PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran tanah adalah salah satu seni paling tua dan terpenting yang
dipraktekkan manusia sejak dahulu kala sudah dirasakan perlunya menandai batasbatas dan pemetakan tanah.
Pengukuran
tanah
terus
memainkan
peranan
yang
sangat
penting
insinyur
dalamkonstruksi,
harus
rancangan
tahu
dan
batas batas
perencanan
ketelitian
pabrik,
yang
dan
mingkin
proses proses
dan
pengukuran
instrument
harus
yang
mempunyai
dipakai,
pengertian
termasuk
menyeluruh
kemampuan
dan
menekankan
perlunya
batas batas
ketelitian
yang
wajar,pengukuran tanah menitikberatkan nilai angka angka terpakai. Para juru ukur
daninsnyur harus tahu kapan harus bekerja sampai perseratusan foot dan
bukan persepuluhan atau perseribuan, atau barang kali foot terdekat, serta sejauh
manakesaksamaan data lapangan yang perlu untuk pembenaran pelaksanaan
hitunganhingga
sejumlah
angka
di
belakang
koma
yang
dikehendaki.
Dengan
dan
hitungan
yang
rapi
adalah
pertanda
pikiran
teratur,
insinyur
yang
mrancang
gedung,
jembatan,
peralatan
dan
sebagainyasudah beruntung bila taksiran beban yang dapat didukung adalah benar dalambatas
5%. Selanjutnya diterapkan factor keamanan 2 atau lebih. Namun kecualiuntuk
pekerjaan topografik, hanya galat galat yang teramat kecil dapat ditoleransidalam
pengukuran tanah, dan tidak ada faktor keamanan. Oleh karena itu sudahmenjadi
tradisi bahwa pengukuran tanah menekankan baik kesaksamaanpekerjaan tangan
maupun kesaksamaan hitungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini :
Untuk mempelajari alat-alat penyipat datar (waterpass dan theodolit) secara
teoritis
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini :
Agar kita dapat menggunakan alat penyipat datar (waterpass dan theodolit)
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Ilmu Ukur Tanah
Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara cara
pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relatif atau
absolut titik titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya,dalam
memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penentuan posisi relatif suatu daerah.
dasar
horizontal
adalah
posisi
sebarang
titik
ikat
ukur
tanah,
dapat
disimpulkan
bahwa
koordinat
titik
Dengan
demikian
apabila
masalahnya
terus
ditarik
arah utara, tetapi para ahli astronomi, militer dan national geodetic survey
memakai selatan sebagai arah acuan.
Azimuth dapat merupakan sebenarnya, magnetik, kisi, atauanggapan,
tergantung meridian yang dipakai. Azimuth juga dapat bersifatkedepan atau
azimuth belakang, dan sebaliknya, dengan menambah ataumengurangi 180.
Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditetntukan dari(a)
pengukuran sebelumnya, (b) jarum magnetik, (c) pengamatan matahariatau
bintang, atau (d) anggapan.
Azimut dapat dibaca pada lingkaran berpembagian skala padateodolit
kompas atau teodolit repetisi setelah instrument diatur denganbenar. Ini dapat
dikerjakan membidik sepanjang sebuah garis yangdiketahui azimutnya pada
lingkaran dan kemudian memutar kearah yangdiinginkan. Azimuth (araharah)
dipakai dengan menguntungkan pada pengukuran titik kontrol topografik dan
beberapa pengukuran lainnya maupun dalam hitunganhitungan.
Setiap pengukuran polygon perlu disediakan titiktitik kontrolyang
umumnya berada pada akhir dari jalur pengukuran tersebut. Cara lain yang
juga selalu dipergunakan adalah dengan melakukan pengukurankontrol pada
beberapa titik yang dipilih. Pengukuran kontrol yang dilakukan adalah kontrol
azimuth matahari yang diikatkan pada salah satusisi yang terpilih. Pengukuran
azimuth matahari merupakan salah satuteknik pengukuran pada ilmu
Astronomi Geodesi tersebut yang selalu dipakai oleh para surveyor dalam
menentukan azimuth awal dari suatu kerangka polygon, serta dalam
melakukan kontrol sudut yang dihasilkan dalam pengukuran tersebut. Sesuai
dengan rumus :
X2= X1+ d12sin 12
Y2= Y1+ d12cos 12
Absis dan ordinat titik 1 (titik terdahulu) diketahui, jarak diukur dan
sudut jurusan garis 12 diketahui. Apabila titik 1 adalah titik awal, makakoordina
t titik 1 serta sudut jurusan awal tersebut dapat didefinisikan atau ukur. Dari
hubungan koordinat titik, jarak, dan sudut jurusannya makaakan dapat
pula ditentukan koordinat titik titik selanjutnya.
berakibat
Jumlahpengamatan
jarak
pada
sehinggamemperbesar
selang
pandang
yang
pengukuran
kemungkinan
dan
semakin
yang
sama
besaran
pendek.
bertambah,
kesalahan
atau
titik
tinggi
kerangka
vertikal,
maka
penempatannya
kontur
dapat
didefinisikan
sebagai
garis
khayal
yang
menghubungkan secara berurutan semua titik yang memiliki ketinggian yang sama
terhadap suatu datum ketinggian yang dipilih sebelumnya.Sehingga garis garis
tersebut tidak mungkin akan saling berpotonganselama medan pengukuran tidak
terjal atau bentuk patahan tegak lurus.Dalam peta topografi, selalu dihubungkan
besaran skala peta dengan bedagaris kontur yang akan digambarkan. Sehingga
skala peta tidak hanya mencerminkan aspek horizontal saja, namun juga mempunyai
aspek vertikal. Beda kontur untuk skala 1 : xxxx adalah (xxxx/2000).Nilai 2000 adalah
konstanta beda kontur.Dengan demikian penyajian data dalam bentuk peta
dapatdirencakan sejak pengukuran, maksudnya pengambilan ketinggian titik detail
dapat diatur sebaik mungkin dengan persyaratan hanya bolehdilakukan interpolasi
garis kontur diantara 2 titik detail.Garis kontur + 25 m, artinya garis kontur ini
menghubungkan titik titik yang mempunyai ketinggian sama + 25 m terhadap
referensi tinggitertentu.Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi
tegak garis garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi kebidang
mendatar peta. Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu,maka bentuk
garis kontur ini juga akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam bab ini, kami akan membahas secara khusus 2 alat bantu penyipat
datar ( Waterpass dan Theodolit ) yang biasa digunakan dalam keperluan
pengukuran dan pemetaan suatu wilayah.
3.1 Waterpass
Waterpass adalah alat mengukur beda ketinggian dari satu titik acuan ke
acuan berikutnya. Waterpass ini dilengkapi dengan kaca dan gelembung kecil di
dalamnya. Untuk mengecek apakah waterpass telah terpasang dengan benar,
perhatikan gelembung di dalam kaca berbentuk bulat. Apabila gelembung tepat
berada di tengah, berarti waterpass telah terpasang dengan benar. Pada waterpass,
terdapat lensa untuk melihat sasaran bidik. Dalam lensa, terdapat tanda panah
menyerupai ordinat (koordinat kartesius). Angka pada sasaran bidik akan terbaca
dengan melakukan pengaturan fokus lensa. Selisih ketinggian diperoleh dengan cara
mengurangi nilai pengukuran sasaran bidik kiri dengan kanan. Waterpass memiliki
nivo sebagai penyama ketinggian, lensa objektif, lensa okuler, dan penangkap
cahaya. Dengan waterpass ini kita dapat menentukan berapa banya tanah yang
dibutuhkan untuk meratakan suatu lokasi. Alat ini bersifat sangat sensitif terhadap
cahaya, sehingga memerlukan payung untuk menutupi cahaya matahari.
Alat ukur waterpas dapat di golongkan ke dalam beberapa jenis, yakni :
a. Type semua tetap (dumpy level), dimana teropong dengan nivo menjadi satu,
penyetelan kedudukan teropong di lakukan dengan tiga sekrup pengatur.
b. Type nivo refreksi (wye level), dimana teropong dapat di putar pada sumbu
memanjangnya.
c. Type semua tetap dengan sekrup pengungkit (dumpy tilting level), pada jenis ini
sumbu teropong dapat di setel dengan menggunakan sekrup pengungkit (tilting
screw).
d. Type otomatis (automatic level), Pada jenis ini kedudukan sumbu teropong akan
horizontal secara otomatis karena di dalamnya di lengkapi dengan prisma-prisma
yang di gantungkan pada plat baja.
e.
Hand level, dimana alat ini hanya terdiri dari teropong yang di lengkapi dengan
nivo, sedangkan cara menggunakannya cukup di pegang dengan tangan.
Agar dapat digunakan di lapangan, alat ukur waterpas harus memenuhi
beberapa syarat tertentu, baik syarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi
maupun syarat tambahan yang dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan
pengukuran di lapangan. Adapun syarat-syarat pemakaian alat waterpass pada
umumnya adalah:
a. Syarat dinamis: sumbu I vertikal
b. Syarat statis, antara lain :
1. Garis bidik teropong sejajar dengan garis arah nivo
2. Garis arah nivo tegak lurus sumbu I
3. Garis mendatar diafragma tegak lurus sumbu I
e
a
b
c
Keterangan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Teropong
Nivo
Tiga sekrup penyetel nivo
Dudukan alat
Pengatur focus
Pengatur halus horisonta
3.2 Theodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di
baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).
Theodolite merupakan alat yang paling canggih diantara peralatan yang
digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang
ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputarputar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk
dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputarputar
mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca.
Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington
1997).
pertama
lebih
seperti
alat
surveytheodolit
benar
adalah
Syarat syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga
siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1. sumbu kesatu benar benar tegak / vertical.
2. sumbu kedua haarus benar benar mendatar.
3. garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4. tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
Keterangan :
1.Visir
2.Teropong
4.Sekrup okuler
5.Kaca penerang
16.Lensa penerang
7.Sekrup obyektif
17.Nivo kotak
18.Tribarch
9.Nivo tabung
19.Sekrup penyetel
10.Sekrup micrometer
20.Statif
BAB IV
CONTOH SOAL
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam pengukuran menggunakan theodolit sudut- sudut yang diukur telahsesuai antara
pengukuran ,perhitungan dan juga penggambaran pada titik poligon dan detail. Dengan
titik awal ( 0 , 0 ) telah diperoleh data akhir yang sesuai yaitu dengan titik akhir ( 0 , 0 )
juga.
2. Dalam pengukuran dengan mempergunakan waterpass angka koreksi jarak pada
pngukuran bisa dan luar baisa diperoleh maximum 4,5 mmsedangkan pada pengukuran
jarak biasa diperoleh angka 0 mm danpengukuran jarak doublestand diperoleh dengan
angka koreksi 0,1 mm,berarti pengukuran bisa dikatakan berhasil namun kurang
sempurna karenaangka koreksi jarak yang diperoleh bukan nol mm.
5.2 Saran
Pada penulisan makalah ini diharapkan agar pembaca bisa mengembangkan
ilmu pengukuran dan pemetaan dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA