Anda di halaman 1dari 12

Nama : Fauzi Taufiq Akbar

NIM : 30201203256

TOPIK KHUSUS STRUKTUR

Soal 1. Kolom Dengan Beban Sentris Dan Kolom Dengan Beban Eksentris
Berdasarkan posisi beban, kolom dibedakan menjadi 2 yaitu kolom dengan beban sentris dan
kolom dengan beban eksentris. Kolom dengan beban sentris mengalami gaya aksial dan tidak
mengalami momen lentur. Keruntuhan kolom dapat terjadi pada beton hancur karena tekan
atau baja tulangan leleh karena tarik. Kolom pendek adalah kolom yang runtuh karena
materialnya, yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton. Kolom langsing adalah
kolom yang runtuh karena tekuk yang besar. Perencanaan kolom didasarkan pada dua kondisi
yaitu :
1.Kolom Pendek dengan Beban Sentris
Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah kontribusi beton
yaitu (Ag Ast) 0,85 f c dan kontribusi baja tulangan yaitu Ast fy, dimana Ag luas
penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja.
Pada kenyataannya, beban eksentrisitas sebesar nol sangat sulit terjadi dalam struktur
aktual. Hal tersebut disebabkan karena ketidak tepatan ukuran kolom, tebal plat yang
berbeda dan ketidaksempurnaan lainnya. Batas eksentrisitas minimal untuk kolom
sengkang dalam arah tegak lurus sumbu lentur adalah 10% dari tebal kolom dan 5% untuk
kolom bulat (E.G Nawy., 1998)
2. Kolom Dengan Beban Eksentris
Kolom yang menahan beban eksentris mengakibatkan baja pada sisi yang tertarik
akan mengalami tarik dengan garis netral dianggap kurang dari tinggi efektif penampang
(d). Apabila angka kelangsingan

klu/r

22

maka

tergolong

kolom

pendek.

Berdasarkan regangan yang terjadi pada baja tulangan yang tertarik, kondisi awal
keruntuhan digolongkan menjadi dua yaitu :
a. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik dimana

Pn< Pnb.

b. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton dimana

Pn> Pnb.

Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh bersamaan dengan
regangan beton. Beton mencapai kekuatan maksimum f c pada saat regangan desak beton
maksimal mencapai 0,003. Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan dua cara
antara lain :
1. Metode Pendekatan Diagram Pn - Mn
Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi
beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman. Diagram
interaksi tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah keruntuhan tekan dan
daerah keruntuhan tarik dengan pembatasnya adalah titik balance. Tulangan dipasang
simetris untuk mempermudah pelaksanaan, mencegah kekeliruan dalam penempatan
tulangan tarik atau tulangan tekan dan mengantisipasi perubahan tegangan akibat
beban gempa.
2. Metode Pendekatan Whitney
Persamaan-persamaan yang disarankan Whitney dugunakan sebagai solusi alternatif
dengan cara coba-coba walaupun tidak selalu konservatif khususnya apabila beban
rencana terlalu dekat dengan beban balance.
Soal 2. Mutu Beton Karakteristik
Beton dengan mutu K-400 menyatakan kekuatan tekan karakteristik minimum adalah 400
kg/cm2 pada umur beton 28 hari, dengan menggunakan kubus beton ukuran 15x15x15 cm.
Mengacu pada PBI 71 yang merujuk pada standar eropa lama
.
Contoh :
K. 400, kekuatan tekan beton = 400 kg/cm2, dengan benda uji kubus 15 x 15 x 15
Fc = 40 MPa = kekuatan tekan beton = 40 Mpa, dengan benda uji silinder diameter 15 cm tinggi
30 cm

Berikut tabel konversi dari mutu beton fc ke beton K.

Tabel Konversi Mutu Beton


note :
Nilai praktis untuk padanan mutu beton antara PBI dan SNI

Faktor konversi benda uji kubus ke silinder = 0,83

Konversi satuan Mpa ke kg/cm2 ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2

atau 1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2


( jika ditetapkan secara khusus oleh Konsultan Desain )
Contoh :
1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2
fc. 5 Mpa setara dengan = (5x10) / 0,83 = 50 / 0,83 = 60,24 kg/cm2
K. 100 kg/cm2 setara dengan = (100/10) x 0.83 = 10 x 0,83 = 8,3 Mpa
( cara praktis )
Tabel diatas merupakan contoh yang bisa dijadikan sebagai acuan dalam menentukan mutu beton
dalam pelaksanaan terkait dengan pemahaman antara Kualitas Beton dengan fc ( Mpa ) dan K
( kg/cm2 ).
Untuk mengetahui kepastian komposisi campuran dan kualitas yang diinginkan bisa dilakukan
uji laboratorium Mix Design ( penyelidikan material ) serta melakukan slump tes.

Penentuan nilai Fc bisa juga didasarkan pada hasil pengujian pada nilai fck yang didapat dari
hasil uji tekan benda uji kubus bersisi 150 mm.
Dalam hal ini fc didapat dari perhitungan konversi berikut ini :
Fc=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
Atau perbandingan kedua benda uji ini, untuk kebutuhan praktis bisa diambil
berkisar 0,83(sebagaimana penjelasan diatas).
Contoh :
K.300 (kg/cm2) ------> MPa. Dengan mengalikan 0,098 ==> fck = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
Konversi K ke Fc sebagai berikut :
Fc=(0,76+0,2 log (fck/15) fck
K 300 = 300 kg/cm2 = ............MPa ;
1 MPa = (100/9,81) kg/cm2 ; gravitasi = 9.81 m/s2
1. K.300 = 300 x 0,098 = 29,4 MPa
2. K.300 = (0,76 + (0,2xlog(29,4/15)))x29,4 = 24,06 MPa
Soal 3. Mutu Beton fc' = 40 MPa
Beton dengan mufu fc' 40 menyatakan kekuatan tekan minimum adalah 40 MPa pada umur
beton 28 hari, dengan menggunakan silinder beton diameter 15 cm, tinggi 30 cm.
Mengacu pada standar SNI 03-2847-2002 yang merujuk pada ACI (American Concrete
Institute).
MPa = Mega Pascal ; 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2.
Soal 4. Faktor Air Semen
Dalam pembuatan beton, air merupakan salah satu faktor penting, karena air bereaksi dengan
semen akan menjadi pasta pengikat agregat. Air berpengaruh terhadap kuat tekan beton, karena
kelebihan air akan menyebabkan penurunan pada kekuatan beton itu sendiri. Selain itu kelebihan
air akan mengakibatkan beton mengalami bleeding, yaitu air bersama-sama semen akan bergerak
ke atas permukaan adukan beton segar yang baru saja dituang. Hal ini akan menyebabkan
kurangnya lekatan beton antara lapis permukaan (akibat bleeding) dengan beton lapisan di
bawahnya. Kurangnya lekatan antar dua lapisan tersebut merupakan area yang lemah. Air pada
campuran beton akan berpengaruh terhadap sifat workability adukan beton, besar kecilnya nilai
susut beton, kelangsungan reaksi dengan semen portland sehingga dihasilkan kekuatan selang
beberapa waktu, dan peranan air sangat mendukung perawatan adukan beton diperlukan untuk
menjamin pengerasan yang baik.

Air untuk pembuatan beton minimal memenuhi syarat sebagai air minum yaitu tawar, tidak
berbau, bila dihembuskan dengan udara tidak keruh dan lain-lain, tetapi tidak berarti air yang
digunakan untuk pembuatan beton harus memenuhi syarat sebagai air minum.
Penggunaan air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut ini,
(Tjokrodimulyo, 2007):
1)

Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr.

2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik) lebih dari
15 gr/ltr.
3)

Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr.

Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat antara air dan semen Portland di dalam
campuran adukan beton. Dalam praktek pembuatan beton nilai fas berkisar antara 0,4 sampai
dengan 0,6. Hubungan antara faktor air semen dan kuat tekan beton secara umum dapat ditulis
menurut Abrams (dalam Tjokrodimulyo, 2007) dengan persamaan :
fc = A/Bx
dimana ;
fc = Kuat tekan beton (MPa)
x = Perbandingan volume antara air dan semen (fas)
A, B = Konstanta
Semakin tinggi nilai FAS (Faktor Air Semen) pada campuran beton maka nilai kuat tekan dan
modulus elastisitas akan semakin rendah. Hubungan antara kuat tekan dengan modulus elastisitas
beton pasca bakar yaitu semakin tinggi nilai kuat tekannya, maka semakin tinggi pula modulus
elastisitasnya.
Soal 5. Faktor apa saja yang Mempengaruhi Kekuatan Beton
Kekuatan beton terutama dipengaruhi oleh banyaknya air dan semen yang digunakan atau
tergantung pada faktor air semen dan derajat kekompakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kekuatan beton :
- Perbandingan berat air dan semen (factor air semen)
Fungsi dari faktor air semen yaitu :
- Untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya
pengerasan
- Sebagai pelicin campuran kerikil, pasir dan semen agar lebih mudah dalam pencetakan
beton. Kekuatan beton tergantung pada perbandingan faktor air semennya. Semakin
tinggi nilai FAS, semakin rendah mutu kekuatan beton, namun demikian, nilai FAS
yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Ada

batas batas dalam hal ini, nilai FAS yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam
pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang pada akhirnya akan
menyebabkan mutu beton menurun. Umumnya nilai FAS minimum yang diberikan
sekitar 0.4 dan maksimum 0.65 (Tri Mulyono, 2004). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa hampir untuk semua tujuan, beton yang mempunyai faktor air semen minimal
dan cukup untuk memberikan workabilitas tertentu yang dibutuhkan untuk pemadatan
yang sempurna tanpa pekerjaan pemadatan yang berlebihan, merupakan beton yang
terbaik. (L.J. Murdock and K.M. Brooks, 1979)
- Type dan gradasi agregat
- Kualitas semen
- Perawatan (curing)
Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton meningkat sejalan
dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton mencapai kekuatan maksimal. Nilai
kuat tekan beton diukur dengan membuat benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan
kuat tekan pada benda uji kubus dan silinder relatif berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder
dan kubus menurut ISO Standard 3893 1977 disajikan pada tabel.
Tabel Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus
Kuat tekan
silinder
2
(Mpa)
Kuat tekan
kubus
2.5

10

12 16 20 25 30 35

4
0

45 50

7.5

10

12.
5

15 20 25 30 35 40

4
5

50 55

(Mpa)

Pada umumnya, beton mencapai kuat tekan 70% pada umur 7 hari, dan pada umur 14 hari,
kekuatannya mencapai 85 90% dari kuat tekan beton umur 28 hari.
Pengukuran kuat tekan beton didasarkan pada SK SNI M14-1989-F (SNI 03-1974-1990).
Pembebanan pada pengujian kuat tekan termasuk pembebanan statik monotorik dengan
menggunakan Compressive Test. Beban yang bekerja akan terdistribusi secara kontinue melalui
titik berat.
f'cr = P / A
f'cr = kuat tekan beton rata-rata
P = beban
A = luas penampang
Kuat tarik beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih muda dan berkisar
seperduapuluh pada umur sesudahnya. Nilai kuat tekan dan tarik bahan beton tidak berbanding

lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai bahwa nilai kuat tarik bahan beton normal hanya
berkisar antara 9% - 15% dari kuat tekannya. Nilai pendekatan yang diperoleh dari hasil
pengujian berulangkali mencapai kekuatan 0.50 0.60 kali fc, sehingga untuk beton normal
digunakan nilai 0,57 fc.
Pengamatan kuat tarik beton khususnya pada beton bertulang sangat penting pada penentuan
kemungkinan pencegahan keretakan akibat susut dan perubahan panas. Sedang untuk beton tidak
bertulang, hasil pengujian ini dimanfaatkan dalam perencanaan konstruksi jalan raya dan
lapangan terbang serta untuk beton prategang.
Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tarik beton adalah dengan pengujian kuat tarik belah
sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991). Spesimen yang digunakan adalah silinder
dan ditekan oleh dua plat paralel pada arah diameternya.
Kuat tarik belah dihitung dengan rumus :
f'ct = 2P/ LD
Dimana : fct = kuat tarik belah (Mpa)
P = beban uji maksimum (N)
L = Panjang benda uji (mm)
D = Diameter benda uji (mm)
Soal 6. Berapa kekuatan tarik lentur beton K350 menurut SNI
Soal 7. Apa Fly Ash (Abu Terbang)
Fly ash merupakan satu bahan tambah (additive) yang saat ini digunakan sebagai :
Pengganti sebagian semen dalam campuran beton
Bahan untuk stabilitasi tanah ekspansif
Definisi SNI 03-6414-2002 mendefinisikan pengertian fly ash/abu terbang :
Abu terbang adalah limbah / sisa-sisa pembakaran batu bara pada tungku
pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk halus, bundar dan bersifat pozolanik yang
dialirkan dari ruang pembakaran melalui ketel berupa semburan asap, yang telah
digunakan sebagai bahan campuran pada beton. Fly ash atau abu terbang tidak memiliki
kemampuan mengikat (non-cementitious) seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran
air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silica yang dikandung oleh abu terbang akan
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida (dengan kelembaban yang cukup dan
dalam suhu kamar) yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang
memiliki kemampuan mengikat (cementitious).
Fly ash terutama terdiri atas senyawa silicate glass yang mengandung silica (Si),
alumunia (Al), ferrum (fe), dan kalsium (Ca). Kandungan kecil senyawa lain yang terdapat
dalam fly ash adalah magnesium (Mg), sulfur (S), sodium (Na), potassium (P) , dan
karbon (C). Kandungan bahan berbahaya yang ada dalam fly ash antara lain : arsenic,

berilium, boron, cadmium, chromium, cobalt, lead, mangan, merkuri, setenium, stronrium,
thallium, vanadium, juga mengandung dioksin dan senyawa PAH (polycyclic aromatic
hydrocaribon).
Fly ash umumnya terdiri dari partikel solid yang berbentuk bulat, dan sebagian
adalah partikel bulat berongga serta partikel bulat yang berisi partikel-partikel bulat lain
yang lebih kecil.

~ Kegunaan Silica Fume


Silica fume merupakan produk sampingan (biproduct) dari suatu proses industri
silicon metal. Silica fume mengandung kadar SiO2 yang tinggi dan merupakan bahan
sangat halus, berbentuk butiran, sangat kecil, dan biasanya disebut dengan mikro silika.
Ukuran butirannya 100 kali lebih halus dibandingkan butiran semen. Silica fume
mengandung unsur SiO2 lebih dari 85% dengan demikian silica fume dapat dikategorikan
sebagai pozzoland.
Terdapat kelebihan tersendiri apabila kita menggunakan silica fume dalam proses
pembuatan beton mutu tinggi, kelebihan tersebut antara lain:
1. Meningkatakan workabilitas untuk jangka waktu yang lama
2. Meningkatkan stabilitas dan keterpaduan campuran beton segar
3. Ketahanan beton meningkat drastis
4. Air resapan pada beton banyak berkurang
5. Gas didalam beton banyak berkurang
6. Peningkatan yang besar ketahanan terhadap karbonasi
7. Perembesan klorid dalam beton banyak berkurang
8. Kekuatan awal dan akhir yang tinggi
(Technical data sheet SikaFume, PT Sika Indonesia)
Soal 8. Uji Yang Dilakukan Pada Pelaksanaan Pekerjaan Beton

1. Pengetesan Beton ( Slump Test )


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air beton/ kelecakan beton yang
berhubungan dengan mutu beton. Dalam proyek tempat penulis kerja praktek, nilai
slump yang dipakai yaitu 12 2 cm untuk struktur atas dan 16-18 2 cm untuk struktur
bawah dengan penambahan integral waterproofing. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan kerucut abrams. Cara pengujiannya adalah sebagai berikut.
a)
Peralatan uji slump yaitu kerucut abrams disiapkan dengan ukuran diameter atas 10
cm dan diameter bawah 20 cm, serta tinggi 30 cm. Tongkat baja dengan panjang 60 cm
dan diameter 16 mm.

b)
Kerucut abrams diletakkan pada bidang rata dan datar namun tidak menyerap air,
biasanya menggunakan alas berupa tripleks.
c)
Kemudian adukan beton dimasukkan dalam tiga lapis yang kira-kira sama tebalnya,
dan setiap lapis ditusuk 25-30 kali dengan menggunakan tongkat baja supaya adukan
yang masuk dalam kerucut lebih padat.
d) Adukan yang jatuh disekitar kerucut dibersihkan, lalu permukaannya diratakan dan
kerucut ditarik vertikal dengan hati-hati.
e)
Kerucut abrams dibuka dan penurunan puncak kerucut diukur terhadap tinggi
semula.
f)
Hasil pengukuran inilah yang disebut nilai slump dan merupakan nilai kekentalan
dari adukan beton tersebut.
g) Adukan beton dengan hasil slump yang tidak memenuhi syarat tidak boleh
digunakan.
Slump Test (cm)
Mutu
Beton
K- 350
K- 400

Tanpa
IntegralWaterpro
ofing
12 2
12 2

Dengan Integral
Waterproofing
16 s/d 18 2
16 s/d 18 2

Tabel 1.1Hasil Pengujian Slump Test

Gambar 1.2 Slump Test


2.)

Tes Uji Kuat Tekan ( Compression Test / Crushing Test )

Tes uji kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton karakteristik
( kuat tekan maksimum yang dapat diterima oleh beton sampai beton mengalami
kehancuran ), serta dapat menentukan waktu untuk pembongkaran bekisting balok dan
pelat lantai.
Cara pengujian :
a)

Silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dipersiapkan.

b)
Cetakan silinder diletakkan pada pelat atas baja yang telah dibersihkan dan sisi
dalamnya diolesi minyak pelumas seperlunya untuk mempermudah pelepasan beton dari
cetakannya.
c) Adukan beton yang dipakai pada pengujian slump test dimasukkan ke dalam
cetakan yang dibagi dalam tiga lapisan yang sama.

Gambar 1.3 Adukan Beton dari Slump Test digunakan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton
d)

Adukan beton ditusuk- tusuk sebanyak 10 kali tiap lapisan.

e)

Bagian atasnya diratakan dan diberi kode tanggal pembuatan.

Gambar 1.4 Tata Cara Penandaan Benda Uji


f)

Didiamkan selama 24 jam dan direndam dalam air (curing) selama waktu tertentu,
kemudian diserahkan ke laboratorium untuk dilakukan pengetesan beton pada
usia 4, 14, dan 28 hari.

g)

Tes uji beton dilakukan dengan mesin uji tekanyang dilakukan di batching plant.

h)

Ambil benda uji dari bak perendam yang direndam selama 4, 14, dan 28 hari,
bersihkan dengan kain untuk menghilangkan kotoran yang menempel.

i)

Menimbang berat benda uji dan menghitung luas permukaannya.

j)

Benda uji diletakkan pada mesin tekan secara sentris.

k)Mesin tekan dioperasikan dengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2 per detik.
l)
Pembebanan dilakukan sampai benda uji menjadi hancur kemudian mencatat beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

Persentase Kekuatan Beton


Mutu
Nilai Kuat Tekan rata-rata
Umur Tes
Beton
(Kg/cm)

(%)

K- 400
K- 350

125
116

28 Hari
28 Hari

501,88
406,14

Tabel 1.5Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton


Untuk mencari kuat tekan beton dari hasil pengujian, digunakan rumus:
Rumus kuat tekan beton = ((Bacaan Pd Dial x101,97) / (Luas penampang tekan)) : 0,83
Keterangan

1KN

Angka Konversi Silinder

= 101,97 kg
= 0,83

Dari tabel 6.2 dapat disimpulkan bahwa beton yang diproduksi memenuhi
spesifikasi yang telah disyaratkan Peraturan Beton Indonesia
( SNI.2 1971 ), bahwa
pada umur beton 28 hari, maka persentase kekuatan beton mencapai 100%.

Gambar 1.6 Pengujian Kuat Tekan Beton

Pemilihan mutu beton seperti dalam spesifikasi bahan dimaksudkan agar tidak
mengalami pemborosan biaya serta aman untuk digunakan. Mutu beton ini juga harus
disesuaikan dengan yang diinginkan pemilik yaitu yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-syarat teknis.

Anda mungkin juga menyukai