Disusun oleh :
Idris Soleman
15081008
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen : Dra. Indra Ratna Kusuma Wardani, MSi.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2016
DAFTAR PUSTAKA
BAB I .............................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 3
A.
B.
Permasalahan.................................................................................................................................... 3
C.
Tujuan ............................................................................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................................................. 5
KAJIAN PUSTAKA ........................................................................................................................................... 5
A.
B.
C.
Proses belajar dan mengajar dilihat dari sudut pandang psikologi ................................................. 6
1.
2.
3.
4.
Kesimpulan...................................................................................................................................... 11
B.
Saran ............................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai tempat
untuk mencetak sumberdaya manusia. Melalui sekolah siswa di didik, melalui sekolah siswa
mendapatkan pendidikan yang layak, melalui sekolah tujuan dan cita cita pendidikan dapat
terwujud. Lembaga pendidikan formal khususnya di Indonesia, terdiri dari sekolah dasar (SD)
sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) yang setara dengan sekolah
menengah kejuruan (SMK).
Proses belajar mengajar merupakan sebuah proses yang berlangsung di lingkungan
sekolah. Melalui proses mengajar guru dalam hal ini sebagai pendidik, mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk membantu dan membimbing siswa dengan jalan memberikan ilmu
pengetahuan kepada siswa.
Melalui proses belajar, siswa mendapatkan pengetahuan, Ilmu pengetahuan yang diterima
oleh siswa dari lembaga pendidikan formal dapat berupa ilmu pengetahuan eksak, keterampilan,
sosial, serta agama dan budipekerti yang dapat menjadi pegangan dia dalam kehidupannya, untuk
dirinya sendiri secara pribadi dan orang lain khusunya dalam bermasyarakat. .
Jauh lebih penting dari pada itu, belajar yang di lakukan oleh siswa dapat membentuk
pola pikir siswa, serta mental siswa, yang akan sangat berguna dalam hal pemecahan masalah
yang nantinya kedepan akan dialami oleh siswa. Namun bagaimana nantinya jika pengetahuan
yang didapatkan oleh siswa salah ? bagaimana nantinya dampak dari hal tersebut bagi siswa dan
bagi pengajar?. Pada karya tulis ini, penulis akan menjelaskan bagaimana siswa terpengaruh
paham radikal, dalam lingkungan pendidikan khusunya pada lembaga pendidikan formal tingkat
sekolah menengah pertama
B. Permasalahan
Berdasarkan latarbelakang di atas, rumusan masalah dalam karya tulis ini di rumuskan
sebagai berikut.
1. Masuknya paham radikal di lingkungan sekolah umum tingkat SMP melalui pemberian mata
pelajaran pendidikan agama islam (PAI) diluar jam pelajaran
2. Terpengaruhnya siswa terhadap paham radikal
C. Tujuan
Makalah ini di tulis dengan tujuan untuk mengajak pembaca agar sama sama ikut
memperhatikan lingkungan pendidikan, terutama pada lembaga pendidikan formal. Dalam hal ini
melihat kepada permasalahan yang ada didalam dunia pendidikan yang berfungsi sebagai tempat
untuk mencetak sumberdaya manusia (SDM).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Paham radikal
Radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan
menggunakan cara-cara kekerasan.Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat
diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat
mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut
dari paham / aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham /
aliran untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayainya untuk
diterima secara paksa.1
B. Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan
pengetahuan tentang prilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Adapun runag
lingkupnya, meliputi:
1. Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan
mengajar dan belajar)
2. Proses Of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar); dan
3. Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan
belajar).2
Keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar bagi setiap pendidik yang kompeten dan profesional
adalah melaksanakan profesinya sesuai dengan keadaan peserta didik Dalam hal ini,
mengurangi peran dedaktif dan metodi psikologi sebagai ilmu yang berupaya memahami
keadaan dan prilaku manusia termasuk para siswa yang satu sama lainya berbeda itu, amat
penting bagi semua guru di semua jenjang pendidikan.
1
2
Para pendidik khususnya guru sekolah, sangat di harapkan memiliki pengetahuan psikologi
pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa melaluai proses mengajar-belajar
yang berdaya guna dan berhasil guna. Ada beberapa hal yang penting yang perlu
dikemukakan mengenai kajian psiklogi pendidikan, antrara lain:
1.
Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasilhasil temuan riset psikologis;
b)
c)
Dalam fase informasi (informatin), seorang siswa yang sedang belajar memeroleh
sejumlah keterangan mengenai materi ayang sedang dipelajari. Dalam fase transformasi
(transformation), informasi yang telah itu di analisis, diubah, atau di transformasikan menjadi
bentuk yang abstrak atau konseptul supaya kelak pada giliranya dapat di masnfaatkan bagihal-hal
yang lebih luas. Dalam fase evaluasi (evaluation), seorang siswa yang akan menilai sendiri
sampai sejauh mana pengetahuanya (informasi yang telah di transforasikan tadi) dapat di
mafaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
BAB III
PEMBAHASAN
Melihat permasalahan ini, penulis mencoba untuk memberikan analisis dari sudut
pandang psikologi pendidikan karena menurut penulis, dari permasalahan yang terjadi dapat
dilihat
bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang keadaan manusia maka tentunya mempunyai
hubungan dengan ilmu ilmu lain yang juga membahas tentang keadaan manusia, dalam hal ini
pendidikan yang membahas tentang keadaan dimana manusia mendidik dan
dididik.
Ini
merupakan kasus yang terjadi dalam dunia pendidikan, dan tentunya kontribusi psikologi dalam
dunia pendidikan menurut penulis, sangat sangat dibutuhkan untuk melihat gambaran yang ada
serta mencoba untuk mengatasi masalah masalah yang timbul.
Pertama, penulis akan menganalisis dari segi isi dari materi yang diberikan dalam
pengajaran mata pelajaran PAI di SMP. Mata pelajaran PAI di SMP, merupakan mata pelajaran
yang termasuk dalam kurikulum yang ada. Mata pelajaran PAI di SMP mengajarkan pelajaran
pelajaran dasar Al-quran, Aqidah, Akhlak, Fiqih, SKI, tentunya dalam hal ini sesuai dengan
nilai nilai agama yang mengajarkan ketentraman hidup umat manusia, yang kesemuanya itu
diajarkan dengan tujuan agar siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari selaku
dalam menjalani hidup sebagai muslim. Dalam hal ini tentunya siswa diharapkan untuk belajar.
Kedua, dari segi jam yang diberikan dalam kasus yang terjadi jam pengajaran PAI ada
jam yang masuk dalam jam pelajaran sekolah dan diluar jam pelajaran sekolah (tambahan) ini
menandakan bahwa sebenarnya jumlah dalam jam pelajaran dianggap tidak cukup sehingga ada
pemberian jam tambahan dari pihak sekolah
Ketiga, dari segi pemberi materi dalam hal ini yang mengajar terdiri dari guru PAI dan
tenaga pengajar tambahan, yang tentunya mengisi jam tambahan diluar jam pelajaran
Keempat, dari segi dampak yang ditimbulkan oleh siswa terlihat tidak secara keseluruhan
dimana ada dua siswa yang tidak mau menghormat bendera pada saat upacara bendera karena
dianggap musyrik. Ini menurut penulis, merupakan hasil dari belajar siswa.
Dari fakta yang ada, dilihat dari dampak yang ditimbulkan yakni ada dua siswa SMP
yang tidak mau hormat bendera dengan alasan hal tersebut merupakan musyrik. Ini merupakan
hasil dari proses belajar siswa
Ternyata, perubahan sikap yang muncul tidak sesuai dengan nilai nilai yang akan ditanamkan
kepada siswa dalam hal ini tujuan pendidikan PAI di SMP tidak demikian.
Jika kita melihat dari isi materi yang diberikan dan disangkutkan dengan paham radikal
justru hal ini yang menyebabkan terjadi dampak yang demikian. Penulis berasumsi bahwa, isi
materi yang diberikan tentunya bersumber dari pemberi materi dalam hal ini pengajar. Jika kita
melihat pengajar yang memberikan materi PAI itu guru PAI tentunya sebagai guru ia yang
posisinya sebagai pengajar, mengajar berdasarkan kurikulum yang ada dan tentunya jelas
kurikulum PAI di SMP tidak mengajarkan hal yang seperti itu. Ini merupakan sebuah hal yang
tentunya demikian, di samping itu juga jelas ini berkaitan dengan waktu yang diberikan dimana
waktunya termasuk dalam jam pelajaran sekolah. Sebaliknya jika kita melihat pengajar yang
memberikan materi PAI itu tenaga pengajar tambahan, belum tentu ia mengajar sesuai dengan
kurikulum PAI di SMP dalam hal ini bisa jadi ia menambahkan, atau mengurangi kurikulum yang
ada. Karena statusnya pengajar tambahan dan waktunya juga hanya waktu tambahan setelah jam
pelajaran. Maka ada kemungkinan besar ia menyisipkan doktrin doktrin radikal melalui mata
pelajaran PAI kepada siswa. sekali lagi hal tersebut dilihat dari hasil belajar siswa.
Dari hal diatas, penulis melihat dari sudut pandang psikologi pendidikan dimana secara
ideal jika proses belajar mengajar berjalan dengan lancar, maka dapat membuahkan hasil,guru
mengajar dengan segala macam metode yang
mendapatkan ilmu pengetahuan,
kehidupan sehari-hari. Terlepas dari sesuai atau tidak sesuainya materi yang diberikan itu dengan
nilai nilai yang akan ditanamkan kepada siswa.
Melihat hal yang demikian, menurut penulis, realitas tentang pendidikan khususnya
dalam lembaga pendidikan formal, jelas mempunyai keterkaitan dengan psikologis terutama
dalam proses belajar mengajar yang melibatkan manusia dalam hal ini peserta didik (siswa) dan
pengajar (guru). Tidak bisa dipungkiri bahwa psikologi pendidikan sangat dibutuhkan untuk
memahami proses gambaran belajar mengajar serta mengatasi masalah dalam hal tersebut,
Adapun solusi dari masalah diatas, Kantor Wilayah Kementerian Agama serta seluruh
instansi terkait, termasuk masyarakat yang khususnya terlibat dalam dunia pendidikan
memberikan solusi salah satunya, dari Kanwil Kemenag sendiri mencoba untuk memberikan
pemecahan masalah akan hal tersebut lewat program kemenag yakni peningkatan mutu
pendidikan madrasah dan PAI di sekolah.
BAB IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasaran pembahasan pada karya tulis ini, penulis menganalisis dari sudut pandang
psikolgi pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa, secara ideal proses belajar mengajar yang
berjalan dengan lancar dapat membuahkan hasil, siswa mendapatkan ilmu pengetahuan yang
nantinya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. mmelihat fakta yang terjadi dalam dunia
pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal, ada siswa SMP yang terpengaruh faham
radikal. Tentunya hal ini merupakan kasus dalam dunia pendidikan, ini merupakan masalah. Jika
tidak diatasi maka akan berdampak pada kelangsungan hidup khususnya secara pribadi pada
siswa, dan secara umum pada masyarakat sekitar.
B. Saran
Saran dari peneliti, perlu adanya kesadaran bagi masyarakat khususnya mereka yang
berurusan serta mempunyai keahlian dalam pendidikan. Mengingat hal ini menyangkut dengan
kualitas sumber daya manusia itu sendiri.