Anda di halaman 1dari 145

Anestesi Lokal

Definisi Anestesi Lokal di Bidang


Kedokteran Gigi
Anestesiologi ilmu yang mendasari usaha
dalam hal pemberian anestesi dan analgesik
serta menjaga keselamatan penderita
Anestesi bersifat reversibel dan sementara
Mekanisme kerja anestesi lokal memblok
konduksi atau lorong Na pada dinding saraf
secara sementara terhadap rangsang transmisi
sepanjang saraf. Setelah keluar dari saraf
pulih konduksi saraf secara spontan dan
lengkap tanda diikuti oleh kerusakan struktur
saraf

Persyaratan obat yang boleh


digunakan sebagai anestesi lokal
Tidak mengiritasi dan tidak merusak jaringan
saraf secara permanen
Batas keamanan harus besar
Efektif dengan pemberian secara injeksi atau
penggunaan setempat pada membran mukosa
Mulai kerjanya harus sesingkat mungkin dan
bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama
Dapat larut air dan menghasilkan larutan yang
stabil, juga stabil terhadap pemanasan

Indikasi dan Kontra Indikasi


Anestesi Lokal
Infiltrasi

Anestesi
Lokal

Pembedah
an minor
Perawatan
gigi
Pembedah
an

Blok Saraf

Prawatan
gigi
Prosedur
diagnosis
Pengontrol
an Rasa
Sakit

Indikasi
Ekstraksi gigi
Apikoektomi
Gingivektomi
Gingivoplasti
Bedah Periodontal
Pulpektomi
Pulpotomi
Alveoplasti
Bone grafting
Implant
Perawatan fraktur
rahang
Reimplantasi avulsi

Kontraindikasi
Adanya infeksi /
inflamasi akut pada
daerah injeksi, bila
melakukan anestesi
secara injeksi.
Hindari bloking
saraf inferior gigi
pada dasar mulut
atau area
retromolar
Penderita
hemophilia,
Christmas Disease,
Von Willebrand
Disease
Alergi kandungan
dari anestesi lokal

Persiapan Pra Anestesi


Persiapan diri anestetis
Harus sehat fisik dan psikis, memiliki pengetahuan
dan keterampilan anestesi yang memadai, dan
memiliki mental yang baik

Persiapan alat dan bahan


Alat yang digunakan adalah syringe untuk
menyuntikkan bahan atau agen anestesi lokal ke
daerah yang akan dianestesi.

Persiapan pasien

Dilakukan anamnesis menanyakan tentang


riwayat penyakit yang pernah atau sedang
diderita, obat-obatan yang sedang dikonsumsi,
riwayat alergi, dan juga keluhan-keluhan yang
mungkin dialami oleh pasien

Komplikasi Anestesi Lokal


1) Kerusakan jarum
Penyebab kerusakan
jarum

Perawatan jika jarum


patah

Pencegahan kerusakan
jarum

membengkoknya
sebelum di insersi
dalam mulut pasien,
dapat juga terjadi
karena pergerakan
pasien yang berlebihan
secara tiba-tiba
sehingga jarum
penetrasi ke dalam otot.

Tetap tenang, jangan


panic
Instruksikan pasien
tidak bergerak, jaga
mulut pasien agar tetap
terbuka. Gunakan bite
block dalam mulut
pasien
Jika patahan masih
terlihat, coba untuk
mengambilnya

Tidak menggunakan
jarum yang terlalu
pendek untuk blok saraf
inferior alveolar pada
orang dewasa
Tidak menggunakan
jarum berukuran 30
untuk blok saraf inferior
alveolar pada orang
dewasa atau anak-anak
Tidak membengkokan
jarum ketika
memasukan dalam
jaringan lunak
Tidak memasukan
jarum kedalam jaringan
lunak sampai ke
pusatnya, kecuali jika
benar-benar diperlukan
untuk penyuntikan
Berikan perhatian lebih
jika memasukan jarum
pada anak kecil atau

Parast
esi

Paralisi
s
Nervus
Fasial

Mati rasa selama


beberapa jam atau
berhari-hari
setelah anestesi
lokal
bisa karena
trauma pada
beberapa saraf,
injeksi anestesi
lokal yang
terkontaminasi
alcohol atau cairan
sterilisan yang
Paralisis sebagian dari
dapat
cabang trigeminal terjadi
menyebabkan
pada
blok saraf
iritasi sehingga
infraorbital
atau infiltrasi
edemamaksila,
sampai
kaninus
sehingga
menyebabkan
parastesi.
otot kendur.
Dapat disebabkan
karena kesalahan injeksi
anestesi lokal

Trism
us
Luka
Jaring
an
Lunak

trauma pada otot


atau pembuluh
darah pada fossa
infratemporal
sehingga
menyebabkan
kejang tetanik
yang
berkepanjangan
dari otot rahang
dengan
Trauma pada
pembukaan
mulut
bibir
dan lidah
menjadi
terbatas
akibat
pasien
tidak hati-hati
menggigit bibir
atau menghisap
jaringan yang
teranastesi,
sehingga
menyebabkan
pembengkakan

Hemato
ma

Nyeri

terjadi karena kebocoran


arteri atau vena setelah
blok nervus alveolar
superior posterior atau
nervus inferior
Pembengkakan dan
perubahan warna pada
region yang terkena dapat
terjadi setelah 7 sampai 14
hari. injeksi yang tidak
Teknik
hati-hati dan tidak
berperasaan
Jarum tumpul akibat
pemakaian injeksi multiple
Deposisi cepat pada obat
anestesi lokal kerusakan
jaringan
Jarum dengan mata kail

Rasa
Terbak
ar

Bila obat anestesi


mengandung pH
yang asam (kira-kira
pH 5)
injeksi yang terlalu
cepat, biasanya pada
palatal
Kontaminasi alcohol
dan larutan sterilisasi

Infeksi

kontaminasi jarum
sebelum administrasi
anestesi.
Kontaminasi terjadi
saat jarum
bersentuhan dengan
membran mukosa.

Edema

Pengelupas
an Jaringan
Lesi
intraoral
post
anestesi

terjadi karena trauma


sebelum injeksi, infeksi,
alergi, hemoragi, jarum yang
teriritasi, serta hereditary
angioderma.
Edema pada lidah, faring,
dan laring dapat berkembang
pada situasi gawat darurat.
Iritasi yang berkepanjangan
atau iskemia pada gusi
akan menyebabkan
beberapa komplikasi seperti
deskuamasi epitel dan
abses steril

Pasien sering melaporkan


setelah 2 hari dilakukan
anestesi lokal timbul ulserasi
pada mulut mereka,
terutama di sekitar tempat
injeksi
Biasanya pasien mengeluh

TEKNIK BLOK ANESTESI UNTUK


PENCABUTAN GIGI RAHANG BAWAH

Nadia Amanda N

ANESTESI BLOK FISHERS


anestesi satu regio pada rahang
bawah.
saraf teranestesi N. Alveolaris
inferior, cabang dari N. V3, N.
Insisivus, N. Mentalis, dan N.
Lingualis.

(Malamed, 2013)

Area teranestesi
geligi mandibular
sampai midline,
corpus mandibula,
ramus inferior,
mukoperiosteum
bukal, mukus
membrane anterior
pada mandibula
gigi molar pertama,
dua pertiga anterior
lidah dan dasar
mulut, serta
jaringan lunak
lingual dan
periosteum

Indikasi
prosedur pada gigi rahang bawah multiple
pada satu region,
anestesi jaringan lunak buccal,
anestesi jaringan lunak lingual.

kontraindikasi
infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi,
pasien dengan kemungkinan untuk menggigit
jaringan lunak yang teranestesi

(Malamed, 2013)

Keuntungan
injeksi anestesi di satu tempat memberikan
anestesi pada area yang luas pada satu region

Kerugian
persentase anesthesia yang tidak cukup,
intraoral landmark tidak terlihat,
kadang terjadi aspirasi positif anestesi lingual
dan bibir bawah menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pasien

(Malamed, 2013)

TEKNIK:
Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi
molar ketiga digeser ke lateral untuk
mencari linea oblique eksterna digeser
ke median untuk mencari linea oblique
interna melalui trigonum retromolar

(Malamed, 2013)

Punggung jari harus menyentuh


bucooklusal gigi yang terakhir
lalu jarum dimasukkan kira- kira pada
pertengahan lengkung kuku dari sisi
rahang yang tidak dianestesi yaitu regio
premolar sampai terasa kontak dengan
tulang.

(Malamed, 2013)

Syringe kemudian digeser kea rah


sisi yang akan dianestesi
sejajar dataran oklusal
jarum ditusukkan lebih lanjut
sedalam 6mm lalu lakukan aspirasi
Bila aspirasi negative, larutan
anestesi lokal dikeluarkan cc untuk
menganestesi N. Lingualis.

(Malamed, 2013)

Syringe digeser lagi kearah posisi pertama


namun tidak penuh, sampai region
caninus,
kemudian jarum ditusukkan lebih dalam
kurang lebih 10- 15 mm sampai terasa
konta jarum dengan tulang.
Lakukan kebali aspirasi, bila negative,
larutan anestetikum dikeluarkan 1cc untuk
menganestesi N. Alveolarius inferior.

(Malamed, 2013)

ANESTESI BLOK N. BUCCINATORIUS


(BUCCAL NERVE BLOCK)
menganestesi daerah pipi dan
membrane mukosa bukal pada region
gigi molar
Saraf yang teranestesi N. Buccal
yang merupakan cabang dari N. V3
yang mempersarafi jaringan lunak dan
periosteum buccal sampai gigi molar
mandibular

(Malamed, 2013)

Indikasi
prosedur dental pada region gigi molar
rahang bawah

Kontraindikasi
infeksi atau terdapat inflamasi akut
pada area injeksi

(Malamed, 2013)

TEKNIK:
25- atau 27-gauge jarum panjang.
Sebuah jarum panjang dianjurkan
situs deposisi posterior, bukan
kedalaman penyisipan jaringan (yang
minimal).
Lokasi penyisipan: membran mukosa
distal dan bukal untuk gigi molar
paling distal di lengkungan

(Malamed, 2013)

daerah Target: saraf bukal sampai


melewati perbatasan anterior ramus
Landmark: molar mandibula,
mucobuccal fold
Orientasi bevel: Menuju tulang
selama injeksi

(Malamed, 2013)

Asumsikan posisi yang benar

spukul 8 langsung
saraf bukal kanan
menghadap pasien
saraf bukal kiri pukul 10 menghadap
diarah yang sama dengan pasien

(Malamed, 2013)

Posisi pasien terlentang (dianjurkan)


atau semisupine
Siapkan jaringan untuk penetrasi di
distal dan bukal molar paling posterior.
(1) kering dengan kasa steril.
(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).
(3) Terapkan anestesi topikal selama 1
sampai 2 menit.

(Malamed, 2013)

Dengan jari telunjuk tarik jaringan lunak


bukal di daerah injeksi ke lateral visibilitas
jaringan yang kencang memungkinkan jarum
atraumatic penetrasi.
Arahkan jarum suntik menuju tempat
suntikan bevel ke arah tulang jarum
suntik sejajar dengan bidang oklusal di sisi
injeksi tapi lebih bukal dari gigi
Menembus selaput lendir di tempat suntikan,
lebih distal dan bukal dari molar terakhir

(Malamed, 2013)

(Malamed, 2013)

majukan jarum perlahan-lahan


sampai mucoperiosteum yang
lembut tersentuh.
rasa sakit lokal anestesi sebelum
kontak.
Kedalaman lebih dari 2 sampai 4 mm,
dan biasanya hanya 1 atau 2 mm.

Aspirasi
Negatif 0,3 mL (sekitar
seperdelapan dari cartridge) lebih
dari 10 detik.

jaringan di balon tempat suntikan


(menjadi bengkak selama
(Malamed, 2013)

Tarik jarum suntik secara perlahan


dan segera amankan jarum
Tunggu sekitar 3 sampai 5 menit
sebelum memulai prosedur dental
yang direncanakan

(Malamed, 2013)

ANESTESI BLOK GOW-GATES


memblok saraf mandibular yang
sesungguhnya karena mencakup
anestesi sensoris pada keseluruhan
distribusi saraf V3.
Injeksi ini memblok saraf alveolar
inferior, lingual, mylohyoid, mental,
insisif, auriculoteporal dan bukal.

(Malamed, 2013)

Indikasi
Prosedure multiple pada gigi mandibular
anestesi jaringan lunak bukal dari molar
ketiga hingga ke midline,
anestesi jaringan lunak lingual
kegagalan dengan blok saraf alveolar
inferior konvensional.

(Malamed, 2013)

TEKNIK:
jarum panjang 25-gauge
Area insersi : membrane mukosa pada mesial ramus
mandibular, diatas garis dari intertragic notch menuju
ke sudut mulut, lebih distal ke molar kedua maksila
Area target : bagian lateral dari leher kondilus,
dibawah insersi otot pterygoid lateral.

(Malamed, 2013)

4. Landmark
Extraoral

(1) Batas bawah tragus (intertragic notch):


landmark yang tepat adalah ditengah
meatus auditori ekternal yang bersembunyi
pada tragus: batas bawahnya didapatkan
melalui bantuan visual
(2) Sudut mulut

(Malamed, 2013)

Intraoral
(1) Tinggi injeksi
ditetapkan
dengan
menempatkan
ujung jarum
dibawah
mesiolingual
(mesiopalatal)
cusp molar kedua
maksila
(2) Penetrasi
jaringan lunak
yang lebih distal
dari molar kedua
maksila

(Malamed, 2013)

Posisi operator yang benar


(1)Gow-Gates kanan jam 8
menghadap ke pasien
(2)Gow-Gates kiri jam 10
menghadap searah dengan arah
kepasien.

(Malamed, 2013)

Posisi pasien
terlentang (direkomendasikan) /semi
terlentang.
Minta pasien untuk memperpanjang
lehernya & membuka mulut lebar
selama teknik.

(Malamed, 2013)

Tempatkan telunjuk kiri atau ibujari pada


coronoid notch.
Visualisasi landmark intraoral
(1) Cusp mesiolingual (mesiopalatal) molar
kedua maksila
(2) Area penetrasi jarum adalah bagian distal
molar kedua maksila

Mengarahkan suntikan (dengan tangan


kanan) menuju area injeksi dari sudut
mulut diatas sisi berlawanan

(Malamed, 2013)

Masukan jarum dengan gently ke jaringan pada


area injeksi pada distal molar kedua maksila
dengan ketinggian pada cusp mesiolingual
(mesiopalatal)
Luruskan jarum dengan bidang perluasan dari
sudut mulut ke intertagic notch darea injeksi.
Sejajar dengan sudut antara telinga dan wajah

(Malamed, 2013)

Mengarahkan suntikan menuju area target di tragus


(1) Barel suntikan membentang dalam sudut mulut
melewati premolar, tetapi posisinya mungkin berbeda dari
molar ke incisor tergantung pada divergensi ramus yang
dinilai oleh sudut telinga ke wajah
(2) Tinggi insersi diatas bidang oklusal mandibular lebih
besar (10-25mm, tergantung ukuran pasien) daripada blok
saraf alveolar inferior
(3) Jika hadir molar ketiga mandibular dalam oklusi yang
normal, maka area penetrasi jarum akan berada di distal
gigi tersebut

Perlahan masukan jarum sampai


berkontak dengan tulang.
(1) Berkontak dengan tulang leher
kondilus
(2) Rata-rata 25mm
(3) Jika tidak berkontak dengan tulang,
tarik jarum sedikit dan alihkan ke sisi
lain.Pindahkan barel suntikan lebih ke
distal, dengan mengangulasikan ujung
jarum ke anterior dan masukan kembali
jarum hingga berkontak dengan tulang
(4) Jangan mengalirkan anestesi lokal jika
belum berkontak dengan tulang

(Malamed, 2013)

Tarik jarum 1mm


Aspirasi
Positif tarik jarum sedikit, arahkan
sudut ke superior, masukan kembali,
re-aspirasi dan jika sekarang
negative, alirkan larutan. Aspirasi
positif terjadi pada arterimaksila
internal yang terletal inferior pada
area target.
Negative alirkan 1.8ml larutan
dalam durasi 60-90 detik.

(Malamed, 2013)

Tarik suntikan dan amankan jarum


Instruksikan pasien s
untuk tetap membuka
mulutnya selama 1-2 menit setelah injeksi
untuk mendapatkan penyebaran larutan
anestesi
(1) Gunakan rubber bite block untuk
membantu pasien tetap membuka
mulutnya.
Setelah injeksi selesai, kembalika posisi
pasien tegak atau semitegak
Tunggu minimal 3-5 menit sebelum
melakukan prosedur dental. Onset
anestesi dari Gow-Gates kadang
terlambat, bisa 5-7 menit, dikarenakan:

(Malamed, 2013)

ANESTESI BLOK AZIRANI-AKINOSI


CLOSED-MOUTH MANDIBULAR
Indikasi utamanya pada situasi
pembukaan mandibular terbatas .
Seperti situasi yang menyertai
kehadiran spasm dari otot astikasi
(trismus) pada salah satu sisi
mandibular

(Malamed, 2013)

Saraf yang teranestesi


1. Inferor alveolar
2. Mental
3. Incisive
4. Lingual
5. Mylohyoid

(Malamed, 2013)

Area teranestesi
1. Gigi mandibular hingga ke midline
2. Badan mandibula, bagian inferior ramus
3. Mucoperiosteum bukal dan membrane
mukosa didepan foramenmental
4. 2/3 anterios lidah dan dasar kavitas oral
(saraf linual)
5. Jarigan lunak lingual dan periosteum

Indikasi
1. Pembukaanmandibula terbatas
2. Multiple prosedur pada gigi mandibular
3. Ketidakmampuan memvisualisasikan landmarks untuk IANB
Kontraindikasi
1. Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
2. Pasien dnegankebiasaan menggigit bibir atau lidah, seperti
anak kecil atau orang dewasa yang cacat mental atau fisiknya
(handicapped)
3. Ketidakmampuan memvisualisasikan atau mendapatkan
akses ke aspek lingual ramus

(Malamed, 2013)

jarum panjang 25-gauge (meski panjang 27-gauge


mungkin dipilih untuk pasien dengan ramus flare lebih
kelateral daripada biasanya)
Area insersi : jaringan lunak diatas batas medial (lingual)
ramus mandibular yang langsung bersebelahan ke
tuberositas maksilari pada ketinggian dari mucogingiva
junction sebelah molar ketiga maksila

(Malamed, 2013)

Area target : batas medial (lingual0 ramus dalam


region saraf alveolar inferior, lingual dan mylohyoid
yang bejalan ke inferior dari foramen ovale menuju
foramenmandibula (ketinggianinjeksi Vazirani-Akinosi
berada dibawah Gow-Gates, tapi diatas IANB)
Landmark
a. Mucogingival junction molar ketiga atau kedua
maksila
b. Tubeositas maksilaris
c. Coronoid notch ramus mandibular
Orientasi bevel : diorientasikan menjauhi tulang dari
ramus mandibular ( bevel menghadap ke midline)

(Malamed, 2013)

TAHAPAN
Posisi operator yang benar : untuk Vazirani-Akinosi
kiri dan kanan, untuk administrator tangankanan,
duduk pada posisi jam 8 menghadap ke pasien.
Posisi pasien telentang (direkomendasikan) atau
semi terlentang
Letakan index finger kiri atau ibu jari pada
coronoid notch , mencerminkan jaringan pada
aspek medial ramus kelateral. Mencerminkan
jarikan lunak membentuk dalam visualisasi area
injeksi dan menurunkan trauma selama insersi
jarum

(Malamed, 2013)

Visualisasi landamark
(1) Mocogingival junction molar ketga atau
kedua
(2) Tuberositas maksilaris
Persiapjan jaringan pada area penetrasi
(1) Keringkan dengan gauze steril
(2) Aplikasikan topical antiseptic (optional)
(3) Aplikasikan topical anestesi

(Malamed, 2013)

Instruksikan pasien untuk beroklusi dengan gently


dengan keadaan pipi dan otot mastikasi tetap
direlekskan.
Pegang barel suntikan sejajar dengan bidang
oklusal maksila, jarum berada di level mucogingival
junction dari molar ketiga atau kedau maksila
Mengarahkan jarum ke posterior dan agak ke
lateral, sehingga masuk ke pada sebuah garis
singgung (tangen) ke prosesus alveolar maksilaris
posterior dan sejajar dengan bidang oklusal
maksila

(Malamed, 2013)

Orientasi bevel menjauh dari ramus


mandibular: oleh karena jarum maju melewati
jaringan, pembelokan jarum akan timbul
menuju ke ramus dan jarum mendekati saraf
alveoral inferior.

(Malamed, 2013)

Masukan jarum 25mm kedalam jaringan ( rata2 ukuran


orang dewasa). Jarak ini diukur dar tuberositas maksila.
Ujung jarum harus berada pada pertengahan ruang
pterygomandibula, yang dekat dengan cabang V3

(Malamed, 2013)

Aspirasi
Negative alirkan 1,5-1,8ml larutan anestesi ,
dalam durasi kira-kira 60 dekit
Tarik suntikan perlahan dan segera amankan
jarum.
Setelah injeksi, kembalikan posisi pasien tegak
lurus atau semi tegak lurus
Paralisis saraf motoric akan berkembang secepat
atau lebih cepat daripada anestesi sensoris.
Anestesi bibir dan lidah akan disadari dalam 4090 detik; prosedur dental dapat dimulai setelah 5
menit

(Malamed, 2013)

TEKNIK MENTAL NERVE


BLOCK
Saraf mental adalah akhiran cabang dari saraf alveolar
inferior. Keluar dari foramen mentale pada atau dekat apeks
premolar mandibular, yang menyediakan inervasi sensoris ke
jaringan bukal diatas anterior foramen dan jaringan lunak
dibawh bibir bawah dan dagu pada area injeksI
1. Direkomendasikan jarum pendek 25 atau 27 gauge
2. Area insersi : mucobuccal fold pada atau anterior ke foramen
mental
3. Area target : saraf mental keluar dari foramen mental
( biasanya berada diantara apeks premolar pertama dan kedua)
4. Landmark : premolar mandibular dan muccobuccal fold
5. Orientasi bevel : menuju ke tulang selama injeks

(1) Untuk blok saraf insisif kiri dan kanan,


administrator pengguna tangan kanan, duduk
dengan nyaman didepan pasien sehingga jarum
dapat ditempatkan kedlam mulut dibawah garis
penglihatan pasien
(2) Posisi operator duduk dibelakang pasien ,
namun hal ini dapat menyebabkan trauma
psikologi dikarenakan letak suntikan berada pada
garis penglihatan pasien.
b. Posisi pasien
(1) Direkomendasikan terlentang atau hampir
terlentang
(2) Mendekatlah kearah pasien untuk
mempermudah akses ke area injeksi

c. Lokasi foramen mental


(1) Letakan index jari pada mucobuccal fold dan
tekan melawan
badanmandibula di area molar pertama
(2) Pindahkan jari perlahan ke anterior sampai
tulang dibawah jari terasa irregular dan sedkit
cekung
(a) Tulang posterior dan anterior ke foramen mental
akan teraba halus (smooth) ; namun, tulang sekitar
foramen akan teraba kasar.
(b) Foramen mental biasanya ditemukan diantara
apeks kedua premolar. Namun, mungkin saja
ditemukan lebih ke anterior atau posterior dari sisi
ini.
(c) Pasien akan mengeluhkan rasa sakiT karena
penekanan jari ini
Menyebabkan saraf foramen terttekn kearah tulang.

d. Persipan jaringan pada area


penetrasi
(1) Keringkan dengan steril gauze
(2) Aplikasikan topical antiseptic
(optional)
(3) Aplikasikan topical anetesi
e. Dengan index finger kiri tarik bibir
bawah dan jaringan lunak bukal
kearah lateral
(1) Meningkatkan visibilitas
(2) Menegangkan jaringan sehingga
penetrasi tidak sebabkan trauma
f. Orientasi suntikan dengan bevel

g. Penetrasi membrane mukosa pada


lokasi injeksi, pada kanin atau premolar
pertama,
arahakan suntikan menuju foramen
mental
h. Masukan jarum perlahan sampai
mencaoai foramen. Kedalaman
penetrasi akan 56mm. untuk keberhasilan blok saraf
mental tidak perlu mencapai formaen
mental
i. Aspirasi
j. Jika negative, perlahan alirkan 0,6ml
( kira0kira 1/3 cartridge) dalam 20
detik. Jika
jaringan pada lokasi injesi membengkak
, hentikan aliran dan pindahkan

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI


RAHANG ATAS
Jarum pendek ukuran 25 atau 27
direkomendasikan.
Area insersi jarum: pada mucobuccal
fold di atas apeks gigi yang
dianestesi
Target area: regio apeks akar gigi
Bevel harus menghadap tulang

(Malamed, 2013)

PROSEDUR
Siapkan jaringan yang mau diinjeksi.
Jaringan tersebut dibersihkan dengan
antiseptik topikal dan anestesi topikal.
Arahkan jarum sedemikian rupa
sehingga bevel menghadap tulang
Angkat bibir, tarik jaringan
Tahan syringe paralel dari long axis
gigi dan diinsersikan pada mucobuccal
fold

(Malamed, 2013)

Insersikan jarum ke mucobuccal fold menuju ke


area target.
Masukan bevel sampal ke bagian atas regio apeks
gigi
aspirasi negatif masukan solusi injeksi 0,6 ml
(1/3 dari cartridge) perlahan-lahan dalam waktu
20 detik. Jangan sampai jaringan membesar.
Secara perlahan tarik syringe keluar.
Tunggu 2-3 menit sebelum dilakukannya dental
Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa
baal pada area administrasi dan pasien tidak
merasakan sakit saat dilakukan perawatan.

(Malamed, 2013)

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI UNTUK


RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH

Infiltrasi lokal teknik injeksi


supraperiosteal /teknik paraperiosteal
injeksi
saraf teranastesi cabang terminal dental
plexus yang besar.
Area teranestesi
keseluruhan regio yang diinervasi oleh cabang
terminal dental plexus yang besar
pulpa dan area akar gigi
Periosteum, connective tissue, dan membran
mukosa buccal

(Malamed, 2013)

Indikasi
anestesi pulpa gigi RA & RB ketika perawatan
dibatasi hanya pada satu atau dua gigi
anestesi jaringan lunak untuk prosedur bedah
untuk area yang terbatas

Kontraindikasi
infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
tulang yang padat yang ditutupi oleh apeks gigi.

(Malamed, 2013)

Tahap melaksanakan infiltrasi anastesi:


1)

Muccobuccal fold diulas dengan yodium.

2)

Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal fold atau 1


1 mm dari leher gigi, bevel jarum menghadap tulang,
sampai menyentuh tulang.

3)

Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai menyentuh


tulang dekat regio periapikal gigi yang bersangkutan.

4)

Keluarkan anastetikum 1 cc dengan pelan-pelan, penyuntikan


yang terlalu cepat menyebabkan obat anastesi menyebar ke
daerah yang lebih luas sehingga hanya terjadi anastesi ringan.

5)

Untuk anastesi daerah palatinal, tusukan pada mukosa palatinal


+ 1/3 dari jarak pinggiran gusi gigi yang akan dicabut.

6) Tekan sedikit waktu jarum ditusukkan, kemudian keluarkan obat


anastesi 0,5 ml.

TEKNIK ANESTESI INFILTRASI


RAHANG BAWAH
Teknik anestesi infiltrasi umumnya
jarang digunakan untuk rahang
bawah cortical plate pada rahang
bawah tebal larutan anestesi tidak
dapat berdifusi ke tulang kanselosa
dan ke dalam saraf yang mensuplai
pulpa gigi.

(Malamed, 2013)

TAHAP
1) Muccobuccal fold diulas dengan yodium.
2) Jarum masukkan dengan sudut 45 pada Muccobuccal
fold atau 1 1 mm dari leher gigi, bevel jarum
menghadap tulang, sampai menyentuh tulang.
3) Tarik 1-2 mm, kemudian jarum sejajarkan, sampai
menyentuh tulang dekat regio periapikal gigi yang
bersangkutan.
4) Keluarkan anastetikum 2cc pada sulkus bukal
5) Sambil jarum ditarik deponir kembali anastestikum
0,2 cc untuk memperoleh matirasa maksimum
6) Bukal infiltrasi 0,5 1,0 cc cukup untuk
menganastesi jaringan lunak sekitar gigi yang akan
dicabut

(Malamed, 2013)

TEKNIK BLOK ANESTESI NERVUS


PALATINUS

GREATER PALATINE
NERVE
anestesi bagian
posterior dari
palatum keras

NERVUS
NASOPALATINUS
anestesi dari
palatum keras
anterior

(Malamed, 2013)

TEKNIK ANESTESI BLOK PALATINE


ANTERIOR NERVE (GREATER PALATINE)
Ketika anestesi palatal diberikan,
stabilkan jarum dengan kedua
tangan.

(Malamed, 2013)

untuk prosedur gigi yang melibatkan jaringan lunak


palatal yang lebih distal dari canine.
Area yang dianestesi bagian posterior palatum keras
dan jaringan lunak dibawahnya, ke anterior sejauh
premolar pertama dan secara medial ke garis median.

Gambar 2. Area yang dianestesi dengan greater palatine nerve block (Malamed, 2013)

(Malamed, 2013)

Jarum pendek ukuran-27direkomendasikan.


Lokasi penyisipan: jaringan lunak sedikit anterior dari
foramen palatine besar.
Daerah Target: greater palatine nerve ke anterior
antara jaringan lunak dan tulang dari palatum keras
(Gambar 2. )

Gambar 2. Area target untuk blok greater palatine nerve (Malamed, 2013)

(Malamed, 2013)

Landmark: greater palatine foramen


dan persimpangan proses alveolar
rahang atas dan tulang palatum.
Jalur penyisipan: memajukan jarum
suntik dari sisi berlawanan dari mulut
pada sudut kanan ke daerah sasaran.
Orientasi bevel: menuju jaringan
lunak.

(Malamed, 2013)

TAHAPAN
Asumsikan posisi yang benar
(1) greater palatine nerve kanan administrator
menghadap pasien pada posisi jam 7 atau 8
(2) greater palatine nerve kiri administrator menghadap
dalam arah yang sama dengan pasien pada posisi jam 11.

(Malamed, 2013)

Minta pasien, yang berada dalam posisi terlentang


untuk melakukan hal berikut (Gambar 2. A)
(1) Terbuka lebar.
(2) Memperpanjang leher.
(3) Putar kepala ke kiri atau kanan visibilitas

(Malamed, 2013)

Lokasikan greater palatine foramen (Gambar 2. B )


(1) Tempatkan swab kapas di persimpangan proses alveolar
rahang atas dan palatum keras.
(2) Mulai di regio maxillary molar pertama dan palpasi ke
posterior dengan menekan secara kuat ke dalam jaringan
dengan swab.
(3) swab "jatuh" ke dalam depresi yang dibuat oleh
foramen greater palatine

(Malamed, 2013)

Siapkan jaringan di tempat suntikan ( 1-2 mm lebih


anterior dari foramen palatine besar)
(1) Bersihkan dan keringkan dengan kain kasa steril.
(2) Terapkan antiseptik topikal (opsional).
(3) Terapkan anestesi topikal selama 2 menit
Setelah 2 menit dari aplikasi anestesi topikal, swab
bergerak posterior sehingga langsung mengarah
melalui foramen palatina besar.
(1)Terapkan tekanan yang cukup besar di daerah
foramen dengan spons dengan tangan kiri
(2)(Perhatikan iskemia (whitening dari jaringan
lunak) di tempat suntikan.
(3) Menerapkan tekanan selama minimal 30 detik.

(Malamed, 2013)

Suntik jarum langsung ke dalam


mulut dari sisi berlawanan dengan
jarum mendekati tempat suntikan di
sudut yang tepat.

(Malamed, 2013)

Tempatkan bevel terhadap jaringan lunak pucat


(Iskemik) sebelumnya di tempat suntikan.
Dengan bevel terhadap jaringan:
(1) Terapkan tekanan yang cukup untuk
menundukkan jarum sedikit.
(2) Deposit volume kecil anestesi. Solusinya dipaksa
terhadap mukosa membran, dan droplet terbentuk

(Malamed, 2013)

Luruskan jarum dan


bevel menembus
mukosa.
(1) Lanjutkan untuk
mendeposit volume
kecil anestesi selama
prosedur.
(2) Iskemia menyebar
ke jaringan di
sekitarnya selama
anestesi (biasanya
dengan
vasokonstriktor)
didepositkan

(Malamed, 2013)

Lanjutkan menerapkan tekanan anestesi


selama deposisi dari larutan anestesi.
Iskemia menyebar karena
vasokonstriktor mengurangi perfusi
jaringan.
Perlahan memajukan jarum sampai
tulang palatine secara lembut tersentuh.
(1) Kedalaman penetrasi biasanya sekitar
5 mm.
(2) Lanjutkan deposit volume kecil
anestesi.

(Malamed, 2013)

Aspirasi di dua bidang.


Jika negatif, perlahan deposit (minimum
30 detik) tidak lebih dari seperempat
sampai sepertiga dari cartridge (0,450,6 mL).
Tarik jarum suntik.
Amankan jarum.
Tunggu 2 sampai 3 menit sebelum
memulai prosedur.

(Malamed, 2013)

TEKNIK ANESTESI NASOPALATINE


NERVE
Ketika anestesi palatal diberikan,
stabilkan jarum dengan kedua
tangan.

(Malamed, 2013)

untuk mengkontrol rasa nyeri pada bagian


palatal dengan administrasi solusi anestesi
yang minimum (maksimal cartridge)
akan mengenai area yang luas dari
jaringan lunak palatal meminimalisir
injeksi multiple palatal.
disebut juga sebagai incisive nerve
block/sphenopalatine nerve block
Nervus yang teranestesi adalah nervus
nasopalatinal secara bilateral

(Malamed, 2013)

area yang teranestesi bagian


anterior dari palatum keras (bagian
mesial kanan premolar satu ke
bagian mesial kanan premolar satu)

(Malamed, 2013)

teknik

Teknik
penetrasi
satu jarum
ke palatum

Multiple
needle
penetration

(Malamed, 2013)

1. Teknik penetrasi satu


jarum
jarum ukuran 25 atau 27.
Area insersi mukosa palatal di bagian lateral
papila incisivum karena jaringan di bagian ini lebih
sensitif dibandingkan dengan mukosa palatal
lainnya.
Target area foramen incisivum di bawah papilla
incisivum

(Malamed, 2013)

Cara menginsersikan: dekati area


injeksi dengan kemiringan 45o
terhadap papilla incisivum
Bevel menghadap jaringan lunak
palatum.
Operator duduk pada arah jam 9
atau 10 menghadap arah yang sama
dengan pasien

(Malamed, 2013)

Instruksikan pasien untuk membuka


mulutnya besar-besar, perpanjang
lehernya, dan menolehkan kepalanya
ke kanan dan ke kiri untuk
meningkatkan visibilitas

(Malamed, 2013)

Persiapkan jaringan sebelah lateral papilla


incisivum.
Jaringan dibersihkan dan dapat dioleskan topikal
antiseptik atau anestesi
Setelah anestesi topikal diaplikasikan selama 1-2
menit, oleskan juga pada area papilla incisivum.

(Malamed, 2013)

Tempatkan bevel berlawanan dengan


jaringan lunak yang iskemik pada
area injeksi.
Pemegangan jarum harus stabil
untuk mencegah terjadinya
kecelakaan penetrasi jaringan.

(Malamed, 2013)

Dengan bevel yang terletak melawan jaringan,


aplikasikan tekanan yang cukup untuk
memasukkan jarum, lalu masukkan sedikit
anestesi ditekan melawan membran mukosa.
Tegakkan jarum lalu biarkan bevel untuk
menembus mukosa.
Lanjutkan untuk memasukkan sedikit volume
anestesi, lalu perhatikan iskemia yang
menyebar ke jaringan pendukung setelah
solusi diinjeksikan.

(Malamed, 2013)

Lakukan penekanan dengan menggunakan


kapas selama anestesi diinjeksikan.
Secara perlahan, arahkan jarum menuju foramen
incisivum sampai berkontak dengan tulang.
Kedalaman penetrasi 6-10 mm.
Injeksikan sedikit volume anestesi ketika
memasukkan jarum.
Tarik jarum 1 mm untuk mencegah injeksi
subperiosteal. Bevel sekarang terletak pada
pertengahan foramen incisivum.

(Malamed, 2013)

aspirasi negatifinjeksikan anestesi kurang


dari cartridge (0,45 ml) secara perlahan
(15-30 detik)
Tarik jarum keluar secara perlahan dan
tunggu kurang lebih selama 2-3 menit
sebelum melakukan tindakan perawatan.
Setelah dilakukan anestesi, pasien akan
merasa baal pada bagian anterior palatum
dan pasien tidak merasakan sakit selama
dilakukannya perawatan.

(Malamed, 2013)

Penyuntikan tidak dilakukan secara


langsung ke papilla incisivum
menimbulkan rasa yang sangat sakit pada
pasien.
solusi anestesi tidak boleh disuntikkan
secara cepat dan tidak boleh didepositkan
dalam jumlah yang besar
Apabila jarum diinjeksikan lebih dari 5mm
ke kanal incisivum dan memasukki dasar
hidung infeksi dapat terjadi.

(Malamed, 2013)

2. Teknik multiple needle


penetrations
Gunakan jarum
ukuran 27.
Area insersi
frenulum labialis
papilla
interdental
apabila
dibutuhkan
dapat diberikan
pada jaringan
lunak palatal di
papilla
incisivum.

(Malamed, 2013)

Target area foramen incisivum, di


bawah papilla incisivum.
Injeksi pertama arah insersinya ke
frenulum labial.
injeksi kedua jarum dipegang pada
sebelah kanan papilla interdental
injeksi ketiga jarum dipegang
dengan sudut 45o terhadap papilla
incisivum.

(Malamed, 2013)

injeksi pertama
bersihkan area injeksi
tarik bibir bagian atas untuk
merenggang jaringan dan membuat
operator lebih mudah melihat.
Secara perlahan masukan jarum ke arah
frenulum dan injeksikan 0,3 ml anestesi
dalam waktu sekitar 15 detik.

(Malamed, 2013)

injeksi kedua yang dilakukan pada


bagian papilla interdental,
Tarik bibir bagian atas untuk
mempermudah area visibilitas operator.
Operator duduk pada arah jam 11 atau
12 mengarah ke arah yang sama
dengan pasien.
Miringkan kepala pasien ke arah kanan
untuk menyediakan sudut yang baik
untuk penetrasi jarum.
Pegang jarum pada bagian kanan papilla
interdental, tusukkan jarum pada papilla
interdental.
Arahkan jarum ke papilla incisivum.

(Malamed, 2013)

Jaringan lunak pada permukaan labial


sebelumnya telah dianestesi pasien tidak
akan mengeluhkan ketidaknyamanan.
Saat kepala pasien ditengadahkan ke
belakang, operator dapat melihat iskemia
jaringan yang disebabkan oleh anestesi.
Ketika iskemia terjadi pada papilla incisivum, atau
ujung jarum terlihat di bawah permukaan jaringan,
dan aspirasi negatif, administrasikan anestesi
kurang dari 0,3 ml sekitar 15 detik.

(Malamed, 2013)

Stabilisasikan syringe dengan


menggunakan jari pada tangan
lainnya.

(Gambar 2. ) Gunakan jari pada tangan lain untuk


menstabilkan syringe saat melakukan injeksi kedua (tanda
panah)(Malamed, 1997)

(Malamed, 2013)

Injeksi ketiga (hanya dilakukan


apabila injeksi kedua tidak
memberikan anestesi palatal yang
adekuat)

Keringkan jaringan pada lateral papilla


incivum
Instruksikan pasien untuk membuka
mulutnya lebar-lebar dan merentangkan
lehernya.
Tempatkan jarum pada jaringan lunak
papilla incisivum menuju ke area (Malamed,
distal 2013)

Injeksikan jarum sampai berkontak dengan


tulang, lalu tarik jarum sekitar 1 mm untuk
mencegah injeksi subperiosteal
Apabila aspirasi negatif, secara perlahan
injeksikan anestesi sebesar 0,3 ml dalam waktu
15 detik.
Tarik syringe keluar dan tunggu 2-3 menit untuk
onset anesthesi sebelum dilakukannya
perawatan.
Setelah dilakukan anestesi, pasien akan merasa
baal pada bagian bibir atas dan anterior palatum
dan pasien tidak merasakan sakit selama
dilakukannya perawatan.

(Malamed, 2013)

Klasifikasi Obat Anastesi


Umum

Sifat-sifat anestesi umum yang ideal


adalah:
1. Bekerja cepat, induksi dan
pemulihan baik
2. Cepat mencapai anestesi yang
dalam
3. Batas keamanan lebar
4. Tidak bersifat toksis

Inhalasi

Gas

NO2

O2

Cairan volatile

Siklop
ropan

Ethyl
ether

halot
an

isoflu
ran

desflu
ran

Enflur
an

sevofl
uran

intraven
a

Propofol

Barbitur
at

Etomida
t

Ketamin

Obat
yang
digunaka
n untuk
membant
u
anastesi

benzodi
azepin

opioid

Cairan Volatile
Ethyl ether
Zat ini sensitive terhadap cahaya, jika terkena cahaya
terjadi pembentukan peroksida dan aldehid. Ethyl ether ini
mudah meledak dan terbakal
Absorbsi, metabolism, ekskresi
Ethyl ether diabsorbsi oleh epitel pulmo dan dieksresi
melalui ekspirasi dan urin, dan didstribusi plasama dan
sel
Kontraindikasi
Pada pulmonary edema, penyakit ginjal kronis.

Efek farmakologi
Ethyl ether ini menyebabkan depresi system saraf pusat yang efektif
memblok formasi retrikular. Ethyl ether menghasilkan zat yang memblok
neuromuscular (aktivitas curariform yaitu yang menyebabkan neuromuscular
lumpuh tanpa menghilangkan kesadaran) yang mengurangi respon otot
skeletal terhadap stimulasi.
Ethyl etherini menyebabkan iritan local terhadap jalur pernapasan yang
menyebakan sekresi bronchial meningkat. Konsentrasi tinggi menekan pusat
respirasi
Ethyl ether meneyebabkan detak jantung meningkat karena pelepasan
epineprin. Ethyl ethermenyebabkan meningkatnya tekanan darah kemudian
menjadi normal karena vasodilatasi peripheral. Pada konsentrasi tinggi ether
menekan miokardium secara langsung.
Ethyl ether menyebabkan nausea dann vormet. Pada saat postoperative
terjadi depresi pada pergerakan lambung dengan ga.
Ethyl ether menyebabakan produksi urin berkurang karena berkurangnya
filtasi glomerular dan pelasan ADH.
Ethyl ether menyebabkab gangguan pada fungsi hati yang bersifat reversible.

Halotan

anestetik
golongan
hidrokarbon
yang
berhalogen.

zat yang tidak


bewarna,
berbau enak,
tidak mudah
terbakar, dan
tidak mudah
meledak.

Halotan
merupakan
anestetik
yang kuat
dengan efek
anagesik
yang lemah.
Secara
langsung
halotan
menghambat
kerja otot
jantung dan
otot polos
pembuluh
darah serta
menurunkan
aktivitas saraf
simpatis.

Enfluran

anestetik
eter
berhalogen
tidak
mudah
.
terbakar.

Enfluran

Enfluran
dalam kadar
tinggi dapat
menyebabka
n depresi
kardiovaskul
ar dan
perangsanga
n sistem
saraf pusat

enfluran
diberikan
dengan kadar
rendah
bersama N2O
untuk
menghindari
efek samping
Enfluran
menyebabkan
relaksasi otot
rangka lebih
baik daripada
halotan,
sehingga
dosis obat
harus
diturunkan

Isofluran adalah
eter berhalogen
yang tidak
mudah
terbakar.
Isofluran
berbau tajam
kadar obat
yang tinggi
dalam udara
inspirasi
membuat
pasien
menahan napas
dan terbatuk.

Pada anestesi
yang dalam
dengan
isofluran tidak
terjadi
perangsangan
sistem saraf
pusat seperti
pada enfluran

Isofluran

Isofluran
Isofluran
meningkatkan
aliran darah
otak sementara
metabolisme
otak hanya
menurun sedikit.
Sirkulasi otak
tetap responsif
terhadap CO2
Oleh karena itu,
isofluran
merupakan
anestesi pilihan
dalam bedah
saraf.

Desfluran
Desfluran lebih sulit menguap
dibandung dengan kelompoknya.
Desfluran umumnya banyak digunakan
pada bedah singkat atau pada bedah
rawat jalan.
Desfluran bersifat iritatif sehingga
menimbulkan batuk, sesak napas, atau
bahkan spasme laring
Sudah jarang digunakan

Sevofluran
Sevofluran merupakan anestetik
inhalasi baru yang memberilan
induksi dan pemulihan yang lebih
cepat.
Metabolismenya di hati dan
menghasilkan ion fluor yang juga
dapat merusak ginjal.

Nitrogen Monoksida (N2O)


N2O yang juga
disebut gas
gelak

merupakan gas
yang tidak
bewarna, tidak
berbau, tidak
berasa, dan lebih
berat daripada
udara.
N2O sukar larut
dalam darah dan
merupakan
anestesi yang
kurang kuat
sehingga kini
hanya digunakan
sebagai bantuan.

Pada anestesi
yang lama, N2O
dapat
menyebabkan
rasa mual,
muntah, dan
lambat sadar.
N2O memiliki efek
analgesik yang
baik, dengan
inhalasi 20% N2O
dalam oksigen
efeknya seperti
efek 15 mg
morfin.

Siklopropan
Siklopropan
merupakan
anestesi inhalasi
yang kuat,
berbentuk gas,
berbau spesifik,
tidak bewarna,
dan disimpan
dalam bentuk
cairan
bertekanan
tinggi.

Siklopropan
relatif tidak larut
dalam darah
sehingga dalam
2-3 menit induksi
dilalui.
Siklopropan
menimbulkan
relaksasi otot
cukup baik dan
sedikit sekali
mengiritasi
saluran napas.

Siklopropan tidak
menghambat
kontraktilitas otot
jantung; curah
jantung dan
tekanan arteri
tidak meningkat
sehingga
merupakan
anestetik yang
dipilih pada
pasien syok.
Perdarahan dapat
terjadi saat
dilakukan perasi
karena
siklopropan
meningkatkan
aliran darah.

adalah
anestesi yang
cepat
Kriteria ini sulit menghasilkan
dicapai oleh satu
hipnosis
obat, maka
umumnya digunakan
kombinasi beberapa
obat atau digunakan
kombinasi beberapa
obat atau dengan
cara lainnya.
pengaruh
farmakokinet
iknya tidak
bergantung
pada
disfungsi
organ.

Anestesi Intra Vena

cepat
dieleminasi
oleh tubuh,
tidak atau
sedikit
mendepresi
fungsi respirasi
dan
kardiovaskular,

efek analgesia,
menimbulkan
amnesia pascaanestesia

mempunyai,
dampak
buruknya mudah
dihilangkan oleh
antagonisnya

Barbiturat
barbiturat kerja sangat
singkat yaitu tiopental,
metoheksital,
dan
tiamilal yang diberikan
secara bolus intravena
atau secara infus.
Penyuntikan
intravena
harus dilakukan secara
hati-hati karena dapat
terjadi ekstravasasi atau
penyuntikkan ke dalam
arteri.
Dengan
dosis
yang
memadai untuk induksi,
pasien akan merasakan
rasa bawang putih di
lidahnya

Ketamin
Ketamin merupakan
larutan
tidak
berwarna, stabil pada
suhu
kamar
dan
relatif aman.
Ketamin
memiliki
sifat
analgesik,
anestesi,
dengan
kerja
singkat.
Ketamin
tidak
menyebabkan
relaksasi otot lurik
bahkan
kadangkadang
tonusnya
sedikit meninggi.
Ketamin merupakan
satu-satunya
anestesi
intravena
yang
merangsang
kardiovaskular
karena
efek
perangsangnya pada
pusat saraf simpatis.

Propofol
Propofol
berupa
minyak pada suhu
kamar
sebagai
emulsi 1%.
Propofol
intravena
1,5-2,5
mg/kgBB
menimbulkan induksi
anestesi
secepat
tiopental,
tetapi
dengan
pemulihan
yang lebih cepat dan
pasien
segera
merasa lebih baik
dibanding
setelah
penggunaan
anestetik
lain.
Kelebihan
propofol
adalah bekerja lebih
cepat
daripada
tiopental,
konfusi
pascabedah minimal,
dan
kurang
menyebabkan mualmuntah pasca bedah

Obat yang Digunakan untuk Membantu Anestesi

Menurut Kee et al (1996), Anastesi seimbang,


suatu kombinasi obat-obatan, sering dipakai dalam
anastesi umum. Anestesi seimbang terdiri dari:
Hipnotik diberikan semalam sebelumnya
Premedikasi, seperti analgesik narkotik atau
benzodiazepin (misalnya, midazolam dan antikolinergik
(contoh, atropin) untuk mengurangi sekresi diberikan
kira-kira 1 jam sebelum pembedahan
Barbiturat dengan masa kerja singkat, seperti natrium
tiopental (Pentothal)
Gas inhalan, seperti nitrous oksida dan oksigen
Pelemas otot jika diperlukan

Benzodiazepin
Benzodiazepin yang digunakan adalah diazepam,
lorazepam, dan midazolam.
Dengan dosis untuk anestesi, kelompok obat ini
menyebabkan tidur, mengurangi cemas, dan
menimbulkan amnesia anterograd, tetapi tidak berefek
analgesik.
Efek pada sistem saraf pusat dapat diatasi dengan
antagonisnya. Anestesi ini sering digunakan pada
penderita jantung karena obat inI tidak mendepresikan
sistem kardiovaskular.
Dosis diazepam untuk induksi adalah 0,1-0,5 mg/kgBB
sedangkan pada orang sehat, dosisnya adalan 0.2
mg/kgBB diberikan bersama narkotik analgesik.

Macam-Macam Teknik
Anestesi Umum

Anestesi
Umum
Anestesi
Intravena

Anestesi
Inhalasi
(gas)

Respon individual terhadap anestesi


umum bervariasi dan tidak
berhubungan dengan dosis-respon
yang tepat
Dosis anestesi yang digunakan harus
tepat sebagai pedoman
Ahli anestesi menggunakan tanda
klinik anestesi (ukuran pupil, gerak
mata, kecepatan dan volume
pernapasan)

4 stadium tanda klinis anestesi:


1. Pasien sadar, keadaan analgesia dan amnesia
2. Pasien tidak sadar, dapat bereaksi tidak tentu,
pola pernapasan tidak teratur
3. Menghasilkan keadaan operasi optimal,
pernapasan baik, hemodinamis stabil.
Pernapasan dan sirkulasi menurun saat
menuju stadium empat
4. Kolaps kardiovaskuler dan kegagalan
pernapasan

Anestesi Umum di
kedokteran Gigi

Outpatient
General
Anesthesia

Inpatient
General
Anesthesia

Outpatient General
Anesthesia
Pasien ASA I, ASA II, beberapa ASA III
1. IV barbiturate/propofol (kurang dari 30 menit)
.prosedur bedah oral dan maksilofasial yang
singkat (impaksi M3)
.Methohexital (barbiturate yang sering dipakai),
propofol (non barbiturate)
.Tambahan obat: nitrous oxide-oxygen,
benzodiazepin (durasi anestesi), opioid,
anestesi lokal (mencegah stimulus rasa sakit
mencapai otak, dosis barbiturat, kontrol nyeri
post operatif)

Outpatient General
Outpatient
General
Anesthesia
Anesthesia
2. Conventional operating theater
(lebih dari 30 menit, kurang dari 4
jam)
Mirip anestesi inpatient
Anestesi short-acting, pasien pulih
dengan cepat
ASA I atau ASA II
Pasien melakukan tes laboratoirum
dan fisik 48 jam sebelum prosedur

Outpatient General
Outpatient
General
Anesthesia
Anesthesia
Instruksi preoperative:
Puasa 6-8 jam
Hasil lab diterima dan diperiksa, hasil harus
dalam batas normal
Rekam medis lengkap
Telah menandatangani inform consent
Sebelum operasi: melepaskan lensa
kontak/protesa, tidak menggunakan obat
premedikasi IM
Pasien duduk di dental chair/ meja operasi,
anesthesiologist memasang alat monitoring
(ECG, precordial stethoscope, blood pressure
cuff, pulse oximeter)

Outpatient General
Outpatient
General
Anesthesia
Anesthesia
Memberikan ifus IV dengan 5% dextrose
dan air / lactated ringers solution.
Mukosa disemprot 4% kokain atau 0,5%
phenylephrine
Anestesi dengan short-acting barbiturate
Anestesi lanjutan (maintenance)
Setelah prosedur berakhir, paisen
diberikan 100% O2. setelah refleks
protektifnya kembali, pasien dibawa ke
area recovery sampai diizinkan pulang

Inpatient General
Anesthesia
Pasien ASA IV, beberapa kasus ASA III, pasien
yang kontraindikasi dengan prosedur outpatient
Pasien datang ke RS 1 hari sebelum prosedur
bedah, melakukan evaluasi preoperatif
Sore hari, anesthesiologist melakukan
preanesthetic visit untuk mengevaluasi pasien
Pasien diintubasi nasoendotracheal, bukan
oroendotrecheal
Pasien diminta berpuasa sebelum operasi dan
pemberian premedikasi IM satu jam sebelum
prosedur

Inpatient General
Inpatient General Anesthesia
Anesthesia
Sebelum pasien ke kamar operasi,
anesthesiologist menyiapkan obat-obatan dan
peralatan yang diperlukan
Perawat mempersiapkan pasien, menempatkan
pada meja operasi dan memasang monitor
fisiologi.
infus IV dipasang
Tanda vital dimonitor dan direkam
Ketika tim bedah datang, induksi anestesi
dengan cara IV
Topikal anestesi pada lubang hidung pasien

Inpatient General
Inpatient General Anesthesia
Anesthesia
Masker full face dipasang pada pasien dan diberi O2
Setelah pasien hilang kesadaran, memastikan jalan
napas baik kemudian diberi muscle relaxant.
Maintenance anestesi (sevoflurane, meperidine
IV)juga diberi gas N2O 3L/menit dan O2 2L/menit.
Paisen siap menjalani prosedur pembedahan
Anesthesiologist mengontrol tanda vital dan
memberi tambahan dosis obat maintenance
Setelah pembedahan selesai, anestesi inhalasi
dihentikan, kemudian memberikan 100% O2.
diperlukan obat tambahan untuk mencegah
bradikardi

Inpatient General
Inpatient General Anesthesia
Anesthesia
Bila gerakan respirasi pasien adekuat,
lakukan ekstubasi
Pasien dipindah ke ruang recovery
Pasien menerima oksigen melalui nasal
cannula dan tanda vital tetap dimonitor
sampai stabil dan pasien bangun
Pada ASA I dan II biasanya pasien
tinggal di RS 1-3 malam, namun pada
ASA III dan IV dapat lebih lama

INTRAVENA
Keuntungan: lebih diterima pasien,
kurang perasaan klaustofobik, tahap
tidak sadar lebih cepat
Kekurangan: induksi cepat dan depresi
cerebrum yang jelas terlihat seperti pada
gangguan pernapasan dan hemodinamik.
Agen IV digunakan bersama N2O atau
anestesi inhalasi lainnya

INHALASI
Gas padat (argon dan xenon), hidrokarbon
halogenasi (halotan, efluran)
Keuntungan: dapat diserap secara terkontrol dan
cepat
Faktor yang menentukan kecepatan transfer di
jaringan otak: kelarutan zat anestesi, kadar zat
anestesi dalam udara (tekanan parsial), ventilasi
paru, aliran darah paru, perbedaan tekanan
parsial anestesi di arteri dan vena

Klasifikasi ASA

Kelas Status fisik

Contoh

Pasien normal yang sehat

Pasien bugar

II

Pasien

dengan

penyakit

sistemik Hipertensi esensial, diabetes ringan

ringan
III

Pasien dengan penyakit sistemik berat Angina, insufisiensi pulmoner sedang


yang tidak melemahkan

sampai berat

(incapacitating)
IV

Pasien dengan penyakit sistemik yang Penyakit paru stadium lanjut, gagal
melemahkan dan merupakan ancaman jantung
konstan terhadap kehidupan

Pasien sekarat yang diperkirakan tidak Ruptur aneurisma aorta, emboli paru
bertahan selama 24 jam dengan atau massif
tanpa operasi

Ditambahakan
operasi darurat

pada

akhir

Anda mungkin juga menyukai