Skenario 3
Oligospermia
Seorang pasangan suami istri datang ke praktek dokter umum karena belum
memiliki keturunan setelah 7 tahun menikah. Dokter menganjurkan tes kesuburan
untuk pasangan tersebut, tetapi suami sempat menolak, tetapi setelah dijelaskan
bahwa tes kesuburan dilakukan untuk pasangan, emudian ia setuju. Hasil
pemeriksaan terhadap istri tidak ditemukan adanya kelainan. Hasil pemeriksaan
ejakulat suami menunjukan oligospermia. Suami merasa kaget dan yakin ada
kesalahan pemeriksaan, ia memang memiliki kebiasaan merokok sejak remaja dan
merasa hal itu tidak menjadi masalah karena menurutnya selama ini baik organ
dan fungsi seksualnya tidak ada kelainan.
STEP 1
a. Oligospermia
Oligo spermia adalah kelainan sperma, di mna sperma yang di keluarkan
saat ejakulasi jumlahnya kurang dari normal > 20 juta.
b. Ejakulat
Ejakulat adalah semua jumlah cairan atau air mani yang keluar waktu
ejakulasi.
STEP 2
1. Bagaimana struktur makro dan mikro genitalia pria?
2. Bagaimana proses pembentukan sperma?
3. Faktor hormonal yang mempengaruhi pembentukan sperma?
4. Saluran atau duktus sperma?
5. Kelainan pada genitalia dan apa saja tes kesuburan yang dapat dilakukan?
STEP 3
1. Bagaimana struktur makro dan mikro genitalia pria?
A. Makroskopis
a. Organ genitalia externa
1) Penis
2) Uretra
3) Skrotum
b. Organ genitalia interna
1) Epididimis
2) Testis
3) Funiculus spermaticus
4) Duktus deferen
5) Vesica seminalis
6) Kelenjar prostat
7) Duktus ejakulatorius
8) Kelenja bulbouretralis
B. Mikroskopis
1) Testis
Kelenjar tubuler kompleks fungsi : reproduksi dan hormonal.
Dikelilingi jaringan ikat kolagen (tunika albugenia). Pada bagian
posterior dan mediastinum testis mengalami penebalan septa fibrosa
yang tak sempurna, membagi kelenjar menjadi 250 lobulus testis.
2) Penis
Terdiri dari 3 masa silindris dari jaringan erektil dan uretra, dilapisi
kulit. Dorsal : 2 corpora cavernosa penis. Ventral : korpus kavernosum
uretrae. Ujung melebar membentuk glans penis. Korpora cavernosum
diliputi jaringan penyambung keras dan kuat : tunika albuginea.
3) Duktus eferentes
10 - 20 duktuli eferentes. Epitel t.d kelompok sel kubus (absorbsi
cairan) bergantian dgn sel toraks bersilia (mendorong sperma tozoa
ke epididymis). Otot polos.
2. Bagaimana proses pembentukan sperma?
spermatogoniu
m
Sel germinal
primordial
Spermatosit
primer
Spermatosit
sekunder
spermatid
3. Faktor hormonalspermatoz
yang mempengaruhi pembentukan sperma?
a. Testosteronoa
b. FH
c. LH
d. Estrogen
e. GH
4. Saluran atau duktus sperma?
Tubulus seminiferus tubulus rektus retetestis duktus eferen
epididimis duktus deferen duktus ejakulatorius uretra
5. Kelainan pada genitalia dan apa saja tes kesuburan yang dapat dilakukan?
a. Hipogonadlisme
b. Kriotorkiolisme
c. Hipospadia
d. Epispadia
e. Torsiotestis
f. Hidrokel
g. Varikokel
h. Hyperplasia
STEP 4
1. Bagaimana struktur makro dan mikro genitalia pria?
spermatogoniu
m
Spermatosit
primer
Spermatosit
sekunder
spermatid
spermatoz
oa
Sel germinal
primordial
Gambar 3. Spermatogenesis
3. Faktor hormonal yang mempengaruhi pembentukan sperma?
Bagan :
Reproduksi
Pria
inervasi
fisiologi
histolog
i
anatom
i
organ
Lapisan
-lapisan
Sel-selnya
Kelainan
genitalia pria
STEP 5
vaskularisa
si
Pengaturan
Faktor
hormonal
Proses
pembentukan
sperma
fungsinya?
Komposisi dan mekanisme ejakulat?
Tes analisis sperma (normal dan abnormal)?
Kelainan pada jumlah sperma dan pengeluaran?
Aspek agama. Sosial dan budaya ketika terjadi kasus ketidak suburban pada
pasangan suami istri dalam ruang lingkup kedokteran (klinis)?
STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
1. Struktur makroskopis dan mikroskopis genitalia pria?
A. Struktur makroskopis genitalia pria
pelebaran
fascia
2. Funiculus spermaticus :
Berawal dari anulus inguinalis profundus, lateral a.epigastrica
inferior berakhir pada tepi dorsal testis dan scrotum, berfungsi
menggantung testis dalam scrotum. Pembungkusnya dibentuk oleh tiga
lapis fascia, yaitu :
a. Fascia spermatica interna dari fascia transversalis
b. Fascia cremasterica dari fascia musculus obliqus internus abdominis
c. Fascia spermatica externa dari aponeurosis musculus obliqus externus
abdominis
Berjalan dari abdomen secara miring masuk ke anulus inguinalis
profundus pada canalis inguinalis. Keluar dari anulus inguinalis
spermaticus
Arteri
testicularis,
arteri
obliqus
internus
abdominis,
disarafi
oleh
nervus
10
3. Testis
Bentuk oval terdapat dalam scrotum, difiksasi oleh funiculus
spermaticus, meninggalkan canalis inguinalis melalui anulus inguinalis
profundus. Testis sinistra tergantung lebih rendah dari dextra. Awal
kehidupan testis berada dalam cavum abdomen, sebelum lahir mengalami
penurunan lewat canalis inguinalis, kemudian keluar mlelalui anulus
inguinalis superficialis dan masuk ke scrotum. Terbungkus oleh derivat
tunica serosa, tunica muscularis, dan lamina fibrosa dari dinding
abdomen juga cutis. Panjang sekitar 4-5 cm, lebar 2,5 cm, diameter
anteroposterior 3 cm dan berat sekitar 0,5-1 gr (Snell, 2013).
Bagian dari testis :
1) Testis mempunyai bagian sebagai berikut :
a. Extremitas superior, menuju ke ventrolateral
b. Extremitas inferior, menuju ke dorsomedial
c. Margo anterior yang convex, menuju ke ventrocaudal
d. Margo posterior, tempat melekat funiculus spermaticus, menuju
dorsocranial
2) Testis dibungkus oleh lapisan berikut :
a. Tunica vaginalis
11
12
4.
genitofemoralis
3. Nervus scrotalis posterior
Epydidimis
Letak di lateral margo posterior testis, melekat padanya seperti ekor.
Di dalamnya membentang ductus epididymis (caput ke cauda), panjang
5 cm berkelok, caputnya merupakan muara dari vas eferent (ductus
eferent) (Snell, 2013).
Bagian epididymis yaitu :
a. Caput epididymis :
Letak di kutub atas testis, terdapat pipa buntu disebut appendix
epididymis. Sebagian besar disusun oleh ductus eferent. Spermatozoa
melalui rete testis terkumpul di 10-20 ductus eferent. Caudal vas eferent
terhadap pipa buntu disebut ductus abberans superior (Snell, 2013).
b. Corpus epididymis :
Bagian badan central, cekungan antara corpus dan testis disbt sinus
epididymis/fossa digitalis. Terdapat pipa buntu disebut ductus abberans
inferior (Snell, 2013).
c. Cauda epididymis
Melanjut sebagai ductus deferent (Vas deferent). Tempat
penyimpanan spermatozoa (Snell, 2013).
13
untuk
transport
14
6. Duktus ejakulatorius
Dibentuk oleh persatuan ductus vesicula seminalis dengan ductus
deferens Bermula dari basis glandula prostata, dan sepanjang utriculus
prostaticus pada urethra pars prostatica dekat dengan orificium utriculus
prostaticus setelah menembus prostat. Dinding ductus ejaculatorius
tersusun atas, tunica fibrosa, tunica muscularis, dan tunica mucosa (Snell,
2013).
15
Uretra
Panjang sekitar 20 cm, terbentang dari collum vesicae urinaria
sampai osterum urethra externus pada gland penis, Urethra menyalurkan
urin keluar dari vesica urinaria melalui ostium urethra externa (OUE)
pada ujung glans penis. Urethra juga merupakan penyalur cairan mani
(sel sperma dan sekret atau semen dari kelenjar misalnya prostat), ada
tiga bagian yaitu :
a. Pars prostatica urethra
16
17
dari nervus
membentuk
18
19
20
sebagai
lendir
yang
bersifat
alkalis
yang
berguna
21
22
3. Duktus eferentes
Terdiri dari 10 - 20 duktuli eferentes. Epitel t.d kelompok sel kubus
(absorbsi cairan) bergantian dgn sel toraks bersilia (mendorong sperma
tozoa ke epididymis). Otot polos.
23
4. Ductus epididimis
Saluran ekskretorius genetalia. Sangat berkelok-kelok, 4 6 m. Jaringan
penyambung, kaya kapiler darah korpus dan ekor epididymis. Epitel
silindris pseudokompleks dengan strereocilia. Epitel mempunyai tonjolan
sitoplasma mikrovili, irreguler, panjang stereosilia. Membrana basalis
dikelilingi sel otot polos menggerakan sperma ke duktus deferens
(Eroschenko, 2013).
24
Epitel silindris
25
elastis dan kapiler. Epitel kubus atau berlapis, sebagian silindris dan ada sel
basal. Kaya lisosome. Aktifitas asam fosfatase yang lebih banyak Ca
prostat enzim fosfatase asam dalam konsentrasi tinggi dalam tumor dan
darah. Badan-badan kecil sferis (glikoprotein) diameter < 0,2 mm dlm
lumen prostat (konkremen prostat = corpora amilacea) sering membentuk
kalkuli jumlah bertambah dengan bertambahnya usia (Eroschenko,
2013).
uretra
pars
membranosa,
bermuara
pada
uretra
pars
26
pelebaran pembuluh darah yang tak teratur dan dibatasi endotel. Preputium :
Lipatan kulit retraktil, mengandung jaringan ikat dan otot polos, kelenjar
sebasea dalam lipatan interna dan dalam kulit yang meliputi glans
(Eroschenko, 2013).
berdiferensiasi,
spermatogonia
(masing-masing
mengandung
27
yang
telah
berdiferensiasi
siap
untuk
keluar
dari
testis.
spermatogonium
tak
berdiferensiasi
sehingga
tu-runan
sel
28
germinativum tetap terpelihara. Sel anak yang lain mulai bergerak ke arah
lumen sembari menjalani berbagai
mengalami
remodeling
menjadi
spermatozoa.
Karena
setiap
29
30
seminiferus.
Spermatogonia
terus-menerus
membelah
untuk
memperbanyak diri, sebagian dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahaptahap perkembangan tertentu untuk membentuk sperma (Guyton, 2012).
Pada tubulus seminiferus terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli, dan sel Leydig. Sel Sertoli berfungsi memberi
makan spermatozoa sedangkan sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus
berfungsi
menghasilkan
testosteron.
Proses
pembentukan
31
(jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Pintalanpintalan tubulus seminiferus terdapat di dalam ruang-ruang testis (lobulus
testis). Satu testis umumnya mengandung sekitar 250 lobulus testis. Tubulus
seminiferus terdiri dari sejumlah besar sel epitel germinal (sel epitel benih)
yang disebut spermatogonia (spermatogonium = tunggal). Spermatogonia
terletak di dua sampai tiga lapisan luar sel-sel epitel tubulus seminiferus.
Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian
dari spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
untuk
membentuk
sperma.
Pada
tahap
pertama
spermatogenesis,
32
perubahan
spermatid
menjadi
sperma
disebut
spermiasi.
Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti selsel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan
terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor. Kepala sperma terdiri dari sel
berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada bagian membran
permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang disebut
akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat
33
badan sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak
mengandung mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk
pergerakan sperma.Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya
pengaruh sel-sel sertoli yang memiliki fungsi khusus untuk menyediaakan
tempat pematangan spermatogenesis, menyediakan makanan untuk sperma
yang imatur dan mengatur proses spermatogenesis (Guyton, 2012).
Setelah melakukan tahapan tersebut maka akan terjadi efek timbal balik
untuk Testosteron yang disekresikan oleh testis sebagai respons terhadap LH
mempunyai efek timbal balik dalam menghambat sekresi LH. Sebagian besar
inhibisi ini dihasilkan dari efek langsung testosteron terhadap hipo-talamus
untuk menurunkan sekresi GnRH. Keadaan ini selanjutnya menyebabkan
penurunan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior, dan penurunan LH akan
mengu-rangi sekresi testosteron oleh testis. Jadi, bilamana sekresi testosteron
menjadi terlalu banyak, efek umpan balik negatif otomatis yang beroperasi
melalui hipotalamus dan kelenjar hipofisis ini, akan mengurangi sekresi testosteron kembali ke tingkat yang diharapkan. Sebaliknya, terlalu sedikit
testosteron akan menyebabkan hipotalamus
GnRH, disertai dengan pe-ningkatan sekresi LH dan FSH oleh hipofisis anterior
dan berakibat peningkatan sekresi testosteron testis (Guyton, 2012).
FSH berikatan dengan reseptor-reseptor FSH spesifik yang melekat pada
sel-sel Sertoli di dalam tubulus semi-niferus. Pengikatan ini mengakibatkan selsel tumbuh dan menyekresikan berbagai unsur spermatogenik. Secara
bersamaan, testosteron (dan dihidrotestosteron) yang berdifusi ke dalam
tubulus seminiferus dari sel-sel Leydig di dalam ruang interstisial, juga
mempunyai efek tropik ' yang kuat terhadap spermatogenesis. Jadi, untuk
memulai spermatogenesis, dibutuhkan FSH maupun testosteron (Guyton,
2012).
Ketika tubulus seminiferus gagal menghasilkan sperma, sekresi FSH oleh
kelenjar hipofisis anterior meningkat dengan nyata. Sebaliknya, bila
spermatogenesis berjalan terlalu cepat, sekresi FSH hipofisis akan berkurang.
Penyebab efek umpan balik negatif ini pada hipofisis anterior diyakini berupa
suatu jenis hormon lain yang disekresi oleh sel-sel Sertoli, yaitu inhibin (lihat
Gambar 80-10). Hormon ini mempunyai efek langsung yang kuat terhadap
34
35
menjadi
keras
dan
memanjang.
Fenomena
ini
disebut
ereksi
36
koitus lebih di hasilkan oleh organ kelamin wanita daripada oleh pria. Tanpa
lubrikasi yang memuaskan, aksi seksual pria jarang berhasil dengan baik
karena hubungan seksual dengan lubrikasi yang tidak cukup menyebabkan
gangguan dan nyeri yang bersifat lebih menghambat daripada merangsang
sensasi seksual (Sherwood, 2012).
b. Emisi
Emisi dan ejakulasi adalah puncak dari aksi seksual pria. Ketika rangsangan
seksual menjadi amat kuat , pusat refleks medulla spinalis mulai melepas
impuls simpatis yang meninggalkan medula pada segmen T-12 sampai L-2 dan
berjalan ke organ genital melalui pleksus hipogastrik dan pleksus saraf simpatis
pelvis untuk mengawali emisi, awal dari ejakulas (Sherwood, 2012)..
Emisi di mulai dengan kontraksi vas deferens dan ampula yang
menyebabkan keluarnya sperma ke dalam uretra interna. Kemudian, kontraksi
otot yang melapisi kelenjar prostat yang di ikuti dengan kontraksi vesikula
seminalis, akan mengeluarkan cairan prostat dan cairan seminalis ke dalam
uretra juga, yang akan mendorong sperma lebih jauh. Semua cairan ini
bercampur di uretra interna dengan mukus yang telah di sekresi oleh kelenjar
bulbouretra untuk membentuk semen. Proses yang berlangsung sampai saat ini
disebut emisi (Sherwood, 2012).
c. Ejakulasi
Pengisian uretra interna dengan semen mengeluarkan sinyal sensoris yang
dihantarkan melalui nervus pudenda ke regio sakral medula spinalis, yang
menimbulkan rasa penuh yang mendadak di organ genitalia interna. Selain itu,
sinyal sensoris ini lebih jauh lagi membangkitkan kontraksi ritmis dari organ
genitalia interna dan menyebabkan kontraksi otot-otot iskhiokavernosus dan
bulbokavernosus yang menekan dasar jaringan erektil penis. Kedua pengasuh
ini meyebabkan peningkatan tekanan ritmis seperti gelombang di kedua
jaringan
erektil
penis
dan
di
duktus
genital
serta
uretra,
yang
37
Keseluruhan periode emisi dan ejakulasi ini disebut orgasme pria. Pada
akhir proses tersebut, gairah seksual pria menghilang hampir sepenuhnya
dalam waktu 1 sampai 2 menit dan ereksi menghilang, suatu proses yang
disebut resolusi (Sherwood, 2012).
B. Komposisi Ejakulat
Plasma semen mengandung bahan-bahan kimia yang mempunyai arti
penting bagi kehidupan sperma antara lain sebagai sumber nutrisi dan
pengerakan sperma. Plasma semen bersifat seperti jelly dan merupakan
campuran sekresi dari kelenjar tambahan traktus reproduksi pria yang
dikeluarkan bersama-sama sperma ketika seorang pria ejakulasi (David,
2005).
38
39
40
Asam amino yang merupakan salah satu bahan penyusun dari plasma
semen adalah golongan asam amino netral (neutral amino acids), asam
amino bersifat basa )basic amino acids) dan asam amino yang bersifat asam
(acidic amino acids). Asam amino ini dapat ditentukan dengan kromatografi.
Hal ini telah dilaporkan oleh Krampitz dan Doepfmer (1964) pada beberapa
golongan semen (Mortimer,2005)
2) Protein bukan enzim
Protein bukan enzim dapat diperiksa dengan elektroforesis (memakai
serum standar). Dengan reaksi presipitasi antibody, analisis biokimia, secara
imunokimia protein plasma semen dapat dibuktikan identik dengan protein
serum yang terdapat dalam plasma semen manusia yaitu, albumin, alfa 1antitripsin, alfa 1-glikoprotein, imunogloblin G, orosomukoid, beta 1globulin, beta 2-globulin, BI A/C-globulin dan tranferin. Tauber dkk,
melakukan pemeriksaan adanya protein yang dapat diperiksa dengan metode
imunokimia yaitu antitrombin III, B C/B, A-globulin (komponen C3
daripada komplemen). Cls inaktivator, plasminogen, factor XIII dan
fibrinogen.
3) Protein enzim
Plasma semen merupakan medium yang kaya dengan enzim yaitu: enzim
hidrolitik proteinase, transaminae, deaminase, fosfatase,
koagulase,
41
42
43
44
45
yaitu
spermatozoa
yang
mengalami
kelainan
setelah
46
47
1. Motilitas
Motilitas spermatozoa normal akan bergerak cepat, lurus kedepan.
Pergerakan ini dilakukan oleh flagel. Gerakan spermatozoa akan terlihat
seperti gerakan cambuk. Akan tetapi gerakan flagel tersebut bergerak dalam
satu gerakan gelombang yang melingkar (rotasi) (Mortimer, 2005).
2. Intergitas Membran Ekor Spermatozoa
Bagian ekor merupakan bagian terpenting untuk pergerakan spermatozoa,
melalui uji HOS akan didapatkan informasi apakah membran ekor
spermatozoa mengalami kebocoran atau tidak. Uji ini didasarkan pada sifat
spermatozoa yang semipermiable membran ekor sperma. Dibawah kondisi
larutan hipoosmotik, air akan masuk melalui membran ekor sperma yang
48
Hormon reproduksi
Gangguan testikuler :
Aretasi sel
spermatogenik
Kriptorkhidisme
Varikokel
Radiasi
Sindroma klinefelter
KUALITAS
SPERMA
Sumber : Brugh (2004) medical Clinics of North America Volume 88. Issue 2
Berbagai Faktor yang dapt mempengaruhi kualitas sperma dan penyebab
infertilitas pada pria. Menurut Victor M brugh (2004), pada dasarny masalah
infertilitas pria disebabkan oleh gangguan potensi seksual dan ganggun
kesuburan. Gangguan potensi seksual pada pria terbagi menjadi 4 kelompok
yaitu ganggun gairah seksual, gangguan ejakulasi, dan gangguan orgasme.
Biasnya dipengaruhi oleh faktor psikis,fisik dan sosiokulturl. Adapun gangguan
kesuburan pada pri dapat digolongkan menjadi 3 golongan :
49
berbagai
hal
seperti
aretasi
sel
spermatogenik,kriptorkhidisme,vrikokel,radiasi,sindroma klinefelter
3. Gangguan posttestikular : merupkn gnggun yang terjadi diluar testis setelah
spermatozoa keluar dari tubulus seminiferus. Gangguan ini terdapat pd
epididimis,vas deferens,kelenjar seminalis dan prostat seperti gangguan
viabilitas dn motilitas spermatozoa. Gangguan ini disebabkan oleh :
infeksi,tumor,hipospadia,penggunaan obat,alkohol,merokok.
Beberapa hal dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, mobilitas atau
kemampuan sperma untuk terjadinya fertilisasi menurun. Penyebab tersering
infertilitas pada pria adalah produksi sperma yang abnormal, ganggun
transportsi sperm,faktor kesehatn,gaya hidup dan paparn terhadap zat-zat
tertentu yang berlebihan (Arjatmo,2005)
A. Gangguan produksi
a) Hormon reproduksi
Testis merupakan suatu organ reproduksi pria yang amat penting, karena
merupkn tempt pembutn spermtozoa. Proses spermatogenesis didalam testis
terjadi muli dari sel-sel spermtogonium dalam tubulus seminiferus hingg
proses pematangan spermatozoa di dalam epididimis, merupkan tahapan
yang dipengaruhi oelh beberapa faktor terutama faktor hormonal. Hormon
yang mempengaruhi antar lain : testoteron yang dihasilkan oleh sel leydig di
dalam testis,FSH (Folicle Stimulating Hormone) dan LH (luteinizing
hormone) masing-masing kelenjar hipofisis anterior dibawah otak dan
gonadotropin hormone yang dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon-hormon
ini ternyat bekerjanya menurut suatu proses dengan umpn blik, poros
hipotalamus-Hipofisis-Testis (sel leydig) yaitu poros yang mengatur
pembentukan spermtozoa, dn poros linny poros hipotalamus-hipofisisTestis (Sel leydig), yaitu yang mengatur pembentukan testoteron, hormon
yang sngat berguna tidak sj untuk pembentukn spermtozoa, tetapi juga
50
menentukan
pembentukan
sifat
dan
ciri
kelaki-lakian
manusia
(Arjatmo,2005)
b) kelainan genetik
Pada kelainan genetik sindrom klinefelter/47,XXY menyebabkan
perkembangan abnormal dari testis sehingga mengahasilkan produksi
sperma dan testoteron yang rendah. Lki-laki dengan sindrom ini
dilporknpertama kali pda tahun 1942, dalam J cinical endocrinology, oleh
Dr.klincfclter bersma 2 orang dokter lin. Sejumlah laporan lain kemudian
mengemukakan pula hal yng sm, sehingga laki-laki dengan khasseperti
dilaporkan pertama kali oleh klincfelter dkk. Kemudian disebut sebagai
menderita sindrom klincfelter. Pada tahun 1959 kemudian dibuktikan
dengan secara sitogenetika, sebagi berasi(kelainan) kromosom, yaitu
47,XXY yang merupakan aberasi jumlah kromosom,trisomi kromosom
seks. Beberapa tahun kemudian ditambahkan sejumlah aberasi lain yang
secara klinik memberikan gambaran meski tak lengkap seperti sindrom
klinefelter (Ramelan,1991)
Laki-laki yang menderita sindrom Klinefelter pada umumnya memiliki
postur tubuh yang agak lebih tinggi daripada rerata laki-laki normal, tetapi
dengan bentuk yang eunuchoid,sampai 60% diantara mereka menunjukan
ginekomastia. Mereka yang berkromosom 47,XXY pasti infertil, dengan
azoospermi,testis agak kecil dengan hilinisasi tubuli seminiferi, sel leydig
berkurang banyak,penis agak kecil,serta tanda seks sekunder tidak/kurang
berkembang (klinefelter,1942 dikutip oleh ramelan,2005). Suami pad
pasangan usia subur infertil dengan gambaran klinik sepenuhnya atau
hampir sepenuhnya sepertinsindromklinefelter, dapat dilkukan tes genetik.
Karena ada 2 kromosom X dan 1 kromosom Y,pemeriksaan kromatin seks
yang sederhana,murah dan cepat dapat memastikan keberadan XXY, di lain
pihak,laki-laki dengan azoozspermia,tetapi dengan gambaran klinik tak
sepenuhnya sama seperti yang ditampilkn ileh klinictcltcr dkk,mungkin
sekali memiliki kromosom yang mozaik (Ramelan,1991)
Penelitin di indonesia di tahun 1990, dari 3kasus laki-laki azoospermia
yang bukan penderit sindrom klinnefelter, di dapatkan 6 orang dengn
kelainan kromosom. Dua dari enam aberasi kromoosom tsb, memiliki
kromosom yang mozaik untuk sindrom klinefelter, yaitu 47,XXY/46XY
51
52
53
gonokokus dan epididimistis akut pada pria usia reproduktif. 10% sampai
25%, bahkan 50% pria terinfeksi dapat asimptomatik (Gonzales,2004).
Organisme
Chlamydia
merupakan
bakteri
intraseluleyang
dapat
54
atau
berkepanjangan
dapat
menghambat
55
56
dosa-dosanya, roh setan atau fakta yang menyatakan bahwa wanita itu tidak
adekuat ataupun sempurna ( Bobak dkk, 2005 : 997 ).
b) Infertilitas menurut agama
Kemandulan atau infertilitas merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah
SWT. Seringkali hal ini tidak dimengerti dan tidak jarang setan membisikkan
godaan sehingga kita berburuk sangka terhadap-Nya. Rahasia Allah swt. dalam
bentuk ujian yang diberikan-Nya (yang sering kali sukar untuk kita mengerti)
dan di lain pihak orang yang dikatakan mandul bisa hamil dengan izin-Nya.
Masalah infertilitas telah dibahas dalam Quran, Surah Asyuura : 49-50:
Artinya : (49) Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan
apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa
yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki,
57
manusia
diciptaka
dengan
akal
dan
segala
kemapuan
dan
58
merangsang
ovarium
untuk
menghasilkan
beberapa
oosit,
59
perkataan Nabi Muhammad (saw). Ini diikuti dengan pendapat ulama Islam
dan Analogi, yang penalaran untuk aturan pada peristiwa yang tidak
disebutkan oleh Al-Qur'an dan Sunnah dengan peristiwa-peristiwa yang
setara yang telah memerintah atas.
b. Donor sperma
Pada pasangan yang tidak subur yang menyebabkan infertilitas berkaitan
dengan kondisi suami menjadi azoospermia (tidak ada sperma) atau
infertilitas laki-laki lainnya, pendekatan alternatif akan menghamili istri pria
dengan sperma dari donor. Dalam aspek ini, Islam melarang tindakan
inseminasi antara telur wanita dan sperma dari pria lain yang bukan suami
sah nya. Yusuf Al-Qarawadi (1995) membahas masalah menggunakan donor
sperma harus diklasifikasikan sebagai yang sama dengan melakukan
perzinahan dan karena itu dianggap sebagai kejahatan grevious dan dosa
besar. Dia juga menekankan pada pentingnya menjaga keturunan dalam
Islam. Seorang mantan kepala Al-Azhar dan Universitas Masjid, Syekh
Mahmud Shaltut seperti dikutip oleh Abul Fadl Mohsin Ebrahim (1988)
merilis fatwa (keputusan agama) yang mengutuk tindakan inseminasi
sperma donor dan menyamakannya untuk melakukan perzinahan (Bobak
dkk, 2005).
c. Sperma kriopreservasi
Kriopreservasi melibatkan
pembekuan
air
mani
menggunakan
60
yang
digunakan
untuk
menyuburkan
oosit
sendiri.
61
embrio yang dihasilkan ditransfer ke rahim wanita lain. Ini akan menjadi
tidak sah karena melibatkan pihak ketiga yang suami tidak menikah secara
resmi dan akan dianggap sebagai melanggar Hukum Islam (Syariah) .
Beberapa ahli hukum memungkinkan pembuahan invitro antara sperma dari
suami dan telur yang berasal dari seorang istri menikah secara resmi dan
ditanamkan ke istri kedua menikah secara resmi (Bobak dkk, 2005).
Dari berbagai cara diatas masih dalam kasus kontroverional dalam
pandangan islam, belum ada sumber yang jelas membolehkan teknologi
canggih tersebut di atas dapat menajmin kebenarannya secara syari. namun
bertolak dari hal tersebut, timbul pikiran bahwa Islam adalah agama yang
fleksibel dan mempertimbangkan kebutuhan untuk mengakomodasi
kebutuhan hidup, namun dalam berusaha untuk memperoleh kebutuhan
orang tidak boleh bertentangan dengan pedoman menurut hukum Islam
(Syariah) ketika melakukan itu.penelitian lebih dalam menyebabkan
pemahaman yang lebih baik mungkin diperlukan oleh ummat islam di
daerah yang yang tidak memiliki jawaban yang pasti (Bobak dkk, 2005).
Dari segi kemampuan seseorang dalam memilih pasangan yang tepat
untuk dinikahi baik dari segi fisik, maupun rohani juga dijelaskan dalam
sebuah hadis yang berbunyi: Dikisahkan Ma'qil bin Yasar: Seorang pria
datang kepada Nabi (saw) dan berkata: Saya telah menemukan seorang
wanita yang pangkat dan kecantikan, tapi dia tidak melahirkan
anak.Haruskah aku menikahinya? Dia mengatakan: Tidak Dia datang lagi,
tapi dia melarangnya. Dia datang kepadanya untuk ketiga kalinya, dan ia
(Nabi) berkata: Menikah wanita yang mencintai dan sangat produktif,
karena aku akan melebihi jumlah penduduk oleh Anda. Ada yang
bernaggapan bahwa dalam islam Islam wanita terbaik adalah mereka yang
mencintai dan bisa memiliki banyak anak. Bisa memahami sisi mencintai
tetapi wanita tidak punya kontrol pada berapa banyak anak-anak mereka
dapat memiliki sehingga orang akan beranggapan bahwa wanita yang dapat
memiliki anak perempuan dianggap lebih unggul yang tidak bisa memiliki
ank meskipun hal ini tidak di bawah kendali mereka (Bobak dkk, 2005).
Salah satu sahabat Rasulullah SAW menceraikan seorang wanita yang
tidak bisa punya anak. Tampaknya bahwa perempuan yang tidak bisa
62
dan
bersuku-suku
supaya
kamu
saling
kenal
mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal. (al-hujuuraat : 13)
Karakteristik sebagai wanita subur, dengan
sendirinya,
tidak
63
untuk bercerai, seperti seorang wanita memiliki hak untuk meminta cerai
jika suaminya yang mandul, karena keduanya harus diberkati dengan anakanak. Yang berkuasa di sini berlaku untuk kedua suami dan istri.
c) Infertilitas menurut Ilmu Kedokteran
Infertilitas merupakan kegagalan suatu pasangan untuk mendapatkan
kehamilan sekurang-kurangnya dalam 12 bulan berhubungan seksual secara
teratur tanpa kontrasepsi, atau biasa disebut juga sebagai infertilitas primer.
Infertilitas sekunder adalah ketidakmampuan seseorang memiliki anak atau
mempertahankan kehamilannya. Pada perempuan di atas 35 tahun, evaluasi
dan pengobatan dapat dilakukan setelah 6 bulan pernikahan. Infertilitas
idiopatik mengacu pada pasangan infertil yang telah menjalani pemeriksaan
standar meliputi tes ovulasi, patensi tuba, dan analisis semen dengan hasil
normal (Aleida, 2013).
Dari survei diketahui bahwa 60%-70% pasangan yang telah menikah akan
memiliki anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan
memiliki anak pada tahun ke-2 dari usia pernikahan. sebanyak 10-20% sisanya
akan memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki
anak. Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertil, bukan tidak mungkin
kondisi infertil sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri
saja. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung
pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia harus merupakan kerjasama
antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa ada dua
faktor yang harus dipenuhi yaitu :
a. Suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (Spermatozoa) ke dalam
organ reproduksi istri,
b. Istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi
oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat
perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan
dilahirkan.
Apabila salah satu dari dua faktor yang telah disebutkan tersebut tidak
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu
memiliki anak (Aleida, 2013).
Penyebab infertilitas secara umum dapat dibagi sebagai berikut:
64
1) Faktor perempuan
Penyebab infertilitas pada wanita dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu:
a. Gangguan ovulasi: seperti SOPK, gangguan pada siklus haid, insufiensi
ovarium primer. Infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi dapat
diklasifikasikan berdasarkan siklus haid, yaitu amenore primer atau
sekunder. Namun tidak semua pasien infertilitas dengan gangguan
ovulasi memiliki
gejala
klinis
amenorea,
beberapa
diantaranya
(normogonadotropin-
normogonadism)
Karakteristik dari kelas ini adalah kelainan pada gonadotropin namun
estradiol normal. Anovulasi kelas 2 terjadi sekitar 85% dari seluruh kasus
kelainan ovulasi. Manifestasi klinik kelainan kelompok ini adalah
oligomenorea atau amenorea yang banyak terjadi pada kasus sindrom
ovarium polikistik (SOPK). Delapan puluh sampai sembilan puluh persen
pasien SOPK akan mengalami oligomenorea dan 30% akan mengalami
amenorea.
Kelas 3 : Kegagalan ovarium (hipergonadotropin-hipogonadism)
Karakteristik kelainan ini adalah kadar gonadotropin yang tinggi dengan
kadar estradiol yang rendah. Terjadi sekitar 4-5% dari seluruh gangguan
ovulasi.
b. Gangguan tuba dan pelvis
Kerusakan tuba dapat disebabkan oleh infeksi (Chlamidia, Gonorrhoea,
TBC) maupun endometriosis. Endometriosis merupakan penyakit kronik
yang umum dijumpai. Gejala yang sering ditemukan pada pasien dengan
endometriosis
pembesaran
adalah
pada
nyeri
adneksa.
panggul, infertilitas
Dari
studi
yang
dan
ditemukan
telah
dilakukan,
65
pelepasan
oosit
dari
ovarium
serta
menghambat
66
pemeriksaan
darah
untuk
mengukur
kadar
hormon
ovarium
menggunakan
inhibin
tidak
direkomendasikan (Rekomendasi C)
- Pemeriksaan fungsi tiroid pada pasien dengan infertilitas hanya
dilakukan jika pasien memiliki gejala (Rekomendasi C)
- Biopsi endometrium untuk mengevaluasi fase luteal sebagai bagian dari
pemeriksaan infertilitas tidak direkomendasikan karena tidak terdapat
bukti
bahwa
pemeriksaan
ini
akan
meningkatkan
kehamilan.
67
sebaiknya
dilakukan
dengan
teknik
yang
sensitif
(Rekomendasi B)
- Jika tes Chlamydia trachomatis positif, perempuan dan pasangan
seksualnya
sebaiknya
dirujuk
untuk
mendapatkan
pengobatan
(Rekomendasi C)
- Antibiotika profilaksis sebaiknya dipertimbangkan sebelum melakukan
periksa dalam jika pemeriksaan awal Chlamydia trachomatis belum
dilakukan (ASRM, 2013).
c. Penilaian kelainan uterus 1
- Pemeriksaan histeroskopi tidak dianjurkan apabila tidak terdapat
indikasi, karena efektifitas pembedahan sebagai terapi kelainan uterus
untuk meningkatkan angka kehamilan belum dapat ditegakkan.
(Rekomendasi B) (ASRM, 2013).
d. Penilaian lendir serviks pasca senggama 1
- Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dengan infertilitas dibawah
3 tahun.
- Penilaian lendir serviks pasca senggama untuk menyelidiki masalah
fertilitas tidak dianjurkan karena tidak dapat meramalkan terjadinya
kehamilan. (Rekomendasi A)
e. Penilaian kelainan tuba 1
- Perempuan yang tidak memiliki riwayat penyakit radang panggul (PID),
kehamilan ektopik atau endometriosis, disarankan untuk melakukan
histerosalpingografi
(HSG)
untuk
melihat
adanya
oklusi
tuba.
68
c. Analisis Sperma
Referensi hasil analisa sperma menurut WHO 2010
69
1.5
15
INTERVAL
1.4-1.7
12-16
(106/ml)
Jumlah total
39
33-46
(106/ejakulat)
Motilitas (PR, NP, %)
Motilitas progresif (PR,
40
32
38-42
31-34
%)
Morfologi (%)
Vitality
4
58
3.0-4.0
55-63
70
Daftar Pustaka
Aleida, G, Huppelshcoten dkk. 2013. Do Infertile Woman and their Partners have
Equal experiences with fertility care. Fertile sterile.
ASRM. 2013. Definition of in Infertility and recurrent pregnancy lose: a commite
opinion. Fertile sterile.
Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi Difiore dengn Korelasi Fungsional
Edisi 11. Jakarta: EGC.
71
Guyton, Arthur C dan Hall John. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Kamath, M, Bhattcharya S. 2012. Best Practice and resort clinical obstetric and
gynaecology. P.729-38
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar Junqueira Teks dan Atlas Edisi 12.
Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.
Jakarta: EGC.
WHO. Infertility. 2013.