Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

\
LEUKEMIA GRANULOSITIK KRONIK
Leukemia granulositik kronik (LGK) adalah suatu penyakit
mieloproliferasi yang ditandai dengan produksi berlebihan seri
granulosit yang relatif matang.
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tersering dijumpai adalah rasa lelah,
penurunan BB, rasa penuh di perut ; kadang-kadang rasa sakit di
perut dan mudah mengalami perdarahan. Pada pemeriksaan fisik
hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga
sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali.
Kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas,
pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3,
pergeseran
ke
kiri
pada
hitung
jenis,
trombositopenia, kromosom Philadelphia, kadar fosfatase alkali
leukosit rendah atau sama sekali tidak ada dan kenaikan kadar
vitamin B12 dalam darah. Pada pemeriksaan sumsum tulang
didapatkan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktifitas granulopoiesis.
Penatalaksanaan
Pengobatan dapat dilakukan peroral dengan obat-obatan sebagai
berikut :
1. Tablet Busulfan (2 mg)
Instruksi :
Bila leukosit 50.000/l 6 mg/hari sampai dengan leukosit
5.000 15.000/l
Kemudian istirahat 2 minggu
Selanjutnya
diteruskan
dengan
maintenance
(pemberian
disesuaikan dengan jumlah leukosit saat itu)
Bila leukosit :
15.000 25.000 l : 2 mg/hari (7 hari)
25.000 35.000 l : 4 mg/hari (7 hari)
> 35.000 l
: 6 mg/hari (7 hari)
2. Pengobatan dengan Hidropurea 500 mg
Dosis 15 25 mg/kgBB dalam 2 dosis peroral
Prognosis
Sebagian besar klien LGK akan meninggal setelah memasuki fase
akhir yang disebut krisis blastik. Gambarannya mirip dengan

leukemia akut, biasanya berupa mieloblas dan/promielosit,


disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang
amat kurang.

LEUKEMIA MIELOBLASTIK AKUT


Insidens leukemia mieloblastik akut (LMA)kira-kira 2 3/100.000
penduduk.
LMA
lebih
sering
ditemukan
pada
umur
dewasa
(85%)daripada anak-anak (15%). Ditemukan lebih sering pada lakilaki daripada wanita. LMA dapat ditemukan sekitar 40% dari
seluruh insidens leukemia.
Manifestasi klinis
Gejala klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa
lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia, ptekie, perdarahan,
nyeri tulang, infeksi dan pembesaran kelenjar getah bening,
limfa, hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga
ditemukan
hipertropi
gusi,
khususnya
pada
leukemia
akut
monoblastik dan mielomonositik.
Klasifikasi
Menurut klasifikasi FAB (French American British), LMA
dibagi dalam 6 jenis, yaitu :
M1
: leukemia mieloblastik tanpa pematangan
M2
: leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan
M3
: leukemia promielositik hipergranular
M4
: leukemia mielomonositik
M5
: leukemia monoblastik
M6
: eritroleukemia
Penatalaksanaan
Sebaiknya klien dirujuk ke spesialis penyakit dalam (Sub Bagian
Hematologi) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Prognosis
Dengan pengobatan modern, angka remisi 50 75%, tetapi angka
rata-rata hidup masih hidup 2 tahun dan yang dapat hidup lebih
dari 5 tahun hanya 10%. Prognosis terburuk adalah pada golongan
M5 dan M6, semua klien meninggal dunia sebelum 2 tahun,
sedangkan M3 mempunyai harapan hidup paling lama.

LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIK


Leukemia limfositik kronik (LLK) merupakan 25% dari seluruh
leukemia di negara barat, amat jarang ditemukan di Jepang, Cina
dan Indonesia. Lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada

wanita (2 : 1) dan jarang ditemukan pada umur kurang dari 40


tahun.
Klasifikasi
LLK dapat dibagi menjadi 4 tingkatan penyakit secara klinis,
yang ternyata mempunyai hubungan dengan prognosis.
Tingkat penyakit
0
1
2
3
4

Median survival (bulan)

Hanya limfositosis dengan infiltrasi sel


Limfositosis dan limfadenopati
Limfositosis dan splenomegali/hepatomegali
Limfositosis dan anemia < 11 g% dengan/tanpa pembesaran
Hati, limfa dan kelenjar
Limfositosis dan trombositopenia < 100.000/mm3 dengan/
Tanpa pembesaran hati, limfa dan kelenjar

150
101
71
19
19

Manifestasi klinis
Berupa limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi
organ tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia
hemolitik, trombositopenia, hipogammaglobulinemia dan gammapati
monoklonal sehingga klien mudah terkena infeksi.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi menunjukkan limfositosis lebih dari
50.000/mm3, pada sumsum tulang didapatkan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil, yaitu lebih dari 40% dari total sel
yang berinti. Kurang lebih 95% klien LLK disebabkan peningkatan
limfosit B (BLLK).
Penatalaksanaan
Pengobatan sebaiknya tidak diberikan kepada klien-klien tanpa
gejala, karena tidak memperpanjang hidup. Yang perlu diobati
adalah klien yang menunjukkan progresivitas limfadenopati atau
splenomegali, anemia, trombositopenia atau gejala akibat desakan
tumor.
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah :
1. Klorambusil 0,1 0,3 mg/kgBB sehari peroral
2. Kortikosteroid, sebaiknya baru diberikan bila terdapat
AIHA atau trombositopenia atau demam, tanpa sebab infeksi
3. Radioterapi dengan menggunakan sinar X kadang-kadang
menguntungkan
bila
ada
keluhan
pendesakan
karena
pembengkakan kelenjar getah bening setempat.

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT


Insidens leukemia limfoblastik akut (LLA) berkisar 2 3/100.000
penduduk. Lebih sering ditemukan ada anak-anak (82%)daripada
usia dewasa (18%) dan lebih sering ditemukan pada laki-laki di
banding wanita.

Manifestasi klinis
Gejala tersering yang dapat terjadi adalah rasa lelah, panas
tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam
infeksi, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu massa
abnormal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan splenomegali (86%),
hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis
dan perdarahan retina.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblast dan
biasanya ada leukositosis (60%), kadang-kadang leukopenia (25%).
Jumlah leukosit biasanya berbanding langsung dengan jumlah blas.
Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah, demikian pula
dengan kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang biasanya menunjukkan sel blas yang dominan.
Penatalaksanaan
Sebaiknya klien dirujuk ke spesialis penyakit dalam (Sub Bagian
Hematologi) untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Prognosis
Prognosis LLA pada anak-anak baik ; lebih dari 95% terjadi
remisis sempurna. Kira-kira 70 80% dari klien bebas gejala
semalam 5 tahun. Apabila terjadi relaps, remisi sempurna kedua
dapat terjadi pada sebagian besar kasus. Para klien ini
merupakan kandidat untuk transplantasi sumsum tulang, dengan 35
65% kemungkinan hidup lebih lama.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Pengkajian
Data dasar pengkajian klien, meliputi :
1. Aktifitas/istirahat
Gejala
: kelelahan,
malaise,
kelemahan,
ketidakmampuan
untuk melakukan aktifitas biasanya
Tanda
: kelelahan
otot,
peningkatan
kebutuhan
tidur,
somnolen
2. Sirkulasi
Gejala
: palpitasi
Tanda
: takikardi, murmur jantung, kulit dan membran
mukosa
pucat,
defisit
syaraf
kranial,
tanda
perdarahan serebral
3. Integritas ego
Gejala
: perasaan tidak berdaya/tak ada harapan

Tanda

: depresi, menarik diri, ansietas, takut, marah,


mudah terangsang, perubahan alam perasaan, kacau

4. Eliminasi
Gejala
: diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang
pada tissue, feses hitam, darah pada urine,
penurunan haluran urine
5. Makanan/cairan
Gejala
: kehilangan
nafsu
makan,
anoreksia,
muntah,
perubahan/penyimpangan
rasa,
penurunan
BB,
faringitis, disfagia
Tanda
: distensi
abdominal,
penurunan
bunyi
usus,
splenomegali, hepatomegali, ikterik, stomatitis,
ulkus mulut, hipertropi gigi (infiltrasi gusi
mengindikasikan leukemia monositik akut)
6. Neurosensori
Gejala
: kurang/penurunan
koordinasi,
perubahan
alam
perasaan, kacau, disorientasi kurang konsentrasi,
pusing, kebas, kesemutan, parastesia
Tanda
: otot mudah terangsang, aktifitas kejang
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala
: nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang/sendi,
nyeri tekan sternal, kram otot
Tanda
: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah, fokus
pada diri sendiri
8. Pernafasan
Gejala
: nafas pendek dengan kerja minimal
Tanda
: dispnea,
takipnea,
batuk,
gemericik,
penurunan bunyi nafas

ronkhi,

9. Keamanan
Gejala
: riwayat infeksi saat ini/dahulu, riwayat jatuh,
gangguan penglihatan/kerusakan, perdarahan spontan
tak terkontrol dengan trauma minimal
Tanda
:demam, infeksi, kemerahan, purpura, perdarahan
retinal, perdarahan gusi, epistaksis, pembesaran
nodus limfe, limpa atau hati (sehubungan dengan
invasi jaringan), papiledema dan eksoptalmus,
infiltrasi leukemia pada dermis
10. Seksualitas
Gejala
: perubahan libido,
menoragia, impoten

perubahan

aliran

menstruasi,

11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala
: riwayat terpajan pada kimiawi, kadar ionisasi
radiasi
berlebihan,
pengobatan
kemoterapi
sebelumnya, gangguan kromosom.

Prioritas keperawatan
1. Mencegah infeksi selama fase akut penyakit/pengobatan
2. Mempertahankan volume sirkulasi darah
3. Menghilangkan nyeri
4. Meningkatkan fungsi fisik optimal
5. Memberikan dukungan psikologis
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis
kebutuhan pengobatan

dan

Tujuan pemulangan
1. Komplikasi dicegah/minimal
2. Nyeri hilang/terkontrol
3. Aktifitas sehari-hari terpenuhi oleh diri sendiri atau dengan
bantuan
4. Menerima kenyataan penyakit
5. Proses penyakit/prognosis dan program terapeutik dipahami
Diagnosa keperawatan dan rencana tindakan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuat pertahanan sekunder : gangguan dalam kematangan sel
darah putih/SDP (granulosit rendah dan jumlah lmfosit
abnormal), peningkatan jumlah limfosit ; Tidak adekuat
pertahanan primer : stasis cairan tubuh dan trauma jaringan ;
Prosedur invasif ; malnutrisi dan penyakit kronis
Tujuan

: infeksi tidak terjadi atau dapat dicegah dengan


kriteria
klien
mengidentifikasi
tindakan
untuk
mencegah/menurunkan
resiko
infeksi
;
klien
menunjukkan teknik dan perubahan pola hidup untuk
meningkatkan keamanan lingkungan serta meningkatkan
penyembuhan

Rencana tindakan :
o Tempatkan klien pada ruangan khusus. Batasi pengunjung
sesuai dengan indikasi (melindungi klien dari sumber
potensial patogen/infeksi)
o Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik untuk
semua
petugas
dan
pengunjung
(mencegah
kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi)
o Pantau
perubahan
suhu.
Perhatikan
hubungan
antara
peningkatan suhu dan pengobatan kemoterapi (hipertermia
lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam
terjadi pada kebanyakan klien leukemia)
o Cegah menggigil : tingkatkan masukan cairan (membantu
menurunkan demam dan mencegah komplikasi SSP)
o Anjurkan sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk
(mencegah stasis sekret pernafasan, menurunkan resiko
atelektasis/pneumonia)

o
o
o
o
o
o
o
o
o

Rawat
klien
dengan
lembut
dan
pertahankan
linen
kering/tidak kusut (mencegah rasa terbakar/ekskoriasi
kulit)
Inspeksi luka dari nyeri tekan, area erimatosus, luka
terbuka, bersihkan luka dengan larutan antibakterial
(mengindikasikan infeksi lokal)
Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dan gunakan
sikat gigi halus untuk perawatan mulut (rongga mulut
adalah media yang baik untuk pertumbuhan organisma)
Anjurkan peningkatan masukan makanan tinggi protein dan
cairan (meningkatkan pembentukan antibodi dan mencegah
dehidrasi)
Hindari/batasi
prosedur
invasif
(kulit
robek
dapat
memberikan jalan masuk bagi kuman patogenik)
Pantau pemeriksaan laboratorium (mengidentifikasi secara
dini kejadian infeksi)
Berikan obat-obatan sesuai indikasi (dapat diberikan
secara profilaktik/mengobati infeksi khusus)
Hindari antipiretik yang mengandung aspirin (aspirin dapat
menyebabkan
perdarahan
gaster
dan
penurunan
jumlah
trombosit lanjut)
Berikan
diet
rendah
bakteri,
misalnya
makanan
dimasak/diproses
(meminimalkan
sumber
potensial
kontaminasi bakterial)

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan kehilangan berlebihan ; penurunan pemasukan cairan ;
peningkatan kebutuhan cairan
Tujuan

: volume cairan tubuh dapat dipertahakan dalam keadaan


seimbang dengan kriteria tanda vital klien dalam
batas normal, nadi teraba, haluaran urine, berat
jenis dan pH dalam batas normal, mengidentifikasi
faktor resiko individual dan intervensi yang tepat.

Rencana tindakan :
o Pantau masukan dan haluaran (penurunan sirkulasi sekunder
terhadap destruksi SDM dan pencetusnya pada tubulus ginjal
dan/atau terjadinya batu dapat menimbulkan retensi urine)
o Timbang BB tiap hari (pemasukan lebih dari keluaran dapat
mengindikasikan memperburuk/obstruksi ginjal)
o Pantau
TD
dan
frekwensi
jantung
(perubahan
dapat
menunjukkan efek hipovolemik)
o Perhatikan adanya mual dan demam (mempengaruhi pemasukan,
kebutuhan cairan dan rute pergantian)
o Anjurkan masukan cairan 3 4 l/hari bila masukan oral
dimulai (meningkatkan aliran urine)
o Cegah cedera jaringan dan perdarahan (jaringan rapuh dan
gangguan
mekanisme
pembekuan
meningkatkan
resiko
perdarahan meskipun trauma minor)
o Berikan diet halus (membantu menurunkan iritasi gusi)

o
o
o

Berikan
cairan
iv
sesuai
indikasi
(mempertahankan
keseimbangan cairan/elektrolit dan menurunkan komplikasi
ginjal)
Pantau
pemeriksaan
laboratorium
(mengidentifikasi
kemungkinan terjadinya perdarahan samar)
Berikan
SDM,
trombosit
dan
faktor
pembekuan
(memperbaiki/menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa
oksigen untuk memperbaiki anemia)

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisikal (pembesaran


organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel
leukemia)
;
agen
kimia
(pengobatan
antileukemik)
;
manifestasi psikologis (ansietas, takut) ditandai dengan
keluhan nyeri (tulang, syaraf, sakit kepala, dsb, perilaku
berhati-hati/distraksi, wajah mengkerut, gangguan tonus otot,
respons autonomik
Tujuan : nyeri
hilang/terkontrol
dengan
kriteria
klien
melaporkan
nyeri
hilang/berkurang,
menunjukkan
prilaku penanganan nyeri, tampak rileks dan mampu
tidur/istirahat dengan tenang
Rencana tindakan :

Kaji keluhan nyeri. Perhatikan perubahan pada derajat dan


sisi (membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi)

Pantau
tanda
vital,
perhatikan
petunjuk
non-verbal
(membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan
intervensi)

Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan


penuh stress (meningkatkan istirahat dan meningkatkan
kemampuan koping)

Tempatkan
klien
pada
posisi
nyaman
(menurunkan
ketidaknyamanan posisi sendi)

Ubah posisi secara periodik dan berikan bantuan rentang


gerak lembut (memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas
sendi)

Berikan
tindakan
kemyamanan
(meminimalkan
kebutuhan/meningkatkan efek obat)

Evaluasi dan dukung mekanisme koping klien (penggunaan


persepsi sendiri/perilaku untuk menghilangkan nyeri dapat
membantu klien mengatasinya lebih efektif)

Anjurkan
klien
menggunakan
teknik
manajemen
nyeri,
misalnya latihan nafas dalam (memudahkan relaksasi, terapi
farmakologis tambahan dan meningkatkan kemampuan koping)

Bantu dan berikan aktifitas terapeutik (membantu manajemen


nyeri dengan perhatian langsung)

Pantau kadar asam urat (pergantian cepat dan dertruksi sel


leukemia
selama
kemoterapi
meningkatkan
asam
urat,
menyebabkan pembengkakan dan nyeri sendi)

Berikan obat-obatan sesuai indikasi (analgesik, narkotik,


agen ansietas)

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum


(penurunan cadangan energi, peningkatan laju metabolik dari
produksi leukosit masif) ; ketidakseimbangan antara suplay
dan
kebutuhan
oksigen
(anemia/hipoksia)
;
pembatasan
terapeutik (isolasi/tirah baring) atau akibat efek terapi
obat ditandai dengan keluhan verbal kelemahan dan kelelahan,
ketidaknyamanan kerja/dispnea, frekwensi jantung/respon TD
abnormal
Tujuan

: aktifitas dapat ditoleransi sesuai dengan kemampuan


klien dengan kriteria terlihat peningkatan toleransi
klien
terhadap
aktifitas,
berpartisipasi
dalam
aktifitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan,
menunjukkan
penurunan
tanda
fisiologis
tidak
toleran, misalnya nadi, pernafasan dan TD dalam
batas normal

Rencana tindakan :

Pantau kelemahan dan perhatikan ketidakmampuan untuk


berpartisipasi dalam aktifitas (efek leukemia, anemia dan
kemoterapi mungkin kumulatif)

Berikan lingkungan yang tenang dan periode istirahat tanpa


gangguan. Anjurkan istirahat sebelum makan (menghemat
energi
untuk
aktifitas
dan
regenerasi
sel
serta
penyembuhan luka)

Laksanakan teknik penghematan energi, seperti lebih baik


duduk daripada berdiri (memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri)

Jadwalkan makan sebelum dan sesudah kemoterapi (dapat


meningkatkan pemasukan dengan menurunkan mual)

Berikan oksigen tambahan (memaksimalkan sediaan oksigen


untuk kebutuhan seluler)
5. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan pada sumber ;
salah interpretasi/kurang mengingat ditandai dengan penyataan
masalah/permintaan informasi, pernyataan salah konsepsi
Tujuan

: pengetahuan klien tentang penyakitnya bertambah


dengan kriteria klien menyatakan pemahaman tentang
kondisi/proses
penyakit/pengobatan,
melakukan
perubahan pola hidup yang perlu, berpartisipasi
dalam program pengobatan

Rencana tindakan :

Kaji ulang patologi bentuk khusus leukemia dan berbagai


bentuk pengobatan (pengobatan dapat termasuk berbagai obat
antineoplastik, radiasi seluruh tubuh atau hati/limpa,
transfusi atau transplantasi sumsum tulang)

Anda mungkin juga menyukai