Anda di halaman 1dari 3

Pidato Bahasa Indonesia = Zakat, Infaq dan Shadaqah Solusi

Pemberantasan Kemiskinan

Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah kecuali syukur kita kepada Allah, yang
maha pengasih yang kasih nya tidak pernah pilih kasih. Yang maha penyayang
yang kasih sayangnya tidak pernah terbilang kepada hamba-hambanya yang
beriman. Shalawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurah kepada
baginda nabi Muhammad SAW Nabi yang telah meletakkan konsep Islam dengan
unsur keseimbangan dalam pemberdayaan lewat pengeloaan dan pemberdayaan
zakat, infaq dan shadaqah. Dewan hakim serta hadirin yang kami hormati Pada
dasarnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan pemanfaatan harta benda.
1. Komunis dengan prinsip mengutamakan kepentingan masyarakat di atas
kepentingan individu, tiap-tiap individu tidak memiliki kemerdekaan dan hak
kepemilikan sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi si kaya.
2. Kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas
kepentingan masyarakat, akibatnya lahir the rich richer and the poor poorer.
Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin:
Artinya: Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang

bodoh. Dalam polemik tersebut maka muncul konsep yang ke 3 yaitu konsep
Islam dengan unsur keseimbangan dalam pemberdayaan:
Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di antara
kamu sekalian. Tapi dirasakan pula oleh kaum dhuafa. Prinsip tersebut
diantaranya diaplikasikan melalui pelaksanaan zakat, infaq dan shadaqah.
Karena itulah Zakat, infaq dan shadaqah sebagai solusi pemberantasan
kemiskinan adalah tema yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini.
Dengan landasan surah At-Taubah : 103 Yang Artinya : Ambillah zakat dari
sebagian

harta

mereka,

dengan

zakat

itu

kamu

membersihkan

dan

mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka. Sesungguhnya do`a


kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar

lagi

Maha

Mengetahui.

Hadirin

Maasyral

Muslimin

Rahimakumullah Imam Ibnu Jarir dalam tafsirnya: Aththabary mengatakan


ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan permintaan Abu Lubabah beserta
kedua temannya kepada Rasulullah Muhammad SAW seraya berkata: Ya
Rasulullah, ini harta benda kami sedekahkan atas nama kami dan mintakanlah
ampunan bagi kami!. Lalu Rasul menjawab: Aku tidak diperintah Allah untuk
menerima harta sedikitpun. Berkenaan dengan hal tersebut, turunlah perintah
Allah untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam surah At-Taubah ayat

103 tadi terutama pada kalimat . Kalau kita kaji lebih mendalam
kalimat yang artinya ambillah, disamping menunjukkan sighat Amr atau
perintah, juga mengisyaratkan agar dibentuk lembaga pengelola zakat, wakaf
dan infaq yang professional dan proporsional. Kenapa demikian? Pertama,
karena sadar membayar zakat itu hanya sedikit orang. Kedua, mengisyaratkan
agar amilin memiliki manajemen yang bagus dalam mengelola zakat, infaq dan
shadaqah.

Lalu

apa

hikmah

zakat

bagi

seorang

muzakki?

Ayat

tadi

menjelaskan : Pertama, yaitu untuk membersihkan harta dari hak-hak


fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di pinggir-pinggir
jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya isak tangis
yang ia rasakan. Kedua, yaitu membersihkan diri dari penyakit tamak bin
rakus, dan serakah. Penyakit ini yang harus kita bersihkan dari dalam hati,
sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka akan lahir hartawan
berjiwa Qarun, pengusaha bermental Zalabah, penguasa berotak Firaun,
fungsinya bukan pelindung rakyat tapi pemeras, penindas, bahkan perampas
hak-hak rakyat. Fungsi yang ketiga, yaitu ketenteraman jiwa bagi mereka
maksudnya dengan zakat, infaq dan shadaqah jiwa akan tenang. Tapi
sebaliknya, jika para aghniya, para konglemerat enggan membayar zakat,
enggan untuk infaq, dan enggan untuk bersedeqah maka suatu negara bisa
kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin mengkilat, dijamin rakyat
sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi penjahat, menyikat uang
rakyat, jelas bangsa bisa kiamat. Naudzubillah mindzalik. Padahal Rasulullah
saw telah mengancam : Artinya: Bukan termasuk
orang

mukmin,

orang

yang

hidupnya

kenyang

sendirian

sementara

tetangganya hidup dalam kelaparan Dengan demikian, orang kaya yang tidak
peduli dengan nasib kaum dhuafa, konglomerat yang acuh terhadap kaum
melarat, pejabat yang tuli, bisu dan buta terhadap nasib rakyat, bukan
saja mencerminkan orang yang jahat, tetapi mencerminkan orang yang tidak
beriman dan orang seperti ini harus minggir dari Negara kita tercinta ini. Sebab
Negara kita Indonesia akan jaya apabila dipimpin oleh orang-orang yang peduli
dengan nasib kaum dhuafa. Oleh karena itu, semangat zakat, infak dan
shadaqah wajib kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Timbul pertanyaan, kepada siapa zakat itu diberikan? Sebagai jawabannya kita
renungkan firman Allah swt dalam al-Quran Surat al-Taubah ayat : 60 Yang
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk
jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana Hadirin Rahimakumullah. Ayat tersebut diawali dengan dalam


ilmu balaghah merupakan yang berfungsi untuk mensfesifikasikan. Ayat
tersebut merupakan deskripsi Allah swt tentang skala prioritas penerima harta
zakat, yaitu orang-orang fakir dan miskin. Lalu bagaimanakah
kaitannya dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman menyatakan
lebih dari 23 juta penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, apalagi
setelah terjadinya krisis moneter, korban PHK dimana-mana, sulit mencari
lapangan kerja, kemiskinan semakin membengkak. Akibat kemiskinan ini
sesuai pernyataan Rasulullah SAW: adalah dapat menyebabkan
kekufuran. Dr. Ismail Raji al-Faruqi, derektur lembaga pengkajian Islam
internasional

mengatakan

bahwa

kemiskinan,

kebodohan,

dan

keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang melanda ummat


islam saat ini, namun diantara ketiganya, kemiskinan merupakan yang paling
berbahaya. Sebab kebodohan dan keterbelakangan muncul akibat dari
kemiskinan. Tidak sedikit saudara kita yang menjual akidah hanya untuk
mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat kemiskinan, tidak sedikit gadisgadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap nasi.
Naudzubillah. Kesimpulan Ada tiga hal yang harus kita lakukan berkaitan
dengan

kewajiban

zakat,

infaq

dan

shadaqah:

Pertama.

Kita

harus

mengeluarkan zakat, infaq dan shadaqah dan memasyarakatkan gerakan


sadar zakat. Kedua, kita harus membentuk lembaga zakat yang professional.
Ketiga,

Kita

membangun

harus

memberdayakan

kesejahteraan

zakat,

masyarakat.

infaq

Demikian

dan

shadaqah

yang

dapat

untuk
kami

sampaikan. Mohon maaf bila terdapat kekurangan, terima kasih atas semua
perhatian.

Anda mungkin juga menyukai