Anda di halaman 1dari 26

I.

Deskripsi Kasus
Anamnesa
Pasien pria, datang ke RSGM Maranatha dengan keluhan gigi
depan rahang atas dan rahang bawah tidak beraturan. Selain itu
pasien tidak dapat menggigit pada bagian gigi depan karena tidak
kontak sehingga mengganggu saat digunakan untuk mengunyah dan
pasien merasa kurang percaya diri.
Kesehatan Umum : Pasien dalam keadaan baik. Pasien tidak
memiliki kelainan sistemik.
Keadaan Umum :
K: compos mentis
N: 84 x/menit
R: 24 x/menit
S: afebris
T: 120/80 mmHG
Riwayat Penyakit Gigi :

Periode gigi sulung


o Gigi rampan karies - tidak
o Karies pada sela-sela gigi - tidak
o Gigi pernah trauma - tidak
o Mulai erupsi 3th tumbuh semua

Periode gigi campuran


o Saat gigi sulung goyah, apakah dicabut ke dokter - tidak
o Gigi persistensi - tidak
o Karies besar - tidak
o Sisa akar gigi - tidak
o Gigi permanen telat tumbuh - tidak

Periode gigi permanen


o Karies - tidak
o Gigi pernah dicabut ya, belakang kiri bawah
o Gigi impaksi - tidak
o Trauma - tidak

Riwayat Penyakit Sekarang :


Riwayat penyakit, perawatan rumah sakit, operasi, penggunaan
obat, trauma dental disangkal.
Riwayat Penyakit Terdahulu :
Riwayat penyakit demam berdarah 10 tahun lalu, perawatan
rumah sakit 10 tahun lalu, operasi disangkal, penggunaan obat
demam berdarah, trauma dental disangkal, kebiasaan buruk
mengedot sampai usia 7 tahun, durasi 5 menit, frekuensi 1 kali
sehari, intensitas mengedot dengan kencang.
Pemeriksaan Ekstra Oral :

Gambar 1. Foto ekstra oral pasien. A. Tampak depan,


B. Tampak samping, dan C. Tersenyum
1
.
2

Tipe muka

simetris dan normal (86,64)

Profil muka

Cembung

.
3
.
4
.
5
.
6
.

Bibir

Hipertonus

Relasi bibir

terbuka

TMJ

Clicking (+) pada TMJ kanan dan kiri


sakit
Deviasi ke kiri

Kelainan lain

Pemeriksaan Intra Oral

Gambar 2. Foto intra oral pasien. A. Tampak


depan, B. Tampak samping kanan, C.
Tampak lateral kiri, D. Tampak oklusal
rahang atas, E. Tampak oklusal rahang
bawah
1.
2.

OH (Oral Hygiene)
Plak

3.

Kalkulus

4.
5.
6.
7.
8.

Frenulum labii
Lidah
Palatum
Tonsil
Garis median

Sedang
RA : regio anterior labial
RB : lingual ar/31,32,41,42
RA : tidak ada
RB : lingual ar/31,32,41,42
Normal
Besar
Normal
Normal
Sesuai

9.

Overbite

Open bite (kanan -3 mm dan kiri -3

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Overjet
Crossbite
Diastema
Kurva spee
Erupsi
Jumlah gigi
Penutupan mandibula
Open bite anterior

mm)
(kiri 1 mm dan kanan 1 mm)
14/45 15/46 16/46 17/47
1 mm 33-34 ; 5 mm 35-37
Kanan Normal, kiri >1,5 mm
Normal
Normal
Deviasi ke kiri
11/41 , 21/31 ,12/42 , 22/32 , 13/44

Odontogram Pasien

Keadaan Malposisi Gigi


Gigi
Gigi
11
21
12
22
13
23
14
24
15
25
16
26
17
27
18
28

Malposisi
Malposisi
Rotasi
(mesiolabial), labioversi
Normal
Rotasi(mesiolabial),
palatoversi
Rotasi (mesiopalatal)

TAK (mesiopalatal)
Rotasi
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
bukoversi
mesiobukoversi
Uneruption
Uneruption
Gigi
41
42
43
44
45
46
47
48

Malposisi
Rotasi (mesioligual)
TAK
TAK
TAK
Rotasi mesiobukal
TAK
mesioversi
TAK

Analisis Model

Gambar 3. Model studi pasien. A. Tampak lateral


kanan, B. Tampak depan, C. Tampak
lateral kiri, D. Tampak oklusal rahang
atas, E. Tampak oklusal rahang bawah.
Overbite

Kanan: -3 mm
Kiri: -3 mm

Crossbite
Diastema RB

14/45 15/46 16/46 17/47

Relasi molar kanan


Relasi kaninus kanan
Garis median RA
Garis median RB

Overjet

1 mm 33-34
5 mm 35-37
Kelas I Angle
Kelas I
Bergeser ke kanan
Bergeser ke kiri

Kanan: 1 mm
Kiri: 1 mm

Relasi molar kiri


Relasi kaninus kiri

Kelas I

Pemeriksaan Sagital dan Transversal


Sagital Rahang Atas
21 lebih mendekati midline
sebesar 01 mm dibanding 11
22 lebih medekati midline sebesar
1 mm dibanding 12
23 lebih medekati midline sebesar
1 mm dibanding 13
24 lebih menjauhi midline sebesar
2 mm dibanding 14

Transversal Rahang Atas


11 lebih ke posterior sebesar 2 mm
dibanding 21
12 dan 22 simetris
13 lebih ke posterior sebesar 1 mm
dibanding 23
14 dan 24 simetris

25 lebih menjauhi midline sebesar


3 mm dibanding 15
26 lebih menjauhi midline sebesar
5 mm dibanding 16
27 lebih menjauhi midline 4 mm
dibanding 17

15 dan 25 simetris
16 dan 26 simetris

Sagital Rahang Bawah


31 lebih menjauhi midline sebesar 1
mm dibanding 41
32 lebih mendekati midline sebesar
0,5 mm dibanding 42
33 lebih mendekati midline sebesar 3
mm dibanding 43
34 lebih mendekati midline sebesar 2
mm dibanding 44
35 lebih mendekati midline sebesar 2
mm dibanding 45
36 lebih mendekati midline sebesar 7
mm dibanding 46

Transversal Rahang Bawah


31 lebih ke anterior sebesar 3,5 mm
dibanding 41
32 lebih ke posterior sebesar 0,5 mm
dibanding 42
33 lebih ke posterior sebesar 2,5 mm
dibanding 43
34 lebih ke posterior sebesar 2 mm
dibanding 44
35 lebih ke posterior sebesar 2 mm
dibanding 45
36 lebih ke posterior sebesar 5 mm
dibanding 46

ALD (Arch Length Discrepancy)/Perbedaan Panjang Lengkung


Panjang lengkung rahang RA:
25 8,5

18

18

26

Panjang lengkung gigi RA :


10,5 7 8,5 8,5 7,5 10 | 10

8 7:

104,5 mm

105,5 mm

selisih
:
- 1 mm
(kekurangan ruangan sebesar 1 mm)
Panjang lengkung RB :
29

7,5

12

12

21,5

89,5 mm

Panjang lengkung gigi RB :


13

8 7,5 6,5 5

| 6

7,5

8 8 :

83

mm

selisih :
6,5 mm
(kelebihan ruangan sebesar 6,5 mm)

Analisis Bolton (Tooth Size Discrepancy)


Mand 6

x 100 = 38,5

Maks 6

153

Mand 12 x 100 = 83
Maks 12

x 100 = 72,6 (rata-rata = 77,2 : SD = 1,65 )

x 100 = 78,6 (rata-rata = 91,3 : SD = 1,91)

105,5

Rasio anterior lebih besar dari 77,2 berarti terdapat kelebihan


ukuran mesial distal gigi maksila dibandingkan dengan yang seharusnya
(mandibula benar). Rasio keseluruhan kurang dari 91,3 berarti terdapat
kelebihan ukuran mesial distal gigi maksila dibandingkan dengan yang
seharusnya (mandibula benar).
Pasien (mm)
Mand. 6
Maks. 6
Mand. 12
Maks. 12

38,5
53
83
105,5

Seharusnya
(mm)
38,5
50
83
91

Selisih (mm)
0
3
0
14,5

Kelebihan ukuran keenam gigi maksila sebesar 3 mm dan


kelebihan ukuran dua belas gigi maksila sebesar 1 mm.
Analisis Howes
1. Indeks Howes
100 x basis apical

= 100 x 50 mm

jumlah mesiodistal 16-26

=47,39 %

105,5

2. Lebar lengkung gigi (puncak bonjol 14-24)


Lebar lengkung rahang (basis apical)
Selisih

= 47

mm

= 50

mm

=3

mm

Dari hasil perhitungan indeks howes 47,39% yang artinya basis


apical masih dapat mengakomodir lengkung gigi, sehingga masih dapat

dilakukan ekspansi. Lebar lengkung rahang lebih besar 3 mm disbanding


lebar lengkung gigi sehingga pasa pasien dapat dilakukan ekspansi ke
lateral sebesar 3 mm.
Analisis Pont
1.

Lebar Mesiodistal

35,5

mm

Jarak distal pit 14 24

40,5

mm

Jarak sentra fossa 16 26

50

mm

2. indeks Pont 14-24 = jumlah MD 12 11 21 22 x 100 = 35,5 x 100


= 44,4 mm
80

80

3. indeks Pont 16-26 = jumlah MD 12 11 21 22 x 100 = 35,5 x 100


= 55,46 mm
64

14 - 24
16 - 26

Pasien (mm)

Pont (mm)

40,5
50

44,4
55,46

64
Selisih (mm)
-

3,9
5,46

Regio 14 24 dan 16 26 mengalami konstriksi sebesar 3,9 mm dan


5,46 mm.

DIAGNOSA
Klasifikasi Angle

Hubungan molar kanan kelas I Angle


Hubungan kaninus kanan dan kiri kelas I Angle

Klasifikasi Skeletal
Diagnosis

Maloklusi Angle Kelas I Angle tipe 1,3 dan 4 disertai, open

Etiologi maloklusi

bite 11/41 21/31 12/42 22/32 13/44


Ukuran lengkung rahang lebih kecil daripada lengkung gigi,
kebiasaan buruk mengedot, missing teeth

DAFTAR MASALAH (Klasifikasi Proffit-Ackerman)


1. Proporsi wajah dan
estetika
2. Kesejajaran dan lengkung
gigi
3. Hubungan transversal
4. Hubungan sagital
5. Hubungan vertikal

- Profil wajah cembung


- Crowding RA & RB
Crossbite ar/ 14/45 15/46 16/46 17/47
Tidak ada kelainan
- Overbite dalam (kanan 3 mm, kiri
3 mm)

RENCANA PERAWATAN :
1.

Oral hygiene instruction

2.

Profilaksis rahang atas dan skeling rahang bawah

3.

Pro/ penggunaan oklusal splint untuk menterapi TMJ yang sakit

4.

Pro/ penggunaan alat ortodontik cekat rahang atas dan rahang


bawah

II.

Identifikasi Masalah
1. Jelaskan definisi anterior open bite!
2. Sebutkan dan jelaskan etiologi anterior open bite !
3. Jelaskan perawatan kasus anterior open bite !
4. Jelaskan definisi crossbite !
5. Sebutkan etiologi crossbite !
6. Sebutkan klasifikasi crossbite!
7. Jelaskan perawatan crossbite !
8. Landasan Teori dan Refleksi Kasus
1. Definisi open bite
Kondisi dimana mahkota insisif rahang atas tidak menyentuh
mahkota gigi insisif rahang bawah saat mandibular berada pada
oklusi sentrik.1

10

2. Etiologi open bite


a.

Menghisap lidah dan jari dan penggunaan dot2


Pada anak-anak etiologi anterior open bite adalah non nutritive
sucking, sedangkan pada remaja etiologinya lebih banyak dari
factor

skeletal

dan

lingkungan.

Kebiasaan

buruk

yang

berlangsung lama akan menyebabkan maloklusi, 10-15% anak


akan melanjutkan kebiasaan buruk seperti menghisap jari, tangan
atau objek lain sampai menginjak Sekolah Dasar. Johnson dan
Larson menggunakan istilah NNS (nonnutritive sucking) untuk
menjelaskan kebiasaan mengedot dan menggigit benda asing.
Setiap anak memiliki kecenderungan untuk menghisap karena
adanya faktor lingkungan. Anak yang memiliki kebiasaan
menghisap jari memiliki ciri khas anterior open bite yang
asimetris dihubungkan dengan posisi jari dan konstriksi lengkung
maksila. Adair dkk mengevaluasi efek alat orthodontik terhadap
perawatan open bite, hasilnya didapatkan peningkatan overjet
yang signifikan. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya tekanan
langsung dari jari dan perubahan pola bibir dan pipi pada saat
istirahat. Bila seorang anak menempatkan ibu jari di antara
insisifus bawah dan atas, biasanya dengan sudut tertentu, maka
akan terdapat dorongan insisifus bawah ke lingual sedangkan
insisifus atas ke labial. Tekanan langsung ini dianggap
menyebabkan perubahan letak insisifus.
Ada beberapa variasi maloklusi yang terbentuk tergantung dari
jari yang diisap dan juga penempatan jari yang diisap. Lamanya
penghisapan jari perhari lebih berpengaruh terhadap perubahan
posisi gigi dari pada besarnya kekuatan penghisapan. Seorang
anak yang mengisap kuat-kuat tetapi hanya sebentar tidak terlalu
banyak berpengaruh pada letak giginya, sebaliknya seorang anak
yang mengisap jari meskipun dilakukan tidak terlalu kuat tetapi

11

dalam waktu yang lama (misalnya selama tidur malam masih


menempatkan jari di dalam mulut) dapat menyebabkan maloklusi
yang nyata.
b.

Obstruksi jalan nafas2


Pasien dengan proporsi wajah panjang seperti pada pasien dengan
adenoid face dengan penampilan pipi sempit, lubang hidung
sempit, relasi bibir terbuka, dan terdapat bayangan hitam dibawah
mata dapat dihubungkan dengan obstruksi jalan nafas yang
berhubungan dengan masa adenoid, gangguan pernapasan yang
mempengaruhi skeletal dan posisi gigi. Pada pasien dengan
obstruksi jalan nafas akan bernafas melalui mulut dan
menyebabkan konstriksi maksila. Perubahan pada skeletal
contohnya seperti rotasi mandibular searah jarum jam sehingga
mandibular lebih ke arah vertikal dan belakang sehingga
menyebabkan elongasi wajah bagian bawah, open bite dan
retrognati mandibula.

c.

Kebiasaan buruk pada bibir dan lidah2


Anterior open bite dihubungkan dengan kelainan fungsi lidah,
tongue thrusting /mendorong lidah dapat menyebabkan anterior
open bite. James dan Townsend menjelaskan perbedaan tipe
tongue thrusting berdasarkan hasil deformitasnya. Tulley
mengklasifikasikan tongue thrusting sebagai kebiasaan atau
perilaku adaptif berdasarkan morfologi wajah dan aktifitas
menelan. Menurut profit dan Mason, tongue thrusting dapat
menyertai open bite dan tidak diindikasikan terapi yang bertujuan
unutk mengubah pola menelan. Mengingat fisiologi pergerakan
gigi, postur lidah dibandingkan tongue thrust lebih berperan
sebagai factor etiologi open bite. Teori keseimbangan menyatakan
bahwa gaya yang ringan dan kontinyu dapat menggerakan dan

12

mengubah posisi gigi. Gaya itu dapat berupa gaya eksternal (jari)
atau internal (postur lidah atau gaya periodontal). Secara tiba-tiba,
tekanan intermiten (gaya lidah saat menelan) bukan faktor
penyebab yang utama. Tongue therapy paling efektif ketika
dikombinasikan dengan perawatan ortodontik. Terapi bicara
dikombinasikan

dengan

perawatan

ortodontik

dan

terapi

myofunctional dapat dilakukan pada anak yang sudah lebih tua.


Dari teori keseimbangan, tekanan lidah yang ringan tetapi
berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya
perubahan letak gigi dan menghasilkan efek yang nyata. Pasien
yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan
tekanan yang terus-menerus pada gigi, meskipun tekanan yang
terjadi kecil tetapi berlangsung lama, dapat menyebabkan
perubahan posisi gigi baik dalam arah vertikal maupun
horizontal.2
d.

Kelainan pertumbuhan skeletal2


Pada tahun 1931 Hellman menemukan bahwa subjek dengan
open bite mempunyai ramus mandibula yang lebih pendek dan
tinggi fasial total lebih besar. Penelitian lain oleh Schudy,
ditemukan rotasi searah jarum jam pada mandibular sehingga
tinggi vertikal wajah berlebih yang berhubungan dengan
pertumbuhan horizontal. Pola pertumbuhan ini muncul ketika
pertumbuhan vertikal pada regio molar lebih besar dibandingkan
pertumbuhan kondilus. Pengaruh genetik dan lingkungan yang
meningkatkan pertumbuhan vertikal pada regio molar, yang tidak
dikompensasi oleh pertumbuhan kondilus atau ramus posterior
sehingga dapat menghasilkan anterior open bite. Sama halnya
dengan gaya yang menghalangi erupsi regio insisal juga
menghasilkan anterior open bite.

13

Kesimpulannya, maloklusi vertikal berkembang sebagai hasil


dari interaksi berbagai faktor etiologi. Pada anak usia muda,
kebiasaan menghisap jari dan mengempeng merupakan faktor
etiologi yang paling umum. Pada periode gigi campuran, open
bite kemungkinan disebabkan oleh kebiasaan yang menetap,
sedangkan yang lainnya merupakan kelainan skeletal. Pada usia
remaja dan dewasa, cukup sulit untuk menentukan penyebabnya.
Pengaruh lidah, bibir dan jalan nafas pada perkembangan
maloklusi telah terbukti. Variasi intensitas pertumbuhan, fungsi
jaringan lunak dan otot-ototot rahang, dan perkembangan
dentoalveolar individu mempengaruhi perkembangan masalah
open bite.
3. Perawatan kasus anterior open bite
a.

Terapi kebiasaan2
Pada anak-anak yang mempunyai NNS, perawatan termasuk

mengontrol kebiasaan buruk, yang jika dilakukan sendiri dapat efektif


untuk menggerakan gigi erupsi ke posisi normal. Johnson dan Larson
menyarankan bahwa terapi harus dimulai pada saat yang tepat, dengan
memperhatikan dental, emosional, dan psikologis pasien. Perawatan
dapat melibatkan kesadaran habit, batasan waktu, adanya reward atau
punishment, positive reinforcement, dan prosedur sensory attenuatuion
(prosedur yang didisain untuk mengganggu hubungan timbal balik
sensoris dari NNS seperti alat ortodontik, penolakan kimia dan sentuhan
tangan). Alat ortodontik yang digunakan dapat berupa alat ekspansi
maksila untuk mengkoreksi baik masalah transversal (konstriksi maksila)
dan masalah vertikal.
Perawatan awal atau interseptif anterior open bite dengan crib atau
latihan kontrol menarik lidah tetap menjadi isu kontroversial. Worms et
al, pada penelitian yang memeriksa 1408 anak Navajo berkisar dari usia

14

7 sampai 21 tahun untuk diskrepansi oklusal, menemukan koreksi


spontan sebanyak 80% dari anterior open bite. Alat seperti tongue crib
telah digunakan untuk merawat open bite anterior dengan mengarahkan
ulang lidah ke posisi lebih anterior. Ervendi et al., meneliti efek terapi
crib untuk merawat anterior open bite. Efek terapi tongue crib yang
paling signifikan adalah erupsi insisifus mandibular dan maksila dan
intrusi molar pertama mandibular, yang menurunkan tinggi wajah bagian
bawah.2
b.

Terapi dengan alat2

Terapi alat biasanya mempunyai satu dari beberapa tujuan: untuk


menahan erupsi gigi sehingga dapat mengontrol perkembangan vertikal,
untuk mengurangi atau mengarahkan kembali pertumbuhan vertikal
skeletal

dengan

tekanan

intraoral

atau

ekstraoral,

atau

untuk

mengekstrusi gigi anterior. Tanggul gigitan (gambar 4) biasa digunakan


sebagai komponen alat ortodontik untuk mengintrusi atau mengontrol
erupsi gigi posterior. Tanggul gigitan dibuat dengan kawat atau plastik
yang dipaskan diantara gigi maksila dan mandibular pada kondisi
dimensi vertikal sedikit ditinggikan. Secara teoritis otot yang teregang
memberikan gaya intrusif pada gigi posterior, yang akan membantu
kontrol erupsi. Dengan erupsi terbatas, pertumbuhan skeletal diarahkan
ke arah anterior dan sedikit vertikal.
Dellinger menjelaskan penggunaan active vertikal corrector (AVC),
yaitu alat lepasan atau cekat yang mengintrusi gigi posterior pada baik
maksila dan mandibular dengan gaya reciprocal. Alat ini dilaporkan
mengkoreksi open bite dengan mengurangi tinggi fasial anterior. Haydar
dan Enacar menggunakan Frankel appliance (gambar 5) untuk
mengkoreksi open bite, dan memperlihatkan bahwa terdapat penurunan
open bite yang signifikan, tetapi hasilnya lebih ke arah dentoalveolar
dibandingkan skeletal. Aragaos function regulator digunakan untuk
menormalkan open bite.

15

Gambar 4. Tanggul gigitan

Gambar 5. Frankel Appliance

Gambar 6. Bionator
Magnet juga dapat membantu tanggul gigitan untuk memberikan
gaya intrusif pada molar dengan hasil penurunan open bite. Kuster dan
Ingervall membandingkan penggunaan tanggul gigitan disertai pegas
dengan tanggul gigitan disertai magnet. Hasilnya memperlihatkan
peningkatan rata-rata sebesar 1,3 mm pada kelompok pegas dan 3.0 mm
pada kelompok magnet. Terdapat kecenderungan relaps, tapi dapat
ditangani dengan retensi aktif jangka panjang. Iscan membandingkan
tanggul gigitan disertai pegas dengan tanggul gigitan pasif dan
menemukan tidak ada perbedaan signifikan diantara keduanya. Gaya

16

terus menerus dilaporkan dapat mengintrusi gigi posterior. Kontrol ini


dibutuhkan sampai pertumbuhan vertikal selesai. Mempertahankan
koreksi adalah hal yang sulit.
Pada koreksi masalah open bite skeletal, alat intraoral, seperti
activator, bionator, regulator Frankel (kebanyakan disertai tanggul
gigitan posterior) telah digunakan untuk mengontrol pertumbuhan
maksila kearah vertikal pada periode gigi campuran. Weinbach dan Smith
memperlihatkan bahwa bionator (gambar 6) dapat digunakan untuk
merawat masalah open bite, terutama jika disertai dengan hubungan
molar kelas II.
Penggunaan alat lain seperti alat ekstraoral untuk menahan pola
pertumbuhan vertikal dental dan skeletal seperti high-pull headgear.
Masalah terbesar dengan headgear ialah sulit untuk memberikan gaya
vertikal. Wieslander

menyarankan

bahwa untuk

headgear agar

memberikan efek skeletal, harus digunakan 12-14 jam per hari dengan
gaya 10-16 ons (400-450 g) per sisi. Schudy menyarankan high-pull
headgear bersamaan dengan mandibular splint yang menutup molar
kedua dan elastis vertikal anterior untuk merawat open bite. Pearson
menyarankan pengontrolan gaya vertikal menggunakan gaya intrusif
pada posterior mandibular oleh headgear mandibular ringan, yang ia
nyatakan dapat membantu menurunkan tinggi molar rahang bawah yang
meningkat dan mendapatkan kontrol sudut bidang oklusal.
Ketika pasien mempunyai peningkatan perkembangan vertikal dan
maloklusi kelas II, potensi penggunaan headgear dengan kombinasi alat
fungsional

menyertai

tanggul

gigitan

posterior.

Ngan

mendemonstraksikan bahwa open bite dapat dikomplikasikan dengan


pola pertumbuhan vertikal kelas II dapat dirawat selama periode gigi
campuran dengan hasil menguntungkan menggunakan kombinasi
activator dan high-pull headgear. Dermaut meneliti efek activator
headgear Van Beek dan menemukan bahwa penggunaan kombinasi
activator headgear mengontrol peningkatan tinggi wajah anterior bawah.

17

Kombinasi ini mendekati alat fungsional dan headgear yang memberikan


kontrol skeletal dan dental.
Alat lain digunakan untuk mengontrol pertumbuhan vertikal yang
dapat menyebabkan open bite ialah chin cup. Pearson melaporkan bahwa
penggunaan vertical pull chin cup dapat menghasilkan penurunan sudut
bidang

mandibular

dan

meningkatkan

tinggi

fasial

posterior

dibandingkan dengan pertumbuhan individu yang tidak dirawat dengan


kecenderungan penurunan open bite. Tetapi chin cup secara umum
mempunyai tingkat kepatuhan yang buruk.
Straight wire appliance dapat secara spontan mengkoreksi open bite
ringan. Hal ini mempunyai beberapa keefektifan jika arkus rahang atas
mempunyai kurva Spee dan rahang bawah tidak. Beberapa open bite
dapat dirawat dengan kawat untuk menutup gigitan dikombinasikan
dengan elastic vertical (gambar 7). Viazis mempublikasi laporan kasus
menggunakan NiTi dan elastic untuk menutup open bite anterior. Harus
diperhatikan bahwa jangan sampai mengerupsikan gigi terlalu banyak
ketika pasien mempunyai tinggi fasial yang meningkat sehingga
menyebabkan tinggi dentoalveolar berlebih dan tidak estetik saat pasien
tersenyum.

Gambar 7. Elastic plastic untuk koreksi open bite


Arat dan Iseri membandingkan alat cekat dengan fungsional untuk
mengkoreksi open bite. Selama terapi alat cekat, peningkatan pada tinggi
dentoalveolar posterior maksila dan mandibula diobservasi, rotasi ke
depan dan ke atas mandibula dicatat dengan pusat rotasi pada premolar.
Data ini dengan jelas menekankan poin penting. Jika alat fungsional
digunakan untuk terapi fase I dan diikuti oleh fase alat cekat II, seluruh

18

peningkatan dari fase I dapat hilang pada fase II. Penggunaan tanggul
gigitan lepasan dengan terapi alat cekat memperlihatkan keberhasilan
klinis jika disertai dengan fase retensi dan tidak ada pertumbuhan terbaru.
Kesimpulannya, perawatan pada gigi campuran harus memperhatikan
beberapa faktor. Pertama, pertumbuhan fasial dapat membuat usaha ini
tidak berhasil dalam jangka panjang. Kombinasi teknik penting walaupun
dalam fase akhir dan retentive.
Untuk alasan tersebut, hal terbaik yang dapat dilakukan pada pasien
tersebut ialah menyelesaikan masalah ringan atau sedang sedini mungkin
karena open bite yang berat sulit dirawat pada waktu akhir pertumbuhan.
Yang kedua, jika perawatan ditunjukan untuk mengontrol erupsi pada
satu rahang harus dijaga agar tidak terjadi erupsi pada gigi yang
berlawanan.
c.

Terapi bedah2

Satu metode koreksi bedah ialah untuk mengekstraksi molar kedua


dan/atau ketiga jika molar tersebut sumber utama kontak sentrik.
Glossectomi dapat digunakan untuk mengkoreksi masalah open bite yang
berhubungan dengan kebiasaan lidah abnormal. Keefektivan dalam
menutup open bite anterior atau posterior belum terjamin.
Prosedur bedah untuk meningkatkan kelancaran jalan nafas harus
dilakukan dengan hati-hati. Catat jumlah dan lokasi obstruksi. Pada
banyak kasus, pendekatan medical konservative dapat memberikan
tujuan yang sama jika obstruksi berhubungan dengan alergi. Hal ini
terutama penting kare disadari bahwa penurunan jaringan tonsil dan
adenoid menjelang remaja, dan anak-anak tampak timbul beberapa alergi.
Open bite skeletal berat pada pasien dengan terhambatnya
pertumbuhan tulang sering dirawat dengan kombinasi ortodontik-bedah.
Reposisi maksila superior, dengan osteotomy maksila total atau
segmental, diindikasikan pada pasien open bite skeletal dengan
pertumbuhan vertikal maksila berlebih. Impaksi maksila menyebabkan
rotasi kedepan dan ke atas dari pada mandibula, oleh karenanya

19

menurunkan tinggi wajah bagian bawah dan menghilangkan open bite


anterior. Autorotasi ke atas dan ke depan sering menurunkan mandibular
atau penurunan genioplasti dibutuhkan juga. Reposisi superior maksila
adalah satu dari prosedur bedah ortognatik paling stabil. Hal ini lebih
baik

dilakukan

ketika

pertumbuhan

hamper

selesai

sehingga

pertumbuhan residual tidak mempengaruhi koreksi. Prosedur tersebut


dapat diselesaikan lebih awal pada wanita dibandingkan pria.
4. Definisi crossbite
Menurut Graber3 : Kondisi dimana satu atau lebih gigi secara abnormal
mempunyai malposisi lebih ke bukal atau lingual atau labial terhadap
gigi antagonis.
Menurut Moyer4: Hubungan bukal lingual abnormal gigi.
Menurut Proffit5 : Deviasi dari oklusi ideal pada ruang bidang
transversal.
5.

Etiologi crossbite5

a. Dental
b. Skeletal
c. Functional
d. Soft tissue
6.

Klasifikasi crossbite5
Berdasarkan lokasinya, crossbite dibagi menjadi:
a. Anterior Crossbite
b. Posterior Crossbite

Buccal crossbite

Lingual crossbite

Complete crossbite

20

Gambar 8. Macam-macam Hubungan Oklusi Secara Transversal

7.

Perawatan crossbite6
Dengan bantuan dari riwayat dan evaluasi bahan diagnosis, daftar
masalah yang perlu diselesaikan dikembangkan dan rencana pengobatan
ditetapkan. Untuk melakukan hal ini, pertanyaan-pertanyaan berikut
perlu dijawab:
1. Haruskah perawatan dilakukan sekarang atau dapat ditunda?
2. Apakah crossbite unilateral atau bilateral?
3. Apakah ada kelainan pergeseran rahang ?
4. Apakah crossbite skeletal atau dental?
5. Jika skeletal, rahang mana yang mengalami masalah ?
6. Jika dental, gigi mana yang tipping dan pada rahang apa?
7. Haruskah masalah tersebut dikoreksi ?
8. Apakah masalah tersebut dapat dikoreksi dengan perawatan ?
9. Alat apakah yang harus digunakan ?
10. Apakah pasien dapat menerima penggunaan alat yang
disarankan ?
Metode Perawatan Crossbite

21

Setelah daftar masalah telah ditentukan, rencana perawatan dapat


dibentuk dan mechanotherapy yang tepat dipilih untuk mencapai hasil
yang diinginkan. Ada beberapa perbedaan dalam teknik yang digunakan
untuk meningkatkan dimensi transversal berhubungan dengan sutura
midpalatal pada rahang atas dan koneksi sutura lainnya terhadap tulang
wajah.6
Alat yang biasa digunakan pada kedua rahang untuk koreksi
crossbite6
Tipe alat yang biasanya sering digunakan pada rahang adalah alat
lepasan akrilik dengan 1 atau lebih skrup ekspansi. Seringnya, alat pada
mandibular terdiri dari skrup ekspansi singel yang diletakan pada midline
bagian lingual (gambar 9). Tipe alat pada maksilla adalah 1 atau 2 skrup,
yang biasanya diletakan secara transversal terhadap median raphe. Saat 1
skrup ekspansi digunakan pada alat pada maksila, diletakkan dengan arah
anteroposterior diantara premolar atau molar sulung. Saat digunakan 2
skrup ekspansi posisinya diletakan dianatara kaninus dan premolar
kedua. Retensinya didapatkan dari clasp yang diletakan pada premolar,
molar sulung atau molar, yang paling sering digunakan adalah Adam
clasp, ball clasp.

Gambar 9. Alat dengan skrup ekspansi


Aktivasi alat dilakukan dengan cara memutar skurp ekspansi 2 kali
dalam satu minggu. Setiap putaran akan alat akan terbuka sebesar 0,25
mm. Seteah dilakukan pemutaran skrup, akrilik akan menekan pada gigi

22

bagian lingual dan prosesus alveolaris untuk mendapatkan pergerakan.


Kontak antara gigi dan alat hanya pada pertemuan dari akrilik dan margin
gingiva.
Penambahan bite plane pada alat, dengan akrilik menutupi gigi pada
bagian lingual dan oklusal dan juga diperluas sebesar 2-3 mm sampai ke
permukaan bukal, akan membantu mendapatkan pergerakan secara
bodily (gambar 10). Keuntungan penambahan bite plane :
1. Mengurangi intercuspation dari gigi yang berlawanan dan
meningkatkan pergerakan
2. Meningkatkan retensi alat
3. Membantu mengeliminasi pergeseran rahang

Gambar 10. Penambahan Bite Plane pada Alat


Ekspansi pada alat lepasan biasanya didapatkan hasilnya dengan cara
pergerakan tipping dari gigi dan prosesus alveolaris kearah bukal. Pada
maksila

pembukaan

dari

sutura

palatine

dengan

alat

lepasan

memungkinkan untuk pasien periode gigi sulung atau gigi campuran


tahap awal sampai usia 9 tahun pada wanita dan 10 pada laki-laki.
Lip bumper juga dapat digunakan pada kedua arkus untuk
mendapatkan ekspansi dentoalveolar, tapi seringnya digunakan pada
mandibular. Lip bumper dapat sebagai alat lepasan atau cekat yang sudah
tersedia dari pabrik berupa kawat bundar dengan diameter 0,030 atau
0,045 inch. Kawat tersebut dimasukan pada tube yang sudah direkatkan
pada gigi atau biasanya dilas pada band dan disementasikan pada gigi

23

molar permanen (gambar 11). lip bumper dapat digunakan sebagai alat
lepasan, pasien dapat melepasnya sendiri atau dapar didesain sedemikian
rupa agar hanya dokter gigi yang dapat melepasnya.

Gambar 11. Removable Lip Bumper.

Ekspansi dari lip bumper didapatkan dengan cara tipping gigi


posterior ke bukal. Perluasan kawat bumper akan aktif menggerakkan
gigi molar dimana mereka melekat, sementara semua gigi lainnya
digerakkan melalui perubahan keseimbangan kekuatan otot. Posisi yang
tepat dari kawat yang berdekatan dengan gigi posterior mengurangi
kekuatan otot businator, menghasilkan peningkatan

tekanan lidah,

sehingga menciptakan gerakan. Hubungan yang tidak tepat dari kawat


pada gigi anterior dapat mengakibatkan proklinasi gigi atau pergerakan
molar ke distal dimana band disemenkan.
Alat pada maksila untuk koreksi crossbite6
Alat cekat atau cekat-lepasan yang digunakan pada maksila dibagi
menjadi 2 kategori: (1) yang menyebabkan pemisahan sutura midpalatal
(2) yang tidak dapat memisahkan sutura midpalatal. Tipe The Hass- dan
Hyrax alat ekspansi palatal terdiri dari kategori pertama dan digunakan
untuk memperbaiki crossbite dengan cara memisahkan sutura midpalatal
(gambar 12). Quad Helices dan Porter atau W arches memperbaiki
crossbite dengan cara ekspansi melalui pergerakan dentoalveolar( gambar
13).

24

Gambar 12. The Hass (A) and Hyrax (B).

Gambar 13. Quad Helices dan Porter atau W arches.

Baik alat Hass maupun Hyrax terdiri dari skrup ekspansi yang
direkatkan pada 4 band: 2 pada molar pertama dan dua pada premolar
pertama atau molar sulung pertama. Pada alat Hass, skrup yang tertanam
pada basis akrilik, yang juga mengelilingi kawat yang meluas ke 4 band.
Alat hyrax, kawat bulat dihubungkan dengan skrup dan dilas langsung ke
band. Variasi dari alat, band diletakan pada molar kedua jika :
1. Molar sulung pertama goyang
2. Premolar satu belum sempurna erupsinya untuk penempatan band
Untuk menambah kekakuan dari alat, bukal arm dengan kawat bulat
dapat dilas pada band. Alat dapat aktif dengan meletakan kunci pada
lubang ditengah, gerakan kebelakang sampai berada pada bar
penyeimbang posterior.
Setelah satu hari, skrup biasanya diputar dua kali setiap harinya, sekali
pada pagi hari dan sekali pada sore hari, totalnya 0.5 mm perhari.
Beberapa dokter memutar skrup 4-5 kali pada hari alat pertama kali

25

diinsersi atau sampai dental floss slip melewati kontak antara insisif
sentral tanpa resistensi, pastikan sutura telah terbuka. Secara terus
menerus alat diekspansi sampai inklinasi bukal dari molar maksila cusp
lingual berada setinggi inklinasi dari cusp bukal molar mandibular.
Quad helices dan Porter atau W arches terdiri dari kawat bebentuk w
yang melewati palatal vault dan terhubung dengan permukaan lingual
dari band molar seringnya molar pertama. W arches dan Quad Helix
adalah alat cekat, sedangkan Porter arch adalah alat fixed-removable.
Ketiga alat ini dapat diaktivasi tanpa harus melepas alat dari mulut.

9.

Kesimpulan
Perawatan ortodontik diperlukan dalam mencegah dan

memperbaiki susunan gigi yang tidak beraturan sehingga membuat


fungsi gigi, otot dan sendi rahang lebih baik. Perawatan untuk
mengkoreksi maloklusi kelas 1 angle yang disertai anterior open
bite dan crossbite posterior harus dilakukan sedini mungkin karena
pada masa akhir pertumbuhan sangat sulit untuk mengkoreksi
kelainan tersebut.
Dari hasil analisis pada kasus, perawatan ortodontik yang
dipilih adalah perawatan ortodontik cekat. Hal ini dikarenakan
keterbatasan alat ortodontik lepasan dalam menggerakan gigi dan
indikasi dari penggunaan alat ortodontik cekat yang diperkirakan
mampu memperbaiki malposisi gigi pada pasien.

Daftar Pustaka
1. Mosbys. Dental Dictionary. USA: Mosby, Inc., an affiliate of
Elsevier Inc; 2008.

26

2. Ngan P, Fields HW. Open bite: a review of etiology and management.


Pediatric Dentistry, 1997; 19(2): 91-8.
3. Graber M, Vanarshdall RL. Orthodontics curent principle and
technique. 3rd ed. Missouri: Mosby, 2004; 4, 394.
4. Moyers RE. Handbook of orthodontic. 5th ed. Chicago: Yearbook
Medical Pub Inc, 2005: 235.
5. Proffit WR, Fields HW. Contemporary Orthodontic, 4th ed. St Louis
CV: Mosby Co, 2007; 286.
6. Robert E. Binder, DMD. Correction of Posterior Crossbites:
Diagnosis and Treatment. Pediatric Dent. 2004; 26:266-272.

Anda mungkin juga menyukai