Anda di halaman 1dari 25

1

Ilmu Bedah
Kumpulan Artikel Ilmu Bedah

Home Bedah Tumor Basalioma, Tumor, Karsinoma Sel Basal


Sindrom Malabsorbsi Usus Halus
Trauma Kepala, Diagnostik, Manajemen

Basalioma, Tumor, Karsinoma Sel Basal


Posted on 6 February 2011 by ArtikelBedah
PENDAHULUAN
Basalioma atau Karsinoma Sel Basal (KSB) dikenal juga dengan : ulcus rodent, ulcus jacobi,
basal cell epithelioma (BCE), komprecher tumor, basal cell carcinoma (BCC), rodent carcinoma
dan ephitelioma basocellulare. (1,2)
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Berasal dari lapisan epidermis
paling bawah, sepanjang lapisan basal. Biasanya tidak bermatastasis, berkembang lambat, invasif
dan mengadakan destruksi lokal. Basalioma tumbuh di kulit yang secara rutin terpapar sinar
matahari atau penyinaran sinar ultraviolet lainnya. Makin tinggi paparan sinar matahari, makin
besar peluang sel-sel tumor menyerang. Penyakit ini lebih kerap menyerang kelompok usia
produktif, yakni antara 30-60 tahun di mana seseorang lebih banyak beraktifitas di luar ruangan,
dengan perbandingan yang lebih besar pada laki-laki dari perempuan yaitu 3 : 2. Selain itu, orang
kuit putih memilki resiko lebih besar terkena tumor kulit di banding orang kulit berwarna. Ini
karena orang kulit putih memiliki pigmen melanin yang lebih sedikit. Sekitar 80 % dari kanker
sel basal terjadi pada daerah terbuka yang biasanya terpapar sinar matahari seperti : wajah,
kepala, dan leher. Akan tetapi tak lazim pada telapak tangan sebagai daerah yang sering terpapar
sinar matahari. (2,3,4,5,6).
Karsinoma sel basal tumbuh lambat tapi hampir selalu terus menerus. Mungkin telah tumbuh
selama beberapa bulan atau tahun sebelum pasien menyadarinya. Tanpa terapi dapat terjadi
invasi yang meluas dan kerusakan pada jaringan sekitarnya, yang menimbulkan ulserasi. Pada
daerah kepala dapat terjadi penetrasi ke dalam jaringan-jaringan yang lebih dalam, bahkan ke
dalam tulang-tulang wajah dan otak. Karsinoma Sel Basal jarang bermetastasis tetapi dapat
menyebabkan kematian oleh karena perluasan langsung ke dalam tengkorak atau erosi
pembuluh-pembuluh darah besar.(5)
ANATOMI KULIT (1)
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
1. Lapisan epidermis

Terdiri atas : stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan
stratum basal. Stratum basal terdiri atas sel-sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade), dan merupakan lapisan epidermis
yang paling bawah. Sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.
2. Lapisan dermis
Adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis. Secara garis besar
dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol melewati epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b. Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri
dari serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis
Kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
ETIOPATOGENESIS
Tumor ini berasal dari sel basal epidermis atau adneksanya. Faktor predisposisinya ialah faktor
lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan ialah radiasi ultraviolet, radiasi yang lain (sinar x),
bahan kimia (misalnya Arsen), pekerjaan tertentu yang banyak terkena sinar matahari (misalnya
nelayan, petani), adanya trauma (luka bakar), ulkus sikatriks, dan pengobatan dengan
imunosupresan jangka panjang juga meningkatkan resiko basalioma. Faktor genetik misalnya
tampak pada xeroderma pigmentosum, sindrom nevoid Karsinoma Sel Basal, albino dan adanya
riwayat kanker kulit non melanoma sebelumnya. (2,4,6,7)
HISTOPATOLOGI
Secara histologi, sel tumor ini membentuk sarang, tali dan pulau di dalam dermis. Sel-sel ini
kecil dan menyerupai sel basal normal dari epidermis. Pada tepi sarang, sel basal cenderung
membentuk pagar, suatu gambaran khas dan diagnostik. Gambaran mitosis jarang ditemukan.
Degenerasi musinosa dan differensiasi ke arah struktur alat tambahan dapat timbul. Hubungan
karsinoma sel basal dengan stroma sekelilingnya tampak penting, karena ada jaringan musinosa
fibrovaskuler khas yang mengelilingi sarang tumor.(6)
GAMBARAN KLINIK
Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat invasif, jarang bermetastase. Dapat
merusak jaringan di sekitarnya, malah dapat sampai ke tulang, serta sering cenderung untuk
residif lebih-lebih bila pengobatan tidak adekuat.(1)
Penderita biasanya datang dengan luka yang tidak sembuh. Predileksi pada daerah muka, telinga,
kulit kepala, leher dan tubuh bagian atas. Trauma yang sangat ringan seperti mencuci muka atau
mengeringkannya dengan handuk bisa menyebabkan perdarahan biasanya ditemukan. (2)
Pada permulaan berbentuk nodulus kecil pada kulit yang sklerotik. Kelainan ini secara lambat
meluas dan cenderung bertukak, pinggirnya mirip bekas gigitan tikus karena itu diberi nama
ulkus rodens. Kelainan ini menyebabkan destruksi setempat. Penetrasi pada tulang tulang
tengkorak merupakan kasus yang lanjut. Basalioma sangat jarang bermetastasis, tapi dapat
menyebabkan kematian karena ekstensi atau erosi secara langsung pada pembuluh darah
intrakranial. (8)

Beberapa subtype dari Basalioma yaitu :


1. Karsinoma Sel Basal tipe nodular
Karsinoma sel basal tipa nodular merupakan bnetuk paling umum. Sering terdapat pada kepala,
leher, dan punggung, memiliki beberapa tanda, yaitu : papul yang rnengkilat dengan cekungan
pada tengahnya, seperti mutiara, erosi atau ulserasi, pendarahan, krusta, tepi meninggi,
translusen, telangiektasis di permukaannya, riwayat berdarah oleh trauma ringan. Biasanya
berwarna pink, merah atau putih. (2,7,10)
2. Karsinoma Sel Basal tipe pigmentasi
Karsinoma sel basal tipe pigmentasi merupakan KSB nodular dengan peningkatan proses
melanisasi. Memiliki tanda yang sama dengan bentuk nodular tapi memiliki pigmen coklat atau
hitam yang lebih banyak, sering terdapat pada individu kulit hitam. (7)
3. Karsinoma Sel Basal tipe kistik
Bentuk kista, lesinya berupa nodul kista translusen berwarna biru keabu-abuan, menyerupai
bentuk kista jinak. Biasanya terdapat pada daerah kelopak mata atau pipi bagian atas. Tumor ini
relatif lunak, dengan permukaan kulit di sekitarnya teregang, dan bentuknya bulat atau oval.
(2,7,14)
4. Karsinoma Sel Basal tipe siperfisial
Bentuk superfisial, tampak sebagai bagian bersisik atau papul yang berwarna merah jambu
sampai merah kecoklatan, sering dengan tengah yang jelas, dengan pinggiran yang beralur.
Erosinya lebih sedikit dibanding bentuk nodular. Sering tampak pada badan dan bertendensi
rendah untuk invasif. Papulnya menyerupai psoriasis atau eksim tapi progresifitasnya rendah dan
tidak berfluktuasi. Adanya bentuk superfisial ini mungkin mengindikasikan seringnya terpapar
arsen.(2,7)
5. Karsinoma Sel Basal bentuk mikronodular
Bentuk mikronodular, merupakan bentuk yang agresif, jarang berulserasi, dapat tampak kuning
putih bila digaruk. Mempunyai batas yang tegas. (7)
6. Karsinoma Sel Basal tipe morfea dan infiltrasi
Bentuk morfea, merupakan varian KSB yang pertumbuhannya agresif dengan gambaran klinis
dan histologis yang jelas. Gambaran lesi dari KSB tipe morfea tampak seperti putih gading yang
menyerupai jaringan parut. Oleh karena itu, jika terdapat gambaran jaringan parut tanpa trauma
atau prosedur pembedahan sebelumnya atau gambaran jaringan parut yang sebelumnya terdapat
lesi harus dicurigai kemungkinan KSB morfea dan segera dilakukan biopsi.(9) Bentuk infiltrasi
merupakan bentuk yang agresif dengan plak sklerotik atau papul. Batas sering tidak tegas dan
sering memiliki pinggir yang melebar. Jarang terjadi ulserasi, perdarahan, dan krusta. (2,7)
Lima tanda bahaya dari basalioma :
1. Luka terbuka yang berdarah, kotor, atau berkrusta, dan masih terbuka selama lebih 3 minggu.
Luka yang tidak sembuh sembuh merupakan tanda paling sering dari basalioma dini.
2. Bagian yang merah atau area yang teiritasi sering terdapat pada dada, bahu, lengan, atau
tungkai. Seringkali berkrusta. Ini juga dapat gatal dan sakit. Kadang kadang juga tidak ada
keluhan.
3. Nodul atau benjolan yang mengkilat yang tampak seperti mutiara atau translusen, dan sering
berwarna merah jambu, merah, atau putih. Benjolan juga dapat berwarna coklat kemerahan,
hitam, atau coklat, terutama pada orang orang berambut hitam dan dapat timbul bersamaan
dengan tahi lalat.
4. Pertumbuhan yang kemerahan dengan tepi yang meninggi dan indentasi krusta di tengahnya.

Sebagai pertumbuhan yang lambat membesar, pembuluh darah yang kecil dapat timbul pada
permukaannya.
5. Daerah bekas luka yang berwarna putih, kuning, atau licin, dan sering terdapat tepi yang
sedikit tegas. Kulitnya sendiri terlihat mengkilat dan tegang. Meskipun merupakan tanda yang
jarang, dapat mengindikasikan adanya tumor yang agresif. (12)
DIAGNOSIS(7)
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang dapat ditegakkan
diagnosis basalioma.
Biopsi kulit diperlukan untuk menentukan diagnosis pasti dan identifikasi secara histologik
bentuk dari basalioma. Karena itu sebaiknya biopsi dilakukan secara tajam.
DIAGNOSIS BANDING (2,7)
- Karsinoma sel gepeng
- Hiperplasie sebasea
- Penyakit Bowen
- Karsinoma Sel Squamosa
PENENTUAN STADIUM (2)
Untuk Basalioma/Karsinoma Sel Basal seperti halnya pada karsinoma kulit lainnya, penentuan
stadium tumor berdasarkan klasifikasi AJCC (American Joint Committe on Cancer) masih dapat
digunakan. Akan tetapi, secara klinis tidak berguna karena untuk penentuan T (besarnya tumor
primer) sukar dilakukan dan untuk N (keadaan kelenjar getah bening regional) dan M (ada atau
tidaknya metastasis) secara praktis tidak ada. Jadi, untuk menentukan stadium tumor dipakai :
1. Ukuran atau diameter horisontal tumor
2. Lokasi tumor.
3. Tipe Karsinoma Sel Basal
4. Penyebaran histologik ke jaringan yang lebih dalam (diameter vertikal).
5. Batas keamanan terapi.
6. Batas reseksi operasi mikroskopis.
Basalioma sangat jarang bermetastasis dan sering tidak diperlukan penilaian stadium sampai
kanker ini menjadi sangat besar sehingga suspek terjadi penyebaran ke bagian lain dari tubuh.
PENATALAKSANAAN
Idealnya semua basalioma harus di biopsi sebelum menentukan tindakan terapi yang paling
tepat. Bila biopsi preoperatif tidak dapat dilakukan, dianjurkan pada saat tindakan operatif
dilakukan. (2)
Dalam memilih penatalaksanaan yang tepat harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : ukuran,
lokasi, lesi, umur penderita, dapat memberikan hasil kosmetik yang baik, tipe histologik, bentuk
tumor, dan kemampuan penderita untuk mentoleransi tindakan operasi.(2,5,7)
1. Terapi Non Bedah (1,7,11,12)
Terapi dari basalioma sangat bervariasi tergantung dari ukuran kanker, kedalaman, dan lokasi.
Krioterapi : Terapi ini menggunakan nitrogen cair untuk membekukan lesi superfisial yang
kecil, dengan menyisakan sedikit jaringan parut. Banyak pasien yang merasa kesakitan dan
bengkak pada area yang diterapi. Secara umum cara ini tidak direkomendasikan untuk
basalioma, khususnya untuk bentuk morfea, invasif dalam, dan lesi ulserasi, atau pada tumor

yang berbatas jelek.


5-Fluorouracil (5-FU) : Penggunaan fluorouracil secara lokal dapat menolong para ahli untuk
penanganan basalioma pada pasien selektif (seperti pada kanker yang terbatas pada lapisan
superfisial kulit dari pasien yang berumur lanjut yang tidak bisa menjalani perawatan agresif
lainnya). Penggunaannya dua kali sehari selama beberapa minggu. Selama pengobatan, pasien
dapat mengalami peradangan tetapi jaringan parut kurang. Angka rekurensi sangat tinggi.
Radioterapi : Basalioma selalu radiosensitif, dan radioterapi dapat digunakan untuk tingkat
lanjut dan lesi yang luas dimana pembedahan tidak cocok (seperti pada pasien yang alergi sama
obat anestesi, pada terapi antikoagulan, bertendensi jadi bentuk keloid). Tipe terapi ini
merupakan kontra indikasi pada pasien muda, oleh karena resiko tinggi menjadi jaringan parut,
lesi pada tubuh dan anggota gerak, atau kanker yang rekuren.
Retinoid sistemik : Beberapa laporan menunjukkan efektifitas dari pengobatan retinoid
sistemik, tapi daya toksik dari penggunaan yang lama membatasi penggunaannya pada banyak
pasien.
2. Terapi Bedah
Terapi operatif dikombinasi dengan konfirmasi histologis merupakan prosedur standar
penanganan basalioma. Operasi tujuannya untuk membuang tumor sehingga tidak bisa lagi
berfloriferasi. Pengetahuan tentang sifat dan perbedaan bentuk klinik dan patologi dari berbagai
sub tipe basalioma sangat diperlukan untuk pemilihan jenis terapi yang tepat. (2,7)
Dikenal dua macam operasi yaitu : 2,5,11
1. Operasi Mikrografi (pemotongan kompilt), ada 2 metode yaitu Frozen section contohnya
tekhnik Mohs dan Parafin Section. Prosedur ini memilki tingkat akurasi diagnostic yang tinggi,
sehingga kulit yang sehat bisa diselamatkan dan hanya mengeksisi tumornya saja sehingga
teknik ini aman serta bagus dari segimkosmetik. Operasi mikrografi ini diperlukan untuk
basalioma yang kurang potensial untuk mengalami rekurensi, yaitu :
- Tipe infiltrate, yang ada di kepala dan bagian distal ekstremitas.
- KSB dengan diameter >5 mm dan berlokasi di hidung, mata dan daerah telinga, dan tumor yang
berdiameter >20 mm di daerah lain selain yang disebut di atas.
- Tumor yang rekuren.
2. Operasi Konvensional. Tingkat rekurensinya 5-10%. Untuk meminimalisir tingkat
rekurensinya maka harus digunakan batas eksisi 0,3-1,2 cm di luar tumor bahkan pada penderita
dengan tumor yang kecil. Operasi ini untuk tumor yang berukuran 3-10 mm.
Selain operasi, terapi yang lain yaitu : 1,2,11,12
Eksisi : Memotong keluar lesi dan menjahit kulit. Prosedur ini secara normal dinamakan biopsi
kulit, dimana diambil sedikitnya 4 mm jaringan sehat di sekitar tepi tumor. Eksisi merupakan
penanganan terbaik
Kuret / kauterisasi : Seorang ahli dapat menggabungkan teknik ini, dengan cara mengorek
tumor untuk dibuang. Lesi di garuk dengan kuret dan dasarnya dikauter dengan aliran listrik
untuk menghentikan perdarahan. Prosedur ini sering digunakan pada pasien dengan lesi nodular
yang diameternya kurang dari 2 cm dengan tepi yang tegas. Luka biasanya menyembuh dengan
cepat tanpa dijahit, sering dengan jaringan parut yang nonestetik. Prosedur kuret dan kauterisasi
tidak cocok untuk lesi morfea, pasien dengan pacemaker jantung, pengobatan invasif yang
dalam, atau pasien dengan tumor rekuren yang tepinya tidak tegas.
Bedah plastik : Prosedur ini sangat berguna untuk penanganan lesi yang lebih besar dari 3 mm
atau untuk lokasi tumor yang sulit. Biasanya, ahli bedah menggunakan prosedur ini sesudah
suatu eksisi simple untuk hasil yang estetik. Untuk melakukan prosedur ini, digunakan skin graft

atau skin flap untuk memperbaiki defek sesudah eksisi. Teknik ini digunakan khusus untuk
mengurangi jaringan parut atau untuk penutupan luka yang cepat.
Bedah laser : Prosedur ini membuang lesi dengan menggunakan laser karbon dioksida yang
menggunakan sinar energi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Teknik rutin tidak berguna pada pasien dengan resiko tinggi perdarahan.
Sesudah pengobatan, beberapa perubahan di kulit dapat terjadi, yang akan menjadi nyata setelah
beberapa tahun kemudian.
PROGNOSIS
Basalioma yang ditangani secara inkomplit dapat rekuren, sehingga semua penanganan harus
diikuti dengan follow-up, mengingat 20% dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 610 tahun pasca operasi. Jika diterapi dengan tepat maka prognosis pasian dengan KSB rekuren
masih cukup baik, walaupun tumor yang rekuren memilki kecenderungan untuk kambuh lagi dan
menjadi agresif. Pasien dengan riwayat penyakit yang rekuren harus dimonitor lebih sering
terhadap perkembangan rekurensinya dan timbulnya tumor primer. Sedangkan untuk kasus yang
bermetastasis, prognosisnya adalah buruk di mana hanya dapat bertahan sekitar 8-10 bulan
setelah di diagnosis. Rekurensi KSB setelah follow up adalah 18% untuk eksisi, 10% untuk
radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan kuretasi, dan 12% untuk krioterapi (dengan follow up <5
tahun). Sebaliknya, dengan terapi Mohs tingkat rekurensi untuk KSB setelah follow up 5 tahun
adalah 3,4 7,9%. Dengan demikian Mohs mikrografi adalah pengobatan pilihan untuk KSB
rekuren. Dengan terapi yang adekuat, angka kesembuhan lebih dari 95 % dapat dicapai. (2,9)
PENCEGAHAN (3,4,6,13)
lnstruksikan kepada pasien untuk menghindari pemaparan sinar matahari, terutama pada siang
hari (antara jam 11.00 15.00) dimana merupakan waktu yang berbahaya. Juga pada sinar
matahari di musim panas.
Mengajari pasien untuk menggunakan sunscreen (pelindung matahari) yang sangat bermanfaat
bagi pencegahan semua jenis kanker kulit. Pencegahan dilakukan dengan cara antara lain dengan
menggunakan baju lengan panjang, celana panjang, topi lebar, dan kacamata pelindung sinar UV.
Pemeriksaan diri sendiri terhadap perubahan pada kulit
1. Mengajari pasien untuk mengenali perubahan aneh pada kulitnya, terutama perubahan lebih
dari 3-4 minggu. Juga mengajari pasien untuk memeriksa kulitnya sendiri.
2. Beritahu pasien untuk melihat bagian depan dan belakang dari tubuh mereka sendiri pada
cermin. Kemudian berputar untuk melihat bagian samping badan sambil kedua lengan diangkat.
Selanjutnya mengangkat kedua siku untuk melihat lengan bagian depan dan belakang serta pada
telapak tangan.
3. Instruksikan pasien untuk duduk kemudian periksa bagian belakang kedua tungkai dan kaki,
termasuk sela jari-jari kaki dan bagian bawah kaki.
4. Pasien harus menggunakan cermin tangan untuk memeriksa bagian belakang leher dan kulit
kepala serta bagian punggung.
Pemeriksaan kulit dianjurkan setiap 3 tahun untuk pasien usia 20-40 tahun dan setiap tahun
pada pasien usia diatas 40 tahun.
Saat ini para peneliti sedang mencari cara kemopreventif dengan retinoid sistematik sebagai
agen pencegah kanker untuk pasien resiko tinggi terkena basalioma. Walaupun begitu, kegunaan
dari agen tersebut dibutuhkan evaluasi beberapa tahun lagi.

KESIMPULAN
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling banyak terjadi di seluruh dunia. Insidensnya
akhir-akhir ini semakin meningkat, mengingat orang semakin banyak menghabiskan waktu di
luar rumah sehingga akan terpapar sinar ultraviolet lebih lama yang mana merupakan salah satu
penyebab utama dari basalioma. Dengan mengenali secara dini tanda-tanda awal dari suatu
basalioma dan terapi segera dengan tepat, maka prognosisnya akan jauh lebih baik.

Artikel Terkait:

Ensephalocele Frontoethmoidale, Penanganan

Karsinoma Anaplastik Tiroid

Cedera Luka bakar Listrik, Makalah, Penanganan

Kista Duktus Tiroglossus

Usus Halus, Jejenum Ileum

astore > Kategori Penyakit > Penyakit kulit


Karsinoma Sel Basal
Dokter Terkait
A.Harlim
KuswanAmbarPamungkas
Vera Ikasari SpBP

DEFINISI
Karsinoma Sel Basal adalah suatu kanker yang berasal dari lapisan epidermis paling bawah.
PENYEBAB
Lebih dari 90% kanker tumbuh di kulit yang secara rutin terpapar sinar matahari atau penyinaran
ultraviolet lainnya. Karsinoma sel basal juga bisa ditemukan di kulit kepala.
Paling sering muncul pada usia diatas 40 tahun.
Faktor resiko lainnya adalah:
Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut pirang atau
merah)
Pemaparan sinar X yang berlebihan atau penyinaran lainnya.
GEJALA
Karsinoma sel basal biasanya menyerang permukaan kulit yang terpapar oleh sinar matahari.
Tumor berawal sebagai benjolan licin yang sangat kecil (nodul) dan tumbuh sangat lambat,
kadang begitu lambatnya sehingga tidak diperhatikan. Tetapi kecepatan pertumbuhan pada setiap
tumor berlainan dan ada yang mencapai ukuran 2,5 cm dalam waktu 1 tahun.

Pada bagian tengah nodul bisa terbentuk tukak atau keropeng.


Kadang kanker tumbuh mendatar dan tampak seperti jaringan parut.
Batas pinggir kanker kadang tampak memutih.
Kanker bisa mengalami perdarahan dan membentuk keropeng lalu sembuh, sehingga penderita
menduganya sebagai luka dan bukan kanker.
Sebetulnya pergantian antara perdarahan dan penyembuhan ini merupakan ciri yang khas untuk
karsinoma sel basal atau karsinoma sel skuamosa.

Karsinoma sel basal jarang menyebar ke bagian tubuh yang jauh, tetapi lebih sering menyusup
dan merusak jaringan di sekitarnya.
Jika karsinoma sel basal tumbuh di dekat mata, mulut, tulang atau otak, maka invasi dari kanker
bisa berakibat sangat serius.
Pengangkatan tumor secara dini bisa mencegah kerusakan hebat pada struktur di bawahnya.
DIAGNOSA
Diagnosis seringkali bisa ditegakkan melalui gejala-gejalanya.
Sebagai prosedur standar untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan biopsi kulit.
PENGOBATAN
Biasanya kanker diangkat melalui pengorekan lalu dibakar dengan jarum listrik (kuretase dan

elektrodesikasi) atau dipotong dengan pisau bedah.


Sebelumnya diberikan suntikan anestesi.
Jarang dilakukan terapi penyinaran.
Untuk tumor kambuhan dan karsinoma sel basal yang menyerupai jaringan parut, bisa dilakukan
pembedahan mikroskopik (bedah Mohs).
PENCEGAHAN
Lindungi kulit dari cahaya matahari dengan menggunakan topi, kemeja lengan panjang, celana
panjang atau rok panjang.
Sinar matahari yang paling kuat adalah pada tengah hari, karena itu sebaiknya hindari sinar
matahari pada tengah hari.
Gunakan tabir surya berkualitas tinggi, minimal dengan SPF 15, yang menghambat sinar UV A
dan UV B.
Oleskan tabir surya minimal setengah jam sebelum bepergian dan oleskan sesering mungkin.
Periksalah kulit secara teratur untuk mengetahui adanya berbagai perubahan yang mengarah
kepada keganasan (pertumbuhan baru di kulit yang membentuk tukak, mudah berdarah, sukar
sembuh, berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri, meradang atau gatal).

3
KARSINOMA SEL BASAL
Dr. Donna Partogi, SpKK
NIP. 132 308 883
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FK.USU/RSUP H.ADAM MALIK/RS.Dr.PIRNGADI
MEDAN
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
KARSINOMA SEL BASAL
Pendahuluan
Karsinoma sel basal (KSB)disebut juga basalioma adalah tumor ganas kulit yang paling sering
ditemukan terutama pada orang kulit putih. Di Australia jumlah kasus baru KSB 652/tahun/100
ribu penduduk sedangkan di Amerika Serikat 480/tahun/100 ribu penduduk. Di Indonesia
menurut data Badan Registrasi Kanker Ikatan Ahli Patologi Indonesia tahun 1989, dari 1530
kasus kanker kulit, yang terbanyak adalah kasus karsinoma sel basal yaitu 39.93%.
Definisi
Karsinoma Sel Basal ( KSB ) adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang lebih
mirip sel germinatif folikel rambut dibandingkan dengan lapisan sel basal epidermis.
KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri atas komponen stroma interdependen
( jaringan fibrosa ) dan epitelial. Sel tumornya berasal dari primordial pluropotensial di
lapisan sel basal, dan dapat juga dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar
sebasea atau adneksa kulit lain.
Nama lain dari Karsinoma Sel Basal ini adalah Basalioma, Basal Sel Epitelioma,
ulkus rodens, ulkus Jacob, tumor komprecher, basal sel karsinoma.

Epidemiologi
Pertama sekali yang melaporkan Karsinoma Sel Basal ini adalah Jacob pada tahun
1827 yang meruapakn suatu sel invasi dan metastase yang lambat, serta jarang
menimbulkan kematian.
Karsinoma Sel Basal ini lebih sering dijumpai pada orang kulit
putih daripada orang yang kulit berwarna, dan pengaruh sinar matahari sangat berperan
dalam perkembangan Karsinoma Sel Basal. Pria lebih banyak dari pada wanita dan
umumnya di atas 40 tahun.
6,7

Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008


USU e-Repository ? 2008
Menurut penelitian Tjarta di Indonesia peringkat kanker kulit adalah :
8
1. Karsinoma Sel Basal 36,67%
2. Karsinoma Sel Skuamosa 11,4%
3. Melanoma Maligna 0,59%
4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya 8,5%
Patogenesis
3,4
Komprecher ( 1903 ) mengatakan bahwa KSB berasal dari Sel Basal Epidermis,
Adamson (1914) menyangsikan bahwa KSB berasal dari Sel Basal dan mengajukan teori
bahwa KSB berasal dari fokus embrionik laten yang timbul dari keadaan dorman pada
usia lanjut.
Lever (1948) mengemukakan bahwa KSB bukan karsinoma dan tidak berasal
dari Sel Basal tetapi adalah tumor nevoid dan hamartoma yang berasal dari sel
germinativum epitel primer (orimary epithelial germ cell) yaitu sel sel yang belum
matang. Teori lain dari Pinkus menyatakan bahwa KSB berasal dari sel pluri potensial
yang terbentuk secara kontinu sepanjang hidup, menjadi aktif pada usia tua dan
mempunyai potensi untuk membentuk rambut, kelenjar sebum dan kelenjar apokrin.
Patogenis Karsinoma sel Basal didahului dengan kolagen yang sering dijumpai
pada kulit yang sedikit pigmennya dan mendapat sinar matahari yang berlebih sehingga
nutrisi epidermis terganggu yang mana hal ini merupakan predileksi terjadinya suatu
kelainan kulit.
7
Melanin berfungsi sebagai energi amorf yang dapat mneyerap energi dan
menghilangkannya dalam bentuk panas. Jika energi masuk terlalu besar dapat merusak
dan mematikan sel atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel kanker.
Faktor predisposisi dari Karsinoma Sel Basal :
4,6,7

1. Faktor internal : umur, ras, jenis kelamin, dan genetik


2. Faktor external :
1. Sinar UV ( UVB 290 ? 320 um )
2. Trauma pada kulit seperti bekas vaksinasi , luka bakar
3. Zat ? zat kimia hidrokarbon polisiklik
4. Radiasi Ionisasi
5. Arsen organik
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
Manifestasi klinis
Predileksinya terutama pada wajah ( pipi, dahi, hidung, lipat, nasolabial, daerah
periorbital), leher. Meskipun jarang dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan,
tungkai, kaki, dan kulit kelapa.
Gambaran klinik KSB bervarisasi, Lever membagi KSB menjadi 5 bentuk :
1. Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens
2. Berpigmen
3. Morfea atau fibrosing atau sklerosing
4. Superficial
5. Fibroepitelioma
Di samping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, di mana epitelioma sel basal berperan
penting , yaitu :
1. Sindroma epitelioma sel basal nevoid
2. Nevus sel basal unilateral linier
3. Sindroma Bazex (merupakan atrofoderma folikuler dengan epitelioma sel basal
multipel)
Tipe Nodulo ? Ulseratif
Merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi
tunggal. Paling sering mengenai wajah, terutama pipi, lipat nasolabial, dahi, dan tepi
kelopak mata. Pada awalnya tampak papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara,
berdiamater kurang dari 2 cm, dengan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat,
sering dijumapi adanya teleangiektasia, dan kadang ? kadang dengan skuama yang halus
atau krusta tipis. Berwarna seperi mutiara, kadang ? kadang seperti kulit normal sampai
eritem yang pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi
menjadi cekung, meninggalkan tepi yang meninggi keras. Jika terabaikan, lesi ?lesi ini
akan mengalami ulserasi ( disebut ulkus rodens ), dengan destruksi jaringan di sekiranya.
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
Tipe Berpigmen
Gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo ?ulseratif. Bedanya, pada
jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik bintik atau homogen yang secara klinis
dapat menyerupai melanoma.

Tipe Morfea/Fibrosing/Sklerosing
Biasanya terjadi pada kepala dan leher, lesi tampak sebagai plak sklerotik yang
cekung, berwarna putih kekuningan dengan batas tidak jelas. Pertumbuhan perifer diikuti
oleh perluasan sklerosis di tengahnya.
Tipe Superfisial
Lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak sebagai plak
transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai ireguler dengan
tepi berbatas tegas sedikit meninggi, seperti benang atau kawat. Biasanya dihubungkan
dengan ingesti arsenik kronis.
Tipe Fibroepitelial
Paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi berupa papul kecil
yang tidak bertangaki atau bertangkai pendek, dengan permukaan halus dengan warna
yang bervariasi.
SINDROM EPITELIOMA SEL BASAL NEVOID
Dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-goltz. Merupakan kelainan autosomal
dominan dengan penetrasi yang bervariasi, ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
1. KSB multipel yang terjadi pada usia muda
2. Cekungan ? cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk
4. Kista pada tulang rahang
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
Di samping gejala mayor ini dijumpai banyak kelainan sistem organ mutipel yang
berhubungan dengan sindroma ini.
NEVUS SEL BASAL UNILATERAL LINIER
Merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai. Lesi berupa nodul dan komedo,
dengan daerah atropi bentuk striae, distribusi zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi
biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini tidak meluas dengan meningkatnya usia.
SINDROM BAZEX
Sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex, diturunkan secara
dominan, dengan ciri khas sebagai berikut :
1.Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar, seperti
ice pick marks, terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama kali
saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang ?kadang dapat juga timbul pada akhir
masa anak ? anak.
Di samping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis
generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
HISTOPATOLOGI

10
Lever membagi KSB dalam beberapa tipe histopatologi yang terdiri atas KSB
yang berdiferensiasi dan KSB tidak berdiferensiasi.
1. KSB berdiferensiasi
a. Jenis keratotik
Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi ke arah rambut. Menunjukkan selsel parakeratotik dengan gambaran inti yang memanjang dan sitoplasma agak
eosinofilik dan dijumpai horncyst, selain sel-sel undiferentiated dengan sitoplasma
basofilik.
b. Jenis kistik
Dijumpai adanya bagian-bagian kistik dibagian tengah massa tumor yang terjadi
akibat degenerasi sel-sel tumor atau defferensiasi sel-sel ke arah kelenjar.
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
c. Jenis adenoid
Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang dibatasi jaringan ikat. Kadang-kadang
ditemukan lumen yang dikelilingi sel-sel bersekresi. Dalam lumen dapat ditemukan
semacam bahan koloid atau massa amorf.
2. KSB tidak berdifferensiasi/ KSB solid
Merupakan gambaran histopatologik yang banyak ditemukan. Berupa pulau-pulau sel
dengan bentuk dan ukkuran bermacam-macam, terdiri dari sel-sel basaloid, dengan inti
basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit, sel-sel pada tepi massa tumor
tersusun palisade.
Diagnosa Banding
6,7
Secara klinis sel basan didiagnosis banding dengan:
1. Karsinoma sel skuamosa
2. Melanocytyc naevi
3. Karsinoma sel Merkel
4. Melanoma maligna
5. Trichoepitelioma
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi.
2
Penatalaksanaan
2
Penatalaksanaan KSB bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan dengan hasil
kosmetik yang baik serta hasil fungsional yang maksimal. Dalam menentukan cara
penatalaksanaan KSB, banyak hal yang harus diperhatikan, baik dari faktor tumornya
maupun pasiennya. Faktor tumor yang perlu diperhatikan adalah tipe tumor, ukuran

lokasi, sifat pertumbuhan dan apakah tumor primer atau rekurens. Sedangkan faktor
Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008
USU e-Repository ? 2008
pasien yang perlu dipertimbangkan adalah usia, riwayat penyakit lain, faktor psikologis
dan riwayat pengobatan.
Secara garis besar penatalaksanaan KSB digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu
dengan pembedahan dan tanpa pembedahan. Pembedahan dapat dilakukan dengan cara
eksisi dengan skapel, bedah mikrografik Mohs, kuretase dan elektrodesikasi, bedah
beku, serta bedah laser. Penatalaksanaan tanpa pembedahan dilakukan dengan cara
radioterapi, interferon intralesi, kemoterapi, pemberian retinoid dan foto dinamik.
Prognosis
Pengobatan pada KSB primer memberikan angka kesembuhan sekitar 95%
sedangkan pada KSB rekuren sekitar 92%. Pengobatan pada KSB rekuren lebih sulit
daripada KSB Primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang kedua
adalah tinggi.
Kesimpulan
Karsinoma sel basal adalah tumor kulit ganas yang jarang bermetastase, sering
dijumpai pada orang kulit putih, laki ?laki lebih banyak dariw anita. Faktor predisposisi
dan matahari sangat berperan dalam perkembangan KSB. Diagnosa ditegakkan dari
gejala klinis dan pemeriksaan histopatologi. Penatalaksanaan KSB dapat dilakukan
dengan pembedahan atau tanpa pembedahan.

Donna Partogi : Karsinoma Sel Basal, 2008


USU e-Repository ? 2008
DAFTAR PUSTAKA
1. Tambunan G.W. Karsinoma Kulit dalam Sepuluh Jenis Kanker Terbanyak di
Indonesia. EGC, 1995 :52 ? 66
2. Handayani I, Kuswadji. Penatalaksanaan Karsinoma Sel Basal. Dalam: MDVI
Vol I, No 26, 1999
3. Hamzah M, Kanker Kulit : Aspek Deteksi Dini, Diagnosis Penentuan Tingkat
Penyakit dan Pencegahannya. Dalam Kumpulan Makalah Lengkap PIT V,
PERDOSKI, Semarang, 2000.
4. Rata I.G.K. Tumor Kulit. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Editor
Djuanda A. Dkk ed 3 FK-UI, 1999: 207 ? 22
5. Ranhdle W H, Basal cell Carcinoma. In: Dermatology Surg. Vol 22, 1999: 255 ?
261
6. Fitzpatrick TB. Dermatology in General Medicine 5
th
ed. Vol I, Mc-Graw Hill,
1992: 1488 ? 94.

7. Habif TP, MD. Basal Cell Carcinoma. Dalam: Premalignat and Malignan Non
Melanoma skin Tumor Clinical Dermatology, A color guide to diagnosis and
Theraphy, 3th Ed, St. Louis Baltimore, Mosby, 1996: 649 ? 59.
8. Tjarta A. Spektrum Kanker Kulit di Indonesia MDVI, Vol 3.No 22, 1995: 100 ? 6
9. Buditjahjono S. Tumor-Tumor Kulit. Dalam: Harahap M. Ilmu Penyakit Kulit,
Hipokrates, 2000: 206 ? 35.
10. Lever WF. Histopathology of the Skin 6 edition, JB Lippincot Company, 1983:
562-74

4
261
SCRIPTA MEDICA (BRNO) 79 (56): 261270, December 2006

Histological types of basal cell carcinoma


Vant uchov Y.1, uk R.2
1 Department of Dermatology, University Hospital, Ostrava
2 Department of Pathology, University Hospital, Ostrava
Received after revision November 2006
Abstra ct
Histological diagnostics and classification of basal cell carcinomas (BCCs) are essential for an
assessment of the percentage proportions of particular histological groups, risk determination of
the recurrence of this illness, and comparison of treatment results. There is no unified and
generally accepted classification of BCCs. When classifying BCCs, most authors start from the
growth pattern,which gives more information about bio-behaviour, and less often from the
differentiation of tumours.All published works are in accord regarding their determination of the
three basic groups of BCCs:
nodular, superficial, and infiltrative, which present 8090 % of all BCCs. Other BCC groups are
defined by various authors in many different ways; the number of reported BCC groups can vary,
too. Information about the behaviour of a tumour classified as a BCC group into risk groups is
very important for the clinical specialist to set up a further treatment plan and dispensing of the
patient. Most authors agree with the fact that the nodular type belongs to the group of low risk,
and infiltrative and superficial types belong to the group of high risk of local recurrence.
Keywords
Basal cell carcinoma, Basalioma, Histology, Classification
Introd uction
Basal cell carcinoma is a malignant skin tumour consisting of plugs and clusters of basal cells,
with various clinical manifestations in accordance with the presence of various morphological
features, which to a certain extent correspond with the histological types. Materia ls and met
hods
Clinicalpicture
Clinical manifestations are various papulonodular lesions with a pearl transparent rim,
destructive ulcerative lesions called ulcus rodens, pale foci with various degrees of induration,
erythematous foci with obvious telangiectasia, or cystic nodules. Giant lesions with a diameter of
more than 20 centimetres were also described, more rarely of linear and polypoid forms.
262 The manifestation of BCC is most frequently nodular, it consists of pearl papules or nodules
with telangiectasias, sometimes with central ulcerations. The nodules may be pigmented in
various extent and some of them may look like a cyst due to their clear colour and soft

consistency. The second most frequent clinical manifestation is a superficial form creating
relatively well circumscribed erythematous macular lesions with a fine filamentous pearl rim. A
third clinical variant is the sclerosingor morphemic form, which is characterised by sclerosing,
cicatricial, badly circumscribed lesions of white or yellow colour, which looks like scleroderma.
These tumours are flat and their manifestation depends on the size of the fibrotic component.
BCC lesions may sometimes be pigmented and, according to the degree of pigmentation, they
may look like seborrheic keratosis or even malignant melanoma (1,2).
In most cases the clinical diagnosis is not difficult for an experienced clinician. There are cases,
however, when the final diagnosis may be determined only on the basis of a histological
examination of a completely removed tumour. In such unclear cases it is necessary to consider
actinic keratosis, seborrheic dermatitis, seborrheic keratosis, pyogenic granuloma, Merkel
tumour, psoriasis, Bowens disease, non-pigmented melanocytic naevus, malignant melanoma, or
squamous cell carcinoma
.
Histopathologicalfinding
BCC is an epithelial malignant tumour with a low malignant potential, consisting of cells which
look like the basal epidermis layer (3). The diagnostic histological features, common for all types
of the tumour, are basaloid cells with a thin pale cytoplasm surrounding round or oval nuclei
with a rough granulated chromatin pattern. The peripheral borderline cell layers are characterised
by palisade arrangement and the surrounding stroma is often separated by artificially created
slits, whereas the internal arrangement of the cells is rather chaotic. Most tumours originate in
the epidermis and invade the dermis in the form of solid or cystic nodules or streaky projections
creating various growth patterns. Mitoses may be rare or multiple; often, especially in greater
tumour nodules, there are central necroses (3). Intercellular bridges may also be present; these
are less significant than in squamous cell carcinoma and cannot be evaluated in an examination
by a light microscope (1,2,4,5).
Histopathologicalclassifications
Up to now, there have been many histopathological types of BCC described by various authors.
The highest number, twenty-six, was described by Wade and Ackerman (6) in 1978. Most authors
use two basic criteria in the creation of classifications of histological types, the histological
growth pattern and histological differentiation. Most authors agree that the histological growth
pattern is of the greatest biological significance. Classification based on the histological growth
pattern is useful during the creation of the concept of low-risk and high-risk types of
BCC(2,7,8,9,10,11). A greater probability of subclinical spread, aggressive local behaviour of the
tumour with a more frequent occurrence of local recurrences and incomplete excision are
characteristic of high-risk types (5,7,9,10). High-risk types include infiltrative (Fig. 1, Fig. 2)
and superficial types (Fig.3); a representative of the low-risk type of BCC is the nodular type
(Fig. 4), in which many histological variants were described (2,7,8,9,11,12).
The criterion of cell differentiation obtained less support for classification. The significance of
the squamous differentiation of BCC is controversial. There is no accord of views regarding the
type of basosquamous carcinoma. This type is most frequently described as the simultaneous
presence of basal cell and squamous cell carcinoma (1,3,5,13,14); some authors report further
items, keratotic carcinoma (3,5,14) and metatypical carcinoma (5,12). Regardless of this unclear
definition, some authors expressed the opinion that BCC associated with moderate or severe
squamous cell atypia or malignity is associated with a higher occurrence of local recurrences and

metastatic spread (2,5,9,13,14). In BCC with follicular differentiation there are usually less
squamous cell atypias, however with no significance for the biological behaviour of the tumour
(9). The classification by Sexton (4) and Rippey (2) does not include the variants with squamous
cell differentiation as special types of BCC.263 Classification of BCC
Sloan
1977 Sexton 1990 Rippey 1998 Weedon 2002 Rosai
2004
WHO
2006 Patterson 2006
nodular Nodular nodular, including
micronodular nodular nodular nodular nodular
superficial superficial superficial superficial superficial superficial superficial
infiltrating infiltrating infiltrating including
sclerosing infiltrating infiltrating infiltrating infiltrating
nodular with infiltrative
margin micronodular micronodular micronodular micronodular
fibroepithelial fibroepithelial fibroepithelial fibroepithelial
basosquamous basosquamous
(metatypical) basosquamous basosquamous
keratotic keratotic keratotic keratotic
pigmented pigmented pigmented
infundibulocystic infundibulocystic with adnexal
differentiation
adenoid adenoid adenoid
cystic cystic
sclerosing sklerosing sklerosing sklerosing
metatypical clear cell metatypical
mixed mixed mixed basosebaceous
Table 1
Comparison of classification of BCC according to the various authors
264
The group defined according to cell differentiation, which usually has more aggressive
behaviour,
includes histological variants, which represent a certain degree of squamous cell differentiation.
This
is the keratotic BCC whose solid growth pattern contains central foci with pronounced squamous
differentiation
and keratinisation (3,5,9,14). Another controversial type of BCC included in this group is
basosquamous carcinoma, which can be defined as basal cell carcinoma differentiated from
squamous
cell carcinoma. This variant consists of three groups of cells; basaloid cells, which are bigger,
paler and
rounder than in the solid type; also squamous cells with rich eosinophilic cytoplasm and
intermediate
cells (5). A fourth type of this group is the metatypical BCC, which is used by some authors as a
synonym

for basosquamous carcinoma (3,13,14) and set apart by others as a separate type (5). This variant
contains nests of cells which lose the palisading arrangement and mature to bigger, paler cells.
Rippey et al. (7,15,16), in comparison with the classifications by Sexton (4), Weedon (5), Rosai
(14)
and the WHO classification (3), exclude micronodular BCC as a special type (Table). The
authors
believe that the micronodular type, after evaluation of the size of the tumour cell nests and the
presence
or absence of infiltration in the dermis, may be included in the nodular (2,16) or infiltrative
types (11). The classification by Rippey (12) does not differentiate among other, less frequent
variants.
Secondary changes recognised in nodular BCC include the creation of cysts, ulceration, and
pigmentation
(1,2,3,4,5,13,17). We believe that, in accordance with other authors (4,11), these changes are
insignificant for the determination of the biological behaviour of BCC and these terms should not
be
used. Nodulocystic, noduloulcerative, and nodulopigmented are attributes with no prognostic
significance
and secondary changes, especially the presence of pigment, may be found in all types of BCC,
although they are most frequently described in the nodular and superficial type of BCC
(2,3,4,5,17).
Pigmented BCC only contains functional melanocytes producing melanin; an admixture of a
certain
dominant growth type and their presence as well as the presence of melanophages in the dermis
have no influence on the biological behaviour of the tumour (4).
The WHO classification (3) distinguishes among eight types; Patterson (18) reports eleven types,
Weedon (5) and Rosai (14) report thirteen and fourteen types, respectively (Table).
These classifications contain the nodular, superficial, and infiltrative types; furthermore they set
apart
the micronodular, fibroepithelial, basosquamous, keratotic, and pigmented types. The WHO
classification
(3) has a category of BCC with adnexal differentiation, Weedon (5) and Rosai (14) differentiate
among infundibulocystic,
adenoid, and cystic types. Compared with the WHO classification (3), Weedon (5), Rosai
(14), Sexton (4), and Patterson (18) separately describe a sclerosing type, which is part of the
infiltrative
type in most publications (2,3,7,15). Weedon (5) sets apart the metatypical type, which is
considered to be
basosquamous by Rosai (14). Rosai (14) is the only one to describe the type from clear cells. It is
obvious
that such a great number of histological types decreases the reproducibility of the morphological
findings
and disables the comparison of histological types with clinical findings and therapy results.
Furthermore, there are many other aspects that complicate the entire issue even more. Many
BCC

contain more histological types and there is no consent from what percentage of individual types
the
BCC should be determined as a new histological variant. Scant attention was paid to the
evaluation of
the growth pattern in the invading part of the tumour or in its border areas (4,11). There are no
studies
dealing with the reproducibility of the histological findings; there are only a few studies dealing
with
the description of the size of the protective rim of the excised tumour. The British Royal College
of
Pathologists (10) recommends description of the growth pattern in situations where it represents
more
than 50 % of the tumour or when the risky type is present in an invading part of the tumour or
near the
resection line of the tumour until such studies have been performed.
Histopathological classification should be well reproducible, should correspond to the clinical
symptoms, biological behaviour of the tumour, and related therapeutic results.
The necessity to simplify histological classifications caused Sexton (4), who followed the
previous
work of Sloan (11), to set apart six histological types of BCC. Sextons classification (4) defined
the
nodular, superficial, micronodular, infiltrative, sclerosing, and mixed types (Table). This
classification,
based mainly on evaluation of the growth pattern of the tumour, defines six histological types of
BCC
in accordance with the risk of the tumour and its biological behaviour. The risky histological
group of
the tumour is characterised by an increased probability of the subclinical spread of the tumour
and the
265
higher probability of incomplete excision of the tumour, as well as locally aggressive invasive
behaviour
and more frequent recurrences of the tumour (2,7,8,9,10,11).
Sexton (4) includes the following among the risky types of BCC the superficial, micronodular,
infiltrative, non-sclerosing, and sclerosing types.
The risk potential of the superficial type of BCC, also referred to as the multicentric or
multifocal
type, is related to the subclinical spread of the tumour, its multifocality and the increased
possibility of
incomplete primary excision with a higher risk of local recurrence (2,3,9,11,12,13,14). The risk
potential
of infiltrative non-sclerosing and infiltrative sclerosing BCC is caused by the local invasive
behaviour of
irregular groups of tumour cells spreading in projections to the surrounding tissue
(5,7,8,9,11,12). The

risk of micronodular BCC is characterised by the increased tendency toward the subclinical
spread of
oval tumour islets, sized less than 0.15 mm (2,9,12).
The classification made by Rippey (2) is the most acceptable from the point of view of simplicity
and good reproducibility. This classification further simplifies Sextons classification (4), when
the
micronodular type is assigned to the nodular type and the sclerosing type to the infiltrative type.
Many authors report further histological types, calling into question the possibility of joining
certain
morphological features and their inclusion in one histological type.
During the histopathological description of BCC the classification, which defines the two risk
groups of BCC and which uses the main and most frequent histological types, seems to be the
most
appropriate (2). The main classification should be performed on the basis of evaluation of the
dominating
growth pattern; the most risky should be selected in the case of several patterns present. The
group with low risk includes, in accordance with most authors, the nodular type, the group with
high
risk includes the infiltrative and superficial types (2,9, 11,12,13,15,16). These basic histological
types
of BCC forming up to 90 % of all histological types are reported by all published studies and
there is
absolute agreement on these histological variations.
I. Nodular type (solid)
This histological type represents, according to various authors, 30 to 75 % of all BCC (3, 4, 9,
14, 15,
19). This wide range is influenced to a certain extent by the assignment or exclusion of similar
growth
types.
The nodular histological type (Fig. 4) consists of cell islets with a typical peripheral palisading of
the
cells and chaotic arrangement of the cells in the central region. It can achieve a cystic appearance
in microscopy
in the case of necrosis of centrally located cells, next to which an accumulation of mucin occurs.
Sometimes the projections of the tumour cells produce a reticular formation. Some authors (5,14)
set apart
this cystic and adenoid pattern as special types, other authors (2,3,4,11) include these variants in
the nodular
variant due to the basic growth pattern. The fibroepithelial variant is also often included in the
nodular
type, in which cell nests interconnected with thin strands of cells are lost in the abundant stroma.
II. Superficial type (multicentric, multifocal)
This histological type, consisting of 1015 % of BCC is most frequently described in younger
age
categories (5). It consists of frequent small islets of basaloid tumour cells (Fig. 3), well
circumscribed

against normal epithelia and in close contact but without apparent invasion; with papillary
dermis.
The nests are often surrounded by thin strands of fibrous stroma with lymphocyte infiltrate and
thinwalled
vessels. Multifocal development of this type is sometimes called into question by some authors
since three-dimensional reconstruction studies have shown that the cell nests, no matter how
distant
they are from each other, are connected by tiny projections (1,4,5).
From this finding the authors conclude a single-centre development of this type of BCC; in spite
of
this the synonym multicentric is still being used for the superficial type (1,2,3,5,11,12,13).
III. Infiltrative type
This type, consisting of 10 % of all BCC, includes non-sclerosing (Fig. 1) and sclerosing (Fig. 2)
histological
variants with an infiltrating rather than expansible growth pattern, where long, thin strands of
266
Fig. 1
Infiltrating non-sclerosing basal cell carcinoma (H&E, magnification x 200)
Fig. 2
Infiltrating sclerosing basal cell carcinoma (H&E, magnification x 20)
267
Fig. 3
Superficial basal cell carcinoma (H&E, magnification x 40)
Fig. 4
Nodular basal cell carcinoma (H&E, magnification x 20)
268
tumour cells penetrate deeply among the collagen fascicles. The superficial layers of the tumour
often
have a solid growth pattern and the infiltrative type is present in the lower or peripheral layers of
the
tumour (1,4,11). If excision is not complete, this tumour can be included in the nodular type and
the
infiltrative type is detected only during re-excision.
The sclerosing (morpheic, fibrosing, cicatricial or desmoplastic) variant of infiltrative BCC is
characteristic of an increased number of fibroblasts and the presence of fibrotic desmoplastic
stroma,
which gives the tumour a characteristic clinical picture of a morphea or keloid scar.
Conc lusion
Histological diagnostics and classification of BCC are essential for the determination
of the tumour type and its biological behaviour. There is no unique and generally
accepted classification of BCC. BCC classification by most authors is based
on the growth pattern of the tumour, which better reflects the biological behaviour
of the tumour; less frequently on histological differentiation. Most authors agree
that the group with low risk includes the nodular type and the group with high risk
includes local recurrences, superficial and infiltrating types.
The request for simplicity and good reproducibility is best achieved by the Rippey

classification, setting apart four histological variations based on the evaluation


of the growth pattern, of which three histological types are basic and one type is
mixed, consisting of a combination of several basic types. This classification enables
the evaluation of the percentage of each histological type, age distribution, anatomic
localisation, and malignant potential of the tumour.

Anda mungkin juga menyukai