Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktikum Industri Makanan Ternak kali ini membahas materi tentang test
sekam. Sekam merupakan kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan
padi. Dari penggilingan padi juga akan menghasilkan dedak, dimana dedak padi
ini terdiri dari kulit ari, menir dan sekam. Jumlah sekam dalam dedak padi sangat
mempengaruhi kualitas dedak. Dedak padi dengan kandungan sekam yang tinggi
mempunyai kualitas nutrisi yang rendah (jelek).
Sekam tidak layak dijadikan bahan pakan ternak karena kandungan serat
kasar yang tinggi dalam sekam tersebut yaitu sekitar 35.5%. pakan yang
mengandung dedak dengan kandungan sekam 10% biasanya kurang begitu
berpengaruh, tetapi jika kandungan sekam lebih dari 10% akan dapat menurunkan
performan ternak ayaym broiler dan menurunkan produksi ayam petelur. Untuk
ternak ruminansia, kandungan sekam dalam dedak masih dapat ditolerir tidak
lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi dibanding
unggas.
Kandungan seakm mempunyai korelasi positif terhadap kandungan serat
kasar. Semakin tinggi kandunagn sekam semakian tinggi juga kandungan serat
kasarnya. Oleh karena itu, perlu ada batasan dan teknik untuk mengetahui apakah
kandungan seaam dalam dedak normal atau tidak. Test sekam dapat dilakukan
dengan larutan phloroglucinol 1%. Sekam dari dedak padi akan berwarna merah
jika terendam dalam larutan phloroglucinol 1%. Sebaran warna merah
menandakan kadar sekam dari dedak padi tersebut.
1.2 Tujuan
Tujuan paraktikum test sekam ini yaitu untik mengetahui kualitas deadkyang
digunakan dalam praktikum ini, untuk mengetahui bagaimana cara mengukur

lkadar sekam yang terdapat dalam dedak dan untuk mengetahui berapa nilai kadar
sekam itu sendiri.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari praktikum ini yaitu dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang pengukuran kualitas bahan pakan,
memberi pengalaman-pengalaman baru kepada mahasiswa tentang nutrisi dan
makanan ternak serta mahasiswa dapat mempraktekkan secara langsung kegitan
pengukuran test sekam tersebut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Wahju, J . (2007) Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian


(serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang
melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat dijumpai
pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae), meskipun pada
beberapa

jenis

budidaya

ditemukan

pula

variasi

bulir

tanpa

sekam,

misalnya jagung dan gandum.


Menurut Abriyanto wahyu (2007) kandungan sekam mempunyai korelasi
positif terhadap kandungan serat kasar. Semakin tinggi kandungan sekam,
semakin tinggi juga kandungan serat kasarnya. Oleh karena itu perlu ada batasan
dan teknik untuk mengetahui apakah kandungan sekam normal atau tidak.
Kandungan sekam umumnya kurang dari 13 %, namun seringkali ditemukan
dedak padi yang kandungan sekamnya lebih dari 15%.
Supriyati, (2007) Untuk menghindari penggunakan penggunaan dedak padi
dengan kandungan sekam lebih dari 15%, perlu dilakukan test dengan
Flourogucinol. Karena telah diketahui bahwa flouroglucinol tidak bereaksi dengan
dedak namun memberikan warna merah pada kulit padi (sekam). Uji dengan
flouroglucinol ini juga bisa mendeteksi jika dedak padi di campur atau
terkontaminasi dengan serbuk gergaji, karena pada prinsipnya flouroglucinol
bereaksi dengan lignin yang ada dalam kulit padi.
Menurut Rasyaf M, ( 2004 ). Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari
proses penggilingan padi. Sekam tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena
kandungan serat kasar tinggi (35.3%). Pakan yang mengandung dedak dengan
kandungan sekam 10% biasanya kurang berpengaruh, tetapi lebih dari 10% akan
menurunkan performan ternak ayam broiller dan menurunkan produksi ayam
petelur ,Untuk ternak ruminansia kandungan sekam dalam dedak masih bisa

ditelorir tidak lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih
tinggi dibandingkan dengan unggas.
(Champagne, 2004).Sekam padi merupakan lapisan keras yang
meliputi kariopsis yang

terdiri

dari

dua

belahan

yang

disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses penggilingan beras
sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah
penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat digunakan untuk
berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak dan energi atau
bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 2030% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama seperti selulosa
(31,4 36,3 %), hemiselulosa (2,9 11,8 %) , dan lignin (9,5 18,4 %)
Menurut Atmadja (2009) hasil panen padi dari sawah disebut gabah.
Gabah tersusun dari 15-30% kulit luar (sekam), 4-5% kulit ari, 12-14% katul, 6567% endosperm dan 2-3% lembaga. Sekam membentuk jaringan keras sebagai
perisai pelindung bagi butir beras terhadap pengaruh luar. Kulit ari bersifat kedap
terhadap oksigen, CO2 dan uap air, sehingga dapat melindungi butir beras dari
kerusakan oksidasi dan enzimatis. Lapisan katul merupakan lapisan yang paling
banyak mengandung vitamin B1. Selain itu katul juga mengandung protein,
lemak, vitamin B2 dan niasin. Endosperm merupakan bagian utama dari butir
beras. Komposisi utamanya adalah pati. Selain pati, endosperm juga mengandung
protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan vitamin dalam
jumlah kecil. Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara lain
melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang.

BAB III
MATERI DAN METODA

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Industri Makanan Ternak ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal
30 oktober 2015 , pukul 10.00 WIB s/d selesai, bertempat di Laboratorium Nutrisi
Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
2.2 Materi
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan Petri
(masing-masing kelompok 4 buah cawan), pipet tetes, ayakan mesh 40, larutan
phloroglucinol 1%, dedak dan sekam
2.3 Metoda
Siapkan sampel standar sekam terlebih dahulu sebelum melakukan test
sekam. Sampel standar sekam yang digunakan yaitu 10%, 15% dan 20%. Cara
membuat sekam standar yaitu timbang dedak untuk sekam standar 10%, 15% dan
20% secara berurutan yaitu 9 gr, 8.5 gr dan 8 gr, sebelum ditimbang dedak di ayak
terlebih dahulu. Kemudian timbang sekam dengan porsi 1 gr, 1.5 gr dan 2 gr.
Campurkan dedak dan sekam tersebut sesuai dengan sekam standar yang
digunakan. Sekam standar ini dibuat untuk kelompok besar.
Setelah sampel standar sekam siap, maka kita sudah dapat mulai melakukan
test sekam denagn larutan phloroglucinol 1%. Caranya yaitu denagn menimbang
sampel standar sekam 10%, 15% dan 20% masing-masing sebanyak 1 gr. Lalu
timbang sampel dedak padi dari kelompok masing-masing (kelompok kecil)
sebanyak 1 gr. Letakkan masing-masing sampel dalam cawan petri secara merata.

Masukkan larutan phloroglucinol 1% kedalam masing-masing bahan tersebut


dengan mengunakan pipet tetes sebanyak 5 ml. Goyang-goyangkan cawan petri
hingga bahna tersebut bercampur merata dengan larutan phloroglucinol 1%.
Tunggu selama 10 menit, kemudian amati perubahan warnanya. Bandingkan hasil
yang didapat dengan sampel standar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Test Sekam


Setelah dilakukan pengamatan terhadap dedak yang dilakukan dengan
larutan pholoroglucinol 1%. Sekam dari dedak padi akan berwarna merah jika
terendam dalam larutan phloroglucinol 1%. Sebaran warna merah menandakan
kadar sekam. Setelah melaksanakan praktikum didapat hasil sebagai berikut :
No
.
1
2
3
4
5

< 10 %

10 %

15 %

20 %

20 % >

Ket : - Kelompok 1 : Phoultry shop sungai duren


- Kelompok 2 : Phoultry shop simpang rimbo
- Kelompok 3 : Phoultry shop tugu juang
- Kelompok 4 : Phoultry Shop simpang banjar
- Kelompok 5 : Phoultry Shop simpang kawat
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa kadar sekam dedak padi dari
beberapa kelompok yaitu kurang dari 10 % , 20 % dan lebih 20% . Berdasarkan
diktat penuntun praktikum Industri Makanan Ternak, kadar sekam yang lebih dari
20% ini menandakan bahwa dedak yang digunakan mempunyai kualitas yang
jelek, dimanan kadar sekam yang direkomendsaikan untuk dedak yaitu minimal
20%.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%,
dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5%. Sekam dengan persentase

yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan ( Dina Karunia,


2008). Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur
kimia penting. Dengan komposisi kandungan kimia, sekam dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan di antaranya: (a) sebagai bahan baku pada industri
kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan
baku dalam berbagai industri kimia, (b) sebagai bahan baku pada industri bahan
bangunan,terutama kandungan silika (SiO 2 ) yang dapat digunakan untuk
campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, husk-board dan
campuran pada industri bata merah, (c) sebagai sumber energipanas pada berbagai
keperluan manusia,kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan
pembakaran yang merata dan stabil.
Sekam adalah kulit gabah hasil samping dari proses penggilingan
padi.Sekam tidak layak sebagai bahan pakan ternak karena kandungan serat kasar
tinggi (35.3%). Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10%
biasanya kurang berpengaruh, tetapi lebih dari 10% akan menurunkan performan
ternak ayam broiller dan menurunkan produksi ayam petelur (Rasyaf M, 2004).
Untuk ternak ruminansia kandungan sekam dalam dedak masih bisa ditelorir tidak
lebih dari 25% karena ternak ruminansia memerlukan serat lebih tinggi
dibandingkan dengan unggas.
Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri
dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Pada proses
penggilingan beras sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa
atau limbah penggilingan. Sekam dikategorikan sebagai biomassa yang dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti bahan baku industri, pakan ternak
dan energi atau bahan bakar. Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh
sekam sekitar 20-30% dari bobot gabah. Sekam padi memiliki komponen utama
seperti selulosa (31,4 36,3 %), hemiselulosa (2,9 11,8 %) , dan lignin (9,5
18,4 %)(Champagne, 2004).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum test sekam ini dapat disimpulkan bahwa jumlah sekam
dalam dedak padi sangat mempengaruhi kualitas dedak. Semakin tinggi
kandungan sekam dalam dedak, maka dedak akan mempunyai kualitas nutrisi
yang rendah. Pakan yang mengandung dedak dengan kandungan sekam 10%
biasanya berpengaruh pada performan dan produksi unggas, akan tetapi untuk
ternak ruminansia kandunag sekam masih bisa ditolerir hingga 25%. Untuk
mengetahui

kandunagn

sekam

dalam

dedak

dapat

dilakukan

analisis

dilaboratorium dengan menggunakan larutan phloroglucinol 1%. Prinsip kerjanya


yaitu tidak bereaksi dengan dedak namun dapat memberikan warna merah pada
kulit padi (sekam).
5.2 Saran

Untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya, diharapkan kepada praktikan


agar dapat mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar. Selain itu diharapkan juga
kepada praktikan agar dapat datang tepat waktu, tertib dan tidak membuat
keributan pada saat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Abriyanto Wahyu. 2007. Analisa Dedak Padi Untuk Pakan Sapi.


Atmadja. 2009. Teknologi Pengolahan Beras.
Champagne, Elaine T. 2004. RICE: Chemistry and Technology. American
Association of Cereal Chemists Inc. St.Paul, Minnesota, USA
Dina Karunia. 2008. Kandungan Kimia Sekam Padi.
Rasyaf,M.2004.Ransum Ayam Broiler.Aksi agraris Kanisius.Yogyakarta
Supriyati.2007.Pengujian Makanan Ayam Petelur.Kanisius.Yogyakarta
Thiara Mardi. 2009. Sekam Padi Sebagai Energi Alternatif.
Wahyu,j.2007.Ilmu Nutrisi Unggas.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta

10

Anda mungkin juga menyukai