PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi cacingan merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Jenis cacing yang paling banyak menyerang salah satunya adalah Ascaris
lumbricoides. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak-anak karena daya tahan
tubuhnya masih rendah.1
Infeksi cacing Ascaris lumbricoides merupakan kejadian terbanya yang
ditemukan di dunia dengan prevalensi sebesar 807 juta jiwa dan populasi yang beresiko
sekitar 4,2 milyar jiwa. Jumlah kasus infeksi askariasis pada sub sahara afrika sebesar
173 juta kasus dengan prevalensi tertinggi di Ethiopia, Nigeria, Kongo dan afrika selatan.
Dinegara amerika latin sebesar 84 juta kasus, prevalensi tertinggi berada di Brazil,
Mexico, Guatemala dan Argentina. Peringkat tertinggi jumlah kasus askariasis sebesar
313 juta kasus terdapat di Asia, prevallensi tertinggi di Indonesia, Cina, Philipina, dan
Myanmar.1,2
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan tinja yang dilakukan pada 8 provinsi di
Indonesia tahun 2008, didapat angka prevalensi infeksi cacing yang tinggi, yaitu Banten
60,7 %, Aceh 59,2 %, Nusa Tenggara Timur 27,7 %, Kalimantan Barat 26,2 %, Sumatra
Barat 10,1 %, Jawa Barat 6,7 %, Sulawesi Utara 6,7 %, dan kalimantan tengah 5,6 %.
Data kesakitan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 melaporkan bahwa infeksi
cacing atau penyakit cacingan terjadi sebesar 523 orang. Anak-anak lebih banyak
menderita infeksi cacing dari pada dewasa.1,2,5
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi askariasis dalah iklim tropis,
kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial
ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.5,6
1.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas ilmu kesehatan anak.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui Pengertian Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Epidemiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Etiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Patofisiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Respon Imunologis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Manifestasi Klinis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Diagnosis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Pengobatan Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Diagnosis Banding Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Komplikasi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Pencegahan Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Prognosis Ascaris Lumbricoides
1.2 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menggunakan ini sebagai bahan acuan dalam memahami
dan mempelajari mengenai Askariasis
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat terutama yang mengalami Askariasis akan menambah
pengetahuan mengenai penyakit ini beserta pengobatannya. Dengan demikian
penderita dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya apabila mengalami
gejala-gejala yang mengarah pada penyakit tersebut.
BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Pengertian
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides atau
cacing gelang, Ascaris Lumbricoides adalah cacing bulat yang besar yang hidup dalam
usus halus manusia dan penularannya melalui tanah. Adanya cacing di dalam usus
penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus,
mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan
makanan. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi cacing lainnya,
diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini.3,4
2.2 Epidemiologi
Ascaris Lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar
orang pernah terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran
dengan cacing lain, terutama trichuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan ditanah,
yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia mendapat infeksi dengna cara tertelan telur
cacing ascaris lumbricoides yang infektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi
karena termakan makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing tadi.3
Askariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum.
Sampai dengan 10 % penduduk negara berkembang terinfeksi cacing, dengan persentase
besar disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris
Lumbricoides menyebabkan sekitar 60.000 kematian per tahun, terutama pada anak.5
Di daerah tropis, infeksi cacing ini mengenai hampir seluruh lapisan masyarat
dan anak lebih sering terinfeksi. Bayi akan terinfeksi dengan cacing ini melalui jari
ibunya yang mengandung telur Ascaris Lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran
tanah oleh telur cacing lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan
intensitas infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena
berbeda dalam kebiasaan, aktifitas dan perkembangan imunitas yang disapat. Penelitian
di Kenya menunjukkan bahwa infeksi Ascaris Lumbricoides mempengaruhi pertumbuhan
pada anak. Prevalensi tertinggi askariasis di daerah tropis pada usia 3-8 tahun.3,4,5
2.3 Etiologi
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Hospes
definitifnya hanya manusia, jadi manusia pada infeksi cacing ini sebagai hospes obligat.
Cacing dewasanya berhabitat di rongga usus halus.6
Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di Indonesia prevalensi askariais
tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan
pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, dibawah pohon, di tempat
mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur
yang kemudian akan menjadi matang dan infektif, dengan tumbuhnya larva pada telurnya
di dalam waktu 2-3 minggu.3,4,6
2.4 Patofisiologi
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara tidak sengaja atau
tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam usus seseorang.
Larva menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva
tersebut akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva berkembang
menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30
cm, dapat bertelur yang kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia yang mengandung telur, maka siklus hidup tersebut dimulai lagi. Telur
berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap
infektif selama beberapa bulan atau tahun.3,7
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika
tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan
melepaskan larva infektif dan mennembus dinding usus masuk ke dalam vena porta hati
yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya
melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masamigrasi berlangsung selama 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2x, kemudian keluar dari
kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea,
laring, dan kemudian ke faring, berpindah ke esofagus dan tertelan melalui saliva atau
merayap melalui epiglotis masuk ke dalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai ke
dalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur
cacing dewasa kira kira satu tahun dan kemudian keluar secara spontan.3,6,7
2.5 Siklus Hidup
penting
untuk
makrofag
melaksanakan
kemampuan
membunuh
dan
Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala, akan tetapi karena tingginya
angka infeksi, morbiditasnya perlu diperhatikan.3
Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh:
1. Migrasi larva
2. Cacing dewasa
1. Migrasi larva
Walaupun kerusakan hati dapat terjadi sewaktu larva melakukan siklus dari usus
melalui hati ke paru, tetapi organ yang sering dikenai adalah paru, yang mana semua
larva Ascaris lumbricoides harus melalui paru-paru sebelum menjadi cacing dewasa di
usus. Hal ini terjadi sewaktu larava menembus pembuluh darah untuk masuk ke dalam
alveoli paru. Pada infeksi yang ringan, trauma yang terjadi bisa berupa pendarahan
(petechial hemorrhage), sedangkan pada infeksi yang berat, kerusakan jaringan paru
dapat terjadi, sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di alveoli dan bronkhiol yang
kecil yang bisa mengakibatkan terjadinya edema pada organ paru. Semua hal ini disebut
pneumonitis Ascaris. Pneumonitis Ascaris ini disebabkan oleh karena proses patologis
dan reaksi alergik berupa peningkatan temperatur sampai 39.5 - 40C, pernafasan cepat
dan dangkal (tipe asmatik), batuk kering atau berdahak (ditandai dengan kristal CharcotLeyden), ronkhi atau wheezing tanpa krepitasi yang berlangsung 1-2 minggu, infiltrat
pada gambaran radiologi (sindroma Loeffler) yaitu pada foto thoraks tampak infiltrat
yang mirip pneumonia viral yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Pada pemeriksaan
darah akan didapatkan eosinifilia.3,4
10
11
12
dan
dapat juga menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui muntah pada
infeksi beratpenderita atau larva pada sputum ,diagnosis pasti telah dapat ditegakkan.3,4,6
13
2.9 Pengobatan
Pada saaat sekarang ini pemberian obat-obatan telah dapat mengeluarkan cacing
dari dalam usus. Obat-obatan yang dapat digunakan:3
Pirantel pamoat, dosis 10 mg/ kgBB/ hari, dosis tunggal, memberikan hasil yang
memuaskan.
Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Hasil pengobatan baik, tetapi efek samping berupa iritasi terhadap cacing, sehingga
cacing dapat terangsang untuk bermigrasi ketempat lain harus dipertimbangkan.
14
Oksantel-pirantel pamoat, dosis 10 mg/ kg BB, dosis tunggal memberikan hasil yang
baik.
Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet Albendazol (400mg)
atau 20ml suspensi, berupa dosisi tunggal. Hasil culup memuaskan.
2.10 Diagnosa Banding
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,
loefflers syndrome dan asma bronkhial.3,4,6
Pneumonitis yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides menyerupai gejala
pneumonitis yang disebabkan oleh cacing tambang. Cacing ini dapat merupakan pencetus
untuk terjadinya pankreatitis, apendisitis, divertikulitis.3,6
2.11 Komplikasi
Selama larva sedan bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik
yang berat dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.3,4
2.12 Pencegahan
Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat mempunyai
arti dalam penanggulagan infeksi cacing gelang ini. Suatu pengalaman oleh E. Kosin
pada tahun 1973, yang mana telah dilakukan sesuatu penelitian kontrol aksaris di suatu
desa di daerah Belawan, Sumatera Utara, yang mana diketahui prevalensi cacing gelang
pada anak 85%. Setelah pengobatan massal, angka infeksi turun secara drastis menjadi
10%. Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anak-anak tersebut diperiksa kembali, diperoleh
hasil yang sangat mengejutkan, yaitu angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah
dilakukan penelitian, ternyata cacing yang berhasil dikeluarkan dengan pengobatan tadi
tersebar di sembarang tempat, berarti terjadi pencemaran tanah di sekitar desa dengan
telur cacing dan ini merupakan sumber infeksi.7,8,12
Lebih rincinya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:6,7
1. Tidak makan makanan mentah
15
Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih
Sayuran mentah yang akandimakan sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram
lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris Lumbricoides dapat hidp dalam tanah
selama bertahun-tahun.
2.13 Prognosis
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis
baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacng ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.4
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Di
Indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban
keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di
bawah pohon, di tempat mencui dan di tempat pembuangan sampah.
Dengan menemukan telur dalam tinja penderita atau larva pada sputum, dan
dapat juga menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui muntah pada
infeksi berat. Diagnossa pasti telah dapat ditegakkan.
Untuk pencegahan terutama dengan menjaga hygiene dan sanitasi, tidak berak di
sembarangan tempat, melindungi makanan dari pencemaran kotoran, mencuci tangan
bersih sebelum makan dan tidak memakaitinja manusia sebagai pupuk tanaman.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.Viqar Z. Loh AK.1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Binacipta
2.Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Medika Aesculapius
3. Poorwo Soedarmo, Sumarmo,dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi
Kedua. Jakarta: IDAI
4. Sudoyo, Aru. W, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing
5. Rohani, Adrial, Semiarti, R. 2014. Hubungan Infeksi Askariasis Dengan Status Sosial
Ekonomi Pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
6. Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan
Helmintologi. Bandung: Yrama Widya
7. Sutanto,Inge dkk .2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat ,Balai
Penerbit FKUI:Jakarta
8. Rampengan, dr. T.H Laurents, dr. I.R. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta: EGC
9. Garna, Herry, Emelia, Suruto,dkk. 2000. Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. Bandung. SMF Fakultas Kedkteran Universitas Padjajaran
10.Baratawijaya KG, 2004. Imunologi Dasar. Edisi ke-6, Penerbit FKUI.. Jakarta
11. Soedarto. 2005. Helmintologi Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
12. Rudolph, Abraham M. Hoffman, Julien l. E. 2010. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume I Jakarta: EGC
S
18