Anda di halaman 1dari 13

TARIAN

Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu
tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran.
Bunyi-bunyian yang disebut musik pengiring tari mengatur gerakan penari dan
memperkuat maksud yang ingin disampaikan. Gerakan tari berbeda dari gerakan
sehari-hari seperti berlari, berjalan atau bersenam.
Jenis-jenis tarian daerah :
1) Tari Zapin
Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zaffan" yang mempunyai arti
pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Tarian ini diilhamkan oleh peranakan
Arab dan diketahui berasal dari Yaman. Mengikuti sejarah Tarian Zapin, pada
mulanya tarian ini adalah sebagai tarian hiburan di istana. Setelah dibawa dari Yaman
oleh para pedagang Arab pada awal abad ke-16, Tarian Zapin ini kemudian merebak
ke negeri-negeri sekitar Johor seperti di Riau, Singapura, Sarawak dan Brunei
Darusalam. Tarian Zapin diperkenalkan di Pekanbaru oleh seorang songkok yang
berasal dari Sumatera yang bernama Adam sekitar tahun 1930-an. Namun tarian ini
sangat popular di Pekanbaru pada tahun 1950-an dan 1960-an terutama di kampung
Tanjung Gemuk dan kampung Lamir. Contoh-contoh tarian Zapin antara lain : Zapin
Melayu Johor, Zapin Pulau, Zapin Arab, Zapin Singapura, Zapin Lancang Kuning,
Zapin Tempurung, Zapin Nelayan dan Zapin Nasib Lancang Kuning.
Sebagai sebuah tarian persembahan, tarian Zapin terbagi menjadi tiga
peringkat yakni peringkat ke-1 merupakan pemukaan atau pembuka tari, peringkat
ke-2 merupakan pecahan atau gerak serta lenggang tari dan peringkat ke-3 merupakan
penutup tarian. Tarian Zapin menumpukan pada langkahan dengan posisi kaki selalu
tertutup dan tidak merendah. Kebanyakan posisi badan selalu bergerak seperti ombak
mengalun. Posisi tangan tidak diperlihatkan secara jelas, tangan kanan maupun
tangan kiri berada dibawah bahu. Biasanya lagu yang dinyanyikan dalam Tarian
Zapin berunsur keagamaan, kata-kata nasihat, pujian kepada kebesaran agama dan
kesempurnaan Budi Pekerti.
Gerak-gerak dalam tarian Zapin antara laki-laki dan perempuan adalah sama,
yang membedakan hanyalah gerak tangannya saja. Gerak-gerak dalam tarian Zapin
ada sembilan yakni gerak tahto 1, gerak tahto 2, gerak tahto 3, gerak bebas, gerak
shut, gerak siku keluang, gerak mata angin, gerak titik batang dan gerak pusing
tengah.

a) Tahto 1
Gerak ini bermakna sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini merupakan
gerak yang ditampilkan diawal-awal tarian Zapin. Gerak ini dilakukan sebanyak 2
kali yaitu pada awal dan akhir tarian Zapin. Gerak ini dilakukan sebanyak 8
hitungan per 1 kali.
b) Tahto 2
Gerak ini bermakna sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini selalu
dilakukan setelah gerak Tahto 1. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu diawal
dan diakhir setelah gerak Tahto 1. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1
kali.
c) Tahto 3
Gerak ini bermakna sikap rendah diri dan menghargai. Gerak ini selalu
dilakukan setelah gerak Tahto 2. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali juga yaitu
diawal dan diakhir setelah gerak Tahto 2. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan
per 1 kali.
d) Bebas
Gerak ini merupakan gerak yang selalu ditampilkan dalam tarian Zapin. Gerak
ini dilakukan diantara gerak-gerak yang lain, ada yang sebanyak 1 kali maupun
sebanyak 2 kali. Gerak ini dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
e) Shut
Gerak

ini

bermakna

mendahulukan

sikap

adil

dan

sabar

dengan

keseimbangan. Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas yang sebelumnya adalah
gerak Tahto 3. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu Shut maju dan Shut
mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan per 1 kali.
f) Siku Keluang
Gerak ini bermakna dinamis kehidupan. Gerak ini dilakukan setelah gerak
bebas 2 kali yang sebelumnya adalah gerak Shut maju mundur. Gerak ini
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak
16 hitungan per 1 kali.
g) Mata Angin
Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 1 kali yang sebelumnya adalah gerak
Siku Keluang maju mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 1 kali. Gerak ini
dilakukan sebanyak 16 hitungan.
h) Titik Batang
Gerak ini bermakna keteguhan hati dan keterampilan dalam menghadapi

cobaan. Gerak ini dilakukan setelah gerak bebas 2 kali yang sebelumnya adalah
gerak Mata Angin. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur
dimana diantara gerak titik batang maju dan mundur itu terdapat 1 kali gerak bebas
yang memisahkan gerak itu. Gerak ini dilakukan sebanyak 16 hitungan per 1 kali.
i) Pusing Tengah
Gerak ini bermakna kepedulian terhadap lingkungannya. Gerak ini dilakukan
setelah gerak bebas 2 kali yang sebelumnya adalah gerak Titik Batang maju
mundur. Gerak ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu maju dan mundur. Gerak ini
dilakukan sebanyak 8 hitungan per 1 kali.
Alat musik utama yang digunakan untuk mengiringi tarian Zapin adalah
gambus, rebana, gendang dan marwas tetapi, untuk Zapin Arab hanya menggunakan
alat musik berupa marwas dan gambus. Petikan gambus untuk membawakan lagu
sedangkan rentak gendang atau rebana menentukan retak dan pecahan tari. Lagu-lagu
pengiring tarian Zapin pertama kali diciptakan oleh Tengku Mansor dan dinyanyikan
oleh istrinya Cik Norlia yang berasal dari Singapura. Beberapa lagu yang
diciptakannya adalah: Ya Salam, Yale-Yale, Tanjung Serindit, Sri Pekan, Lancang
Kuning, Gambus Palembang, dan Lancang Daik. Contoh lagu-lagu pengiring tarian
Zapin lainnya adalah: Nasib Lancang Kuning, Pulut Hitam, Bismillah, Sanaah,
Saying Sarawak, Lancing Balai, Anak Ayam Patah, Zapin Asli, Gendang Rebana dan
lain-lain.
Pakaian yang digunakan para penari saat tari zapin yakni memakai pakaian
Melayu. Untuk penari laki-laki menggunakan baju berkain samping, memakai baju
teluk belanga, cekak musang, memakai kain sarung tenunan siak, dan bersongkok
sedangkan untuk penari wanita memakai baju kurung, kain sarong, kebaya panjang,
hiasan kembang goyang untuk sanggul, gelang atau dukuh.

Gambar 1. Tari Zapin

2) Tari Tanggai
Tari tanggai adalah sebuah tarian yang disajikan untuk menyambut tamu yang
telah memenuhi undangan. Tari tanggai biasanya dipertontonkan dalam acara
pernikahan adat daerah Palembang. Tari tanggai menggambarkan keramahan, dan
rasa hormat masyarakat Palembang atas kehadiran sang tamu dan dalam tari ini
tersirat sebuah makna ucapan selamat datang dari orang yang mempunyai acara
kepada para tamu.
Tari

tanggai

memiliki

persamaan

dengan

tari

Gending

Sriwijaya.

Perbedaannya adalah tari tanggai dibawakan oleh lima orang sedangkan tari Gending
Sriwijaya dibawakan oleh sembilan orang dan perlengkapan tari Gending Sriwijaya
lebih lengkap dibandingkan dengan Tari tanggai. Penari tari Tanggai menggunakan
pakaian khas daerah seperti kain songket, dodot, pending, kalung, sanggul malang,
kembang urat atau ramai, tajuk cempako, kembang goyang dan tanggai yang
berbentuk kuku terbuat dari lempengan tembaga serta kerana tanggai yang dipakai
penari.
Tari ini merupakan perpaduan antara gerak yang gemulai dengan busana khas
daerah sehingga penari kelihatan lebih anggun. Kelenturan gerak dan lentiknya jemari
penari menunjukan betapa tulusnya tuan rumah memberikan penghormatan kepada
tamu. Perpaduan gerak gemulai penari dengan harmoni lagu pengiring yang berjudul
enam bersaudara melambangkan keharmonisan hidup masyarakat Palembang.
Tari Tanggai mempunyai wujud atau bentuk yang tersusun dari rangkaianrangkaian gerak atau motif gerak yang telah dikembangkan dan divariasikan menjadi
satu kesatuan yang utuh sehingga membentuk sebuah struktur tari. Adapun sturktur
gerakan tari antara lain :
a) Gerakan tari awal
Gerak awal pada tari tanggai ini terdiri dari gerak masuk posisi sembah, gerak
borobudur hormat, gerak sembah berdiri, jalan keset, kecubung berdiri bawah
kanan, kecubung bawah kiri, kecubung berdiri atas kanan, kecubung atas kiri dan
ukur benang.
b) Gerak tari pokok
Gerak pokok terdiri dari gerakan tutur sabda, sembah duduk, tabur bunga,
duduk kanan dan kiri, memohon duduk kanan, kecubung duduk kanan dan kiri,
stupa kanan dan kiri, tutur sabda, borobudur dan ulur benang.
c) Gerakan tari akhir
Gerakan akhir ini terdiri dari gerakan tolak bala berdiri kanan dan kiri,

nyumping berdiri kanan dan kiri, mendengar berdiri kanan dan kiri, tumpang tali
atau ulur benang berdiri kanan dan kiri, sembah berdiri, borobudur berdiri dan
borobudur hormat.
Musik pengiring tari tanggai adalah musik yang menggabungkan sebuah
instrumental yang digarap oleh seorang komponis dan sekaligus di iringi dengan
beberapa gendang dan satu buah gong yang berperan sebagai ritem atau ritme. Iringan
instrumental di dalam tari tanggai sendiri, menggambarkan nuansa Melayu dan tidak
meninggalkan corak khas dari musik daerah Palembang. Adapun instrumen yang
digunakan untuk mengiringi tari tanggai antara lain accordion, biola, gendang dan
gong. Judul dari lagu pengiring tari tanggai adalah enam bersaudara sedangkan untuk
penciptanya tidak diketahui dengan jelas siapa penciptanya. Pada masa ini, di dalam
penyajian musik tari tanggai, seseorang yang akan mengadakan acara melihat situasi
dan kondisi tempat dari pemilik acara, sehingga nantinya lagu Enam Bersaudara"
bisa diiringi oleh orgen tunggal, band atau juga dapat menggunakan alat musik
tradisional.
Tari tanggai mempunyai tiga unsur yakni unsur hiburan, sebagai simbol
kehormatan dan unsur pendidikan. Sebagai unsur hiburan, tari tanggai selalu di
tampilkan setiap acara adat baik secara resmi maupun tidak resmi. Dalam hal ini bagi
para penari, tari tanggai mempunyai kenikmatan tersendiri bagi mereka sendiri dan
secara tidak langsung dapat menghibur diri para tamu yang datang. Sebagai simbol
kehormatan, salah seorang dari penari harus ada yang menjadi primadona dan akan
membawa tepak yang berisikan sekapur sirih yang merupakan sombol kehormatan
sedangkan, sebagai tamu kehormatan akan diberikan sekapur sirih sebagai simbol
bahwa masyarakat Palembang siap menerima tamu tersebut. Penari tersebut
membawa kapur sirih jadi dan sirih tak jadi. Sirih jadi adalah sirih yang sudah di
ramu, sedangkan sirih tak jadi adalah yang akan di ramu oleh tamu itu sendiri.

Gambar 2. Tari Tanggai

3) Tari Reog
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Jawa Timur bagian
barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog yang sebenarnya. Gerbang
kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, dua sosok yang ikut tampil
pada saat reog dipertunjukkan. Reog adalah salah satu budaya daerah di Indonesia
yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang
kuat.
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa peristiwa seperti
pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog Ponorogo terdiri dari
beberapa rangkaian yakni bisa dua sampai tiga tarian pembukaan. Tarian pertama
biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan
muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok singa yang
pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki
kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh penari laki-laki yang
berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran kepang atau jathilan, yang harus
dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian pembukaan lainnya
jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang
disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru
ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog
ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah
adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar.
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi.
Disini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan)
dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas
dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih
dipentingkan dalam pementasan seni reog adalah memberikan kepuasan kepada
penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku memakai topeng
berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Berat
topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini dibawa oleh penarinya
dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain diperoleh dengan
latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan spiritual seperti puasa dan
bertapa.
Tokoh-tokoh yang berperan dalam seni reog yakni Jathil yang merupakan
prajurit berkuda dan merupakan salah satu tokoh dalam seni Reog. Jathilan

merupakan tarian yang menggambarkan ketangkasan prajurit berkuda yang sedang


berlatih di atas kuda. Tarian ini dibawakan oleh penari di mana antara penari yang
satu dengan yang lainnya saling berpasangan. Ketangkasan dan kepiawaian dalam
berperang di atas kuda ditunjukkan dengan ekspresi atau greget sang penari. Jathilan
ini pada mulanya ditarikan oleh laki-laki yang halus, berparas ganteng atau mirip
dengan wanita yang cantik. Gerak tarinya pun lebih cenderung feminin. Sejak tahun
1980-an ketika tim kesenian Reog Ponorogo hendak dikirim ke Jakarta untuk
pembukaan PRJ (Pekan Raya Jakarta), penari jathilan diganti oleh para penari putri
dengan alasan lebih feminin. Ciri-ciri kesan gerak tari Jathilan pada kesenian Reog
Ponorogo lebih cenderung halus, lincah, genit. Hal ini didukung oleh pola ritmis
gerak tari yang silih berganti antara irama mlaku (lugu) dan irama ngracik.
Warok berasal dari kata wewarah adalah orang yang mempunyai tekad suci,
memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang
sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah). Artinya, seseorang menjadi warok
karena mampu memberi petunjuk atau pengajaran kepada orang lain tentang hidup
yang baik.Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing
rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai
pada pengendapan batin). Warok merupakan karakter dan jiwa masyarakat Ponorogo
yang telah mendarah daging sejak dahulu yang diwariskan oleh nenek moyang
kepada generasi penerus. Warok merupakan bagian peraga dari kesenian Reog yang
tidak terpisahkan dengan peraga yang lain dalam unit kesenian Reog Ponorogo.
Warok adalah seorang yang betul-betul menguasai ilmu baik lahir maupun batin.
Barongan (Dadak merak) merupakan peralatan tari yang paling dominan
dalam kesenian Reog Ponorogo. Bagian-bagiannya antara lain; Kepala Harimau
(caplokan), terbuat dari kerangka kayu, bambu, rotan ditutup dengan kulit Harimau
Gembong. Dadak merak, kerangka terbuat dari bambu dan rotan sebagai tempat
menata bulu merak untuk menggambarkan seekor merak sedang mengembangkan
bulunya dan menggigit untaian manik-manik (tasbih). Krakap terbuat dari kain
beludru warna hitam disulam dengan monte, merupakan aksesoris dan tempat
menuliskan identitas group reog. Dadak merak ini berukuran panjang sekitar 2,25
meter, lebar sekitar 2,30 meter, dan beratnya hampir 50 kilogram.
Klono Sewandono atau Raja Kelono adalah seorang raja sakti mandraguna
yang memiliki pusaka andalan berupa Cemeti yang sangat ampuh dengan sebutan
Kyai Pecut Samandiman kemana saja pergi sang Raja yang tampan dan masih muda
ini selalu membawa pusaka tersebut. Pusaka tersebut digunakan untuk melindungi

dirinya. Kegagahan sang Raja di gambarkan dalam gerak tari yang lincah serta
berwibawa, dalam suatu kisah Prabu Klono Sewandono berhasil menciptakan
kesenian indah hasil dari daya ciptanya untuk menuruti permintaan Putri
(kekasihnya). Karena sang Raja dalam keadaan mabuk asmara maka gerakan
tarinyapun kadang menggambarkan seorang yang sedang kasmaran. Tokoh yang
terakhir yakni Bujang Ganong (Ganongan) atau Patih Pujangga Anom merupakan
salah satu tokoh yang enerjik, kocak sekaligus mempunyai keahlian dalam seni bela
diri. Bujang Ganong menggambarkan sosok seorang Patih Muda yang cekatan,
berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.

Gambar 3. Tari Reog Ponorogo

4) Tari Saman
Tari saman adalah sebuah tarian suku Gayo yang biasa ditampilkan untuk
merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam suatu adat. Syair dalam tarian saman
mempergunakan bahasa Gayo. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk
merayakan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dalam beberapa literatur menyebutkan
tari saman di Aceh didirikan dan dikembangkan oleh Syekh Saman yakni seorang
ulama yang berasal dari Gayo tepatnya di Aceh Tenggara yang telah ditetapkan oleh
UNESCO sebagai daftar representatif budaya warisan manusia dalam sidang ke-6
Komite antar Pemerintah untuk Pelindungan Warisan Budaya Tak benda UNESCO di
Bali pada 24 November 2011.
Tari saman merupakan salah satu media untuk pencapaian pesan atau dakwah.
Tarian ini mencerminkan pendidikan, keagamaan, sopan santun, kepahlawanan,
kekompakan dan kebersamaan. Sebelum tari saman dimulai sebagai mukaddimah
atau pembukaan, tampil seorang tua cerdik pandai atau pemuka adat untuk mewakili
masyarakat setempat atau nasihat-nasihat yang berguna kepada para pemain dan
penonton.

Lagu dan syair pengungkapannya secara bersama dan berkesinambungan,


pemainnya terdiri dari pria-pria yang masih muda-muda dengan memakai pakaian
adat. Penyajian tarian tersebut dapat juga dipentaskan, dipertandingkan antara grup
tamu dengan grup sepangkalan. Penilaian dititik beratkan pada kemampuan masingmasing grup dalam mengikuti gerak, tari dan lagu (syair) yang disajikan oleh pihak
lawan.
Tari saman biasanya ditampilkan tidak menggunakan iringan alat musik akan
tetapi, menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya
dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi
dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang
pemimpin yang lazimnya disebut syekh. Karena keseragaman formasi dan ketepatan
waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari
dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat
tampil dengan sempurna. Tarian ini khususnya ditarikan oleh para pria.
Nyanyian para penari menambah kedinamisan dari tarian saman. Cara
menyanyikan lagu-lagu dalam tari saman dibagi dalam 5 macam yakni Rengum
berupa auman yang diawali oleh pengangkat. Dering berupa regnum yang segera
diikuti oleh semua penari. Redet berupa lagu singkat dengan suara pendek yang
dinyanyikan oleh seorang penari pada bagian tengah tari. Syekh yakni lagu yang
dinyanyikan oleh seorang penari dengan suara panjang tinggi melengking, biasanya
sebagai tanda perubahan gerak dan saur yakni lagu yang diulang bersama oleh
seluruh penari setelah dinyanyikan oleh penari solo.
Tarian saman menggunakan dua unsur gerak yang menjadi unsur dasar dalam
tarian saman, yakni tepuk tangan dan tepuk dada. Diduga, ketika menyebarkan agama
islam, Syekh Saman mempelajari tarian Melayu kuno, kemudian menghadirkan
kembali lewat gerak yang disertai dengan syair-syair dakwah islam demi memudakan
dakwahnya. Tarian saman merupakan tarian ritual yang bersifat religius ini masih
digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui
pertunjukan-pertunjukan. Tarian saman termasuk salah satu tarian yang cukup unik,
kerena hanya menampilkan gerak tepuk tangan gerakan-gerakan lainnya, seperti
gerak guncang, kirep, lingang, surang-saring (semua gerak ini menggunakan bahasa
bahasa Gayo).
Pada umumnya, tarian saman dimainkan oleh belasan atau puluhan laki-laki,
tetapi jumlahnya harus ganjil.Pendapat Lain mengatakan Tarian ini ditarikan kurang
lebih dari 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba

sambil bernyanyi. Namun, dalam perkembangan di era modern yang menghendaki


bahwa suatu tarian itu akan semakin semarak apabila ditarikan oleh penari dengan
jumlah yang lebih banyak. Untuk mengatur berbagai gerakannya ditunjuklah seorang
pemimpin yang disebut syekh. Selain mengatur gerakan para penari, syekh juga
bertugas menyanyikan syair-syair lagu saman, yaitu ganit.

Gambar 4. Tari Saman

5) Tari Gambyong
Pada mulanya tarian ini hanyalah tarian jalanan yang juga dipentaskan oleh
penari jalanan yang biasa disebut dengan sebutan Tledek (Bahasa Jawa). Nama
Tledek yang menarikan tarian ini adalah Gambyong, ia cukup terkenal hampir di
seluruh wilayah Surakarta pada Zaman Sinuhun Paku Buwono IV ( 1788 s/d 1820).
Si Gambyong memiliki suara yang indah serta gerakan yang gemulai, sehingga ia
mudah dikenal orang. Semenjak itulah tarian yang dimainkannya dijuluki Tarian
Gambyong.
Tari Gambyong merupakan tari kreasi baru dari perkembangan tari tayub.
Biasanya tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari. Unsur estetis
dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba besar.
Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif karena ditarikan
bersamaan. Tarian ini semakin elok apabila penari dapat menyelaraskan gerakan
dengan irama kendang. Sebab, kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu
gendhing. Secara umum, tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan
akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan,
beksan, dan mundur beksan.
Pusat dari keseluruhan tarian ini terletak pada gerak kaki, lengan, tubuh, dan
juga kepala. Gerakan kepala dan juga tangan yang terkonsep adalah ciri khas utama
tari Gambyong. Selain itu pandangan mata selalu mengiringi atau mengikuti setiap
gerak tangan dengan cara memandang arah jari-jari tangan juga merupakan hal yang
sangat dominan. Selain itu gerakan kaki yang begitu harmonis seirama membuat
tarian gambyong indah dilihat.

Pada awalnya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian yang
bertujuan untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah. Dewi Padi
digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari. Sebagai tarian upacara yakni
sebelum pihak keraton Mangkunegara Surakarta menata ulang dan membakukan
struktur geraknya. Tari gambyong dipergunakan untuk memeriahkan acara resepsi
perkawinan dan menyambut tamu-tamu kehormatan atau kenegaraan. Pakaian yang
digunakan bernuansa warna kuning dan warna hijau sebagai simbol kemakmuran dan
kesuburan. Sebelum tarian dimulai, selalu dibuka dengan gendhing pangkur. Teknik
gerak, irama iringan tari dan pola kendhangan mampu menampilkan karakter tari
yang luwes, kenes, kewes, dan para penari yang duduk melingkar tersebut
mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka.
Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh
Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman dan Sugriwa.

Gambar 5. Tari Gambyong

6) Tari Piring
Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat
setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah.
Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang kemudian
diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis. Setelah
masuknya agama islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan
sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa akan tetapi, tari tersebut
digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada
acara-acara keramaian.
Tari Piring dalam bahasa Minangkabau disebut tari piriang adalah salah satu
seni tari tradisional di Minangkabau yang berasal dari kota Solok provinsi Sumatera
Barat. Tarian ini dimainkan dengan menggunakan piring sebagai media utama.
Piring-piring tersebut kemudian diayun dengan gerakan-gerakan cepat yang teratur,

tanpa terlepas dari genggaman tangan. Tari Piring merupakan sebuah simbol
masyarakat Minangkabau. Di dalam tari piring gerak dasarnya terdiri dari langkahlangkah silat Minangkabau atau Silek.
Gerakan tari piring pada umumnya adalah meletakkan dua buah piringdi atas
dua telapak tangan yang kemudian diayun dan diikuti oleh gerakan-gerakan tari yang
cepat, dan diselingi dentingan piring atau dentingan dua cincin di jari penari terhadap
piring yang dibawanya. Pada akhir tarian, biasanya piring-piring yang dibawakan
oleh para penari dilemparkan ke lantai dan kemudian para penari akan menari di atas
pecahan-pecahan piring tersebut.
Tarian ini diiringi oleh alat musik talempong dan saluang. Jumlah penari
biasanya berjumlah ganjil yang terdiri dari tiga sampai tujuh orang. Kombinasi musik
yang cepat dengan gerak penari yang begitu lincah membuat pesona Tari Piring
begitu menakjubkan. Pakaian yang digunakan para penaripun haruslah pakaian yang
cerah, dengan nuansa warna merah dan kuning keemasan.

Gambar 6 a. Tari Piring

Gambar 6 b. Tari Piring

TUGAS
BAHASA INDONESIA
TARIAN DAERAH

DISUSUN OLEH :

NAMA

: REGINA ANJELINA

KELAS

: VII. 7

SMP NEGERI 29 PALEMBANG


2014

Anda mungkin juga menyukai