E Library Stikes Nani Hasanuddin Erfinawati 461-1-42142212 1
E Library Stikes Nani Hasanuddin Erfinawati 461-1-42142212 1
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak di
temukan di Indonesia. Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher merupakan karsinoma nasofaring.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran umur, jenis kelamin, pekerjaan, sosial ekonomi,
dan gaya hidup pada kejadian karsinoma nasofaring di RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan metode pendekatan deskriptif kualitatif,
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang datang memeriksakan dirinya di poli THT
antara bulan Januari-Desember 2012. Sampel dalam penelitian ini adalah diambil secara accidental.
Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Hasilnya diolah menggunakan sistem
komputerisasi. Hasil distribusi frekuensi menunjukkan bahwa umur yang beresiko (40 tahun = 59,1%),
laki-laki (86,4 %) pekerjaan yang beresiko (orang yang terpapar dengan asap, debu, pestisida =
81,8%), sosial ekonomi menengah ke bawah (86,4%), gaya hidup kurang sehat (68,2%).
Kata Kunci : Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Gaya Hidup
PENDAHULUAN
Karsinoma
nasofaring
merupakan
keganasan di daerah kepala dan leher yang
selalu berada dalam kedudukan lima besar
diantara keganasan bagian tubuh lain bersama
dengan kanker serviks , kanker payudara,
tumor ganas getah bening dan kanker kulit.
Angka kejadian karsinoma nasofaring paling
tinggi ditemukan di Asia dan jarang ditemukan
di Amerika dan Eropa. Akan tetapi angka
insiden cukup tinggi di sebagian tempat dan
dipercaya faktor genetik dan lingkungan
pencetus karsinoma nasofaring (Efiaty, 2009).
Meskipun banyak ditemukan di negara
penduduk non-Mongoloid namun demikian
daerah cina bagian selatan masih menduduki
tempat tertinggi, yaitu dengan 2500 kasus
pertahun
untuk
provinsi
Guang-Dong
(Kwantung) atau prevalensi 39,84/100.000
penduduk (Efiaty, 2009).
Ras mongoloid merupakan faktor
dominan timbulnya karsinoma nasofaring,
sehingga kekerapannya cukup tinggi pada
penduduk cina bagian selatan, Hongkong,
Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, dan
Indonesia (Efiaty, 2009).
Insidens karsinoma nasofaring berbeda
secara geografis dan etnik serta hubungannya
dengan Epstein-Barr Virus (EBV). Secara
global, pada tahun 2000 terdapat lebih kurang
65.000 kasus baru dan 38.000 kematian yang
disebabkan karsinoma nasofaring. Di beberapa
negara insidens karsinoma nasofaring ini
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
221
222
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
9
22
40.9
100.0
22
100.0
18.2
22
100.0
22
100.0
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
223
PEMBAHASAN
Karsinoma nasofaring adalah tumor
ganas yang timbul di daerah nasofaring dengan
predileksi di fosa reseenmuller dan atap
nasofaring. Merupakan tumor daerah kepala
dan leher yang banyak ditemukan di indonesia,
diagnosa ini cukup sulit karena letaknya yang
tersembunyi dan berhubungan dengan banyak
daerah vital.
1. Umur
Berdasarkan tabel 4.1 tentang
distribusi frekuensi responden berdasarkan
umur
menunjukkan bahwa dari 22
responden yang mengalami karsinoma
nasofaring , diperoleh jumlah responden
yang umurnya beresiko ( 40 tahun) 13
responden (59,1%), dan yang yang tidak
beresiko (< 40 tahun) sebanyak 9
responden (40,9%).
Menurut Dani (2002) Umur adalah
lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan
atau diadakan, sedangkan menurut Yulkardi
(2002) Umur adalah usia individu seseorang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai
berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat
kematangan
dan
kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berpikir
dan bekerja sehingga dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih besar dan
dewasa akan lebih di percaya dari orang
yang belum cukup tinggi kedewasaannya.
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan
kematangan jiwanya (Nursalam, 2009).
Hasil
penelitian
Delfiri
munir
mengatakan bahwa responden yang
menderita KNF yaitu 41 penderita (75%).
Umur yang termuda dijumpai umur 21 tahun
sedangkan yang tertua adalah 70 tahun.
Sesuai dengan beberapa penelitian lain
dimana penderita terbanyak
adalah
berumur 40 tahun keatas. Kamal (1999)
menemukan umur rata-rata penderita 48
tahun. Kecenderungan penderita KNF lebih
tua mungkin ada penelitian ini ditemukan
kelompok umur 40 tahun atau lebih
merupakan kelompok umur hubungan
dengan sistem imunitas yang menurun pada
umur tersebut, sehingga baik antigen virus
Ebstein-Barr sebagai penyebab, maupun
antigen tumor sendiri tidak dapat dieliminasi
secara baik oleh sistem imun tubuh.
Berdasarkan
hasil
penelitian
distribusi
frekuensi
menurut
umur,
didapatkan umur yang beresiko ( 40
yahun) jumlah penderitanya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penderita
dengan umur < 40 tahun.
2. Jenis kelamin
Berdasarkan tabel 4.2 tentang
distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 22
responden yang mengalami karsinoma
224
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
225
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Boies, dan Higler. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Ed: 6. Jakarta : EGC, 2009.
Alimul H. Aziz, (2007), Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data, Penerbil Salemba Medika,
Jakarta.
Arif Mansjoer,dkk. 2001, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1, Edisi 3, FKUI: Jakarta.
Arsyad, Efiaty, dkk.2009, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 6.
Cetakan ke 3: EGC, Jakrta.
Ballener JJ. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 1 jilid 1 Jakarta: Binarupa Aksara. 2005.
Damayanti Soetjipto. Karsinoma Nasofaring, Jakarta: FK UI, 2004.
Farid W, Ramsi L. Penatalaksanaan Karsinoma Nasofaring. Medang: FK USU, 2007.
Herawati Sri. Ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. EGC, 2008. Jakarta
Iskandar N, Munir M, Soetjipto D. Tumor Ganas THT. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2008.
226
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
Regional.
(http://www.wikipedia.org/wiki
Ramsi Lutan, Nasution YU. Karsinoma nasofaring. Dalam : Program & abstrak PITIAPI. Medan : FK USU, 2006
Robbins, dkk. Buku saku dasar patologis penyakit. EGC, 2008. Jakarta
Sudiana, I ketut. Patobiologi molekuler kanker. Salemba medika. 2008, jakarta.
Williams, Janice L. Diagnosa fisik: Evaluasi diagnosis dan fungsi di bangsal. EGC, 2008, Jakarta.
Roezin, averdi, dkk. Karsinoma sinonasal dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi Keenam. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 2007
http://www.actlcancertreatment.com/Nasopharynx%20cancer/2012/0928/107.html (Diakses, 5 Desember 2012).
http://www.smokershistory.com/EBV.htm (Diakses, 1 Desember 2012).
http://www.cancerresearchuk.org/cancer-help/type/nasopharyngeal-cancer/about/nasopharyngeal-cancer-risksand-causes (Diakses, 5 Desember 2012).
Joe. 2011.Apa itu Jabatan Struktural dan Jabatan Fungsional PNS. Diakses: Rabu, 7 Desember 2012. Dari:
http://perawattegal.wordpress.com/2011/01/03/apa-itu-jabatan-struktural-dan-jabatan-fungsional-pns/
Pedoman Penulisan Skripsi, Edisi 11, Kementerian Pendidikan Nasional Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nani
Hasanuddin Makassar, 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis Volume 4 Nomor 2 Tahun 2014 ISSN : 2302-1721
227