilanjutkan menggunakan jenis
kontrasepsi lainnya setelah berjalan lebih dari enam bulan.

15

2) Cara Kerja
Menyusui eksklusif atau penuh selama enam bulan tanpa memberikan
tambahan makanan dan minuman lainnya pada bayi, proses ini akan
menghambat pelepasan hormon kesuburan yang mengakibatkan tidak akan
terjadinya kehamilan.
3) Petunjuk Penggunaan
a) Ibu harus menyusui secara penuh
b) Pendarahan selama 56 hari pascapersalinan dapat diabaikan selama
tidak mengindikasikan Ibu dalam keadaan haid karena ketika Ibu sudah
mendapat haid pertanda bahwa kembalinya kesuburan
c) Bayi menyusu dengan cara menghisap langsung bukan dari botol
d) Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir
e) Kolostrum (ASI yang pertama kali keluar) diberikan pada bayi
f) Pola menyusui dilakukan setiap saat bayi membutuhkan dan menyusui
dari kedua payudara secara bergantian
g) Waktu menyusui dilakukan sesering mungkin dalam kurun waktu selama
24 jam termasuk malam hari
h) Menghidari jarak menyusui lebih dari 4 jam
4) Kembalinya Kesuburan:
a)
b)
c)
d)

Bila bayi telah diberikan makanan pendamping secara teratur


Ketika Ibu telah kembali mendapatkan haid
Bayi menghisap susu tidak sering atau jika kurang dari 8 x sehari
Bayi berumur 6 bulan atau lebih

5) Keuntungan dan Keterbatasan


a. Keuntungan:
Bagi Bayi

Bagi Ibu

(1) Mendapat kekebalan pasif


(mendapatkan antibodi perlindungan
lewat ASI)

(1) Mengurangi pendarahan


pascapersalinan
(2) Mengurangi risiko anemia

(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan


sempurna untuk tumbuh kembang
bayi optimal

(3) Meningkatkan hubungan


psikologik ibu dan bayi

(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap


kontaminasi dari air, susu lain atau
susu formula, atau dari bahan
peralatan minum yang digunakan
Tabel 1. Keuntungan dan Keterbatasan MAL bagi Ibu dan Bayi

16

b. Keterbatasan:
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pascapersalinan.
(2) Dalam kondisi tertentu metode ini sulit dilaksanakan karena kondisi
sosial atau psikologis Ibu dan bayi.
(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan
periode 6 bulan.
(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus Hepatitis B, HIV dan
AIDS.
b. Kondom
1) Cara Kerja
a) Kondom mampu mencegah bertemunya sel sperma dan sel telur pada
saat sanggama. Saat ini terdapat dua jenis, yaitu kondom laki-laki dan
kondom perempuan.
b) Kondom Laki-laki yang digunakan dengan baik dan benar setiap kali akan
berhubungan seksual sehingga angka kegagalan kontrasepsi kondom
sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang terbuat dari berbagai
bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan. Selain
sebagai pencegah kehamilan, kondom juga dapat mencegah penyakit
menular seksual.
c) Kondom yang dirancang khusus untuk digunakan oleh perempuan,
berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan
wanita. Kondom wanita berfungsi untuk mencegah kehamilan dan
mengurangi resiko penyakit menular seksual. Kondom wanita memiliki
dua ujung di mana ujung yang satu yang dimasukkan ke arah rahim
tertutup dengan busa untuk menyerap sperma dan ujung yang lain ke
arah luar terbuka.

17

PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM LAKI-LAKI

Tahap 1

Tahap 4

Kondom dipasang saat penis ereksi, dan Buka gulungan kondom secara perlahan ke arah
sebelum melakukan hubungan badan
pangkal penis, sambil menekan ujung kondom.
Pastikan posisi kondom tidak berubah selama
coitus, jika kondom menggulung, tarik kembali
gulungan ke pangkal penis
Tahap 2

Tahap 5

Buka kemasan kondom secara hati-hati Setelah ejakulasi, lepas kondom saat penis
dari tepi, dan arah robekan ke arah masih ereksi. Hindari kontak penis dan kondom
tengah. Jangan menggunakan gigi, dari pasangan Anda
benda tajam saat membuka kemasan
Tahap 3

Tahap 6

Tekan ujung kondom dengan jari dan Buang bungkus kondom bekas pakai ke tempat
jempol untuk menghindari udara masuk yang aman
ke dalam kondom. Pastikan gulungan
kondom berada di sisi luar

18

PETUNJUK PENGGUNAAN KONDOM PEREMPUAN

Tahap 1
Buka kemasan kondom secara hati-hati
dari tepi, dan arah robekan ke arah
tengah. Jangan menggunakan gigi,
benda tajam saat membuka kemasan.

Tahap 2
Sebelum hubungan seksual, perhatikan
kondom wanita. Kondom wanita punya
ring yang lebar (outer ring) untuk bagian
luar dan ring yang kecil (inner ring) untuk
bagian dalam.

Tahap 3
Pegang inner ring kondom, lalu tekan
dengan ibu jari pada sisi ring, dan
dengan jari lain pada sisi yang
berseberangan,
kemudian
tekan
sehingga sisi ring yang berseberangan
akan bersentuhan dan bentuk inner ring
menjadi lonjong.
Tahap 4
Atur posisi yang nyaman. Posisi dapat
dilakukan secara berdiri satu kaki di atas
kursi, jongkok maupun berbaring.

19

Tahap 5
Masukkan inner ring ke dalam vagina
dengan hati-hati. Sewaktu kondom
masuk ke dalam vagina, gunakan jari
telujuk untuk menekan inner ring lebih
jauh ke dalam vagina. Pastikan kondom
jangan sampai berputar, dan outer ring
(ring yang besar) tetap berada di luar.

Tahap 6
Berikan sedikit minyak pelicin pada penis
atau bagian dalam kondom. Bantu penis
masuk ke dalam kondom.

Tahap 7, 8, 9 dan 10
Pasca coitus, keluarkan kondom secara
hati-hati dengan memutar bagian outer
ring untuk menjaga air mani yang
tertampung di dalam kondom tidak
tumpah. Keluarkan kondom secara hatihati. Buang kondom bekas pakai ke
tempat yang aman (tempat sampah).
Jangan buang di Toilet,

2) Keuntungan dan Keterbatasan


a) Keuntungan:
(1) Sebagai alat kontrasepsi yang secara efektif mencegah dengan angka
kegagalan kondom yaitu terjadinya 3-14 kehamilan per 100 wanita
pada 1 tahun penggunaan pertama.
(2) Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang dapat
mencegah penularan IMS, HIV, dan AIDS.
(3) Aman sebagai alat kontrasepsi khususnya bagi Ibu yang sedang
menyusui.

20

b) Keterbatasan:
(1) Kegagalan tinggi bila tidak digunakan dan dipasang dengan benar
sesuai petunjuk penggunaan kondom.
(2) Kondom dapat berdampak menimbulkan alergi lateks pada kulit klien
yang sensitif.
(3) Menimbulkan ketidaknyamanan dalam hubungan seksual karena
mengurangi sentuhan langsung antara penis dengan vagina.
(4) Harus siap tersedia setiap kali berhubungan seksual sehingga
diharapkan menyediakan stok kondom di rumah.
(5) Beberapa klien enggan untuk membeli kondom di tempat umum
karena masih ada pandangan negatif di masyarakat tentang
pengguna kondom.
(6) Pembuangan kondom bekas telah menimbulkan masalah dalam hal
limbah yang mencemari lingkungan.
c. Diafragma
1) Cara Kerja
Diafragma dirancang aman dan disesuaikan vagina untuk menutupi serviks.
Diafragma merupakan kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang dapat dibengkokkan. Diafragma ini mempunyai cara kerja
sebagai berikut:
a) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi).
b) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
c) Spermisida bekerja dengan cara menyemprotkan bahan aerosol, krim,
atau tablet pada vagina untuk menonaktifkan atau membunuh sperma.

Gambar 5. Diafragma dan Spermisida

21

PETUNJUK PEMASANGAN DIAFRAGMA

Tahap

Tahap

Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan


dengan sabun dan air mengalir. Pastikan
diafragma
tidak
berlubang.
Oleskan
spemisida pada kap diafragma secara
merata.
Tahap 2

Masukkan diafragma ke dalam vagina jauh


ke belakang, dorong bagian depan pinggiran
ke atas di balik tulang pubis. Masukkan jari
ke dalam vagina sampai menyentuh serviks.
Sarungkan karetnya dan pastikan serviks
telah terlindungi.
PERHATIAN
Diafragma masih terpasang dalam vagina
sampai 6 jam setelah berakhir hubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung
di atas 6 jam setelah pemasangan,
tambahkan spermisida ke dalam vagina.
Jangan meninggalkan diafragma di dalam
vagina lebih dari 24 jam

Cari posisi yang


nyaman pada saat
pemasangan
diafragma. Posisi
dapat dengan
mengangkat satu
kaki ke atas kursi,
duduk di tepi kursi,
berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan
bibir vulva. Tepi diafragma melipat menjadi
dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari
telunjuk di tengah kap untuk pegangan yang
kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.

PETUNJUK PELEPASAN DIAFRAGMA


Tahap 1

Tahap 2

Sebelum
melepas diafragma, cuci tangan dengan
sabun dan air mengalir. Kait bagian ujung
diafragma dengan jari telunjuk dan tengah
untuk memecah penampung

Tarik
diafragma turun dan tarik keluar. Cuci
dengan sabun dan air, kemudian keringkan
sebelum disimpan kembali di tempatnya.

22

2) Kelebihan dan Keterbatasan


a) Kelebihan
(1) Efektif mencegah kehamilan dengan taraf sedang yang menunjukkan
angka kegagalan terjadi pada 6-40 kehamilan per 100 perempuan
pada satu tahun penggunaan pertama.
(2) Dapat digunakan selama menyusui karena tidak berisiko pada
gangguan kesehatan.
(3) Melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS khususnya apabila
digunakan dengan spermisida
a) Keterbatasan
(1) Angka kegagalan tinggi yang sangat dipengaruhi oleh kepatuhan
mengikuti cara penggunaan.
(2) Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk
memastikan ketepatan pemasangan
(3) Berisiko menyebabkan infeksi saluran uretra
(4) Pada 6 jam pasca hubungan seksual, alat masih harus berada di
posisinya.
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : IUD (Intra Uterine Device)
1) Cara Kerja
a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c) IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan
dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
d) Pemakaian IUD Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
(1) IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung
setelah bayi lahir dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah
placenta/ari-ari lahir.
(2) IUD Post Partum: IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48
jam pertama pascapersalinan.
(3) IUD Post Seksio: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio
sesaria (operasi caesar).
(4) IUD Pasca Keguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu
7 hari dengan syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami
keguguran/ tindakan setelah keguguran
2) Petunjuk Penggunaan
a) Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam
rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah

23

pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam keadaan
lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada waktu di akhir masa
haid.
b) Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah
dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan
setelah pemasangan satu minggu lalu dilakukan pemeriksaan setiap
bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan rutin selanjutnya
dilakukan setiap enam bulan sekali.
c) Saat ini jenis kontrasepsi IUD menggunakan Type Cooper T 380 A yang
sudah digunakan oleh pihak BKKBN sejak tahun 2005 dan diatur dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1079/MENKES/SK/VIII/2010 tentang jenis kontrasepsi IUD adalah Type
Cooper T 380 A.

Gambar 6. Jenis IUD


3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan
(1) IUD memiliki efektivitas tinggi sebagai kontrasepsi segera setelah
dipasang.
(2) Metode kontrasepsi jangka panjang dapat digunakan dalam jangka
waktu 10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti.
(3) Sangat efektif karena tidak perlu untuk mengingat waktu pemakaian
atau disiplin penggunaan seperti minum pil atau menggunakan
suntikan.
(4) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu cemas pada
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
(5) AKDR dengan Cu AKDR (CuT-380A) tidak memiliki efek samping
hormonal karena tidak mengandung hormon.
(6) Tidak menghambat produksi ASI bagi Ibu yang sedang menyusui.
(7) Dapat langsung digunakan segera setelah melahirkan (pasca
persalinan) atau sesudah abortus (pascakeguguran) dengan syarat
tidak terjadi infeksi.

24

(8) Tidak terindikasi mengkonsumsi obat-obatan atau zat adiktif lainnya.


(9) Membantu mencegah kehamilan ektopik (kehamilan di luar
kandungan).
b) Keterbatasan:
(1) Efek samping yang sering terjadi pada siklus haid yang berubah pada
umumnya 3 bulan pertama dengan ciri sebagai berikut: haid lebih lama,
terasa sakit, dan adanya pendarahan (spotting) antar menstruasi.
(2) Adanya komplikasi lainnya: merasakan sakit atau kejang 3-5 hari
setelah pemasangan, pendarahan berat pada saat haid akan berisiko
anemia, pemasangan yang tidak benar akan menimbulkan perforasi
dinding uterus.
(3) Klien tidak dapat melepas AKDR dengan sendirinya sehingga
membutuhkan bantuan petugas kesehatan terlatih yang harus
melepaskan AKDR.
(4) Risiko menimbulkan kehamilan ektopik yaitu kehamilan di luar rahim
atau di luar kandungan, sel telur yang telah dibuahi menempel pada
tempat selain uterus (dapat di leher rahim, tuba falopii, rongga perut
atau indung telur).
(5) Klien harus memeriksa posisi benang AKDR secara periodik dengan
cara memasukkan jarinya ke dalam vagina tetapi sebagian perempuan
enggan melakukan hal ini.
2. Kontrasepsi Hormonal
a. Suntikan Progestin
1) Cara Kerja
a) Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin,
yaitu:
(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler (di daerah bokong)
(2) Depo Neoretisteron Enantat (Depo Noristerat) yang mengandung 200
mg Noretindron Enantat diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler (di daerah bokong)
b) Mencegah ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
menurunkan kemampuan sperma untuk membuahi.
2) Pentujuk Penggunaan
a) Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskuler dalam di daerah bokong. Suntikan diberikan setiap 90 hari.
b) Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid yang
biasanya bersifat sementara.

25

c) Suntikan dapat diberikan 2 minggu sebelum jadwal, bila Ibu lupa jadwal
suntikan dapat segera diberikan dengan syarat kondisi Ibu sedang tidak
hamil.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan:
(1) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap beberapa efek samping, penyakit jantung, dan gangguan
pembekuan darah.
(2) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
(3) Klien tidak perlu menyimpan atau menyediakan obat suntik.
(4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
(5) Membantu mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik,
penyakit jinak payudara, penyakit radang panggul, dan krisis anemia
bulan sabit.
b) Keterbatasan:
(1) Sering ditemukan gangguan haid seperti: siklus haid yang memendek
atau memanjang, pendarahan banyak atau sedikit, pendarahan tidak
teratur, tidak haid sama sekali.
(2) Klien sangat bergantung pada tempat pelayanan kesehatan (harus
kembali untuk memperoleh suntikan kembali).
(3) Efek samping yang paling sering dirasakan adalah permasalahan
berat badan.
(4) Terlambatnya kesuburan pascapenggunaan kontrasepsi yang banyak
disebabkan oleh obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
(5) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, dan
jerawat.
b. Suntikan Kombinasi
1) Cara Kerja
a) Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksi progesterone
Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi sebulan sekali
(cyclofem) dan 50 mg Norentidron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat
yang diberikan injeksi sebulan sekali.
b) Menekan ovulasi dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga
penetrasi sperma terganggu dan terjadi perubahan pada endometrium
(atrofi) sehingga implantasi terganggu.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuskuler
(IM) dalam, klien diminta datang setiap 4 minggu untuk kunjungan ulang
(kontrol) untuk memastikan hamil atau tidak.

26

b) Timbulnya efek samping dari penyuntikan berupa mual, sakit kepala, nyeri
payudara, pendarahan sehingga perlu diinformasikan semua keluhan itu
dan biasanya akan hilang pada suntikan ke-2 dan ke-3.
c) Klien tidak dalam pengaruh obat-obatan tuberkolosis atau obat epilepsi
karena akan mengganggu efektivitas kontrasepsi yang akan digunakan.

Gambar 7. Suntikan Kombinasi


3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan
(1) Mengurangi jumlah pendarahan
(2) Mengurangi nyeri saat haid
(3) Mencegah anemia
(4) Berupaya efektif guna mencegah kanker ovarium, kanker
endometrium, payudara jinak, kista ovarium, serta kehamilan ektopik
(5) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul.
b) Keterbatasan
(1) Terjadi perubahan pola haid seperti tidak teratur, pendarahan
bercak/spoting atau pendarahan sela selama 10 hari.
(2) Terdapat keluhan seperti mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,
dan akan hilang setelah suntikan kedua dan ketiga.
(3) Klien harus melakukan kunjungan ulang di pelayanan kesehatan
setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
(4) Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung,
stroke, pembekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
(5) Penambahan berat badan.
(6) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV, dan AIDS.
(7) Keterlambatan dalam pemulihan kesuburan setelah penghentian
pemakaian.

27

c. Pil Progestin (Mini Pil)


1) Cara Kerja
a) Terdapat dua kemasan minipil, yaitu
(1) Kemasan dengan isi 35 pil: 300 g levonogestrel atau 350 g
noretindron.
(2) Kemasan dengan isi 28 pil: 75 g desogestrel
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma
2) Petunjuk Penggunaan
a) Minum minipil setiap hari pada saat yang sama.
b) Minum pil yang pertama pada hari pertama pada hari pertama haid.
c) Bila klien muntah setelah meminum pil dalam kurun waktu 2 jam,
minumlah pil yang lain atau menggunakan metode kontrasepsi lain bila
klien berniat hubungan seksual pada 48 jam berikutnya.
d) Bila kilen lupa meminum pil lebih dari 3 jam maka minumlah segera ketika
ingat dan gunakan metode pelindung sampai 48 jam ke depan.
e) Bila klien lupa 1 atau 2 pil, minumlah segera pil yang terlupa sesegera
ketika klien ingat, gunakan metode pelindung sampai akhir bulan.
f) Akan terjadi perubahan pola haid terutama 2 atau 3 bulan pertama.
3) Kelebihan dan Keterbatasan
a) Kelebihan
(1) Sangat efektif bila digunakan secara benar
(2) Tidak mengganggu hubungan seksual
(3) Tidak mempengaruhi produksi ASI
(4) Kesuburan cepat kembali
(5) Nyaman dan mudah digunakan
(6) Sedikit efek samping karena tidak mengandung estrogen
(7) Pemakaian dapat dihentikan setiap saat
(8) Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
(9) Dapat mengurangi keluahan premenstrual sindrom (sakit kepala,
perut kembung, nyeri payudara, nyeri pada betis, mudah marah)
b) Keterbatasan
(1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid (pendarahan sela,
spotting, amenorea)
(2) Permasalahan penurunan/peningkatan berat badan
(3) Pemakaian harus rutin setiap hari pada waktu yang sama (disiplin
pemakaian) karena bila lupa satu pil saja dapat menimbulkan
kegagalan
(4) Organ payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, jerawat
(5) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi yang ditunjukkan pada angka 4
perempuan diantara 100 kehamilan

28

(6) Efektivitasnya menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat


tuberkolosis atau obat epilepsi
(7) Timbulnya gejala hirsutisme (tumbuh rambut/bulu berlebihan di
daerah muka) tetapi sangat jarang terjadi
(8) Tidak melindungi klien dari penularan IMS, HIV dan AIDS.
d. Pil Kombinasi
1) Cara Kerja
Pil kombinasi bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui sperma sehingga mampu menekan ovulasi dan mencegah implantasi.
Terdapat tiga jenis pil kombinasi, yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Harus diminum setiap hari dan yakin bahwa kondisi tidak sedang hamil.
b) Dapat dipakai oleh semua Ibu usia reproduksi baik yang sudah
mempunyai anak atau tidak mempunyai anak.
c) Tidak dianjurkan bagi Ibu yang menyusui.
d) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat karena efektivitasnya
sangat tinggi

Gambar 8. Pil Kombinasi

29

3) Keuntungan dan Keterbatasan


a) Keuntungan
(1) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi) bila digunakan setiap hari ditunjukkan dengan angka 1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan.
(2) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(3) Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid.
(4) Dapat digunakan dalam kurun waktu jangka panjang selama klien
menginginkan sebagai alat pencegah kehamilan.
(5) Kesuburan dapat kembali dengan segera apabila penggunaan pil
dihentikan.
b) Keterbatasan
(1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
(2) Selama 3 bulan pertama menggunakan akan menimbulkan beberapa
tanda antara lain: rasa mual, perndarahan bercak atau pendarahan
sela, nyeri payudara.
(3) Tidak boleh diberikan pada wanita yang menyusui.
(4) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi,
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seks berkurang.
(5) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga risiko
stroke serta pembekuan darah terutama pada perempuan usia >35
tahun dan merokok.
e. Implan
1) Cara Kerja
a) Beberapa jenis implan:
(1) Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm,
dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.
(2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi
ketiga, yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/
disposable, dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm,
terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.

30

(3) Jadena dan Indoplant


Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan
lama kerja 3 tahun.
(4) Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang
mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan
sebesar 100 g per hari dan lama kerja 1 tahun.
(5) Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Kapsul ini mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai
diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm
mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm
yang mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 18 bulan.
b) Lendir mulut rahim menjadi kental akan menggangu proses pembentukkan
lapisan pada permukaan rahim sehingga sulit terjadi penanaman sel telur
yang sudah dibuahi.
2) Petunjuk Penggunaan
a) Pemasangan setelah hari ke-7 siklus haid, jangan melakukan hubungan
seksual atau menggunakan metode kontrasepsi lain.
b) Daerah pemasangan harus tetap dibiarkan kering dan bersih selama 48
jam pertama untuk mencegah infeksi pada luka saat pemasangan.
c) Hindari benturan, gesekan, atau penekanan pada daerah pemasangan
d) Balutan penekanan jangan dibuka selama 48 jam pertama untuk
mencegah infeksi dan plester dipertahankan hingga luka sembuh
(biasanya 5 hari).
e) Sering ditemukan gangguan pola haid terutama 6-12 bulan pertama

Gambar 9. Implan

31

3) Keuntungan dan Keterbatasan


a) Keuntungan
(1) Kandungan jangka panjang karena bisa mencapai lima tahun
(2) Pengembalian kesuburan tergolong cepat setelah pencabutan
(3) Tidak mengganggu kegiatan hubungan suami istri
(4) Tidak mempengaruhi ASI
(5) Bebas dari pengaruh estrogen
(6) Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan
(7) Klien hanya perlu kembali ke klinik/dokter jika ada keluhan
b) Keterbatasan
(1) Dapat menyebabkan perubahan pola haid
(2) Dapat menimbulkan bercak darah diantara haid, atau disebut juga
spotting
(3) Bisa saja terjadi peningkatan jumlah darah haid, atau malah tidak haid
sama sekali (amenorea)
(4) Akan timbul keluhan-keluhan seperti sakit kepala, nyeri payudara,
perasaan mual
(5) Efektifitas akan menurun jika anda menggunakan obat tuberkulosis
atau obat epilepsi
(6) Memerlukan tindakan pembedahan minor (bedah lokal) untuk
pemasangan dan pencabutannya
(7) Anda tidak bisa mencabut implan sembarangan, tapi harus atas
bantuan dokter atau bidan atau petugas yang terlatih
(8) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000
perempuan per tahun).
3. Metode Sterlisasi
a. Metode Operasi Wanita (MOW)
1) Cara Kerja
Terdiri dari dua jenis proses tubektomi pada seorang perempuan yaitu
melalui cara sebagai berikut:
a) Laparoskopi
Prosedur ini memerlukan tenaga spesialis kebidanan dan penyakit
kandungan yang terlatih agar mampu dilaksanakan secara aman dan
efektif. Teknik ini dapat dilakukan pada 6-8 minggu pascapersalinan atau
pascakeguguran (tanpa komplikasi).
b) Minilaparotomi
Metode ini merupakan penyederhanaan teknik laparotomi yang telah
dilakukan selama ini. Teknik minilaparotomi dilakukan dengan membuat
sayatan kecil (sekitar 3 cm) baik pada daerah perut bawah maupun pada

32

lingkar pusat bawah. Tindakan ini dapat dilakukan terhadap banyak klien,
relatif murah, dan dapat dilakukan oleh dokter yang diberi pelatihan
khusus. Operasi ini juga tergolong aman dan efektif baik untuk masa
interval maupun pascapersalinan karena pengambilan tuba dilakukan
melalui sayatan kecil. Setelah tuba didapat kemudian dikeluarkan, diikat,
dan dipotong sebagian, setelah itu dinding perut ditutup kembali, luka
sayatan dapat ditutup dengan kassa yang kering dan steril apabila tidak
ditemukan masalah yang berarti, klien dapat dipulangkan segera setelah
2-4 jam pascaoperasi

Gambar 10. Metode Operasi Wanita (MOW)


2) Petunjuk Penggunaan
a) Adanya dukungan dari keluarga dan pasangan
b) Dapat dilakukan setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini
secara rasional klien tidak dalam kondisi hamil atau hari ke-6 hingga hari
ke-13 dari siklus menstruasi
c) Klien Pascapersalinan:
(1) Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu
(2) Laparoskopi: tidak tepat untuk klien pasca persalinan
d) Klien Pascakeguguran :
(1) Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi dalam
waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
(2) Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ada bukti infeksi
e) Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan
f) Hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman setelah operasi
dilakukan

33

g) Lakukan kunjungan pemeriksaan rutin antara 7 dan 14 hari setelah


pembedahan atau kembalilah sesegera mungkin bila dirasakan tandatanda dan simptom-simptom yang tidak biasa.
3) Keuntungan dan Keterbatasan
a) Keuntungan
(1) Metode kontrasepsi yang sangat efektif dan tidak menimbulkan efek
samping baik jangka panjang maupun jangka pendek
(2) Mempunyai efek perlindungan terhadap kehamilan dan penyakit
radang panggul (PID), serta kanker ovarium
(3) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
(4) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal
(5) Tidak ada perubahan pada fungsi seksual.
b) Keterbatasan
(1) Perlu dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali) kecuali dengan operasi rekanalisasi
(2) Klien perlu mendapat dukungan dari keluarga atau pasangan karena
dapat merasa menyesal di kemudian hari
(3) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
(4) Hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih (dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialisasi bedah untuk proses laparoskopi
(5) Tidak melindungi klien dari IMS, HIV dan AIDS
c) Kontraindikasi
(1) Sudah terdeteksi atau dicurigai bahwa klien sedang hamil
(2) Adanya pendarahan vaginal
(3) Tidak sedang menjalani proses pembedahan
(4) Masih ragu untuk memutuskan berhenti memiliki keturunan
(5) Belum melakukan persetujuan tertulis
b. Metode Operasi Pria (MOP)
1) Cara Kerja
Metode vasektomi membuat sperma (yang disalurkan melalui vasdeferens)
tidak dapat mencapai vesikula seminalis yang pada saat ejakulasi
dikeluarkan bersamaan dengan cairan semen.

34

Gambar 11. Metode Operasi Pria (MOP)


Vasektomi di Indonesia lebih dikenal dengan nama VTP (Vasektomi Tanpa
Pisau) dilakukan tanpa menggunakan pisau melainkan menggunakan
gunting. Operasi dilakukan di bagian atas skrotum yang ditusuk dengan alat
yang ujungnya runcing kemudian disobek sehingga saluran spermanya dapat
ditarik ke atas. Saluran sperma bagian atas diikat lalu dipotong bertujuan
agar saluran sperma tidak akan menyambung kembali dan selanjutnya
dikembalikan ke dalam lubangnya semula, luka segera diplester. Keuntungan
teknik vasektomi ini adalah luka yang dihasilkan lebih kecil sehingga luka
akan lebih cepat kering, pendarahan minimal, nyeri pascaoperasi lebih
ringan.
a. Petunjuk Penggunaan
1.
2.
3.

4.
5.

6.

Pertahankan pembalut luka selama 3 hari


Hindari menggaruk luka selama proses penyembuhan
Tidak membasahi daerah luka dalam kurun waktu 24 jam setelah
pembedahan setelah 3 hari diperbolehkan luka dicuci dengan sabun
dan air
Hindari mengangkat barang berat untuk 3 hari setelah operasi
Boleh melakukan hubungan seksual setelah hari ke-2 atau hari ke-3
namun wajib mengunakan kondom atau jenis kontrasepsi lain pada
pasangan selama 3 bulan atau 20 kali ejakulasi
Pemeriksaan kembali untuk memastikan cairan semen tidak
mengandung sperma dalam kurun waktu 3 bulan setelah vasektomi
dilakukan

35

b. Keuntungan dan Keterbatasan


1. Keuntungan:
a) Sangat efektif sebagai metode kontrasepsi jangka panjang
b) Tidak membuat klien lemah libido karena tidak mengganggu
fungsi seksual atau disfungsi ereksi
c) Tidak ada efek samping jangka pendek dan jangka panjang
2. Keterbatasan:
a) Bersifat permanen (non-reversibel) dan timbul masalah bila klien
mau menikah kembali atau ingin memiliki anak
b) Perlu persiapan psikologis yang matang karena ada kemungkinan
penyesalan di kemudian hari
c) Perlu tenaga pelaksana terlatih
d) Tidak melindungi klien terhadap PMS, HIV dan AIDS
Pengetahuan tentang pengendalian kelahiran dan program KB merupakan salah satu
aspek penting ke arah pemahaman tentang berbagai metode kontrasepsi yang
selanjutnya berpengaruh terhadap pemakaian metode kontrasepsi yang tepat dan
efektif. Berdasarkan Peraturan Kepala BKKBN Nomor: 165/PER/E1/2011 tentang
Pelayanan Keluarga Berencana Metode Kontrasepsi Jangka Panjang bahwa dalam
rangka mewujudkan visi dan misi BKKBN ditetapkan kebijakan keluarga berencana
mengarah pada peningkatan kesertaan ber-KB khususnya Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP) yang memiliki efektifitas dan efisiensi yang tinggi terhadap
pengendalian kelahiran dan pencapaian angka prevalensi kontrasepsi MKJP yang masih
rendah.

Gambar 12 . Jenis Kontrasepsi dalam Program KB Nasional

36

Adapun jenis kontrasepsi Program KB Nasional yang dilaporkan setiap bulannya


meliputi: Kondom, Pil, Suntik, Implant, IUD, MOW, MOP, MAL. Sedangkan, Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang yang selanjutnya disebut MKJP adalah metode kontrasepsi
yang masa efektifnya relatif lama dan terdiri dari Metode Operasi Wanita (MOW),
Metode Operasi Pria (MOP), Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan masa
berlaku sampai sepuluh tahun dan implant dengan masa berlaku tiga tahun.
D. Pemilihan Penggunaan Kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien
Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan. Adapun beberapa pengertian
yang mengacu pada pemilihan kontrasepsi yang rasional, efektif, dan efisien.
1. Pilihan Kontrasepsi yang Rasional, informasi lengkap tentang metode kontrasepsi
perlu diperoleh sebelum pasangan memilih untuk menggunakan kontrasepsi tertentu
sesuai dengan pilihannya. Pada umumnya, setiap pasangan yang menggunakan
kontrasepsi dilandasi tujuan yang jelas antara lain: a) menunda kelahiran anak
pertama (postponing), b) menjarangkan anak (spacing), dan c) membatasi (limiting)
jumlah anak yang diinginkan. Ketiga tujuan di atas sangat berkaitan dengan
tersedianya teknologi kontrasepsi sesuai dengan keamanan medis serta
kemungkinan kembalinya fase kesuburan (fecundity), efektifitas, dan efisiensinya.
Pilihan yang didasarkan dari informasi yang lengkap tersebut pada akhirnya akan
menghasilkan pilihan metode kontrasepsi yang bersifat rasional. Pilihan kontrasepsi
secara rasional pada dasarnya adalah merupakan pilihan klien secara sukarela
tanpa adanya unsur paksaan yang didasarkan pada pertimbangan secara rasional
dari sudut tujuan/teknis penggunaan, kondisi kesehatan medis, dan kondisi sosialekonomis dari masing-masing pasangan.
2. Pilihan Kontrasepsi yang Efektif , selain pertimbangan secara rasional dalam
pemilihan kontrasepsi harus juga mempertimbangkan aspek efektifitasnya. Yang
dimaksud dengan pemilihan kontrasepsi yang efektif adalah pemilihan kontrasepsi
yang didasari pada pertimbangan efektifitas masing-masing jenis kontrasepsi
berdasarkan angka kegagalannya. Jadi efektifitas masing-masing kontrasepsi dapat
dilihat dari angka efektifitasnya secara teoritis (theoritical effectivenes) dan efektifitas
penggunaan secara praktis di lapangan (used effectivenes). Dengan mengetahui
angka-angka tersebut maka setiap pasangan dapat mempertimbangkan penggunaan
jenis-jenis kontrasepsi berdasarkan angka kegagalannya. Sebagai contoh, Implan,
AKDR/IUD, Sterilisasi/Tubektomi termasuk jenis kontrasepsi yang efektivitas tinggi
sebab angka kegagalan untuk Implan (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan), AKDR
(0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan), dan Sterilisasi/ Tubektomi (0,2-4 kehamilan
per 100 perempuan). Sedangkan jenis kontrasepsi yang termasuk kriteria efektif
antara lain Pil, Suntikan, Metode Amenore Laktasi/ Pemberian ASI. Adapun

37

kontrasepsi yang termasuk kriteria kurang efektif antara lain: kondom, diafragma
vaginal, dan sanggama terputus.
3. Pilihan Kontrasepsi Efisien, pertimbangan terakhir yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan alat kontrasepsi adalah kriteria efisiensi. Efisiensi dapat dinilai dari biaya
kontrasepsi dalam memproteksi kehamilan per tahun penggunaan dari seorang
pasangan (Couple Years Protection atau CYP). Angka alat kontrasepsi per CYP
dapat dijadikan pertimbangan dalam menentukan efisiensi setiap alat kontrasepsi.

Gambar 13. Skema Pemilihan Kontrasepsi REE


Beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan kontrasepsi yang
rasional, efektif, dan efisien sebagai berikut:
1. Usia istri di bawah 20 tahun
a. Menunda kehamilan anak pertama hingga umur istri mencapai 20 tahun.
b. Gunakan kontrasepsi dengan terlebih dahulu mempertimbangkan kontrasepsi
yang memiliki reversibilitas (kembalinya kesuburan) tinggi dan kemudian juga
memiliki efektifitas tinggi
c. Kondom, Pil KB, IUD, KB Alamiah

38

2. Usia Istri 20 - 30 tahun


a. Kontrasepsi untuk mengatur jarak kelahiran anak berikutnya.
b. Gunakan kontrasepsi dengan pertimbangan efektivitas tinggi, kemudian juga
reversibilitasnya tinggi, dapat dipakai 3-4 th dan tidak mengganggu produksi ASI.
c. IUD, Pil KB, Suntikan, Implant, Kondom, KB Alamiah.
3. Usia istri diatas 35 tahun
a. Kontrasepsi untuk mengakhiri kesuburan hingga istri mengalami menopause.
b. Kontrasepsi yang disarankan : Vasektomi, Tubektomi, IUD, Implant.
E. Mitos-Mitos dalam Penggunaan Kontrasepsi
Meskipun zaman sekarang sudah berbagai jenis metode kontrasepsi yang ada saat ini
mulai namun tidak sedikit orang yang tidak mempercayai keefektifan dan efek yang
menimbulkan ketidaknyamanan para pengguna kontrasepsi. Adapun beberapa
pendapat yang beredar di masyarakat saat ini dengan menggantungkan harapan pada
sejumlah mitos keliru sebagai metode pencegah kehamilan, antara lain dapat dilihat dari
tabel berikut:

JENIS
PIL KB

MITOS

FAKTA

1) Pil KB dapat membuat


tubuh menjadi gemuk

1) Kandungan hormon yang ada pada setiap


butir Pil KB berdosis rendah sehingga
tidak akan membuat berat badan naik.

2) Pil KB berdampak pada


kulit menjadi tidak sehat
dan berjerawat

2) Pil KB memiliki kandungan hormon


estrogen yang membantu menjaga
kehalusan dan kesehatan kulit.

3) Pil KB membuat tulang


menjadi rapuh.

6) Kandungan dua hormon yang ada pada


setiap butir Pil KB membantu pencegahan
pengapuran dini pada tulang atau yang
lebih sering disebut dengan osteoporosis.

4) Pil KB berisiko pada


kandungan
5) Pil KB mengurangi
kesuburan

7) Secara klinis, konsumsi Pil KB secara


teratur akan membantu mencegah risiko
kehamilan di luar rahim, kista, atau pun
kanker rahim.
8) Pil KB mampu menjaga tingkat kesuburan
dan cukup menghentikan pemakaian jika
ingin hamil.

39

IUD

1) Batang IUD dapat


menempel di kepala bayi
setelah melahirkan.

1) Pada saat diketahui seorang wanita positif


hamil, dokter atau bidan akan langsung
mengeluarkan/melepas IUD dari rahim.

2) IUD biasa berpindah tempat 2) IUD tidak dapat berpindah tempat, namun
setelah dipasang.
mungkin bergeser sedikit dari sejak waktu
pemasangan. Karena itu penting untuk
melakukan pemeriksaan rutin setahun
sekali ke bidan/dokter untuk memeriksa
keadaan IUD di dalam rahim.

SUNTIK 1) Suntik KB dapat


1) Suntikan KB tersedia dalam pilihan 1
menghilangkan menstruasi.
bulan atau 3 bulan. Pada suntikan 3 bulan
memiliki kandungan hormon yang lebih
besar dibandingkan suntikan 1 bulan,
yang dapat mengakibatkan terhentinya
siklus menstruasi yang biasanya terjadi
setiap bulan.

IMPLAN 1) Implan dapat berpindah


tempat

1) Implan dipasang di lengan bagian atas


dan efektif mencegah kehamilan selama
4 tahun.

MOW

1) Dapat menurunkan libido

1) Tidak berpengaruh pada libido karena


tidak menyebabkan gangguan
keseimbangan hormon sehingga tidak
akan menyebabkan klien menjadi lemah.

MOP

1) Sama dengan dikebiri atau


kastrasi

1) Proses MOP hanya mengikat vasdeferens


dan bukan membedah atau memotong
testis

2) Menghilangkan libido dan


kejantanan pada pria

2) Tidak mengganggu fungsi seksual atau


tidak juga menimbulkan disfungsi ereksi
karena tidak mengubah sistem hormon
dan metabolisme tubuh

Tabel 2. Mitos dan Fakta Kontrasepsi

40

Dari beberapa mitos yang selama ini beredar di masyarakat telah membuat paradigma
tersendiri yang memunculkan ketakutan bagi para wanita tentang beberapa jenis
kontrasepsi. Kesimpulan tentang mitos dan fakta di atas adalah untuk dapat membantu
klien memilih metode kontrasepsi atau KB yang akan digunakan dan sebaiknya klien
merundingkannya dengan pasangannya disertai berkonsultasi dengan dokter atau
tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masing-masing.
Dengan demikian diharapkan tenaga kesehatan atau petugas di lapangan dapat
memberi saran metode KB apa yang dapat dipilih secara rasional, efektif, dan efisien.
F. Rangkuman
Saat ini berbagai alat kontrasepsi telah mengalami perkembangan yang pesat seiring
dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Berdasarkan Data SDKI, 2007 maka
penggunaan jenis kontrasepsi dikelompokkan menjadi dua cara sebagai berikut:
1. Cara Tradisional meliputi: Sanggama Terputus, Pantang Berkala atau Sistem
Kalender, Metode Ovulasi Billing (MOB), Metode Suhu Basal (MSB).
2. Cara Modern
a. Non Hormonal meliputi: MAL, Kondom, Diafragma, AKDR/IUD
b. Hormonal meliputi: Pil, Suntikan, Implan.
c. Sterilisasi meliputi: MOW dan MOP
Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan.
Pemakaian Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran saat ini dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. IUD Post Placenta : IUD dapat dipasangkan kepada Ibu langsung setelah bayi lahir
dilakukan dalam tenggang waktu 10 menit setelah placenta/ari-ari lahir.
2. IUD Post Partum : IUD dapat dipasang dalam kurun waktu sampai 48 jam pertama
pascapersalinan.
3. IUD Post Seksio
: IUD dapat dipasang segera setelah operasi seksio sesaria
(operasi caesar).
4. IUD Pascakeguguran: IUD dapat dipasang segera atau dalam waktu 7 hari dengan
syarat tidak adanya infeksi setelah Ibu mengalami keguguran/ tindakan setelah
keguguran
Klien Pascapersalinan :
1. Minilaparoptomi : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu
2. Laparoskopi : tidak tepat untuk klien pasca persalinan

41

Klien Pascakeguguran :
1. Triwulan Pertama : dapat dilakukan minilap dan laparoskopi dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ada bukti infeksi.
2. Triwulan Kedua : dapat dilakukan minilap saja dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi
Pemilihan kontrasepsi oleh PUS dilakukan dengan memperhatikan/menggunakan pola
kontrasepsi Rasional, Efektif dan Efisien (REE) yaitu pemilihan/penggunaan alat/obat
kontrasepsi sesuai dengan umur istri dan jumlah anak serta mempertimbangkan
efektivitas alat kontrasepsi serta efisiensi pembiayaan
G. Latihan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sebutkan jenis-jenis kontrasepsi yang berkembang saat ini!


Sebutkan jenis kontrasepsi yang sesuai bagi ibu menyusui!
Jelaskan cara kerja dari IUD Post Placenta, IUD Post Seksio, IUD Post Partum!
Jelaskan keterbatasan dari kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)!
Jelaskan kembalinya kesuburan pasca penggunaan kontrasepsi MAL!
Sebutkan beberapa mitos seputar kontrasepsi yang beredar di masyarakat dan
jelaskan faktanya!

42

BAB IV
PENUTUP

Upaya peningkatan kualitas pelayanan Keluarga Berencana akan memperbesar jumlah


peserta KB baru yang mampu memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi fisik, mental, dan sosial dari calon akseptor. Perbaikan kualitas pelayanan ini akan
meningkatkan prevalensi dan menurunkan tingkat fertilitas. Adanya pendekatan pelayanan
Keluarga Berencana yang terfokus pada hak-hak kesehatan reproduksi bertujuan untuk
mengakomodir keinginan masyarakat dalam mengunakan metode kontrasepsi yang saat ini
terus berkembang pesat. Pada masa yang akan datang diharapkan pelayanan kontrasepsi
ini mampu diterima masyarakat dengan efektif, efisien, dan rasional.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas di lapangan harus mampu diimbangi
dengan perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi tentang metode kontrasepsi
setiap saatnya. Penyampaian informasi secara lengkap kepada masyarakat sangat mutlak
dibutuhkan seiring makin rendahnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan
kontrasepsi. Upaya ini akan berhasil apabila pihak BKKBN sebagai institusi pemerintah yang
memegang tanggung jawab terhadap pelayanan Keluarga Berencana menyediakan tenaga
pemberi pelayanan yang kompeten serta patuh terhadap standar pelayanan yang sudah
ditetapkan, pemberian pelayanan konseling yang berkualitas tentang metode kontrasepsi,
melakukan pemantauan pascapelatihan bagi tenaga yang telah memperoleh materi
pelatihan metode kontrasepsi ini sebagai upaya penyempurnaan kualitas pelayanan KB

43

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran, dkk. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1991. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1991,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 1997. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 1997,
Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
Badan Pusat Statistik (BPS), dkk. 2002/03. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
2002/03, Calverton, Maryland, USA : BPS dan Macro International.
BKKBN. 2010. Rencana Strategis Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Tahun 2010-2014. Jakarta
BKKBN. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Jakarta
BKKBN. 2011. Materi Promosi KB Pasca Persalinan dan Pasca Keguguran. Jakarta:
Direktorat Kesehatan Reproduksi BKKBN.
http://www.forumkami.net/wanita/19842-inilah-mitos-fakta-seputarkb.html#ixzz1vagexywS
(diakses pada tanggal 22 Mei 2012 pukul 19:11)

44

Anda mungkin juga menyukai