Anda di halaman 1dari 18

KONSEP MEDIS

A. DEFINISI

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.


Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan
resorpsi

tulang

lebih

besar

dari

kecepatan

pembentukan

tulang,

pengakibatkan penurunan masa tulang total. Tulang secara progresif menjadi


porus, rapuh dan mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres

yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.


Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa
massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan
kualitas jaringan tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

B. ETIOLOGI

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon


utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke
dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia
diantara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih
lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih
mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium


yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan
hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
usia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita
seringkali menderita osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Osteoporosis

juvenil

idiopatik

merupakan

jenis

osteoporosis

yang

penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa
muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin
yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab atau faktorfaktor yang beresiko
terkena osteoporosis, antara lain :

Wanita, wanita lebih beresiko terhadap pria

Berusia di atas 50 tahun

Post menopause

Kekurangan hormon estrogen

Mengalami pengangkatan rahim / ovarium

Kurang kalsium

Kurang sinar matahari dan kurang vit. D

Kurang aktifitas fisik

Faktor genetic (Histori keluarga ada yang osteoporosis)

Perawakan kurus, tulang kecil

Orang asia lebih beresiko dibanding orang eropa

Perokok

Peminum kopi dan cola / minuman bersoda

Peminum alcohol

Pengguna obatobatan seperti Kortison, Prednison, Anti konvulsan,


hormon tiroid

C.PATOFISIOLOGI
Patogenesis / Terjadinya Osteoporosis
Secara normal di tubuh kita terjadi suatu tahapan yang disebut
REMODELLING TULANG, yaitu suatu proses pergantian tulang yang sudah
tua untuk diganti dengan tulang yang baru. Hal ini sudah terjadi pada
saat pembentukan tulang mulai berlangsung sampai selama kita hidup.
Proses Remodelling tulang tersebut dapat digambarkan seperti gambar
dibawah ini:

Setiap saat terjadi remodeling tulang di tulang manusia. Proses remodeling


ini dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan atau penarikan
tulang oleh sel tulang yaitu OSTEOKLAS, kemudian tulang yang sudah
diserap itu tadi akan diisi oleh tulang yang baru dengan bantuan sel tulang
yang bernama OSTEOBLAS.

Kejadian ini adalah suatu keadaan yang normal, dimana pada saat proses
pembentukan tulang sampai umur 30 35 tahun, jumlah tulang yang
diserap atau diresorpsi sama dengan jumlah tulang baru yang mengisi atau
menggantikan sehingga terbentuk PUNCAK MASSA TULANG, tapi setelah
berumur 35 tahun keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana
jumlah tulang yang diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang
menggantikan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa
tulang yang berakibat pada OSTEOPOROSIS.

o Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun
untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula

o Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan
tulang bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada
usia lebih muda
o Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 2030 % dan pd wanita 40-50 %
o

Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti

metakarpal, kolum femoris, dan korpus vertebra


Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian
proksimal dan radius bagian distal

Perubahan Fisik yang terjadi karena Osteoporosis

D.MANIFESTASI KLINIS

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan (terutama pada penderita


osteoporosis

senilis),

sehingga

pada

awalnya

osteoporosis

tidak

menimbulkan gejala. Beberapa penderita tidak memiliki gejala.


Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps

atau hancur, maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk.
Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat
fraktur kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:
- Nyeri timbul mendadak
- Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang
- Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan

dan akan bertambah oleh

karena melakukan aktivitas


- Deformitas vertebra thorakalis Penurunan tinggi badan
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang
belakang yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena
cedera ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di
daerah tertentu dari punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita
berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit,
tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah
beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang
hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang
belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan ketegangan otot dan sakit.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa

kalsium total dan massa tulang.


Pemeriksaan absorpsiometri
Pemeriksaan komputer tomografi (CT)
Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan
informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan
kualitas meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista

iliaka.
Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine
biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak
membantu kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

F.PENATALAKSANAAN
Terapi pada osteoporosis harus mempertimbangkan 2 hal, yaitu terapi
pencegahan yang pada umumnya bertujuan untuk menghambat hilangnya
massa tulang dan terapi pengobatan.
Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:

Mencapai massa tulang dewasa (Proses konsolidasi) yang optimal


Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar seperti:
1. Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
2. Olahraga yang teratur
3. Hindari :
Makanan tinggi protein
Minum alkohol
Merokok
Minum kopi
Minum antasida yang mengandung aluminium
4. pemeriksaan tulang untuk mengetahui osteporosis secara dini

Selain pencegahan, tujuan terapi osteoporosis adalah meningkatkan massa


tulang dengan melakukan pemberian obat-obatan antara lain hormon
pengganti (estrogen dan progesterone dosis rendah). Kalsitrol, kalsitonin,
bifosfat, raloxifene, dan nutrisi seperti kalsium serta senam beban.

Pengobatan

Prinsip Pengobatan
Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan

pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolik


Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat

resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat

Wanita

paska

menopause

yang

menderita

osteoporosis

juga

bisa

mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron) atau


alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya.
Bifosfonat juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Alendronat berfungsi:
-

Mengurangi

kecepatan

penyerapan

tulang

pada

wanita

pasca

menopause
-

Meningkatakan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul

Mengurangi angka kejadian patah tulang.


Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita
patah tulang belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam
bentuk suntikan atau semprot hidung.

Tambahan fluorida bisa meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang


bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya
tidak dianjurkan.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan


tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan
bahwa tubuhnya tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi.
Jika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron.
Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul
biasanya

diatasi

dengan

tindakan

pembedahan.

Patah

tulang

pergelangan biasanya digips atau diperbaiki dengan pembedahan. Pada


kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan
obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan dilakukan terapi
fisik.

G.KOMPLIKASI

Fraktur

Kifosis

Paralitik ileus

ASUHAN

KEPERAWATAN

PADA

GANGGUAN

OSTEOPOROSIS
PENGKAJIAN
Promosi

kesehatan,

osteoporosis

dan

identifikasi

penemuan

individu

masalah

dengan
yang

risiko

mengalami

berhubungan

dengan

osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian keperawatan.

Wawancara meliputi pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis


dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola
latihan, awitan menopause dan penggunaan kortikoseteoroid selain
asupan alkohol, rokok dan kafein. Setiap sengaja yang dialami pasien,
seperti nyeri pingang, konstipasi atau ganggua citra diri harus digali.

Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang kifosis


vertebrata torakalis atau pemendekan tinggi badan. Masalah mobilitas
dan pernapasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan
otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktivitas.
Amati terhadap fraktur, kifosis thorakal atau pemendekan batang tubuh
saat melakukan pemeriksaan fisik

Riwayat dislokasi pada wanita post menopouse atau kondisi yang


diketahui sebagai penyebab sekunder osteoporosis. Pasien (biasanya
wanita

tua)

mungkin

melaporkan

penurunan

kemampuan

untuk

mengangkat . Pasien mengatakan nyeri beberapa lama sampai beberapa


tahun. Jika pasien mempunyai kolab vertebra, pasien merasakan nyeri
punggung dan nyeri menjalar ke tubuh.

PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM OSTEOPOROSIS


Defesiensi kalsium
Kecepatan reabsorbsi tulang lebih besar
Penurunan masa tulang
Tulang menjdi rapuh/mudah patah

Resiko cedera

Spasme otot
Fraktur kompresi
Deformitas skelet

Gangguan konsep diri

Pengeluaran zat kimia


(prostaglandin, histamin, bradikinin)
Dihantar ke sum-sum tulang belakang

Aktivitas intoleran

Thalamus
menurun

aktivitas terganggu

peristaltik

Korteks cerebri
meningkat

pergerakan terbatas

absorbsi

Dipersepsi

faeces keras

Nyeri

Konstipasi

Simpatik rangsangan

RAS teraktifasi

Peristaltik menurun

sinyal ke otak

Mual/muntah

klien terjaga

Intake kurang

susah tidur

Gangguan kebutuhan nutrisi

Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

2.

Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

3.

Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus


(obstruksi usus)

4.

Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang


osteoporotik

TUJUAN UMUM
sasaran umum pasien dapat meliputi pengetahuan mengenai osteoporosis dan
program tindakan, pengurangan nyeri, perbaikan pengosongan usus dan tidak
ada fraktur tambahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
1.

Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi


Tujuan : untuk memahami Osteoporosis dan Program Tindakan.

Ajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya


oeteoporosis.

Anjurkan diet atau suplemen kalsium yang memadai.

Timbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang.

Anjurkan Latihan aktivitas fisik yang mana merupakan kunci utama untuk
menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap
terjadinya oestoeporosis.

Anjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar


matahari

dan

latihan

yang

memadai

untuk

meminimalkan

efek

oesteoporosis.

Berikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan obat.


Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek samping
yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien sebaiknya
meminum suplemen kalsium bersama makanan untuk mengurangi
terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan yang
memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

Bila diresepkan HRT, pasien harus diajar mengenai pentingnya skrining


berkala terhadap kanker payudara dan endometrium.

2.

Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot


Tujuan : untuk meredakan nyeri

Peredaaan nyeri punggung dapat dilakukan dengan istirahat di tempat


tidur dengan posisi telentang atau miring ke samping selama beberapa
hari.

Kasur harus padat dan tidak lentur.

Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi


otot.

Kompres

panas

intermiten

dan

pijatan

punggung

memperbaiki

relaksasi otot.

Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit


dan hindari gerakan memuntir.

Postur yang bagus dianjurkan dan mekanika tubuh harus diajarkan.


Ketika pasien dibantu turun dari tempat tidur,

pasang

korset

lumbosakral

untuk

menyokong

dan

imobilisasi

sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman dan


kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia.

Bila pasien sudah dapat menghabiskan lebih banyak waktunya di luar


tempat tidur perlu dianjurkan untuk sering istirahat baring untuk
mengurangi rasa tak nyaman dan mengurangi stres akibat postur
abnormal pada otot yang melemah.

opioid oral mungkin diperlukan untuk hari-hari pertama setelah awitan


nyeri punggung. Setelah beberapa hari, analgetika non opoid dapat
mengurangi nyeri.

3.

Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus


(obstruksi usus)
Tujuan : untuk Memperbaiki Pengosongan Usus.
Konstipasi

merupakan

masalah

yang

berkaitan

dengan

imobilitas,

pengobatan dan lansia.


Berikan diet tinggi serat.
Berikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan
dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.
Pantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena bila terjadi
kolaps vertebra pada T10-L2, maka pasien dapat mengalami ileus.
4.

Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang


osteoporotik
Tujuan : untuk Mencegah Cedera.

Anjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat


penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat
demineralisasi tulang progresif.

Ajarkan Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan untuk


memperkuat otot batang tubuh.

Anjurkan untuk

Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur

yang baik.

Hindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat


beban lama.

Lakukan aktivitas pembebanan berat badan Sebaiknya dilakukan di


luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat diperlukan untuk
memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin D.

Pertimbangan Gerontologik.
1. Lansia

sering jatuh sebagai akibat dari bahaya lingkungan, gangguan

neuromuskular, penurunan sensor dan respons kardiovaskuler dan respons


terhadap pengobatan. Bahaya harus diidentifikasi dan dihilangkan. Supervisi
dan bantuan harus selalu tersedia.
2. Pasien dan keluarganya perlu dilibatkan dalam perencanaan asuhan
berkeseimbangan dan program penanganan pencegahan.
3. Lingkungan rumah harus dikaji mengenai adanya

potensial bahaya (mis.

Permadani yang terlipat, ruangan yang berantakan, mainan di lantai,


binatang piaraan dibawah kaki) dan diciptakan lingkungan yang aman (mis.
Anak tangga dengan penerangan yang memadai dengan pegangan yang
kokoh, pegangan di kamar mandi, alas kaki dengan ukuran pas).

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1.

Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi

mengajarkan pada klien tentang faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya oeteoporosis.

Menganjurkan pada pasien untuk diet atau suplemen kalsium yang


memadai.

Menimbang Berat badan secara teratur dan modifikasi gaya hidup seperti
Pengurangan kafein, sigaret dan alkohol, hal ini dapat membantu
mempertahankan massa tulang.

Menganjurkan pada pasien untuk

Latihan aktivitas fisik

untuk

menumbuhkan tulang dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap


terjadinya oestoeporosis.

Menganjurkan pada lansia untuk tetap membutuhkan kalsium, vitamin D,


sinar matahari dan latihan yang memadai untuk meminimalkan efek
oesteoporosis.

Memberikan Pendidikan pasien mengenai efek samping penggunaan


obat. Karena nyeri lambung dan distensi abdomen merupakan efek
samping yang sering terjadi pada suplemen kalsium, maka pasien
sebaiknya

meminum

suplemen

kalsium

bersama

makanan

untuk

mengurangi terjadinya efek samping tersebut. Selain itu, asupan cairan


yang memadai dapat menurunkan risiko pembentukan batu ginjal.

Mengajarkan pasien tentang skrining berkala terhadap kanker payudara


dan endometrium.

2.

Nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan spasme otot

Menganjurkan pasien untuk istirahat di tempat tidur dengan posisi


telentang atau miring ke samping selama beberapa hari.

Menganjurkan pasien tidur di Kasur harus padat dan tidak lentur.

Memfleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi


otot.

Kompres

panas

intermiten

dan

pijatan

punggung

memperbaiki

relaksasi otot.

Pasien diminta untuk menggerakkan batang tubuh sebagai satu unit


dan hindari gerakan memuntir.

Memasang

pasang

korset

lumbosakral

untuk

menyokong

dan

imobilisasi sementara, meskipun alat serupa kadang terasa tidak nyaman


dan kurang bisa ditoleransi oleh kebanyakan lansia. .

Memberikan obat analgetika non opoid


nyeri.

agar dapat

mengurangi

3.

Konstipasi yang berhubungan dengan imobilitasi atau terjadinya ileus


(obstruksi usus)

Menganjurkan pasien untuk diet


Merikan tambahan cairan dan gunakan pelunak tinja sesuai ketentuan

dapat membantu atau meminimalkan konstipasi.


Memantau asupan pasien, bising usus dan aktivitas usus karena
terjadi kolaps vertebra pada T10-L2, maka

bila

pasien dapat mengalami

ileus.
4.

Risiko terhadap cedera : fraktur, yang berhubungan dengan tulang


osteoporotik

Menganjurkan melakukan Aktivitas fisik secara teratur hal ini sangat


penting untuk memperkuat otot, mencegah atrofi dan memperlambat

demineralisasi tulang progresif.


Mengajarkan pasien untuk Latihan isometrik, latihan ini dapat digunakan

untuk memperkuat otot batang tubuh.


menganjurkan untuk Berjalan, mekanika tubuh yang baik, dan postur

yang baik.
Menghindari Membungkuk mendadak, melenggok dan mengangkat

beban lama.
Melakukanakukan

aktivitas

pembebanan

berat

badan

Sebaiknya

dilakukan di luar rumah di bawah sinar matahari, karena sangat


diperlukan untuk memperbaiki kemampuan tubuh menghasilkan vitamin
D.

EVALUASI
1. Mendapatkan

pengetahuan

mengenai

oesteoporosis

dan

program

penanganannya.
o

Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap massa


tulang

2.

Mengkonsumsi kalsium diet dalam jumlah yang mencukupi

Meningkatkan tingkat latihan

Gunakan terapi hormon yang diresepkan

Menjalani prosedur skrining sesuai anjuran


Mendapatkan peredaan nyeri

Mengalami redanya nyeri saat beristirahat

Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan


sehari-hari

o
3.

Menunjukkan berkurangnya nyei tekan pada tempat fraktur


Menunjukkan pengosongan usus yang normal

Bising usus aktif

Gerakan usus teratur

4.

Tidak mengalami fraktur baru


o

Mempertahankan postur yang bagus

Mempegunakan mekanika tubuh yang baik

Mengkonsumsi diet seimbang tinggi kalsium dan vitamin D

Rajin menjalankan latihan pembedahan berat badan (berjalan-jalan


setiap hari)

Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari

Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah

Menciptakan lingkungan rumah yang aman

Menerima bantuan dan supervisi sesuai kebutuhan.

TUGAS KELOMPOK
KEPERAWATAN GERONTIK
DOSEN : MARYUNIS, S.KEP, NS

OSTEOPOROSIS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK I
BRAJAKSON SIOKAL

142 270 141

KARMILA

142 270 127

SITTI RAHMATIAH

142 270

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2009

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2 Edisi 8. Jakarta:
EGC.
Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: FKUI.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 3. Jakarta:
FKUI.

Price SA, Lorraine M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,
Edisi IV. Jakart.a: EGC
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/Osteoporosis.html.
http://akperppnisolojateng.blogspot.com/2008/08/askep-Osteoporosis .html.
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2008/12/askep-osteorosis.html.

Anda mungkin juga menyukai