Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Limbah cair merupakan limbah yang berwujud cair. Limbah cair terlarut
dalam air, selalu berpindah dan tidak pernah diam.
Pengambilan sampel dimasukkan untuk mengumpulkan volume sesuatu
badan air yang akan sulit diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin tetapi masih
mewakili karakteristik bahan yang diperiksa secara keseluruhan (repserentative).
Factor utama yang menentukan frekuensi pengambilan sampel air adalah sifat
badan air yang akan diteliti.
Air limbah yang dibuang begitu saja ke lingkungan menyebabkan pencemaran,
antara lain menyebabkan polusi sumber-sumber air seperti sungai, danau, sumber
mata air, dan sumur. Limbah cair mendapat perhatian yang lebih serius
dibandingkan bentuk limbah yang lain karena limbah cair dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan dalam bentuk pencemaran fisik, pencemaran kimia,
pencemaran biologis dan pencemaran radioaktif.
Lingkungan yang tercemar akan mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup
disekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan
industri, air yang telah digunakan (air limbah industri) tidak boleh langsung
dibuang ke lingkungan, tetapi air limbah industri harus mengalami proses
pengolahan sehingga dapat digunakan lagi atau dibuang ke lingkungan tanpa
menyebabkan pencemaran. Proses pengolahan air limbah industri adalah salah
satu syarat yang harus dimiliki oleh industri yang berwawasan lingkungan.
Sumber sumber pencemaran dengan karakteristik tertentu seperti air
buangan penduduk , air limbah industry, air limbah pertanian dan peternakan
serta air alam. Pencemaran berarti semua keadaan atau perubahan keadaan yang
dapat membahayakan manfaat dari badan air tersebut. Kegiatan peternakan akan
mengahaslkan limbah cair yang sangat berpengaruh terhadap badan air, oleh
karena itu sebelum dibuang air limbah harus di kelola sehinga menghasilkan air
yang minim mengandung badan organik sebagai pencemar. Untuk melihat

karakteristik limbah secara fisik dan kimia diperiksa seperti warna, bau , suhu,
keasaman atau kebasaan, kadar oksigen.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu agar praktikan tahu dan mampu
mengevaluasi kualitas limbah cair dari beberapa peternakan yang ada di Kota
Jambi.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu bisa dijadikan tolak ukur dalam
penilaian kualitas pengolahan limbah peternakan.

BAB II
2

PROSEDUR KERJA

2.1. Waktu dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum Pengolahan Limbah Ternak tentang
evaluasi kualitas limbah cair industry peternakan adalah tanggal 17 maret 2016
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempat di Laboratorium Limbah
Ternak gedung C Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
2.2. Materi dan Peralatan
Adapun materi dan peralatan yang digunakan pada praktikum evaluasi
kualitas limbah cair industry peternakan adalah beker glas 100 ml, botol air
mineral 1,5 liter, pengaduk kaca, pH meter atau kertas lakmus, air limbah
peternakan.
2.3. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah periksa
sampel air limbah seperti warna, bau pada limbah. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan suhu dan derajat keasaman air limbah dengan menggunakan pHmeter atau kertas lakmus.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum pengolahan Limbah Ternak
yang berjudul Evaluasi Kualitas Limbah Cair Industri Peternakan yang telah
dilakukan diperoleh hasil dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7

Nama Peternakan
Peternakan Pak
Satiman
Peternakan Pak
Rohman
Peternakan Pak Yudi
Rumah Potong
Hewan
Peternakan Pak
Satiman
Peternakan Pak
Rohman
Peternakan Pak Yudi

Warna

Parameter
Bau

PH

Suhu

Kuning

H2S

32 0C

Hijau Keruh
Kecoklatan

H2S
H2S

8
8

32 0C
32 0C

Hijau Lumut

H2S

32 0C

Coklat Muda
Coklat
Kehitaman
Coklat Muda

Amonia

32 0C

Amonia
Amonia

8
8

32 0C
32 0C

Dari hasil data yang telah diperoleh yaitu pada limbah cair dari tempat
peternakan yang berbeda

pada proses pengolahan limbah cair didapatlah

parameter dengan kondisi suhu,ph sama sedangkan pada bau serta warna dengan
kondisi yang berbeda .
Gambar 1. Uji Warna

Pemeriksaan warna dapat ditentukan dengan membandingkan secara


visual. Dari gambar diatas dapat dilihat perbedaan warna dari setiap sampel
perkelompok.

Salah satu pentingnya warna adalah pada proses

pembersihan sampel. Penggunaan asam / basa /perak nitrat/kolom silika adalah


langkah pertama dalam prosedur pembersihan kromatografi yang dianjurkan.
Kolom dikemas sesuai dengan instruksi metode tertentu. Sebelum digunakan,
kolom yang dikemasdibilas menggunakan 2% diklorometana inheksana. Pelarut
ditarik ke atas kemasan, botol pengumpul diatur pada tempatnya, dan sampel
terkonsentrasi ditransfer ke kolom menggunakan pipet pasteur. Setelah semua
pelarut dikeringkan melalui kolom, perak nitrat/silika dan lapisan asam/silika
diperiks/diamati warnanya. Warna menunjukkan kejenuhan yang tidak diinginkan
dari lapisan ini dan pemisahan yang tidak lengkap. Jika perak nitrat / lapisan silika
menunjukkan tanda-tanda kejenuhan, ekstrak sampel terkonsentrasi harus
melewati thorugh kolom tambahan perak nitrat / silika (Linskens,2009).
Menurut Malise (2008), sebagai bagian dari limbah cair terdapat
beberapa tipe limbah cair domestic, antara lain grey water, yellow water dan
brown water.
Gambar 2. Uji Bau

Uji bau dilakukan dengan cara mencium sampel seperti yang terdapat pada
gambar 2. Bau yang terdapat pada sampel beberapa kelompok yaitu bau Amoniak
tetapi sangat menyengat dan busuk.
Dalam mempertimbangkan pengukuran bau, penting untuk membedakan
antara aroma dan bau. Aroma adalah zat yang merangsang sistem penciuman
manusia sehingga bau yang dirasakan, sedangkan bau adalah atribut organoleptik

jelas oleh organ penciuman pada mengendus zat volatil tertentu. Konsentrasi bau
adalah parameter yang paling sering diukur dan dapat diukur secara analitis atau
dengan cara sensorik. Pengukuran analitis memberikan konsentrasi fisik untuk
aroma tertentu, sedangkan pengukuran konsentrasi sensorik menentukan jumlah
pengenceran yang diperlukan untuk mengurangi bau konsentrasi ambang batas
(threshold concentration), yang merupakan konsentrasi terendah di mana bau baik
dapat dideteksi atau diakui (Nicolay, 2006).
Sementara

jhonson

(2011) memaparkan bahwa semua nitrogen,

phosphor dan kalium yang berasal dari urin dan feses dapat dimanfaatkan kembali
untuk pertanian, kecuali nitrogen yang masih berupa ammonia

Gambar 3. Uji Pengukuran PH

PH menunjukkan kadar Asam atau Basa dalam suatu larutan, melalui


konsentrasi ion hydrogen H+ . ion hydrogen merupakan faktor utama untuk
mengerti reaksi kimia dalam ilmu teknik penyehatan.
Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa rata- rata nilai PH dari semua
kelompok adalah 8. PH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
didefinisikan sebagai kologaritma aktivitasion hidrogen (H+) yang terlarut.
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga
nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut.

Larutan dengan pH kurang dari 7 disebut bersifat asam, dan larutan dengan pH
lebih dari 7 disebut bersifat basa atau alkali (Wagiman, 2014).
PH meter adalah suatu piranti pengukur voltase yang dirancang untuk
digunakan dengan sel-sel beresistansi tinggi. Instrumen pembacaaan langsung
adalah voltmeter elektronik dengan resistansi masukan yang sangat tinggi;
rangkaian itu ditata sedemikian sehingga memberikan pembacaan pengukur yang
berbanding terhadap pH (Day, 2002).

Gambar 4. Uji Pengukuran Suhu

Dari hasil pengukuran nilai derajat suhu pada limbah cair peternakan yaitu
sebesar 32 0C Hal ini merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan
efeknya terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan
penggunaan air untuk berbagai aktivitas sehari hari. Naiknya suhu atau
temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :

Menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air.

Meningkatkan kecepatan reaksi kimia.

Mengganggu kehidupan organisme air.


Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu

penyebaran organisme baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu

perairan tersebut. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan


biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan
suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian
bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa setiap sampel
memiliki pH dan bau suhu yang sama dan pada warna dan bau yang berbeda
walaupun diambil dari peternakan yang sama. Hal ini kemungkinan terjadi karena
waktu pengambilan yang berbeda, lokasi pengambilan yang berbeda, suhu pada
saat pengambilan dan proses pengambilan sampel yang dilakukan.

4.2. Saran
Untuk saran yang diberikan pada praktikum ini yakni praktikan lebih serius,
tertib, kompak dalam menjalankan praktikum dan menjaga kebersihan tempat
praktikum berlangsung

DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A., dan L. Underwood. 2012. AnalisisKimiaKuantitatif. Jakarta: Erlangga.
Linskens, H.F., and J.F Jackson. 2009. Analysis of Plant Waste Materials.
Springer. New York.
Nicolay, Xavier. 2006. Odors In The Food Industry. Springer. New York.
Kordi dan Andi,2009. Planktonologi. Semarang : Universitas Diponegoro. Press.
Jonson. 2011. Pemanfaatan limbah. Diunduh melalui
http://yukez.wordpress.com./2009/
Malisie. 2008. Limbah cair domestic. Diunduh memalui http://chem-is-try.org
(diakses 20 oktober 2014
Wagiman.2014. Mikroba Air dan Dasar-dasar Pengolahan Bahan Buangan Secara
Biologis. Bandung : Alumni

Anda mungkin juga menyukai