Ensefalitis
Ensefalitis
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
II.1 Definisi
Ensefalitis adalah suatu peradangan pada otak, yang biasanya
disebabkan oleh virus dan dikenal sebagai ensefalitis virus.4
II.2 Etiologi4
Beberapa virus yang berbeda bisa menginfeksi otak dan medula
spinalis, termasuk virus penyebab herpes dan gondongan (mumps).
Beberapa dari infeksi ini merupakan wabah, dan yang lainnya
ditularkan melalui serangga.
Beberapa virus tidak secara khusus menginfeksi otak dan medula
spinalis, tetapi mereka menyebabkan reaksi kekebalan yang secara tidak
langsung menyebabkan peradangan di daerah tersebut.
Ensefalitis semacam ini (ensefalitis parainfeksiosa atau ensefalitis
post-infeksiosa) bisa terjadi setelah campak, cacar air atau campak Jerman.
Peradangan biasanya terjadi dalam 5-10 hari setelah penyakit karena virus dan
bisa menyebabkan kerusakan yang serius pada sistem saraf.
Perandangan otak kadang bisa terjadi beberapa minggu, bulan atau
tahun setelah infeksi virus.
Contohnya adalah panensefalitis sklerotik subakut, yang merupakan
peradangan otak yang kadang terjadi setelah campak dan biasanya menyerang
anak-anak.
Biasanya disebabkan oleh :
-
Riketsia
Parasit
3
Cacing
Jamur
II.3 Patofisiologi5
Virus masuk kesusunan saraf pusat(SSP) melalui dua jalur, yaitu
penyebaran secara hematogen (melalui darah) dan penyebaran secara neurogen
(melalui saraf). Penyebaran secara hematogen merupakan cara yang paling sering
ditemukan.
Rabies masuk kedalam tubuh melalui gigitan hewan yang sakit. Virus
mula-mula berkembang di dalam otot, kemudian masuk melalui saraf perifer ke
dalam otak dalam waktu beberapa bulan. Virus tumbuh dan berkembang di dalam
sel-sel saraf. Timbul gejala seperti hidrofobia yaitu mengejangnya otot-otot
esophagus dan pernapasan bila air atau makanan dimasukkan ke dalam mulut,
hingga timbul rasa nyeri dan dispnea.
Virus Jepang B biasanya menimbulkan kerusakan pada batang otak. Virus
Dengue sering menimbulkan lesi pada traktus piramidalis, mungkin timbul
deserebrasi atau dekortikasi.
Virus pielomielitis tersering menyerang kornu motorik medulla spinalis
dengan akibat timbulnya kelumpuhan flaksdia pada otot-otot proksimal
ekstremitas. Virus Coxsackie biasanya menyerang serebelum dan meninges,
mungkin medula spinalis. Echo virus menimbulkan radang terutama pada batang
otak dan serebelum yang biasanya sembuh sendiri. Herpes simpleks menimbulkan
radang pada otak di daerah temporal dan orbito temporal. Sitomegalovirus adalah
II.4 Klasifikasi
Klasifikasi ensefalitis virus menurut Robin adalah:
1. Infeksi virus yang bersifat epidemic :
a. Golongan entero virus, Poliomielitis, virus Coxsackie, virus echo.
b. Golongan ARBO virus, wastern equine ensefalitis, St. louis
ensefalitis, Eastom equine ensefalitis, Japanes B ensefalitis,
Russian spring summer ensefalitis, Murrane valley ensefalitis.
2. Infeksi virus yang bersifat sporadic :
-
Rabies
Herpes simpleks
Herpes zooster
Limfograruloma
Mumps
Ensefalitis Primer2
merupakan
bagian
dari
manifestasi
viremia
yang
Ensefalitis Arbo-virus
Ensefalitis para-infeksiosa
Ensefalitis yang timbul sebagai komplikasi penyakit virus parotitis
epidemika, mononukleosis infeksiosa, varisela dan herpes zoster
dinamakan ensefalitis para-infeksiosa. Gejala-gejala meningitis, mielitis,
neuritis kranialis, radikulitis dan neuritis perifer dapat bergandengan
dengan gambaran penyakit ensefalitis. Bahkan tidak jarang komplikasi
utamanya berupa radikulitis jenis Guillain Barre atau mielitis transversa
sedangkan manifestasi ensefalitisnya sangat ringan dan tidak berarti.
Rabies
Rabies disebabkan oleh virus neurotrop yang ditularkan pada manusia
melalui gigitan anjing atau binatang apapun virus rabies. Setelah virus
rabies melakukan penetrasi ke dalam sel tuan rumah, ia dapat menjalar
melalui serabut saraf perifer ke susunan saraf pusat. Sel-sel saraf (Neuron)
sangat peka terhadap virus tersebut dan sekali neuron terkena infeksi virus
tersebut, proses infeksi itu tidak dapat dicegah lagi.
Gejala-gejala prodromalnya terdiri dari lesu dan letih badan, anoreksia,
demam, cepat marah-marah dan nyeri pada tempat yang digigit. Suara
berisik dan sinar terang sangat mengganggu penderita. Dalam 48 jam
dapat bangkit gejala hipereksitasi. Penderita menjadi gelisah, mengacau,
berhalusinasi, meronta-ronta, kejang opistotonus, dan hidrofobia. Tiap kali
penderita melihat air, otot-otot pernapasan dan larings berkejang, sehinnga
penderita menjadi sianotik dan apnoe. Air liur tertimbun didalam mulut
oleh karena penderita tidak dapat menelan. Juga angin mempunyai efek
yang sama dengan air pada umumnya penderita meninggal karena status
epileptikus. Masa penyakit dari mulai timbulnya prodromal sampai mati
adalah 3 sampai 4 hari saja.
: Virus rabies
c. Togavirus
: Virus rubella
Flavivirus (virus ensefalitis Jepang B, virus dengue)
8
d. Pikornavirus
e. Arenavirus
2. Virus DNA
a. Herpes Virus
b. Poxvirus
: Variola, vaksinia
c. Retrovirus
: AIDS
menimbulkan
meningoensefalitis
kronis
pada
pasien
yang
immunocompromised.9
Ensefalitis akibat penyakit mumps biasanya dimulai 3- 10 hari setelah
parotitis dan biasanya sembuh tanpa sequele, kecuali bila sel ependim terkena
dapat menyebabkan hydrosepalus.
Masa inkubasi virus rabies sekitar 20- 60 hari tapi dapat juga sampai
beberapa tahun infeksi ini tidak timbul oada setiap orang yang digit oleh
binatang yang terinfeksi tetapi bila sudah timbul gejala klinis maka bersifat
fatal. Setelah timbul gejala prodromal timbul seperti demam, sakit kepala,
malaise, akan diikuti kejang dan gangguan tingkah laku seperti hydrophobia
10
dan aerofobi. koma dan kematian timbul satu sempai beberapa minggu.
Setelah timbul gejala, maka pengobatan sudah tidak efektif lagi.
Laboratorium
Biasanya pemeriksaan laboratorium tidak membantu, kecuali untuk
mengetahui proses infeksi virus yang sedang terjadi (predominan limfosit pada
infeksi virus, predominan sel PMN pada infeksi bakteri). Tes serologi
bergantung pada adanya titer antibodi. Deteksi dini IgM mungkin membantu
diagnosis awal.
Gambaran Radiologis
CT- scan
-
MRI
-
11
Elektroensefalografi (EEG)
-
perlahan
serta
didapatkan
lateralisasi
gelombang
epileptiform.
Diagnosis3,4
Gejala prodromal terdiri atas demam, nyeri kepala, mual dan muntah,
letargi dan mialgia yang berlangsung beberapa hari. Gejala spesifik yang
disebabkan oleh virus Epstein Barr, CMV, campak dan mumps meliputi bercak
kemerahan, limfadenopati, hepatosplenomegali dan pembesaran kelenjar
parotis.
Pemeriksaan tambahan meliputi pemeriksaan darah rutin dan khusus,
pemeriksaan CSS, tes serologi, biakan darah, urine, dan feses. CSS pada
umumnya jernih dengan jumlah sel 20-500/ml, kadang-kadang mencapai
2.000 atau lebih. Kadar protein meningkat sampai 80-100 mg %, sementara
kadar glukosa dan klorida normal.
Hampir selalu dilakukan pungsi lumbal ntuk memeriksa cairan
serebrospinal.
12
Pada infeksi virus, jumlah sel darah putih meningkat, tetapi tidak
ditemukan bakteri.
Sangat sulit untuk membiakkan virus dari cairan serebrospinal dan
memerlukan waktu lama.
Pemeriksaan imunologis dilakukan untuk mengukur kadar antibodi
terhadap virus.
Untuk memastikan bahwa penyebab dari timbulnya gejala bukan
karena abses otak, stroke atau kelainan struktural (misalnya tumor, hematoma
atau aneurisma), maka dilakukan CT scan atau MRI.
Diagnosis banding3
1. Abses otak.
2. Meningitis
3. Toksoplasmosis
4. Status epileptikus
5. Perdarahan subaraknoid
6. Hipoglikemia
II.8 Penatalaksanaan10,3
Hampir selalu dilakukan pungsi lumbal ntuk memeriksa cairan serebrospinal.
Pada infeksi virus, jumlah sel darah putih meningkat, tetapi tidak ditemukan bakteri.
Sangat sulit untuk membiakkan virus dari cairan serebrospinal dan memerlukan waktu
lama.Terapi simptomatik diberikan untuk menurunkan demam, mencegah kejang.
Pemberian kortison untuk mengurangi edema otak. Pengobatan antivirus baru
ditemukan pada virus herpes simpleks, herpes zoster yaitu acyclovir.
13
1. Antiviral
Manfaat pemberian antiviral adalah untuk meringankan gejala
klinis, mencegah komplikasi, dan mencegah timbulnya gejala sisa.
Penggunaan Asiklovir harus didahului dengan pemeriksaan kreatinin.
Dosis Asiklovir (penghambat aktivitas HSV-1 dan HSV-2) digunakan
selama 14-21 hari:
Neonatus
3.Kortikosteroid
Digunakan untuk pengobatan pasca ensefalitis.
Dosis deksametason :
Dewasa : 10 mg IV tiap 6 jam
Anak
II.9 Prognosis
14
BAB III
15
KESIMPULAN
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh berbagai jenis
organisme. Ensefalitis virus merupakan infeksi jaringan otak yang disebabkan oleh
virus, penyebab tersering adalah virus herpes simpleks (HSV).
Virus masuk ke susunan saraf pusat melalui dua jalur yaitu penyebaran secara
hematogen (melalui darah) dan penyebaran secara neurogen (melalui saraf).
Penyebaran secara hematogen merupakan cara yang paling sering ditemukan.
Manifestasi klinis dari ensefalitis virus dapat berupa penurunan kesadaran,
gangguan fokal seperti hemiparesis, kejang fokal, dan gangguan otonom. Gangguan
gerak, perubahan tingkah laku, ataksia, gangguan saraf kranial, disfagia,
meningismus, gangguan sensorik dan motorik unilateral.
Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, gambaran radiologis seperti CT
Scan, MRI, EEG sangat dibutuhkan untuk menunjang diagnosis.
Terapi yang digunakan pada ensefalitis virus meliputi penggunaan obat
antiviral seperti Asiklovir untuk meringankan gejala klinis,mencegah komplikasi dan
mencegah timbulnya gejala sisa, pilihan lain adalah pemberian Vidarabin dan
kortikosteroid seperti Deksametason untuk pengobatan pasca ensefalitis.
Prognosis dari ensefalitis virus ditentukan oleh umur penderita, kesadaran saat
datang berobat, virulensi virus, imunitas tubuh dan kondisi neurologis.
16