a.
b.
c.
d.
Cairan limpe,
Cairan cerebrospinal,
Cairan dalam rongga mata,
Cairan dalam rongga-rongga serosa.
Perhitungan dan taksiran menunjukan bahwa 60% berat tubuh
merupakan cairan tubuh, yang terdiri atas : 45% cairan intraseluler, 11%
cairan interstisium, 4% plasma darah.
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada tubuh yang sehat terdapat suatu keseimbangan antara :
Obstruksi Limpatik :
Cairan tubuh sebenarnya berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme
sel.
Sebagian cairan interstisium dengan zat-zat yang melarut akan diserap
lagi melalui dinding
kapiler darah masuk kedalam saluran darah
Sebagian lain, yang mengandung sejumlah protein masuk kedalam saluran
limpe.
Jumlah limpe yang akan mengalir dapat diperbanyak bila :
Tekanan vena meningkat
Dipijat
Pergerakan pasif yang bertambah banyak
Permeabilitas endotel kapiler bertambah
Selama outflow limpe dari daerah terjamin baik, maka tidak akan terjadi
penimbunan cairan dan edema. Apabila terjadi gangguan aliran limpe pada
suatu daerah, maka cairan jaringan akan tertimbun, dinamai limpedema.
#Limpedema misalnya sering terjadi akibat mastektomi radikal untuk
mengeluarkan suatu tumor ganas payudara.
# Edema juga dapat terjadi akibat tumor ganas menyebuk atau
menginfiltrasi kelenjar dan saluran limpe.
# Saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria
dapat menyebabkan edema pada scrotum. Scrotum dan tungkai sangat
membesar dan sering dinamai elephantiasis.
~
~
~
~
4.
Edema Postural
Pada orang yang berdiri terus menerus untuk waktu yang lama, terjadi
edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema ini tidak terjadi bila orang
bergerak aktif, misanya berjalan-jalan karena aktivitas otot ikut membantu
aliran dalam pembuluh limpe.
Tekanan Osmotik Koloid :
Tekanan osmotik koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali
sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotik koloid yang terdapat dalam
darah. Tetapi pada beberapa keadaan tertentu jumlah protein pada jaringan
dapat meninggi, misalnya bila permeabelitas kapiler bertambah. Dalam hal
ini maka tekanan osmotik jaringan dapat menimbulkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan
(tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada
jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata dan alat kelamin luar,
tekanan sangat rendah, karena itu pada tempat tersebut mudah timbul
edema.
Retensi Natrium dan Air:
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam air kemih lebih kecil
dari pada yang masuk (intake), karena konsentrasi natrium meninggi maka
akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan sehingga jumlah
air ekstraseluler, baik yang intravaskuler maupun yang interstisial
bertambah akibatnya jadi edema.
Edema akibat retensi natrium bersifat ekstrarenal (dipengaruhi oleh
saraf) dapat juga disebabkan oleh hormon lain. Pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron, atau
estrogen sering terjadi edema sedikit atau banyak.
C. Kategori Patofisiologi Edema
1. Peningkatan Tekanan Hidrostatik
a. Gangguan aliran vena balik :
~ Gagal jantung kongestif
~ Perikarditis Konstriktif
~ Asites (sirotis hati)
~ Kompresi atau obstruksi vena :
Trombosis
~ Malnutrisi
~ Gastroenteropati yang kehilangan protein
3. Obstruksi Limpatik
~ Inflamasi
~ Neoplastik
~ Pasca pembedahan
~ Pasca radiasi
4. Retensi Natrium
~ Asupan garam berlebih dengan insupisiensi ginjal
~ Peningkatan reabsorsi natrium ditubulus :
Hipoperfusi ginjal
Peningkatan sekresi renin angiotensin aldosteron
5. Inflamasi
~ Inflamasi akut dan kronik
~ Angiogenesis
2.3 DEHIDRASI
A. Pengertian
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air dalam tubuh
berkurang.meskipun yang hilang adalah cairan tubuh tetapi dehidrasi juga
disertai gangguan elektrolit.
Gangguan volume air bisa berupa kekurangan air(dehidrasi), dan
dapat disertai kurangnya natrium (dehidrasi hipotonik) air tubuh lebih
banyak hilang bila suhu badan meningkat. Diare, muntah-muntah, dan
kehilangan air melalui ginjal, kulit, paru, dan saluran cerna.
Keseimbangan Air
Masukan
Pangkalan Air
Pengeluaran
Makanan
Plasma
3000 ml Paru-paru
500 ml
basah dan
2000
cairan
minuman
ml
Air dari
Jaringan
1200 ml Kulit
400 ml
oksidasi dan
500 ml
Insensibel
makanan
kering
Cairan sel
2500
ml
1.
30.000 ml Urina
Feses
Keringat
45.000 ml
B. Penyebab Dehidrasi
Kemiskinan Air (water depletion) atau Dehidrasi Primer
1300 ml
200 ml
100 ml
2500 ml
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesehatan sel dan jaringan tidak hanya bergantung pada sirkulasi yang
utuh untuk mengirimkan oksigen dan membuang sampah, tetapi juga
bergantung pada homeostatis cairan normal. Homeostatis normal mencakup
pemeliharaan kebutuhan dinding pembuluh darah serta tekanan dan
osmolaritas intravaskular dalam kisaran fisiologis tertentu. Perubahan pada
volume, tekanan, atau kandungan protein vaskular atau perubahan pada
fungsi endotel mempengaruhi pergerakan air yang melewati dinding
pembuluh darah. Hal itu disebut dengan edema dan mempunyai
kepentingan yang berbeda bergantung pada lokasinya pada ekstremitas
inferior, edema, terutama menyebabkan pembengkakan dalam paru, edema
menyebabkan alveoli terisi oleh air yang menimbulkan sesak nafas
Kata dehidrasi dipakai pada semua bentuk kehilangan air dan natrium,
tetapi ini tidak berarti kehilangan air dan sebaiknya tidak digunakan untuk
menggambarkan keadaan dimana terjadi redistribusi dan kehilangan air
tubuh sekunder terhadap kehilangan natrium. Jarang terdapat dehidrasi air
saja atau dehidrassi natrium saja, tetapi dapat terjadi dehidrasi kombinasi.
Harus diingat bahwa perubahan dalam simpanan air atau ion-ioin tubuh
umumnya tak perlu terjadi dalam darah yang sama seperti perubahan
konsentrasi plasma.
3.2 SARAN
Keseimbangan cairan dalam tubuh harus benar-benar kita jaga agar
pola intake dan output bisa sesuai jumlahnya, karena bila salah satunya
tidak terpenuhi akan menyebabkan penyakit yang vatal mengancam jiwa
kita.
DAFTAR PUSTAKA
J.M.Gibson MD, 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern, Jakarta : EGC
Dr. Thambayong, Jan, 2000, Patopisiologi untuk Keperawatan,
Jakarta : EGC
Staf Pengajar Bagian Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1973, Patologi, Jakarta : FKUI
Corwin, J, Elizabeth, 2OO9, Buku Saku Patofisiologi Jilid III, Jakarta :
EGC