Anda di halaman 1dari 53

PORTOFOLIO

KASUS KEGAWATDARURATAN

KEJANG DEMAM

Disusun oleh

dr. Rifka Wikamto

dr. Oktaviana Nurma Muliastuti


dr. Ditha Kurnia Sani

dr. Nurlaela Purnama Sari

ANAMNESIS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. IA
Umur
: 9 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
Alamat
: Pejeruk, Ampenan.
Agama
: Islam.
Suku
: Sasak.
Anak ke
: Pertama
Waktu Pemeriksaan
: Tanggal 21-06-2015
Pukul
16.15 Wita

Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
Kejang sejak pukul 16.00 Wita, 15 menit SMRS.
Kejang seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas.
Demam sejak pukul 14.00 Wita, sudah diberikan obat
penurun panas.
Sudah diberikan diazepam pukul 16.00 Wita
Muntah (-), buang air besar cair (-), sesak (-).
Minum dan makan seperti biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pertama kali mengalami hal serupa usia 20 hari.
Sejak saat itu pasien tetap diberikan obat depaken 2
kali sehari sebanyak 1 cc.
Terakhir kali kejang 1 bulan yll, diberikan obat
kejang melalui dubur dan kejang berhenti.
Pasien rutin kontrol ke dokter dan tidak pernah
melewatkan minum obat.
Pasien tidak pernah kejang tanpa disertai demam.
Riwayat alergi obat (-).
Riwayat trauma kepala (-).

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien dengan
keluhan serupa.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita
epilepsi atau keganasan.

Riwayat Kehamilan
Sakit selama hamil (-)
Rutin periksa kehamilan
Riwayat Persalinan
Pasien lahir ditolong bidan di Rumah Sakit Kota
Mataram.
Pasien lahir normal pervaginam.
Pada saat akan melahirkan, ibu demam dan air
ketuban kehijauan.
Saat lahir, pasien tidak langsung menangis.

Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib lengkap

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum
Keadaan umum: Pasien datang dalam
keadaan kejang
Kesadaran/GCS
: Tidak dapat dievaluasi
Denyut jantung
: 150 kali per menit, reguler,
kuat angkat.
Pernafasan
: 60 kali per menit,
thorakoabdominal.
Suhu
: 38,3oC.
Berat Badan
: 6,5 kg .

Status Lokalis
Kepala/leher:
Kepala:

bentuk dan ukuran dbn, , rambut dbn, oedema (-),


deformitas (-).
Mata: tampak mata mendelik ke atas, conjunctiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor +/+ 3mm, RC +/+
Kaku kuduk (-)

Thorax:

Inspeksi

: tidak ketinggalan gerak, simetris,

retraksi (-)
Palpasi
: ketinggalan gerak (-)
Perkusi
: tidak dievaluasi
Auskultasi : Paru: bronkovesikular (+/+), ronkhi
(-/-), wheezing (-/-).
Jantung: irama jantung teratur,
suara tambahan (-)

Abdomen:
Inspeksi : supel, simetris, distensi (-), jejas (-),
sikatrik (-),sianosis (-), vena kolateral (-), caput
meducae (-), petekie (-), purpura (-), ekimosis
(-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal, metalic
sound (-).
Perkusi : tidak dievaluasi
Palpasi:

Hepar dan lien tidak teraba.

Genitourinaria : tidak dievaluasi


Pemeriksaan ekstremitas : tampak kedua kaki
dan tangan pasien menyentak (kejang klonik)

DIAGNOSIS

Status epileptikus

PENATALAKSANAAN
Planning Diagnosis:
Pro pemeriksaan Penunjang:
Darah lengkap
Gula darah sewaktu
Elektrolit
CT scan

Planning Terapi
Medikamentosa:
Oksigen

nasal canul 1 liter per menit


IVFD RL 20 tetes mikro/menit.
Diazepam 5 mg per rektal
Parasetamol 67,5 mg per rectal

Setelah dievaluasi selama 5 menit kejang tidak


berhenti sehingga pasien membutuhkan fenitoin
(sesuai dengan alur penatalaksanaan kejang
demam). Fenitoin tidak tersedia di RS. Pasien
kemudian dirujuk dengan infus dan oksigen
terpasang. Kejang berhenti saat pasien di
ambulans. Lama kejang 50 menit.

Non Medikamentosa:
Keluarga diedukasi untuk dirujuk ke rumah
sakit dengan fasilitas dan pengobatan yang lebih
lengkap.

PROGNOSA

Dubia ad Malam

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Adalah bangkitan kejang yang terjadi pada


kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C)
yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium
(Pusponegoro dkk, 2006)

Adalah kejang pada anak sekitar usia 6 bulan


sampai 60 bulan yang terjadi saat demam yang
tidak

terkait

dengan

kelainan

intrakranial,

gangguan metabolik, atau riwayat kejang tanpa


demam (American Academy of Pediatrics, 2010)

KLASIFIKASI

ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Faktor Demam

Kenaikan suhu tubuh 10 C meningkatkan


metabolisme

karbohidrat

10-15

peningkatan kebutuhan glukose dan oksigen

Demam tinggi hipoksi jaringan termasuk jaringan


otak kekurangan energi (karna metabolisme
berjalan anaerob, satu molukul glukose hanya akan
menghasilkan 2 ATP yang normalnya menghasilkan
38 ATP) menggangu fungsi normal pompa Na +
(masuknya ion Na+ ke dalam sel meningkat)
perubahan konsentrasi ion Na+ intrasel dan ekstrasel
perubahan potensial memban sel neuron
membran sel dalam keadaan depolarisasi

Demam dapat merusak neuron GABA-ergik


sehingga fungsi inhibisi terganggu

Demam perubahan potensial membran dan


menurunkan fungsi inhibisi menurunkan nilai
ambang kejangmemudahkan untuk timbul
bangkitan kejang demam

Faktor Riwayat Keluarga

Kejang demam diwariskan secara autosomal dominan

Salah satu orang tua memiliki riwayat kejang demam


resiko terjadi bangkitan kejang demam 20%-22%

Kedua orang tua memiliki riwayat kejang demam risiko


terjadi bangkitan kejang demam meningkat menjadi 59-64%

Kedua orang tua tidak mempunyai riwayat pemah menderita


kejang demam risiko terjadi kejang demam hanya 9%

Faktor Perinatal

Usia saat ibu hamil


Usia ibu <20 tahun atau >35 tahun komplikasi
kehamilan (hipertensi dan eklampsia) dan persalinan
prematuritas, bayi berat lahir rendah, penyulit
persalinan dan partus lama janin dengan asfiksia
hipoksia dan iskemia rusaknya faktor inhibisi dan
atau meningkatnya fungsi neuron eksitasimudah
timbul kejang bila ada rangsangan yang memadai

Kehamilan dengan Eklampsia Dan Hipertensi


Dalam Kehamilan
Eklampsia dan Hipertensi pada ibu aliran
darah

ke

placenta

berkurangketerlambatan

pertumbuhan intrauterin dan bayi berat lahir


rendahjanin dengan asfiksia hipoksia dan
iskemi rusaknya faktor inhibisi dan atau
meningkatnya fungsi neuron eksitasi mudah
timbul kejang bila ada rangsangan yang memadai

Pemakaian Bahan Toksik


Konsumsi obat-obat tertentu selama kehamilan,
minum alkohol, terapi radiasi selama kehamilan
dapat merusak otak janin dan meningkatkan
resiko terjadinya kejang di kemudian hari.

Faktor Perinatal

Asfiksia
Asfiksia perinatal--> hipoksia dan iskemia di
jaringan otak--> rusaknya faktor inhibisi dan
atau meningkatnya fungsi neuron eksitasi-->
mudah timbul kejang bila ada rangsangan yang
memadai

Bayi Berat Lahir Rendah


BBLR (berat lahir <2500 gram) asfiksia atau iskemia
otak dan perdarahan intraventrikuler. BBLR dapat
mengalami gangguan metabolisme yaitu hipoglikemia
dan hipokalsemia kerusakan otak pada periode
perinatal kejang pada perkembangan selanjutnya.
Trauma kepala selama melahirkan pada bayi dengan
BBLRterjadi perdarahan intrakranialrisiko tinggi
untuk terjadi komplikasi neurologi dengan manifestasi
kejang

Kelahiran Prematur Atau Postmatur


Pada bayi prematur, perkembangan alat-alat tubuh kurang
sempurna

sehingga

menderita

apnea,

belum
asfiksia

berfungsi
berat

dengan

dan

baiksering

sindrom

gangguan

pernapasan- hipoksia-rusaknya faktor inhibisi dan atau


meningkatnya fungsi neuron eksitasimudah timbul kejang bila
ada rangsangan yang memadai
Pada bayi postmatur terjadi proses penuaan plasenta,
sehingga

pemasukan

makanan

dan

oksigen

akan

menurunhipoksia janin yang dapat mengakibatkan kerusakan


pada

otak

janinrusaknya

faktor

inhibisi

dan

atau

meningkatnya fungsi neuron eksitasimudah timbul kejang bila


ada rangsangan yang memadai

Partus Lama
Persalinan yang sukar dan lama meningkatkan
risiko terjadinya cedera mekanik dan hipoksia
janinrusaknya

faktor

inhibisi

dan

atau

meningkatnya fungsi neuron eksitasi mudah


timbul

kejang

memadai

bila

ada

rangsangan

yang

Persalinan Dengan Alat (Forcep, Vakum, Seksio


Sesaria)
Persalinan

dengan

bantuan

alat

dapat

menyebabkan trauma lahir atau cedera mekanik


pada kepala bayi kerusakan pada otak
janinrusaknya

faktor

inhibisi

dan

atau

meningkatnya fungsi neuron eksitasimudah


timbul kejang bila ada rangsangan yang memadai

PATOFISIOLOGI

Perangsanga
n sel neuron
lain

Pelepasan
muatan listrik
yang
berlebihan

Inhibisi GABA

Eksitasi sinaptik oleh


asam glutamat dan
aspartat

Peningkatan
aktivitas listrik
pada neuron
neuron

Manifestasi
klinis
kejang

Gang. kesadaran,
tingkah laku, emosi,
motorik, sensorik, dan
atau otonom

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tidak rutin


Pungsi lumbal menyingkirkan meningitis

Bayi

kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
Bayi > 18 bulan tidak rutin

Pemeriksaan EEG tidak khas


Pencitraan jarang

Indikasi

:
Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)
Paresis nervus VI
Papiledema

PENATALAKSANAAN SAAT
KEJANG

PEMBERIAN OBAT PADA SAAT


DEMAM

ANTIPIRETIK
Bukti

(-) penurunan risiko kejang


demam
- Parasetamol : Dosis 10 15 mg/kg/kali
diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih
dari 5 kali.
Ibuprofen : dosis 5-10 mg/kg/kali ,3-4 kali
sehari
Asam asetilsalisilat tidak danjurkan

PEMBERIAN OBAT
RUMATAN

INDIKASI PEMBERIAN

Kejang lama > 15 menit


Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd,
cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.
Kejang fokal
Pengobatan rumat dipertimbangkan bila:
Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam.
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12
bulan.
kejang demam > 4 kali per tahun

Pengobatan diberikan selama 1 tahun


bebas kejang, kemudian dihentikan
secara bertahap selama 1-2 bulan

PEMBERIAN ANTIKONVULSAN
Pengobatan

rumatan hanya diberikan


terhadap kasus selektif dan dalam jangka
pendek
Pemberian obat fenobarbital atau asam
valproat
setiap
hari
efektif
dalam
menurunkan risiko berulangnya kejang

Pemakaian

fenobarbital setiap hari


gangguan perilaku dan kesulitan belajar
pada 40-50% kasus. Dosis 3-4 mg/kg per
hari dalam 1-2 dosis
Asam valproat umur <2 tahun dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis
asam valproat 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3
dosis.

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIKERJAKAN


BILA KEMBALI KEJANG

Tetap tenang dan tidak panik


Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar
leher
Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan
kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di
mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan


bentuk kejang.
Tetap bersama pasien selama kejang
Berikan
diazepam rektal. Dan jangan
diberikan bila kejang telah berhenti.
Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang
berlangsung 5 menit atau lebih.

PROGNOSIS
Kemungkinan
Mengalami
Kecacatan
Kelainan Neurologis
Kemungkinan Mengalami Kematian
Kemungkinan berulangnya kejang demam:
Riwayat kejang demam dalam keluarga
Usia kurang dari 12 bulan
Temperatur yang rendah saat kejang
Cepatnya kejang setelah demam

Atau

Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi


Kelainan neurologis atau perkembangan
yang jelas sebelum kejang demam pertama
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau
saudara kandung

EDUKASI PADA ORANG TUA

Menyakinkan
bahwa
kejang
demam
umumnya mempunyai prognosis baik.
Memberitahukan cara penanganan kejang
Memberikan
informasi
mengenai
kemungkinan kejang kembali
Pemberian obat untuk mencegah rekurensi
memang efektif tetapi harus diingat adanya
efek samping obat.

VAKSINASI
Sejauh

ini tidak ada kontraindikasi untuk


melakukan vaksinasi terhadap anak yang
mengalami kejang demam.
Dianjurkan untuk memberikan diazepam
oral atau rektal bila anak demam,
terutama setelah vaksinasi DPT atau
MMR / parasetamol pada saat vaksinasi
hingga 3 hari kemudian.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai