Anda di halaman 1dari 11

Gangguan Peredaran Cairan Tubuh, Elektroklit dan Darah

Banyak dari aktivitas tubuh di tunjukan pada batasan sempit antara


volume dan komposisi cairan tubuh. sejumlah penyesuaian fisik dan kimiawi
terus menerus di buat untuk menjaga keseimbangan esesnsial dari cairan
dan elektrolit. Jika mekanisme ini terlalu tinggi dan turun akan menyebabkan
penyakit yang serius. Agar fungsi jaringan dapat berjalan normal maka
perlu :
a.
Sirkulasi darah yang baik
b. Keseimbangan antara cairan tubuh intra dan ekstrseluluer
c.
Konsentrasi zat-zat dalam cairan yang tetap termasuk elektrolitelektrolit
Pada tubuh normal hal ini diselenggarakan oleh membran sel endotel
kapiler. Membran sel hidup penting sekali, karena membran ini mempunyai
permeabilitas yang selektif, karena itu membran inilah yang sebenarnya
menyelenggarakan distribusi cairan tubuh.
Seluruh susunan sirkulasi tubuh menyelenggarakan pengangkutan
semua substansi yang dibutuhkan untuk digunakan, maupun yang telah
dibentuk dan harus dibuang. Termasuk ini ialah oksigen, karbondioksida, air,
garam-garam, zat-zat makanan, metabolit-metabolit, hormon-hormon,
panas, dll.
Meskipun darah terletak dalam saluran-saluran tertutup, tetapi selalu
terdapat pertukaran zat melalui endotel kapiler dengan cairan interstisium.
Juga sel mengandung sejumlah air. Sel ini dikelilingi dan dipisahkan dari
aliran darah oleh cairan tubuh.
Pertukaran zat antara cairan tubuh dan cairan intraseluler terjadi
melalui membran sel. Kelainan-kelainan akibat gangguan peredaran cairan
tubuh, darah dan elektrrolit berupa :
a.
Edema
b. Dehidrassi
c.
Defisiensi elektrolit atau kelebihan elektrolit
d. Hiperemi
e.
Perdarahan (hemoragi)
f.
Shock
Gangguan-gangguan yang lain bersifat obstruktif seperti : trombosis,
emboli, dan infark.
Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas air (60% - 70%). Cairan ini
terdapat didalam sel (intraseluler = 45%) dan diluar sel (ekstraseluler =
15%). Yang ekstraseluler dibagi atas : cairan intravaskuler sebagai
plasma
darah
dan cairan
interstisium
Termasuk
cairan
ekstraseluler ialah :

a.
b.
c.
d.

Cairan limpe,
Cairan cerebrospinal,
Cairan dalam rongga mata,
Cairan dalam rongga-rongga serosa.
Perhitungan dan taksiran menunjukan bahwa 60% berat tubuh
merupakan cairan tubuh, yang terdiri atas : 45% cairan intraseluler, 11%
cairan interstisium, 4% plasma darah.
1. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Pada tubuh yang sehat terdapat suatu keseimbangan antara :

Cairan yang masuk dan yang keluar dari tubuh

Distribusi cairan tubuh serta asimilasi normal dan elektrolit


Air masuk kedalam tubuh melalui saluran pencernaan berupa makanan
atau minuman dan hasil oksidasi makanan.Sebaliknya air dikeluarkan melalui
ginjal, saluran pencernaan, saluran pernafasan dan kulit. Dalam jumlah kecil
air juga dikeluarkan berupa sekret tenggorokan, hidung, mulut dan susu.
Adanya pertukaran cairan yang terus menerus menyebabkan air pada tubuh
berada dalam status dinamik. Yang penting ialah konsentrasi partikel-partikel
yang
osmotik
aktif.
Partikel-partikel
inilah
yang
sebenarnya
menyelenggarakan dan merupakan faktor penting dalam hal distribusi air
dalam tubuh. Pertukaran zat antara plasma dan cairan interstisium terjadi
melalui filtrasi dan pembauran (diffusion) melalui sel endotel kapiler darah
yang bersifat semipermeabel, dibawah pengaruh tekanan osmotik.
Sebaliknya elektrolit tidak dapat melewati membran basalis secara
pembauran dan dipengaruhi oleh metabolisme seluler yang aktif.
Faktor lain yang penting adalah ginjal. Ginjal mempunyai fungsi dan
kemampuan untuk menahan dan mengeluarkan air dan elektrolit, agar dapat
diselenggarakan volume, konsentrasi dan pH yang normal pada cairan
tubuh. Untuk menyelenggarakan hal ini, ginjal berada dibawah pengaruh
hormon-hormon hipofisis dan kortex anak ginjal.
2.2 EDEMA (Sembab)
A. Pengertian
Pada umumnya edema berarti meningkatnya volume cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler disertai dengan penimbuan cairan ini dalam
sela-sela jaringan dan rongga serosa. Dapat bersifat setempat atau umum.
Dalam rongga pleura dan rongga pericard normal juga terdapat cairan
sedikit, sekedar untuk membasahi lapisan permukaan. Dalam rongga
pericard misalnya normal terdapat 5-25 ml cairan. Selain itu, bergantung

pada lokasinya pengumpulan cairan dalam rongga tubuh yang berbeda


diberi sebutan yang beragam, seperti :
a. Hydrothorax
b. Hydropericardium
c. Hydroperitoneum atau Ascites
Dengan anasarca dimaksudkan edema umum dengan penimbunan
cairan dalam jaringan subcutis dan rongga tubuh. Juga disebut dropsy.
Penimbunan cairan dalam sel sering dinamai cellular edema. Istilah ini
kurang tepat dan sebaiknya dinamai cellular hyrdation atau hydropic
change.
Edema adalah suatu kelebihan cairan dalam jaringan.normalnya cairan
di dorong kedalam ruang jaringan oleh kekuatan tekanan darah pada arterial
berakhir pada kapiler. Pada ujung vena kapiler, tekanan darah turun dan
protein plasma menggunakan tekanan osmotik yang menarik kembali
cairan.saluran getah bening mengalirkan semua kelebihan cairan.
B. Penyebab Edema

Obstruksi Limpatik :
Cairan tubuh sebenarnya berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme
sel.
Sebagian cairan interstisium dengan zat-zat yang melarut akan diserap
lagi melalui dinding
kapiler darah masuk kedalam saluran darah
Sebagian lain, yang mengandung sejumlah protein masuk kedalam saluran
limpe.
Jumlah limpe yang akan mengalir dapat diperbanyak bila :
Tekanan vena meningkat
Dipijat
Pergerakan pasif yang bertambah banyak
Permeabilitas endotel kapiler bertambah
Selama outflow limpe dari daerah terjamin baik, maka tidak akan terjadi
penimbunan cairan dan edema. Apabila terjadi gangguan aliran limpe pada
suatu daerah, maka cairan jaringan akan tertimbun, dinamai limpedema.
#Limpedema misalnya sering terjadi akibat mastektomi radikal untuk
mengeluarkan suatu tumor ganas payudara.
# Edema juga dapat terjadi akibat tumor ganas menyebuk atau
menginfiltrasi kelenjar dan saluran limpe.
# Saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria
dapat menyebabkan edema pada scrotum. Scrotum dan tungkai sangat
membesar dan sering dinamai elephantiasis.

# Obstruksi saluran limpe dalam thorax oleh tumor menyebabkan


gangguan pengaliran (drainage) limpe pada daerah thorax dan
menimbulkan penimbunan cairan dalam rongga pleura dan rongga
peritoneum, sehingga terjadi hydrothorax dan ascites.
Bila akibat obstruksi, tekanan menjadi sedemikian tinggi hingga ductus
thoracicus robek, maka cairan limpe yang banyak mengandung lemak
masuk kedalam rongga thorax, dinamai chylothorax atau masuk kedalam
rongga peritoneum dinamaichyloperitoneum.
Permeabilitas Kapiler yang bertambah :
Endotel kapiler merupakan suatu membran semipermeabel yang dapat
dilalui oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya
dapat melaluinya sedikit atau terbatas. Tekanan osmotik darah lebih besar
daripada limpe. Daya atau kesanggupan permeabilitas ini bergantung
kepada substansi semen (cement substance) yang mengikat sel-sel endotel
tersebut. Pada beberapa keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin
yang bekerja terhadap endotal, permeabilitas bertambah.
Akibatnya ialah protein plasma keluar dari kapiler, sehingga tekanan
osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotik cairan
interstisium bertambah. Hal ini menyebabkan makin banyak cairan yang
meninggalkan
kapiler
dan
menimbulkan
edema.
Bertambahnya
permeabilitas kapiler dapat terjadi pada :
~ Infeksi berat
~ Reaksi anafilaktik
~ Keracunan akibat obat-obatan atau zat kimiawi
~ Anoxia yang terjadi akibat berbagai keracunan
~ Tekanan vena yang meningkat akibat payah jantung
~ Kekurangan protein dalam plasma akibat albuminuria
~ Retensi natrium dan air pada penyakit ginjal tertentu

~
~
~
~

Edema setempat sering terjadi akibat bertambahnya permeabilitas


kapiler disebabkan oleh radang. Pembengkakan kulit setempat sering terjadi
akibat :
Reaksi alergi
Gigitan atau sengatan serangga
Luka besar
Infeksi atau akibat terkena zat-zat kimiawi yang tajam seperti soda bakar
atau asam-asam keras.
Edema angioneurotik ialah edema setempat yang sering timbul
dalam waktu yang singkat tanpa sebab yang jelas. Sering terjadi pada
anggota tubuh akibat lergi atau neurogen.

Berkurangnya Protein Plasma :


Protein plasma yang berkurang mengakibatkan tekanan osmotik koloid
menurun. Sebagian besar tekanan osmotik ini diselenggarakan oleh albumin.
Biasanya edema akan timbul bila kadar albumin lebih rendah dari 2 gram
per 100 ml. Suatu contoh edema akibat kekurangan albumin ialah edema
nefrotik. Hal ini terjadi akibat penyakit ginjal, sehingga albumin seolah-olah
bocor dan keluar melalui ginjal dalam jumlah besar.
Akibatnya ialah hipoalbuminemi dan pembalikan perbandingan albuminglobulin. Kejadian ini sering ditemukan pada keadaan yang dinamai sindrom
nefrotik, yaitu penyakit ginjal dengan ciri-ciri : Edema, proteinuria terutama
albumin, hipoalbuminemi, hiperlipemi khususnya hipercholesterolemi,
lipiduria.
Edema akibat berkurangnya protein juga dapat terjadi pada kelaparan
dan gizi buruk.
Hipoproteinemi dapat terjadi pula pada penderita penyakit hati, oleh karena
sintesis protein terganggu. Oleh karena itu edema sering sangat nyata pada
penderita cirrhosis hepatis.
Tekanan daerah kapiler yang meninggi (hydrostatic pressure)
Tekanan darah dalam kapiler bergantung kepada :
a. Tonus arteriol
b.
Kebebasan aliran darah dalam vena
c. Sikap tubuh (posture)
d. Temperatur dan beberapa faktor lain.
Tekanan ini merupakan daya untuk menginfiltrasi cairan melalui dinding
kapiler. Tekanan ini biasanya meningkat bila tekanan dalam vena meningkat.
Bila tekanan ini lebih besar daripada tekanan osmotik yang menarik air dari
jaringan maka mengakibatkan edema. Edema akibat tekanan kapiler yang
meninggi dapat terjadi pada :
1. Kongesti Pasif (Passive Congestion)
Akibat obstruksi mekanik pada vena, menyebabkan tekanan darah vena
meningkat, misalnya dapat terjadi pada vena iliaca akibat uterus yang
membesar pada kehamilan. Dalam hal ini edema terjadi pada tungkai.
2. Edema Kardial
Terjadi oleh karena tekanan vena meningkat akibat sirkulasi darah
terganggu karena payah jantung (left heart failure). Edema ini bersifat
sistemik, tetapi yang paling nyata terkena ialah bagian-bagian paling bawah
(dependent part), yaitu kaki pada penderita yang masih dapat berjalan dan
rongga-rongga viscera serta serosa pada penderita yang berbaring terus.
3. Obstruksi Portal
Pada penyakit cirrhosis hepatitis tekanan dalam vena portae meningkat
sehingga megakibatkan cairan dalam rongga peritoneum, yaitu terjadi
ascites.

4.

Edema Postural
Pada orang yang berdiri terus menerus untuk waktu yang lama, terjadi
edema pada kaki dan pergelangan kaki. Edema ini tidak terjadi bila orang
bergerak aktif, misanya berjalan-jalan karena aktivitas otot ikut membantu
aliran dalam pembuluh limpe.
Tekanan Osmotik Koloid :
Tekanan osmotik koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali
sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotik koloid yang terdapat dalam
darah. Tetapi pada beberapa keadaan tertentu jumlah protein pada jaringan
dapat meninggi, misalnya bila permeabelitas kapiler bertambah. Dalam hal
ini maka tekanan osmotik jaringan dapat menimbulkan edema.
Filtrasi cairan plasma juga mendapat perlawanan dari tekanan jaringan
(tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada berbagai jaringan. Pada
jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata dan alat kelamin luar,
tekanan sangat rendah, karena itu pada tempat tersebut mudah timbul
edema.
Retensi Natrium dan Air:
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam air kemih lebih kecil
dari pada yang masuk (intake), karena konsentrasi natrium meninggi maka
akan terjadi hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan sehingga jumlah
air ekstraseluler, baik yang intravaskuler maupun yang interstisial
bertambah akibatnya jadi edema.
Edema akibat retensi natrium bersifat ekstrarenal (dipengaruhi oleh
saraf) dapat juga disebabkan oleh hormon lain. Pada penderita yang
mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron, atau
estrogen sering terjadi edema sedikit atau banyak.
C. Kategori Patofisiologi Edema
1. Peningkatan Tekanan Hidrostatik
a. Gangguan aliran vena balik :
~ Gagal jantung kongestif
~ Perikarditis Konstriktif
~ Asites (sirotis hati)
~ Kompresi atau obstruksi vena :

Trombosis

Tekanan eksterna (misal massa)

Inaktivitas ekstremitas inferior yang lama ditopang


b. Dilatasi arteriolar
~ Panas
~ Disregulasi Neurohumonal
2. Penurunan Tekanan Osmotik Plasma (Hipoproteinemia)
~ Glumerulopati yang kehilangan protein (sindrom nefrotik)
~ Sirosis hati (asites)

~ Malnutrisi
~ Gastroenteropati yang kehilangan protein
3. Obstruksi Limpatik
~ Inflamasi
~ Neoplastik
~ Pasca pembedahan
~ Pasca radiasi
4. Retensi Natrium
~ Asupan garam berlebih dengan insupisiensi ginjal
~ Peningkatan reabsorsi natrium ditubulus :
Hipoperfusi ginjal
Peningkatan sekresi renin angiotensin aldosteron
5. Inflamasi
~ Inflamasi akut dan kronik
~ Angiogenesis
2.3 DEHIDRASI
A. Pengertian
Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai
output yang melebihi intake sehingga jumlah air dalam tubuh
berkurang.meskipun yang hilang adalah cairan tubuh tetapi dehidrasi juga
disertai gangguan elektrolit.
Gangguan volume air bisa berupa kekurangan air(dehidrasi), dan
dapat disertai kurangnya natrium (dehidrasi hipotonik) air tubuh lebih
banyak hilang bila suhu badan meningkat. Diare, muntah-muntah, dan
kehilangan air melalui ginjal, kulit, paru, dan saluran cerna.
Keseimbangan Air
Masukan
Pangkalan Air
Pengeluaran
Makanan
Plasma
3000 ml Paru-paru
500 ml
basah dan
2000
cairan
minuman
ml
Air dari
Jaringan
1200 ml Kulit
400 ml
oksidasi dan
500 ml
Insensibel
makanan
kering
Cairan sel

2500
ml

1.

30.000 ml Urina
Feses
Keringat
45.000 ml

B. Penyebab Dehidrasi
Kemiskinan Air (water depletion) atau Dehidrasi Primer

1300 ml
200 ml
100 ml
2500 ml

Hal ini terjadi karena masuknya air sangat terbatas akibat:


Penyakit yang menghalangi masuknya air
Penyakit mental yang disertai dengan menolak air atau ketakutan akan air
(hidrophobia)
c. Penyakit sedemikian rupa sehingga penderita sangat lemah dan tidak
dapat minum lagi
d. Koma yang terus menerus
Dehidrasi primer juga dapat terjadi pada orang yang mengeluarkan
keringat yang sangat banyak, tanpa mendapat penggantian air. Pada
stadium permulaan water depletion, ion natrium dan chlor ikut menghilang
dengan cairan tubuh, tetapi kemudian terjadi reabsorpsi ion melalui tubulus
ginjal yang berlebihan, sehingga ekstraseluler mengandung natrium dan
chlor berlebihan dan terjadi hipertoni.
Hal ini menyebabkan air akan keluar dari sel sehingga terjadi
dehidrasiintraseluler dan inilah yang menimbulkan rasa haus.selain itu
timbul perangsangan terhadap hipofisis yang kemudian melepaskan hormon
antidiuretik sehingga terjadinya oligura.
Gejala-gejala khas pada dehidrasi primer ialah:
a. Haus
b. Air liur sedikit sehingga mulut kering
c. Oliguria
d. Sangat lemah
e. Timbulnya gangguan mental seperti halusinasi atau delirium
Kematian akan terjadi bila kehilangan air 15% atau 22% total body
water
2.
Dehidrasi Sekunder atau Sodium Depletion
Dehidrasi terjadi karena tubuh kehilangan cairan yang mengandung
elektrolit..istilah ini lebih sesuai dari pada salt depletion untuk memberi
tekanan pentingnya natrium. Kekurangan intake garam biasanya tidak
menimbulkan sodium depletion oleh ginjal, bila perlu dapat mengatur dan
menyimpan natrium.
Sodium depletion sering terjadi akibat keluarnya cairan melalui
saluran pencernaan pada keadaan muntah-muntah dan diare yang parah.
Hilangnya natrium berlebihan melalui air kemih tidak biasa, tetapi
dalam keadaan tertentu dapat juga terjadi pada:
a. Penyakit addison
b. Acidosis yang terjadi akibat diabetes
c. Penyakit ginjal tertentu
Pada penyakit-penyakit ini hilangnya natrium diperberat oleh muntahmuntah.
Akibat sodium depletion terjadi hipotoni ekstrasluler sehingga
tekanan osmotik menurun. Hal ini menghambat dikeluarkannya hormon
antiduretik sehigga ginjal mengeluarkan air, agar tercapai konsentrasi cairan
a.
b.

ekstraseluler yang normal. Akibatnya volume plasma dan cairan interstisium


menurun. Selain itu karena terdapat hipotoni ekstraseluler, air akan masuk
kedalam sel.
Hidrasi seluler ini berbeda dengan keluarnya air dari sel yang terjadi
pada dehidrasi akibat water depletion.oleh karena terjadi hipotoni intrseluler
maka keadaan ii tidak timbul rasa haus.
Gejala-gejala lain terdiri atas:
a. Nausea
b. Muntah-muntah
c. Kekejangan
d. Sakit kepala
e. Perasaan lesu dan lelah
Akibat menurunnya volume darah maka cardiac output menurun,
sehingga tekanan darah juga ikut menurun menyebabkan pingsan jika berdiri
lama dan filtrasi glomerulus menurun, sehingga menjadi penimbunan
menurun. Air kemih biasanya tidak mengandung natriumkelorida, selain itu
juga terjadi gangguan keseimbangan asam-basa dan hemokonsentrasi
kematian dapat terjadi karena kegagalan aliran perifer.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesehatan sel dan jaringan tidak hanya bergantung pada sirkulasi yang
utuh untuk mengirimkan oksigen dan membuang sampah, tetapi juga
bergantung pada homeostatis cairan normal. Homeostatis normal mencakup
pemeliharaan kebutuhan dinding pembuluh darah serta tekanan dan
osmolaritas intravaskular dalam kisaran fisiologis tertentu. Perubahan pada
volume, tekanan, atau kandungan protein vaskular atau perubahan pada
fungsi endotel mempengaruhi pergerakan air yang melewati dinding
pembuluh darah. Hal itu disebut dengan edema dan mempunyai
kepentingan yang berbeda bergantung pada lokasinya pada ekstremitas
inferior, edema, terutama menyebabkan pembengkakan dalam paru, edema
menyebabkan alveoli terisi oleh air yang menimbulkan sesak nafas
Kata dehidrasi dipakai pada semua bentuk kehilangan air dan natrium,
tetapi ini tidak berarti kehilangan air dan sebaiknya tidak digunakan untuk
menggambarkan keadaan dimana terjadi redistribusi dan kehilangan air
tubuh sekunder terhadap kehilangan natrium. Jarang terdapat dehidrasi air
saja atau dehidrassi natrium saja, tetapi dapat terjadi dehidrasi kombinasi.
Harus diingat bahwa perubahan dalam simpanan air atau ion-ioin tubuh
umumnya tak perlu terjadi dalam darah yang sama seperti perubahan
konsentrasi plasma.
3.2 SARAN
Keseimbangan cairan dalam tubuh harus benar-benar kita jaga agar
pola intake dan output bisa sesuai jumlahnya, karena bila salah satunya
tidak terpenuhi akan menyebabkan penyakit yang vatal mengancam jiwa
kita.

DAFTAR PUSTAKA
J.M.Gibson MD, 1996, Mikrobiologi dan Patologi Modern, Jakarta : EGC
Dr. Thambayong, Jan, 2000, Patopisiologi untuk Keperawatan,
Jakarta : EGC
Staf Pengajar Bagian Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 1973, Patologi, Jakarta : FKUI
Corwin, J, Elizabeth, 2OO9, Buku Saku Patofisiologi Jilid III, Jakarta :
EGC

Anda mungkin juga menyukai