Anda di halaman 1dari 14

PR PEDRIATIK

1. Berapa dosis Pseudeuefedrin untuk anak-anak usia di bawah 2 tahun?


Jawab :
Dosis untuk usia <2 tahun: 4 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi setiap 6 jam
(Sumber Drugs Information Handbooks)
Contoh : Berapa dosis Pseuseuefedrin untuk anak usia 1 tahun dengan BB = 8 Kg
Dosis sehari = 8 Kg x 4 mg/KgBB/hari
= 32 mg/8KgBB/hari
Dosis satu kali = 32 mg/4
= 8 mg
Dalam sediaan Drops, tiap 0,8 ml mengandung 7,5 mg Pseudeuefedrin
Maka : (8/7,5) x 0,8 ml
= 0,85 ml
2. Sebutkan dan Jelaskan jenis jenis cairan Infus dan Fungsinya?
Jawab :
a. Cairan Hipotonik Adalah cairan infuse yang osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga
larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari
dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari
osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.
Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular
dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya
adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b. Cairan Isotonik Adalah cairan infuse yang osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya
mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam
pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan
garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c. Cairan Hipertonik Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan
serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik.
Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose
5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:


1) Kristaloid

Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume
expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada
pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2) Koloid:
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik,
dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan
steroid. Cairan yang digunakan dalam terapi Cairan yang sering digunakan ialah cairan
elektrolit (kristaloid) cairan non-elektrolit, dan cairan koloid.
Cairan elektrolit (kristaloid) : Sesuai dengan penggunaannya dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu untuk pemeliharaan, pengganti dan tujuan khusus.
Cairan pemeliharaan (rumatan) : Tujuannya adalah untuk mengganti kehilangan air
tubuh lewat urin, feses, paru dan keringat. Jumlah kehilangan air tubuh ini berbeda
sesuai dengan umur, yaitu:
1) Dewasa
: 1,5 2 ml/kg/jam
2) Anak-anak : 2 4 ml/kg/jam
3) Bayi
: 4 6 ml/kg/jam
4) Neonatus : 3 ml/kg/jam
Mengingat cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali mengandung elektrolit,
maka sebagai cairan pengganti adalah hipotonik, dengan perhatian khusus untuk
natrium.
Cairan kristaloid untuk pemeliharaan misalnya dekstrosa 5% dalam NaCl 0,45%
(D5NaCl 0,45). Sediaan Cairan Pemeliharaan (rumatan) Cairan pengganti : Tujuannya
adalah untuk mengganti kehilangan air tubuh yang disebabkan oleh sekuestrasi atau
proses patologi yang lain (misalnya fistula, efusi pleura, asites drainase lambung dsb).
Sebagai cairan pengganti untuk tujuan ini digunakan cairan isotonis, dengan perhatian
khusus untuk konsentrasi natrium, misalnya dekstrose 5 % dalam ringer laktat (D5RL),
NaCl 0,9 %, D5 NaCl.
Sediaan Cairan Pengganti Cairan untuk tujuan khusus (koreksi): Yang dimaksud
adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya natrium bikarbonat 7,5 %,
NaCl 3 %, dll. Sediaan Cairan Koreksi Cairan non elektrolit : Contoh dekstrose 5 %, 10
%, digunakan untuk memenuhi kebutuhan air dan kalori, dapat juga digunakan sebagai
cairan pemeliharaan.
Cairan koloid : Disebut juga sebagai plasma ekspander, karena memiliki kemampuan
besar dalam mempertahankan volume intra-vaskuler. Contoh cairan ini antara lain :
Dekstran, Haemacel, Albumin, Plasma, Darah. Cairan koloid ini digunakan untuk
menggantikan kehilangan cairan intra-vaskuler.
3) Cairan Khusus
ASERING
Indikasi: Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis
akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat,
trauma.
Komposisi: Setiap liter asering mengandung:
Na 130 mEq
K 4 mEq
Cl 109 mEq
Ca 3 mEq
Asetat (garam) 28 mEq
Keunggulan:

Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
- Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
- Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada anestesi
dengan isofluran
- Mempunyai efek vasodilator
- Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000 ml
RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral
KA-EN 1B
Indikasi:
- Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada
kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
- < 24 jam pasca operasi
- Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya
300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
- Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100
ml/jam
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
- Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
KA-EN MG3
Indikasi :
- Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit
dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan
asupan oral terbatas
- Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
- Mensuplai kalium 20 mEq/L
- Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L
KA-EN 4A
Indikasi :
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
- Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai
kadar konsentrasi kalium serum normal
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi (per 1000 ml):
Na 30 mEq/L
K 0 mEq/L
Cl 20 mEq/L
Laktat 10 mEq/L
Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B
Indikasi:
- Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
- Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko
Hipokalemia
- Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
Komposisi:
o Na 30 mEq/L
o K 8 mEq/L
o Cl 28 mEq/L
o Laktat 10 mEq/L
o Glukosa 37,5 gr/L
Otsu-NS
Indikasi:
- Untuk resusitasi
- Kehilangan Na > Cl, misal diare
- Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
Otsu-RL
Indikasi:
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik
MARTOS-10
Indikasi:
1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik
2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi
berat, stres berat dan defisiensi protein
3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4. Mengandung 400 kcal/L
AMIPAREN
Indikasi:
1. Stres metabolik berat
2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
AMINOVEL-600
Indikasi:
1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca

operasi)
4. Stres metabolik sedang
5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
PAN-AMIN G
Indikasi:
1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan
2. Nitrisi dini pasca operasi
3. Tifoid
Jenis Jenis Cairan Kristaloid
1. Normal Saline
Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.
Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya
molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang
bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis
tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin
serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi : Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan
pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema
perifer dan edema paru.
Adverse Reaction : Edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.
2. Ringer Laktat (RL)
Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110,
Basa = 28-30 mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi
elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan
ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan
tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan
kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolitelektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok
hipovolemik termasuk syok perdarahan.

Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok


hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia
dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi
akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paruparu.
Peringatan dan Perhatian : Not for use in the treatment of lactic acidosis. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function &
pre-eklamsia.
3. Dekstrosa
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar
kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan
iritasi pada pembuluh darah dan tromboflebitis.
4. Ringer Asetat (RA)
Larutan ini merupakan salah satu cairan kristaloid yang cukup banyak diteliti. Larutan RA
berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati, sementara
asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang memiliki
komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi
pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis.
Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil
seperti ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan
bikarbonat masif yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan
pada pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal
ini dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit
berat karena dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan
sebagai pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka
bakar/syok hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat
induksi anestesi regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga
diindikasikan pada stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.
Manfaat pemberian loading cairan pada saat induksi anastesi, misalnya ditunjukkan oleh
studi Ewaldsson dan Hahn (2001) yang menganalisis efek pemberian 350 ml RA secara
cepat (dalam waktu 2 menit) setelah induksi anestesi umum dan spinal terhadap
parameter-parameter volume kinetik. Studi ini memperlihatkan pemberian RA dapat
mencegah hipotensi arteri yang disebabkan hipovolemia sentral, yang umum terjadi
setelah anestesi umum/spinal.
Untuk kasus obstetrik, Onizuka dkk (1999) mencoba membandingkan efek pemberian
infus cepat RL dengan RA terhadap metabolisme maternal dan fetal, serta keseimbangan
asam basa pada 20 pasien yang menjalani kombinasi anestesi spinal dan epidural sebelum
seksio sesarea. Studi ini memperlihatkan pemberian RA lebih baik dibanding RL untuk ke3 parameter di atas, karena dapat memperbaiki asidosis laktat neonatus (kondisi yang

umum terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang mengalami eklampsia atau preeklampsia).
Dehidrasi dan gangguan hemodinamik dapat terjadi pada stroke iskemik/hemoragik akut,
sehingga umumnya para dokter spesialis saraf menghindari penggunaan cairan hipotonik
karena kekhawatiran terhadap edema otak. Namun, Hahn dan Drobin (2003)
memperlihatkan pemberian RA tidak mendorong terjadinya pembengkakan sel, karena itu
dapat diberikan pada stroke akut, terutama bila ada dugaan terjadinya edema otak.
Hasil studi juga memperlihatkan RA dapat mempertahankan suhu tubuh lebih baik
dibanding RL secara signifikan pada menit ke 5, 50, 55, dan 65, tanpa menimbulkan
perbedaan yang signifikan pada parameter-parameter hemodinamik (denyut jantung dan
tekanan darah sistolik-diastolik).
Jenis jenis Cairan Koloid
1. Albumin
Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang
dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan
pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko
terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
- Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,
hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka
bakar.
- Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara
bersamaan.
- Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi
renal berlebih.
- Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan
penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal
impairment dan kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan
terjadinya multi organ dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan
organ-organ tubuh yang timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.
Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.
Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.
2. HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah
operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).

Sepsis, karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES
pada sepsis masih terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
- Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap
bisa digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan
permeabilitas.
- Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
- Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis
refraktori.
- HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.
Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :
- Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES),
yang manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli
- HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada
pasien sepsis dengan hipovolemia.
- HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus,
dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi
(contoh: transplantasi ginjal).
- Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.
Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika
digunakan dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.
3. Dextran
Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
- Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
- Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas
darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan
gelatin dan HES.
Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau
anuria yang parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering
dilaporkan dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran
pada tubulus renal. Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang
signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.
4. Gelatin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin
memiliki efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.

Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari
pada keadaan hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000
pasien, dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila
dibandingkan dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
3. Bagaimana mekanisme kerja Probiotik ?
Jawab :
Probiotik adalah mikroba yang dapat mendukung pertumbuhan mikroba lain. Dengan kata
lain ,probiotik dapat memberikan efek positif bagi host atau inang nya jika dikonsumsi
dalam jumlah yang cukup (FAO/WHO, 2002). Efek positif yang diberikan adalah dengan
memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal (bakteri alami dalam usus) pada saat
masuk ke dalam saluran pencernaan.
Mikroflora normal pada usus manusia adalah suatu mikroekosistem yang sangat komplek,
yang untuk mempertahankan homeostasis kolonisasinya diperlukan adanya nutrien yang
masuk kedalam usus, mikrobiota usus adalah sangat penting untuk host (pejamu) dalam
arti fungsi metabolik dan ketahanan terhadap infeksi bakteri terutama gastroenteritis, kadar
lemak darah, sifat anti tumor, toleransi laktosa, imunitas usus. Diet dan lingkungan akan
mempengaruhi proses kolonisasi. Pada manusia (bayi) kolonisasi bakteri segera setelah
lahir, pada bayi yang mendapat asi kolonisasi bakteri dominan oleh bifidobacteria dari
pada oleh bakteri yang membahayakan, sedangkan pada bayi yang minum susu formula
kolonisasi didominasi oleh bakteri coliform, enterococci dan bacteroides.
Kolonisasi adalah proses yang bertahap (gradual) yang ditentukan oleh banyak faktor
antara lain, komposisi mikroflora usus ibu, lingkungan dan mungkin juga aspek genetik,
derajat kebersihan, cara persalinan, pemakaian antibiotika dan perawatan inkubator
terutama bayi prematur, proses kolonisasi bakteri bifidobacterium akan terlambat dan akan
terjadi kolonisasi oleh kuman yang patogen yang mudah overgrowth (tumbuh lampau) dan
kemungkinan besar akan terjadi translokasi. Pada bayi yang minum asi, mikrobiota usus
didominasi oleh bifidobacterium dan lactobacillus bifidus (probiotik) oleh karena asi
mengandung probiotik dan prebiotik (oligosaccharida) yang merupakan faktor
pertumbuhan untuk probiotik, bayi yang telah disapih lama kelamaan kolonisasi probiotik
berkurang dan bayi yang minum susu formula saja masukan probiotik dapat dikatakan
tidak ada sehingga mikroekosistem menjadi tidak normal. Sebenarnya kolonisasi oleh
probiotik untuk membentuk mikroekosistem yang normal dapat dimanipulasi melalui
pengaturan diet yang mengandung prebiotik, probiotik atau kombinasi keduanya (sinbiotik
atau eubiotik) yang dalam hal ini merujuk pada komponen yang terdapat pada asi.
Membicarakan prebiotik tak dapat dipisahkan dengan probiotik oleh karena target
prebiotik adalah memacu pertumbuhan yang selektif dari bakteri probiotik.
Secara garis besar, manfaat dari probiotik bagi manusia diantaranya adalah:
1) Sebagai obat gastroenteritis (misalnya diare). Probiotik dapat meningkatkan
kolonisasi bakteri baik di dalam usus sehingga bakteri patogen yang menyebabkan
diare bisa kalah berkompetisi secara jumlah. Jumlah bakteri yang lebih banyak bisa
lebih mudah mendominasi pengambilan nutrisi dan penempelan pada dinding usus.

2) Menstimulasi kekebalan tubuh atau sistem imun. Bakteri probiotik yang berbeda
bisa merangsang sistem imun yang berbeda. Misalnya Lactobacillus dapat merangsang
produksi sitokin Th1.
3) menurunkan kadar kolesterol. Salah satu probiotik yang sering ditemui dalam
makanan fermentasi diantaranya adalah BAL (bakteri asam laktat) bakteri ini dapat
mendegradasi kolesterol menjadi senyawa coprostanol. Coprostanol ini merupakan zat
yang tidak dapat diserap oleh usus dan akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran
4) Pencegahan kanker kolon dan usus. Resiko terkena kanker kolon meningkat dengan
meningkatnya usia dan pola makan yang tidak sehat, yaitu tinggi lemak dan rendah
serat. Konsumsi probiotik dapat menjadi salah satu tindakan prefentif untuk
menurunkan resiko kanker.
5) Menanggulangi penyakit irritable bowel syndrome (IBS). Sekitar 5-20% penduduk
dunia diperkirakan menderita IBS. salah satu kemungkinana penyebab sakit ini adalah
adanya ketidakseimbangan dari mikroflora usus. Gejala klinis dari sakit ini adalah nyeri
perut, diare, sembelit, dan perut kembung. Konsumsi makanan yang mengandung
probiotik bisa membantu menyeimbangkan mikroflora usus.
6) Penatalaksanaan alergi. Strain bakteri yang efektif untuk pengobatan alergi
dintaranya Lactobacilli casei, L. paracasei, L. acidophilus, dan Bifidobacterium
longum
Bifidus adalah contoh dari probiotik. Bifidus atau bifidobacterium adalah genus dari
bakteri anaerob yang hidup di saluran pencernaan. Bakteri ini adalah salah satu jenis yang
paling umum ditemukan di antara ratusan jenis flora usus. Terdapat beberapa strain bifidus
yang berbeda dengan manfaat kesehatan yang berbeda pula.
1) Bifidus regularis
Bifidus regularis hanya dapat ditemukan pada produk yogurt Activia yang diproduksi
oleh Danone. Perusahaan tersebut memilih probiotik jenis ini karena mampu tetap
bertahan hidup melalui saluran pencernaan untuk kemudian masuk ke usus besar.
regularis memiliki efek menguntungkan secara keseluruhan pada saluran pencernaan.
Bakteri ini juga membantu mencegah sembelit dan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh.
2) Bifidobacterium bifidum
Bifidobacterium bifidum merupakan strain probiotik yang hidup dalam usus dan dalam
jumlah yang lebih kecil dalam ASI dan mulut. Bakteri ini terbukti memiliki sejumlah
efek menguntungkan termasuk menyembuhkan dan mencegah infeksi jamur, infeksi
saluran kemih, kolesterol tinggi, diare, kerusakan gigi, dan alergi.
3) Bifidobacterium longum
Bifidobacterium longum merupakan jenis bakteri baik paling dominan yang ditemukan
dalam tubuh manusia. Bakteri ini merupakan strain pertama yang hidup di usus bayi
baru lahir dan bertanggung jawab untuk fermentasi gula menjadi asam laktat.
Bifidobacterium longum memiliki banyak manfaat kesehatan termasuk mengurangi
risiko beberapa jenis kanker, mengurangi gejala alergi, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, meningkatkan penyerapan kalsium, dan mencegah sembelit.
4) Bifidobacterium infantis
Bifidobacterium infantis telah lama dikenal bermanfaat mencegah peradangan yang
terkait dengan berbagai kondisi termasuk arthritis, penyakit radang usus, radang usus

besar, dan diabetes tipe 1. Kajian yang lebih mutakhir menunjukkan bahwa B. infantis
juga dapat mengobati gejala inflamasi akibat irritable bowel syndrome (IBS).
5) Bifidobacterium lactis
Bifidobacterium lactis merupakan strain bifidus yang menghuni saluran pencernaan.
Seringkali terkait erat dengan Bifidobacterium animalis, B. lactis terbukti bermanfaat
meringankan sejumlah masalah kesehatan termasuk alergi gluten, mengurangi risiko
kanker, meningkatkan sistem pencernaan secara keseluruhan, dan meningkatkan fungsi
sistem kekebalan tubuh.
Manfaat diatas dapat kita peroleh dari probiotik karena probiotik dapat
memproduksi:
1) Bakteriosin, yaitu antibakteri yang dapat melawan bakteri patogen. Bakteriosin ini
bersifat selektif terhadap strain patogen tertentu.
2) Anti mikroba seperti : asam laktat, asam asetat, hidrogen peroksida, laktoperoksidase,
lipopolisakarida, dan beberapa antimikrobial lainnya.
3) Memproduksi beberapa nutrisi penting dalam sistem imun dan metabolisme inang,
seperti vitamin B (asam pantotenat), pyridoksin, niasin, asam folat, kobalamin, dan
biotin, serta antioksidan penting seperti vitamin K
Manfaat probiotik bisa melalui 3 mekanisme:
1) Fungsi pencegahan: misalnya kemampuanya untuk menghambat patogen dalam
saluran pencernaan. Kolonisasi probiotik dalam saluran pencernaan mengakibatkan
kompetensi nutrisi dan kompetisi dalam penempelan pada dinding usus antara probiotik
dan bakteri lain khususnya patogen. Di dalam kolonisasi bakteri, siapa koloni yang
mendominasi makan jenis bakteri tersebut bisa mengalahkan koloni yang lebih sedikit.
Pertumbuhan probiotik jg bisa menghasilkan komponen anti bakteri.
2) Fungsi sistem kekebalan tubuh: dengan peningkatan sistem imun tubuh dengan
kemampuan probiotik menginduksi pembetukan IgA, aktifasi makrofag, modulasi
profil sitokin, serta mennginduksi hyporesponsiveness terhadap antigen yang berasal
dari makanan.
3) Fungsi metabolit probiotik: misalnya kemampuan probiotik mendegradasi laktosa di
dalam produk susu fermentasi sehingga bisa dikonsumsi oleh penderita lactose
intolerance.
Konsumsi probiotik dapat diperoleh dari produk pangan olahan seperti yoghurt, yakult,
keju, es krim, permen, dan yoghurt beku. Jumlah minimal probiotik yang ada dalam
makanan sebesar 106 CFU/g. CFU adalah kepanjangan dari colony forming unit, yaitu
satu konoli bakteri yang bisa membelah diri menjadi koloni yang biru. Jumlah minimum
tersebut diperlukan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik
pada saat berada dalam jalur pencernaan. Salah satu karakteristik dari probiotik adalah
tidak hanya mampu bertahan melewati saluran pencernaan tetapi juga memiliki
kemampuan untuk berkembang biak di dalamnya. Hal itu berarti probiotik harus tahan
terhadap cairan lambung dan dapat tumbuh dalam cairan empedu yang terdapat dalam
saluran pencernaan.
Efek probiotiknya: mengatasi infeksi saluran pencernaan
- Contoh bakteri : Lactobacillus plantarum
Mekanismenya: Bakteri ini memperkuat fungsi mukosa pencernaan, dan menjaga dari
serangan bakteri patogen pada dinding halus. L.plantrum menghasilkan enzim-enzim

yang dapat memproduksi senyawa inhibitor seperti asam-asam organik (laktat, asetat),
H2O2 serta bakteriosi, kemudian senyawa-senyawa inhibitor tersebut disekresikan pada
saluran pencernaan sehingga menimbulkan suasana asam dipencernaan yang akan
menekan pertumbuhan bakteri patogen penyebab infeksi pada saluran pencernaan.
Efek probiotiknya: mengobati penyakit diare
- Contoh bakteri: Enterococcus faecium
Mekanismenya: Enterococcus faecium dapat mengsekresikan enzim protease dengan
mencerna dua protein exotoxin yaitu toxin A dan toxin B yang dapat menanggunglangi
masalah diare dan radang usus besar yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti
Clostridium difficile.
Efek probiotiknya: meurunkan kolesterol dalam darah
- Contoh bakteri: L. Acidophilus dan Bifidobakterium bifidum
Mekanismenya: Kemampuan ini berasal dari zat faktor antikolesterol yang
menghambat kerja enzim pembentuk kolesterol. Pengurangan kolesterol juga terjadi
karena selama pertumbuhan bakteri menyerap sejumlah zat kolesterol ke dalam selnya.
Penyerapan ini terjadi di usus kecil dan membantu mengurangi kolesterol dalam darah.
Efek probiotiknya: meningkatkan kekebalan tubuh
- Contoh bakteri : L. Bulgaricus
Mekanismenya : L. bulgaricus mampu menghasilkan zat antibiotika yang disebut
bulgarikan, kemudian hasil antibiotika ini bekerja secara spesifik terhadap bakteri
patogen
seperti
Staphylococcus
aureus,Shigella
dysentriae (penyebab
disentri), Salmonella typhii (penyebab tipus), Clostridium botulinum (penyebab
botulinum, yaitu keracunan makanan kaleng) yang terdapat pada saluran pencernaan.
Sifat dari antibiotik bulgarikan adalah mampu mengonaktifkan sel patogen dengan cara
mengganggu metabolisme sel mikroba, Menghambat sintesis dinding mikroba,
Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
Efek probiotiknya: Memproduksi vitamin dan Enzim Lactase
- Contoh bakteri : golongan Lactobacillus
Mekanismenya: Lactobacillus mampu menghasilkan vitamin B (niasin, piridoksin, dan
asam folat), kenaikan kadar vitamin-vitamin ini sebagai hasil kerja bakteri saat proses
fermentasi serat yang tidak tercerna yang masuk dalam usus besar. Selain itu juga
dihasilkan enzim lactase yang berfungsi memecah laktose menjadi gula rantai pendek
sehingga akan lebih mudah dicerna oleh tubuh.
4. Jelaskan bagaimana mekanisme kerja Domperidon sebagai antimuntah
Jawab :
a. Domperidone
Obat ini merupakan dopamine antagonis yang tidak benar-benar masuk ke sistem saraf
pusat. Profil domperidone sebagai antiemesis mirip dengan metoklorpamida, namun
domperidone memiliki efek ekstrapiramidal yang lebih ringan. Domperidone diberikan
dalam bentuk oral maupun parenteral. Pada orang sehat, domperidone akan
mempercepat pengosongan cairan lambung dan meningkatkan tekanan oesophageal
sphincter bagian bawah. Domperidone efektif menghilangkan gejala dispepsia
postprandial dan mual serta muntah karena berbagai sebab. Melalui beberapa studi obat
ini lebih superior dibandingkan metoklopramida. Domperidone juga memiliki efek baik

lainnya. Studi oleh Orlando dkk dari Departemen Pediatrik, Farmasi dan Perawat dari
University of Western Ontario and St. Joseph's Health Care London, menunjukkan
pemberian domperidone jangka pendek bisa meningkatkan produksi ASI pada
perempuan yang memiliki kadar produksi ASI rendah.
Mekanisme kerja : Domperidon merupakan antagonis dopamin, yang memblok
reseptor D1 dan D2. Dopamin memfasilitasi aktivitas otot halus gastrointestinal dengan
menghambat dopamin pada reseptor D1 dan menghambat pelepasan asetilkolin netral
dengan memblok reseptor D2. Domperidon merangsang motilitas saluran cerna bagian
atas tanpa mempengaruhi sekresi gastrik, empedu dan pankreas. Peristaltik lambung
meningkat sehingga dapat mempercepat pengosongan lambung.
b. Ondansetron
Antagonis reseptor 5-HT3 - obat ini akan menghambat reseptor serotonin pada sistem
saraf pusat dan saluran pencernaan. Obat ini juga dapat digunakan untuk mengobati
mual dan muntah akibat pasca-operasi dan sitotoksik obat. Serotonin Antagonists
merupakan obat yang paling sering diberikan untuk mengatasi mual muntah pasien
kemoterapi, radiasi, dan bedah. Serotonin antagonis bekerja dengan menghambat
serotonin di otak dan usus. Obat ini bisa ditolerir dengan baik dan sangat efektif.
c. Metoklopramid
Memblok reseptor dopamin dan (bila diberikan pada dosis yang lebih tinggi) juga
memblok reseptor serotonin di chemoreceptor trigger zone di sistem saraf pusat;
Meningkatkan respon jaringan di saluran pencernaan atas terhadap asetilkolin sehingga
meningkatkan motilitas dan kecepatan pengosongan lambung tanpa menstimulasi
sekresi pankreas, bilier, atau lambung;
Meningkatkan tonus spingter esofagus bagian bawah.
d. Dimenhidrinat
Antihistamin (antagonis reseptor histamin H1), efektif pada berbagai kondisi, termasuk
mabuk kendaraan dan mabuk pagi berat pada masa kehamilan. Antihistamin mencegah
mual dan muntah dengan cara menghambat histamin dalam tubuh. Namun untuk pasien
kemoterapi efeknya kurang kuat.

5. Jelaskan bagaimana mekanisme aksi Cholestiramin pada kasus diare?


Jawab :
Kolestiramin suatu resin pengganti anion yang bersifat asam kuat dan mengikat asam
empedu, merupakan obat pilihan untuk pengobatan diare yang disebabkan oleh
malabsorbsi garam empedu. Penggunaan kolestiramin sangat bermanfaat pada diare
kronik, terutama malabsorbsi asam empedu serta pada infeksi usus karena bakteri
(mengikat toksin).
Kolestiramin adalah garam klorida dari basic anion exchange resin yang berbau dan
memiliki rasa yang tidak enak. Kolestiramin bersifat hidrofilik, tetapi tidak larut dalam air,
tidak dicerna oleh enzim digestif dan tidak diabsorpsi oleh mukosa intestinal. Obat ini
relatif aman digunakan pada anak.
Kolestiramin dapat menurunkan kadar kolesterol plasma dengan cara menurunkan LDL.
Resin terutama efektif pada pasien hiperkolesterolemia familial atau poligenik dimana

hanya LDL yang tinggi. Mekanisme kerja kolestiramin yaitu resin menurunkan kadar
kolesterol dengan cara mengikat asam empedu dalam saluran cerna, mengganggu sirkulasi
enterohepatik sehingga ekskresi steroid yang bersifat asam dalam tinja meningkat. Obat
ini mempunyai rasa tidak enak seperti pasir. Efek samping tersering ialah mual, muntak
dan konstipasi. Obat ini ditelan sebagai larutan atau dalam sari buah untuk mengurangi
iritasi, bau dan rasa yang mengganggu.
Peran kolestiramin pada diare persisten
Penggunaan kolestiramin sebagai tatalaksana diare telah diketahui sejak lama terutama
selama diare berhubungan dengan malabsorbsi asam empedu. Pada kondisi ini, gagalnya
absorbsi garam empedu di ileum distal menyebabkan diare kronik, meningkatkan motilitas
kolon, meningkatkan sekresi mukus dan kerusakan sel epitel di intestinal.
Malabsorbsi asam empedu dibagi kedalam 3 tipe berdasarkan etiologi:
Tipe 1, paling sering dijumpai, berhubungan dengan disfungsi ileum, berhubungan
dengan penyakit Crohn atau reseksi ileal.
Tipe 2, berhubungan dengan malabsorbsi asam empedu idiopatik
Tipe 3, berhubungan dengan kondisi lain, seperti kolesistektomi, vagotomi, penyakit
seliak, dan bakteri tumbuh lampau.
Kolestiramin sangat aktif dalam mengendalikan diare untuk tipe 2, yaitu malabsorbsi asam
empedu idiopatik, dimana pada kondisi ini karena ketidakmampuan enterocyte untuk
mensintesis protein FGF19, terlibat dalam downregulation yang mensintesis asam empedu
di hati, menyebabkan kandung empedu melebar dan peningkatan refluks asam empedu ke
dalam usus sehingga menyebabkan diare. Keadaan ini, kolestiramin efektif dalam
mengurangi jumlah dan intensitas evakuasi harian asam empedu.
Kolestiramin efektif mengontrol diare yang berhubungan dengan diare yang diakibatkan
radiasi. Penggunaan kolestiramin juga bermanfaat pada diare kronik karena infeksi usus
karena bakteri karena kemampuannya dalam mengikat endotoksin. Dari sebuah laporan
kasus, didapatkan respon yang baik pada kasus diare intractable pada 7 anak usia 4 sampai
24 minggu disertai pemberian antibiotik ampisilin dan kanamisin dengan dosis
kolestiramin 4 sampai 8 gram per hari. Studi lain juga memberikan respons yang baik
kasus diare persisten pada anak dengan kombinasi kolestiramin dengan gentamisin dan
metronidazol.

Anda mungkin juga menyukai