B. Latar Belakang
Jumlah tenaga kerja yang tersedia di Indonesia tidak seimbang dengan
jumlah lapangan kerja yang tersedia. Terlebih lagi dari sebagian besar tenaga kerja
yang tersedia adalah yang berpendidikan rendah atau tidak berpendidikan sama
sekali. Kenyataannya, lapangan pekerjaan yang ada tidak sebanding dengan
jumlah tenaga kerja yang tersedia.
Keadaan ini menimbulkan adanya kecenderungan majikan untuk berbuat
sewenangwenang kepada pekerja/buruhnya. Buruh dipandang sebagai objek.
Buruh dianggap sebagai faktor ekstern yang berkedudukan sama dengan
pelanggan pemasok atau pelanggan pembeli yang berfungsi menunjang
kelangsungan perusahaan dan bukan faktor intern sebagai bagian yang tidak
terpisahkan atau sebagai unsur konstitutif yang menjadikan perusahaan.
Majikan dapat dengan leluasa untuk menekan pekerja/buruhnya untuk
bekerja secara maksimal, terkadang melebihi kemampuan kerjanya. Misalnya,
majikan dapat menetapkan upah hanya maksimal sebanyak upah minimum
provinsi yang ada, tanpa melihat masa kerja dari pekerja itu. Seringkali pekerja
dengan masa kerja yang lama upahnya hanya selisih sedikit lebih besar daripada
upah pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.
Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan oleh pemerintah bagi
buruh adalah adanya jaminan atas kebebasan berserikat dan berkumpul dalam
suatu wadah Serikat Pekerja/Buruh. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta
menyampaikan pendapat merupakan hak dasar yang dimiliki oleh warga negara
dari suatu negara hukum demokratis yang berkedaulatan rakyat.1
Suatu perjanjian harus dianggap lahir pada waktu tercapainya suatu kesepakatan
antara kedua belah pihak. Orang yang hendak membuat perjanjian harus
menyatakan kehendaknya dan kesediaannya untuk mengikatkan dirinya.
Pernyataan kedua belah pihak bertemu dan sepakat.2
Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (si buruh),
mengikatkan dirinya untuk di bawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk
suatu waktu te rtentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah. Perintah ini
menunjukkan bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan
bawahan dan atasan. Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial
ekonomi memberikan perintah kepada pihak pekerja/buruh yang secara sosial
ekonomi mempunyai kedudukan yang lebih rendah untuk melakukan pekerjaan
tertentu.
Istilah Perjanjian Perburuhan dikenal dalam UndangUndang Nomor 21
Tahun 1954 tentang Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan
Pengusaha/Majikan, undangundang ini merupakan salah satu dari undang
salah
satu
pihak
melakukan
wanprestasi?
2. Faedah Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi suatu faedah yang baik,
adapun faedah dalam penelitian ini adalah :
a. Secara Teoritis
Penulisan ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan terutama di
bidang hukum perdata, yang nantinya dapat dijadikan sebagai sumber bacaan
4 Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2010. Pedoman
Penulisan Skripsi. Medan, halaman 5
hukum
terhadap
pekerja
dalam
3. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima
upah atau imbalan dalam bentuk lain7.
4. Serikat pekerja/serikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh,
dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun diluar perusahaan,
yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis dan bertanggungjawab
guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan
pekerja dan buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya8.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Umum tentang Perjanjian Kerja Bersama
Dalam berbagai kepustakaan, mengenai Perjanjian Kerja Bersama (PKB)
tidak ada sarjana yang memberikan pengertian yang berbeda tentang PKB. Hal ini
terjadi karena undangundang yang mengaturnya telah memberikan pengertian
yang jelas mengenai perjanjian kerja bersama. Hanya saja penyebutan nama atau
istilah yang belum ada keseragaman. Ada yang pernah menamakannya
persetujuan perburuhan kolektif, persetujuan perburuhan bersama, dan ada juga
yang menamakannya syaratsyarat kerja umum. Pada akhirnya timbul istilah
baru, yaitu kesepakatan kerja bersama dan perjanjian kerja bersama. Namun
istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) merupakan yang paling tepat daripada
6 Setiawan Widagdo. 2012. Kamus Hukum. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, halaman
420
7 Ibid., halaman. 389.
8 Pasal 1 angka 1 UndangUndang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat
Pekerja/Serikat Buruh
istilah dengan kesepakatan kerja bersama, karena tidak memenuhi unsur syarat
sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Psal 1320 KUH Perdata, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Adanya kesepakatan
Adanya kecakapan
Adanya suatu hal tertentu
Adanya sebab yang halal
Berdasarkan Pasal 1 angka 21 UUKK, PKB adalah adalah perjanjian yang
Perburuhan
Kolektif
(PPK)
atau
Collectieve
Arbeids
Overeenkomst (CAO)
b. Persetujuan Perburuhan Kolektif (PPK) atau Collectieve Labour
Agreement (CLA)
c. Persetujuan Perburuhan Bersama (PPB)
d. Kesepakatan Kerja Bersama (KKB)
Semua istilah tersebut pada hakikatnya sama, karena yang dimaksud
adalah perjanjian perburuhan sebagaimana tercantum pada Pasal 1 ayat (1)
UndangUndang Nomor 21 Tahun 1954. PKB dibuat oleh pengusaha bersama
serikat pekerja/serikat buruh, yang notabene sebagai representasi pekerja/buruh di
dalam perusahaan.
10
11
k.
puluh) hari.
l. Sejak ditandatangani oleh wakil kedua belah pihak, PKB sah dan resmi
berlaku serta mengikat kedua belah pihak dan anggotanya.
m. Setelah disepakati dan ditandatangani, PKB tersebut wajib didaftarkan
kepada Depnaker.
n. Kedua belah pihak wajib menyebarluaskan isi dan makna PKB kepada
semua pihak dalam lingkungan kerjanya.
PKB mempunyai kedudukan tertinggi dalam perusahaan. Oleh karena itu,
setiap perjanjian kerja yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan PKB.
Demikian pula PKB tidak boleh diganti dengan Peraturan Perusahaan. PKB dapat
dibut dengan jangka waktu berlakunya paling lama 2 (dua) tahun, dan dapat
diperpanjang lagi masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan
kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh yang
membuatnya.
Selain itu, sesuai dengan sifat serikat pekerja/serikat buruh yang bebas,
maka dalam PKB tidak diperbolehkan untuk :
a. Memuat aturan yang mewajibkan seorang pengusaha hanya boleh
menerima atau menolak pekerja/buruh dari satu golongan, baik
berkenaan dengan agama, golongan warga negara atau bangsa,
maupun
karena
keyakinan
politik
atau
anggota
dari
suatu
perkumpulan.
b. Memuat aturan yang mewajibkan seorang pekerja/buruh hanya bekerja
atau tidak boleh bekerja pada pengusaha dari satu golongan, baik
12
karena
keyakinan
politik
atau
anggota
dari
suatu
perkumpulan.
c. Memuat aturan yang bertentangan dengan ketertiban umum dan
kesusilaan.9
2. Tinjauan Umum tentang Pengusaha dan Pekerja
Istilah majikan kurang sesuai dengan konsep Hubungan Industrial
Pancasila karena istilah majikan berkonotasi sebagai pihak yang selalu berada di
atas, padahal antara buruh dan majikan secara yuridis adalah mitra kerja yang
mempunyai kedudukan sama, karena itu lebih tepat jika disebut dengan istilah
pengusaha.
Pasal 1 angka 5 UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 menjelaskan
pengertian pengusaha, yakni :
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan
suatu perusahaan milik sendiri.
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri
sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya.
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam poinpoin
di atas yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Maksud dari pengertian di atas adalah :
a. Orang perseorangan adalah orang pribadi yang menjalankan atau
mengawasi operasioanal perusahaan.
9 Ida Hanifah Lubis. 2009. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia. Medan :
CV Ratu Jaya, halaman 58
13
b. Persekutuan adalah suatu bentuk usaha yang tidak berbadan hukum seperti
CV, Firma, Maatschaap, dan lainlain, baik yang bertujuan untuk mencari
keuntungan maupun tidak.
c. Badan Hukum (recht person) adalah suatu badan yang oleh hukum
dianggap sebagai orang, dapat mempunyai harta kekayaan secara terpisah,
mempunyai hak dan kewajiban hukum dan berhubungan hukum dengan
pihak lain.
Pada prinsipnya pengusaha adalah pihak yang menjalankan perusahaan
baik milik sendiri maupun bukan milik sendiri. Secara umum istilah pengusaha
adalah orang yang melakukan suatu usaha. Sebagai pemberi kerja, pengusaha
adalah seorang majikan dalam hubungannya dengan pekerja atau buruh. Pada sisi
yang lain pengusaha yang menjalankan perusahaan bukan miliknya adalah
seorang pekerja atau buruh dalam hubungan dengan pemilik perusahaan atau
pemegang saham karena bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
Sedangkan pengertian perusahaan menurut Pasal 1 angka 6 Undang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 :
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang
perseorangan, persekutuan, atau badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah
atau imbalan dalam bentuk lain.
b. Usahausaha sosial dan usahausaha lain yang mempunyai pengurus dan
memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam
bentuk lain.
14
Pengertian pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dalam definisi ini terdapat dua
unsur, yaitu unsur orang yang bekerja dan unsur menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Hal ini berbeda dengan definisi tenaga kerja yaitu setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik
untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Bagi pekerja atau buruh hubungan hukum dengan pembeli kerja bersifat
keperdataan yaitu dibuat di antara para pihak yang mempunyai kedudukan
perdata. Hubungan hukum antara kedua belah pihak selain diatur dalam perjanjian
kerja yang mereka tanda tangani juga diatur dalam peraturan perundang
undangan yang dibuat oleh instansi atau lembaga yang berwenang untuk itu.
Istilah buruh telah digantikan istilah pekerja yaitu orang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja adalah sebagian
dari tenaga kerja, dalam hal ini pekerja adalah orang yang sudah mendapat
pekerjaan tetap, hal ini karena tenaga kerja meliputi meliputi orang pengangguran
yang mencari pekerjaan, ibu rumah tangga dan orang lain yang belum atau tidak
mempunyai pekerjaan tetap.10
15
tata
cara
demokrasi
dalam
menyalurkan
kehendak
dan
16
17
18
19
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Asri Wijayanti. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi. Jakarta : Sinar
Grafika.
Bambang Sunggono. 2012. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta : Rajawali
Pers.
Danang Sunyoto. 2013. Hak dan Kewajiban Bagi Pekerja dan Pengusaha.
Yogyakarta : Pustaka Yustisia.
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2010. Pedoman
Penulisan Skripsi. Medan.
G. Kartasapoetra. 1994. Hukum Perburuhan di Indonesia Berlandaskan
Pancasila. Jakarta : Sinar Grafika
Ida Hanifah Lubis. 2009. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.
Medan : CV Ratu Jaya.
Lalu Husni. 2009. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi.
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Setiawan Widagdo. 2012. Kamus Hukum. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya.
Subekti. 2001. Pokok Pokok Hukum Perdata. Jakarta : PT. Intermasa.
Perundang Undangan :
1
2
3
20
21