PENDAHULUAN
Stroke sudah dikenal sejak dulu kala, bahkan sebelum zaman Hippocrates.
Soranus dari Ephesus (98 -138) di Eropa telah mengamati beberapa faktor yang
mempengaruhi stroke. Hippocrates adalah Bapak Kedokteran asal Yunani.Ia
mengetahui stroke 2400 tahun silam. Kala itu, belum ada istilah stroke.
Hippocrates menyebutnya dalam bahasa Yunani: apopleksi. Artinya, tertubruk
oleh pengabaian. Sampai saat ini, stroke masih merupakan salah satu penyakit
saraf yang paling banyak menarik perhatian.
Klasifikasi stroke dibagi ke dalam stroke iskemik dan
stroke
stroke
15%
perdarahan
BAB II
A. DEFINISI
Stroke menurut definisi World Health Organization (WHO) adalah
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak.1
Stroke pada prinsipnya terjadi secara tiba-tiba karena gangguan
pembuluh darah otak (perdarahan atau iskemik), bila karena trauma maka
tidak dimasukkan dalam kategori stroke, tapi bila gangguan pembuluh darah
otak disebabkan karena hipertensi, maka dapat disebut stroke.
B. EPIDEMIOLOGI
Insiden stroke bervariasi di berbagai negara di Eropa, diperkirakan
terdapat 100-200 kasus stroke baru per 10.000 penduduk per tahun (Hacke
dkk,2003). Insiden stroke pada pria lebih tinggi daripada wanita, pada usia
muda, namun tidak pada usia tua. Rasio insiden pria dan wanita adalah 1.25
pada kelompok usia 55-64 tahun, 1.50 pada kelompok usia 65-74 tahun, 1.07
pada kelompok usia 75-84 tahun dan 0.76 pada kelompok usia diatas 85
tahun (Lloyd dkk,2009). Di Amerika diperkirakan terdapat lebih dari 700.000
insiden stroke per tahun, yang menyebabkan lebih dari 160.000 kematian
pertahun, dengan 4.8 juta penderita stroke yang bertahan hidup. (Goldstein
dkk, 2006).
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko stroke dibedakan menjadi yang tidak dapat dirubah
(unmodifiable risk factors misalnya umur, jenis kelamin, genetik dan ras),
dan yang dapat dirubah
dibandingkan dengan
yang tidak menderita DM pada umur dan jenis kelamin yang sama.
4. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat, hal
ini berlaku untuk semua jenis rokok (sigaret, cerutu atau pipa) dan untuk
semua tipe stroke terutama perdarahan subarachnoid dan stroke infark,
merokok
mendorong
terjadinya
atherosclerosis
yang
selanjutnya
II.
III.
IV.
1.
b. Thrombosis serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND)
3. Completed stroke
Berdasarkan jenis tipe pembuluh darah
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebrobasiler
Klasifikasi Bamford untuk tipe infark yaitu:
1. Partial Anterior Circulation Infark (PACI)
2. Total Anterior Circulation Infark (TACI)
3. Lacunar Infark (LACI)
4. Posterior Circulation Infark (POCI)
Stroke Iskemik
Stroke iskemik yaitu penderita dengan gangguan neurologik fokal
yang mendadak karena obstruksi atau penyempitan pembuluh darah arteri
otak dan menunjukkan gambaran infark pada CT-Scan kepala. Aliran darah
ke otak terhenti karena aterosklerosis (penumpukan kolesterol pada dinding
pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh
darah ke otak.
Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 85% mengalami stroke
jenis ini. Penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur pembuluh darah arteri
yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis interna
dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung
aorta jantung.
Pada stroke non hemoragik (iskemik), gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologis secara mendadak/subakut, didahului gejala
prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran
biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar. Biasanya terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun1.
Penyumbatan ini dapat disebabkan oleh:
a) Suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh
darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran darah.
Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis
dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak.
b) Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya.
Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi
pada penderita yang baru menjalani pembedahan jantung dan
penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung
(terutama fibrilasi atrium).
c) Penurunan tekanan darah
yang
tiba-tiba
bisa
menyebabkan
bila
arterivena yang pecah atau PSA sekunder yang berasal dari PIS yang
masuk kedalam ruang sub arachnoid.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis secara umum cenderung menyerupai strokes
karena sebab lainnya. Gejala-gejala peringatan jarang terdapat. Gejala-gejala
ini meliputi nyeri kepala, dizziness, drowsiness dan mental confusion.
Gejala neurologis yang timbul bergantung pada berat ringannya
gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke dapat
berupa:
-
timbul mendadak
Gangguan sensibilitas
(hemisensorik)
Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi, stupor
atau koma)
Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan
memahami ucapan)
Disartria (bicara pelo atau cadel)
Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau diplopia
Ataksia (trunkal atau anggota badan)
Vertigo, mual dan muntah, atau nyeri kepala.
pada
satu atau
lebih
anggota
badan
hemisfer serebri.
Disfungsi bahasa; Terjadi disfasia atau afasia bila iskemia pada
padaiskemia hemisferik.
Gejala sensorik; Kebal, dingin atau prestesi kontralateral pada
tangan, lengan atas atau tungkai bawah bila iskemia pada lobus
parietal.
b) Dihasilkan
dari
terganggunya
aliran
darah
pada
system
vertebrobasilar.
- Gejala visual;. Menurunnya visus, hemianopia, aleksia tanpa
agrafia, anomia warna, halusinasi visual simple atau kompleks,
-
penurunan
saat
berkedip
dan
ophthalmoplegia
otak. Vertigo terisolasi terjadi lebih sering pada orang lanjut usia.
Gejala motorik; Parese atau paralisis pada satu atau kedua tungkai.
Sindrom Horner parsial dengan asimetri pupil dan ptosis ringan
atau
koreoatetosis
didapatkan
pada
iskemia
serebellar.
Gejala sensorik; Parestesi pada satu atau kedua sisi wajah dan
tungkai atas atau bawah, nyeri talamik didapatkan pada iskemia di
siklus tidur.
- Kombinasi beberapa atau semua gejala diatas.
2) Residual Ischemic Neurological Deficit (RIND)
c) seperti TIA , tetapi > 24 jam
d) sembuh sempurna dalam waktu 3 minggu
e) sifatnya reversible
3) Completed Stroke
- defisit neurologi berat dan menetap
- irreversible oleh karena itu memerlukan rehabilitasi medik
Stroke Hemoragis
Onset serangan bersifat mendadak dan intensitas maksimumnya
dicapai dalam beberapa jam. Nyeri kepala sering terjadi, dan stupor atau
Diagnosis pada stroke didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisisneurologis serta pemeriksaan tambahan
1) Anamnesis :
- Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak
- Tanpa trauma kepala,
- Adanya faktor risiko stroke
2) Pemeriksaan fisik :
- Adanya defisit neurologik fokal
- Ditemukan faktor risiko (hipertensi, kelainan jantung, dll)
3) Pemeriksaan Tambahan/Laboratorium
- Pemeriksaan untuk menemukan faktor risiko, seperti : darah rutin (Hb,
hematokrit, leukosit, eritrosit, LED), hitung Jenis dan bila perlu
-
4) Pemeriksaan Neuro-Radiologik :
- CT scan merupakan pemeriksaan gold standard untuk membedakan
infark dengan perdarahan. Scan tomografik : amat membantu diagnosis
-
infark,
perdorahan
otak,
baik
PIS
(perdarahan
PIS
PSA
TROMBOSIS
EMBOLI
Kesadaran
Kaku kuduk
Kelumpuhan
/koma
pelan
N/
N/
+/
+++
Hehiplegi kaki-
Hemiplegi +/-
Hemiplegi tangan
Hemiplegi
tangan
kaki
tangan kaki
Afasia
CT Scan
Hiperdens ++
N/ hiperdens
++/Hipodens stlah
++/Hipodense
artherografi
intraserebral
Shift midline
ekstraserebral
Aneurisma +
hari 4-7
Oklusi/stenosis
PIS
>40 tahun
Onset
Aktivitas
Perjalanan
Cepat
Gejala penyerta:
PSA
TROMBOSIS
Tidak
dapat
20-30
tahun
Aktivitas
Cepat
Bangun tidur
Bertahap
EMBOLI
Semua umur
Tak tentu
Cepat
Sakit kepala
++
+++
Muntah
++
+++
+/-
+/-
Peny. Jantung
Berat
+/-
+/-
DM
HHD
ASHD
RhHD
++
++
vertigo
Faktor risiko:
Hipertensi
Hiperlipid
G. PENTALAKSANAAN
Pengobatan yang cepat dan tepat diharapkan dapat menekan mortalitas dan
mengurangi kecacatan. Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki
aliran darah ke otak secepat mungkin dan melindungi neuron dengan
memotong kaskade iskemik. Pengelolaan pasien stroke akut pada dasarnya
dapat di bagi dalam :
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
- Breathing
- Blood
- Brain
- Bladder
- Bowel
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
1. Stroke iskemik
- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
- Prevensi terjadinya trombosis (antikoagualsi)
- Proteksi neuronal/sitoproteksi
2. Stroke Hemoragik
- Pengelolaan konservatif
- Perdarahan intra serebral
- Perdarahan Sub Arachnoid
- Pengelolaan operatif
3. Pencegahan serangan ulang
4. Rehabilitasi
1. Pengelolaan umum, pedoman 5 B
a) Breathing : Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk
mencegah kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar
oksigenasi dan ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu
dibuka). Intubasi pada pasien dengan GCS < 8. Pada kira-kira 10%
penderita pneumonia (radang paru) merupakan merupakan penyebab
kematian utama pada minggu ke 2 4 setelah serangan otak. Penderita
sebaiknya berbaring dalam posisi miring kiri-kanan bergantian setiap 2
jam.
b) Blood : Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan,
karena dapat memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik >
220 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik >
180 mmHg dan atau diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik).
Penurunan tekanan darah maksimal 20 %.
Obat-obat yang dapat dipergunakan antara lain:
- Nicardipin (0,5 6 mcg/kg/menit infus kontinyu),
- Diltiazem (5 40 g/Kg/menit drip),
- Nitroprusid (0,25 10 g/Kg/menit infus kontinyu),
- Nitrogliserin (5 10 g/menit infus kontinyu),
- Labetolol 20 80 mg IV bolus tiap 10 menit,
- Kaptopril 6,25 25 mg oral / sub lingual.
Keseimbangan cairan dan elektrolit perlu diawasi
c) Brain : Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri
kepala, muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat
yang biasa dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan
dengan 6 x 100 cc (0,5 gr/Kg BB), dalam 15 20 menit dengan
pemantauan osmolalitas antara 300 320 mOsm, keuntungan lain
penggunaan manitol penghancur radikal bebas.
Bila terjadi kejang beri antikonvulsan diazepam i.v karena akan
memperburuk perfusi darah kejaringan otak
d) Bladder : Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine
sebaiknya dipasang kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine,
pada laki laki pasang kondom kateter, pada wanita pasang kateter.
e) Bowel : Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi,
Jaga supaya defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan
menelan makanan. Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat
memperberat edema otak
2. Pengelolaan berdasarkan penyebabnya
a) Stroke iskemik
- Memperbaiki aliran darah ke otak (reperfusi)
lain
dengan
jam kemudian sampai dicapai 1,5 2,5 kali kontrol hari ke 3 diganti
anti koagulan oral, Heparin berat molekul rendah (LWMH) dosis 2 x
0,4 cc subkutan monitor trombosit hari ke 1 & 3 (jika jumlah <
100.000 tidak diberikan), Warfarin dengan dosis hari I = 8 mg, hari II
= 6 mg, hari III penyesuaian dosis dengan melihat INR pasien.
Obat anti agregasi trombosit mempunyai banyak pilihan antara lain
aspirin dosis 80 1.200 mg/hari mekanisme kerja dengan menghambat
jalur siklooksigenase, dipiridamol dikombinasi dengan aspirin 25 mg +
dipiridamol SR 200 mg dua kali sehari dengan menghambat jalur
siklooksigenase, fosfodiesterase dan ambilan kembali adenosin,
cilostazol dosis 2 x 50 mg mekanisme kerja menghambat aktifitas
fosfodiesterase III, ticlopidin dosis 2 x 250 mg dengan menginhibisi
reseptor adenosin difosfat dan thyenopyridine dan clopidogrel dosis 1
x 75 mg dengan menginhibisi reseptor adenosin difosfat dan
-
thyenopyridine.
Proteksi neuronal/sitoproteksi
Sangat menarik untuk mengamati obat-obatan pada kelompok ini
karena diharapkan dapat dengan memotong kaskade iskemik sehingga
dapat mencegah kerusakan lebih lanjut neuron.
Obat-obatan tersebut
antara lain :
o CDP-Choline bekerja dengan memperbaiki membran sel
dengan
cara
menambah
sintesa
phospatidylcholine,
Dosis bolus 12 gr IV
Mempunyai
adalah
stabilisasi
atherosklerosis
Efek
sehingga
Evaluasi status
H. PROGNOSIS
Ada sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh
secara sempurna asalkan ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang
dari itu. Hal ini penting agar penderita tidak mengalami kecacatan. Kalaupun
ada gejala sisa seperti jalannya pincang atau berbicaranya pelo, namun gejala
sisa ini masih bisa disembuhkan.
Sayangnya, sebagian besar penderita stroke baru datang ke rumah
sakit 48-72 jam setelah terjadinya serangan. Bila demikian, tindakan yang
perlu dilakukan adalah pemulihan. Tindakan pemulihan ini penting untuk