Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran tanah adalah salah satu seni paling tua dan terpenting yang
dipraktekkan manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai batasbatas dan pemetakan tanah.
Pengukuran

tanah

terus

memainkan

peranan

yang

sangat

penting

dalambanyak cabang rekayasa. Sebagai contoh, pengukuran diperlukan untuk merencanakan,


menbangun, dan memelihara jalan raya, jalan baja, systemsystem perhubungan
cepat, bangunan, jembatan, tempat peluncuran proyektil, tempatpeluncuran roket,
stasiun pelacak, terowongan tambang, terusan, saluran irigasi,bendungan, saluran
pembuangan air, pengkaplingan tanah tanah perkotaan,system persediaan dan
pembuangan saluran limbah, jalur pipa, dan terowongantambang. Pengukuran tanah
atau metode pengukuran, biasa dipakai dalamperancangan jalur perakitan dan alat
jepit antar, pembuatan dan penempatan alatbesar, menyediakan titik kontrol untuk
pemotretan udara, dan dalam banyak halyang berkaitan dalam agronomi, arkeologi,
astronomi, kehutanan, geografi,geologi, dan sismologi, tetapi khususnya dalam
rekayasa militer dan sipil.
Semua

insinyur

dalamkonstruksi,

harus

rancangan

tahu
dan

batas batas
perencanan

ketelitian

pabrik,

yang

dan

mingkin

proses proses

pengkhalakan(manufacturing), Walaupun pengukuran sebenarnya dapat dikerjakan


orang lain.Khususnya juru ukur dan insinyur sipil yang bertugas merancang
danmerencanakan
tentangmetode

dan

pengukuran
instrument

harus
yang

mempunyai
dipakai,

pengertian

termasuk

menyeluruh

kemampuan

dan

keterbatasannya.Pengetahuan ini paling baik didapat dengan melakukan pengukuran


denganmenggunakan peralatan yang digunakan dalam praktek untuk memperoleh konsepyang
tepat mengenai teori galat, dan selisih selisih kecil tetapi yang dapatditemukan yang
terjadi dalam kuantitas kuantitas yang diamati.
Disamping

menekankan

perlunya

batas batas

ketelitian

yang

wajar,pengukuran tanah menitikberatkan nilai angka angka terpakai. Para juru ukur

daninsnyur harus tahu kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan
bukan persepuluhan atau perseribuan, atau barang kali foot terdekat, serta sejauh
manakesaksamaan data lapangan yang perlu untuk pembenaran pelaksanaan
hitunganhingga

sejumlah

angka

di

belakang

koma

yang

dikehendaki.

Dengan

pengalaman,mereka mempelajari bagaimana peralatan dan petugas yang tersedia


menentukanprosedur dan hasilnya.
Sketsa

dan

hitungan

yang

rapi

adalah

pertanda

pikiran

teratur,

yangselanjutnya merupakan petunjuk adanya latar belakang dan kecakapan


rekayasayang kuat. Membuat catatan lapangan dalam segala jenis keadaan adalahpersiapan
amat baik untuk pencatatan dan pembuatan sketsa macam apa yangdiharapkan dari
semua insinyur. Latihan tambahan yang bernilai lanjut diperolehdalam penyusunan
hitungan yang benar.
Para

insinyur

yang

mrancang

gedung,

jembatan,

peralatan

dan

sebagainyasudah beruntung bila taksiran beban yang dapat didukung adalah benar dalambatas
5%. Selanjutnya diterapkan factor keamanan 2 atau lebih. Namun kecualiuntuk
pekerjaan topografik, hanya galat galat yang teramat kecil dapat ditoleransidalam
pengukuran tanah, dan tidak ada faktor keamanan. Oleh karena itu sudahmenjadi
tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan baik kesaksamaanpekerjaan tangan
maupun kesaksamaan hitungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
Untuk mempelajari alat-alat penyipat datar (waterpass dan theodolit) secara
teoritis
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini :
Agar kita dapat menggunakan alat penyipat datar (waterpass dan theodolit)

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.

2.2 Kerangka Kontur Horizontal


2.2.1 Sudut Dan Jarak
Kerangka

dasar

horizontal

adalah

posisi

sebarang

titik

ikat

yangmengacu kepada koordinat dan absis. Apabila diperhatikan rumus


dasarilmu

ukur

tanah,

dapat

disimpulkan

bahwa

koordinat

titik

titik selanjutnya hanyalah didapatkan apabila koordinat titik sebelumnya


telahdiketahui.

Dengan

demikian

apabila

masalahnya

terus

ditarik

mundurmaka yang menjadi pangkal masalah adalah koordinat titik dan


sudut jurusan yang paling awal. Artinya kedua besaran ini haruslah tetapdiketa
hui sebelumnya. Apabila diketahui koordinat dua buah titik, makauntuk
menentukan koordinat titik titik lainnya dibutuhkan sudut dan jarak yang
dibentuk antara titik yang bersangkutan. Bentuk kerangka dasarseperti ini
dikenal dengan polygon, yaitu dengan melakukan pengukuransudut dan jarak
diantara titik titiknya. Dalam bentuk kerangka sebagaipolygon tertutup,
pengukuran kontrolnya dapat dilakukan dititik awal saja,karena titik tersebut
juga merupakan titik akhir dari pengukuran kerangka tersebut.
2.2.2 Azimuth Dan Koordinat
Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang
meridian acuan. Dalam pengukuran tanah datar, azimuth biasanya diukur dari

arah utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan national geodetic survey
memakai selatan sebagai arah acuan.
Azimuth dapat merupakan sebenarnya, magnetik, kisi, atauanggapan,
tergantung meridian yang dipakai. Azimuth juga dapat bersifatkedepan atau
azimuth belakang, dan sebaliknya, dengan menambah ataumengurangi 180.
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditetntukan dari(a)
pengukuran sebelumnya, (b) jarum magnetik, (c) pengamatan matahariatau
bintang, atau (d) anggapan.
Azimut dapat dibaca pada lingkaran berpembagian skala padateodolit
kompas atau teodolit repetisi setelah instrument diatur denganbenar. Ini dapat
dikerjakan membidik sepanjang sebuah garis yangdiketahui azimutnya pada
lingkaran dan kemudian memutar kearah yangdiinginkan. Azimuth (araharah)
dipakai dengan menguntungkan pada pengukuran titik kontrol topografik dan
beberapa pengukuran lainnya maupun dalam hitunganhitungan.
Setiap pengukuran polygon perlu disediakan titiktitik kontrolyang
umumnya berada pada akhir dari jalur pengukuran tersebut. Cara lain yang
juga selalu dipergunakan adalah dengan melakukan pengukurankontrol pada
beberapa titik yang dipilih. Pengukuran kontrol yang dilakukan adalah kontrol
azimuth matahari yang diikatkan pada salah satusisi yang terpilih. Pengukuran
azimuth matahari merupakan salah satuteknik pengukuran pada ilmu
Astronomi Geodesi tersebut yang selalu dipakai oleh para surveyor dalam
menentukan azimuth awal dari suatu kerangka polygon, serta dalam
melakukan kontrol sudut yang dihasilkan dalam pengukuran tersebut. Sesuai
dengan rumus :
X2= X1+ d12sin 12
Y2= Y1+ d12cos 12
Absis dan ordinat titik 1 (titik terdahulu) diketahui, jarak diukur dan
sudut jurusan garis 12 diketahui. Apabila titik 1 adalah titik awal, makakoordina
t titik 1 serta sudut jurusan awal tersebut dapat didefinisikan atau ukur. Dari
hubungan koordinat titik, jarak, dan sudut jurusannya makaakan dapat
pula ditentukan koordinat titik titik selanjutnya.

2.3 Kerangka Kontur Vertikal


Kerangka kontrol vertikal merupakan kumpulan titiktitik yang telah diketahui
atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannyaterhadap bidang rujukan
ketinggian tertentu. Bidang ketinggian rujukan inibisa berupa ketinggian muka air laut
ratarata (mean sea level MSL)atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka
kontrol vertikal dibuatmenyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar horizontal.
2.3.1 Titik Tinggi
Pengadaan jaring kerangka kontrol vertikal dimulai oleh Belanda dengan
menetapkan MSL di beberapa tempat dan diteruskan denganpengukuran sipat datar
teliti. Bakosurtanal, mulai akhir tahun 1970anmemulai upaya penyatuan
sistem tinggi nasional dengan melakukanpengukuran sipat datar teliti yang
melewati titiktitik kerangka dasar yang telah ada maupun pembuatan titiktitik
baru pada kerapatan tertentu.Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut
sebagai Titik TinggiGeodesi (TTG).
2.3.2 Beda Tinggi
Pengukuran beda tinggi cara sipat datar mudah dilaksanakan
padadaerah relatif datar dan terbuka. Pada daerah pegunungan, terjal
atautertutup

berakibat

Jumlahpengamatan

jarak

pada

sehinggamemperbesar

selang

pandang

yang

pengukuran

kemungkinan

dan

semakin

yang

sama

besaran

pendek.
bertambah,

kesalahan

atau

mengurangiketelitian. Bila titik poligon sebagai titik kerangka horizontal


jugamerupakan

titik

tinggi

kerangka

vertikal,

maka

penempatannya

harusmemungkinkan pelaksanaan pengukuran sipat datar.


2.4 Garis Kontur
Salah satu unsur yang penting pada suatu peta topografi adalahinformasi
tentang tinggi suatu tempat terhadap rujukan tertentu. Untuk menyajikan variasi
ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnyadigunakan garis kontur
(contour line).Garis

kontur

dapat

didefinisikan

sebagai

garis

khayal

yang

menghubungkan secara berurutan semua titik yang memiliki ketinggian yang sama
terhadap suatu datum ketinggian yang dipilih sebelumnya.Sehingga garis garis
tersebut tidak mungkin akan saling berpotonganselama medan pengukuran tidak
terjal atau bentuk patahan tegak lurus.Dalam peta topografi, selalu dihubungkan
besaran skala peta dengan bedagaris kontur yang akan digambarkan. Sehingga
skala peta tidak hanya mencerminkan aspek horizontal saja, namun juga mempunyai
aspek vertikal. Beda kontur untuk skala 1 : xxxx adalah (xxxx/2000).Nilai 2000 adalah
konstanta beda kontur.Dengan demikian penyajian data dalam bentuk peta
dapatdirencakan sejak pengukuran, maksudnya pengambilan ketinggian titik detail
dapat diatur sebaik mungkin dengan persyaratan hanya bolehdilakukan interpolasi
garis kontur diantara 2 titik detail.Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini
menghubungkan titik titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap
referensi tinggitertentu.Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi
tegak garis garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi kebidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu,maka bentuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.

BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bab ini, kami akan membahas secara khusus 2 alat bantu penyipat
datar ( Waterpass dan Theodolit ) yang biasa digunakan dalam keperluan
pengukuran dan pemetaan suatu wilayah.

3.1 Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat
berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass,
terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah
menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca
dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara
mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki
nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap
cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang
dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap
cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.
Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :
a. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu,
penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur.
b. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu
memanjangnya.

c. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini
sumbu teropong dapat di setel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting
screw).
d. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan
horizontal secara otomatis karena di dalamnya di lengkapi dengan prisma-prisma
yang di gantungkan pada plat baja.
e.

Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan
nivo, sedangkan cara menggunakannya cukup di pegang dengan tangan.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi

beberapa syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi
maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan
pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada
umumnya adalah:
a. Syarat dinamis: sumbu I vertikal
b. Syarat statis, antara lain :
1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I

Urutan persyaratan statis memang demikian. Namun agar pengaturannya lebih


sistematis dan tidak berulang-ulang, urutan pengaturannya dibalik dari poin 3 ke 1.
1. Mengatur Garis Mendatar Diafragma Tegak Lurus Sumbu I
Pada umumnya garis mendatar diafragma (benang silang mendatar) telah
dibuat

tegak lurus sumbu I oleh pabrik yang memproduksi alat ukur.

2. Mengatur Garis Arah Nivo Tegak Lurus Sumbu I


Pada alat ukur waterpass tipe semua tetap tanpa skrup ungkit, syarat ini
penting sekali. Namun pada alat dengan skrup ungkir, syarat ini agak sedikit
longgar karena apabila ada sedikit pergeseran nivo dalam pengukuran, dapat
diseimbangkan dengan skrup ungkir ini.
Adapun maksud dari persyaratan ini adalah apabila sumbu I telah dibuat
vertikal, kemana pun teropong diputar, gelembung nivo akan tetap seimbang.
Ini berarti garis bidik selalu mendatar karena garis bidik telah dibuat sejajar
dengan garis arah nivo.
3. Membuat Garis Bidik Sejajar Garis Arah Nivo
Pada alat ukur waterpass, yang diperlukan adalah garis bidik mendatar. Untuk
mengetahui apakah garis bidik sudah betul-betul mendatar atau belum,
digunakan nivo tabung. Jika gelembung nivo seimbang, garis arah nivo pasti
mendatar. Dengan demikian, jika kita bisa membuat garis bidik sejajar dengan
garis arah nivo, garis arah nivo pasti mendatar.
Jarak bidik optimum waterpass berkisar antara 40-60 m. Berikut contoh pengukuran
dengan alat ukur waterpass.

3.1.1 Bagian Bagian Waterpass

e
a
b
c

Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Teropong
Nivo
Tiga sekrup penyetel nivo
Dudukan alat
Pengatur focus
Pengatur halus horisonta

3.2 Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di
baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih diantara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputarputar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar
mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington
1997).

Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan


dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut
memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini,
keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien
(Farrington 1997)
Instrumen

pertama

lebih

seperti

alat

surveytheodolit

benar

adalah

kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di


Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod.
Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran
di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah
lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk
pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal
setengah lingkaran. Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah
lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat
digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya,
sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali
dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725.
Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat dalam instrumen 1787
dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal,
yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri.
Di dalam pekerjaan pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah,
theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi,
maupun pengamatan matahari. Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi
seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut
verticalnya dibuat 90.
Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan
kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan
untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, theodolit
juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.
3.2.1 Syarat Syarat Theodolit

Syarat syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga
siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. sumbu kesatu benar benar tegak / vertical.
2. sumbu kedua haarus benar benar mendatar.
3. garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.

3.2.2 Bagian Bagian Theodolit

Keterangan :
1.Visir

11. Centring optis

2.Teropong

12. Sekrup gerak halus horisontalatas

3.Sekrup pengunci gerak vertical

13.Sekrup gerak halus pengunciatas

4.Sekrup okuler

14.Sekrup pengunci gerak halushorizontal bawah

5.Kaca penerang

15.Sekrup gerak halus horisontalbawah

6.Teropong pembaca sudut

16.Lensa penerang

7.Sekrup obyektif

17.Nivo kotak

8.Sekrup gerak halus vertical

18.Tribarch

9.Nivo tabung

19.Sekrup penyetel

10.Sekrup micrometer

20.Statif

3.2.3 Macam Jenis Theodolit

Macam Theodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:


1. Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
Dalam theodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan kiap,
sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa di atur. Theodolit yang di
maksud adalah theodolit type T0 (wild) dan type DKM-2A (Kem)
2. Theodolite Repitisi
Konsruksinya kebalikan dari theodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran
mendatarnya dapat diatur dan dapt mengelilingi sumbu tegak. Akibatnya dari
konstuksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0, dapat ditentukan
kearah bdikan / target myang dikehendaki. Theodolit yang termasuk ke dakm
jenis ini adalah theodolit type TM 6 dan TL 60-DP (Sokkisha ), TL 6-DE
(Topcon), Th-51 (Zeiss)
3. Theodolite Modern
Theodolites di hari ini, membaca dari kalangan vertikal dan horisontal biasanya
dilakukan secara elektronik. Readout yang dilakukan oleh rotary encoder, yang
dapat absolut, misalnya Gray menggunakan kode, atau meningkat, dengan
terang dan gelap sama jauh radial band.

1. MACAM THEODOLIT MENURUT SISTEM BACAANNYA:

a. Theodolite sistem baca dengan Indexs Garis


b. Theodolite sistem baca dengan Nonius
c. Theodolite sistem baca dengan Micrometer
d. Theodolite sistem baca dengan Koinsidensi
e. Theodolite sistem baca dengan Digital
2. THEODOLIT MENURUT SKALA KETELITIAN
a. Theodolit Presisi (Type T3/ Wild)
b. Theodolit Satu Sekon (Type T2 / Wild)
c. Theodolit Spuluh Sekon (Type TM-10C / Sokkisha)
d. Theodolit Satu Menit (Type T0 / Wild)
e. Theodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern)

BAB IV

CONTOH SOAL

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1. Dalam pengukuran menggunakan theodolit sudut- sudut yang diukur telahsesuai antara
pengukuran ,perhitungan dan juga penggambaran pada titik poligon dan detail. Dengan
titik awal ( 0 , 0 ) telah diperoleh data akhir yang sesuai yaitu dengan titik akhir ( 0 , 0 )
juga.
2. Dalam pengukuran dengan mempergunakan waterpass angka koreksi jarak pada
pngukuran bisa dan luar baisa diperoleh maximum 4,5 mmsedangkan pada pengukuran
jarak biasa diperoleh angka 0 mm danpengukuran jarak doublestand diperoleh dengan
angka koreksi 0,1 mm,berarti pengukuran bisa dikatakan berhasil namun kurang
sempurna karenaangka koreksi jarak yang diperoleh bukan nol mm.

5.2 Saran
Pada penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca bisa mengembangkan
ilmu pengukuran dan pemetaan dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sinaga, Indra----Pengukuran dan Pemetaan Pekerjaan Konstruksi

Sosrodarsono, Suyono dan Takasaki,Masayoshi.2005. Pengukuran Topografi


danTeknik Pemetaan. Jakarta : PT.PRADNYA PARAMITA.
Dugdale,R.H.Ilmu Ukur Tanah. Jakarta : ERLANGGA
http://www.ilmusipil.com/alat-ukur-waterpass-dan-theodolit
http://www.scribd.com/doc/89630226/7/Azimuth-dan-Koordinat#page=40
http://aryadhani.blogspot.com/2012/03/alat-ukur-waterpas-dalam-ilmuukur.html

Anda mungkin juga menyukai