Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi cacingan merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Jenis cacing yang paling banyak menyerang salah satunya adalah Ascaris
lumbricoides. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak-anak karena daya tahan
tubuhnya masih rendah.1
Infeksi cacing Ascaris lumbricoides merupakan kejadian terbanya yang
ditemukan di dunia dengan prevalensi sebesar 807 juta jiwa dan populasi yang beresiko
sekitar 4,2 milyar jiwa. Jumlah kasus infeksi askariasis pada sub sahara afrika sebesar
173 juta kasus dengan prevalensi tertinggi di Ethiopia, Nigeria, Kongo dan afrika selatan.
Dinegara amerika latin sebesar 84 juta kasus, prevalensi tertinggi berada di Brazil,
Mexico, Guatemala dan Argentina. Peringkat tertinggi jumlah kasus askariasis sebesar
313 juta kasus terdapat di Asia, prevallensi tertinggi di Indonesia, Cina, Philipina, dan
Myanmar.1,2
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan tinja yang dilakukan pada 8 provinsi di
Indonesia tahun 2008, didapat angka prevalensi infeksi cacing yang tinggi, yaitu Banten
60,7 %, Aceh 59,2 %, Nusa Tenggara Timur 27,7 %, Kalimantan Barat 26,2 %, Sumatra
Barat 10,1 %, Jawa Barat 6,7 %, Sulawesi Utara 6,7 %, dan kalimantan tengah 5,6 %.
Data kesakitan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 melaporkan bahwa infeksi
cacing atau penyakit cacingan terjadi sebesar 523 orang. Anak-anak lebih banyak
menderita infeksi cacing dari pada dewasa.1,2,5
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi infeksi askariasis dalah iklim tropis,
kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial
ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.5,6

1.1 Tujuan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas ilmu kesehatan anak.
b. Tujuan Khusus
Mengetahui Pengertian Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Epidemiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Etiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Patofisiologi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Respon Imunologis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Manifestasi Klinis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Diagnosis Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Pengobatan Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Diagnosis Banding Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Komplikasi Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Pencegahan Ascaris Lumbricoides
Mengetahui Prognosis Ascaris Lumbricoides
1.2 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menggunakan ini sebagai bahan acuan dalam memahami
dan mempelajari mengenai Askariasis
b. Bagi Masyarakat
Bagi masyarakat terutama yang mengalami Askariasis akan menambah
pengetahuan mengenai penyakit ini beserta pengobatannya. Dengan demikian
penderita dapat mengetahui bagaimana tindakan selanjutnya apabila mengalami
gejala-gejala yang mengarah pada penyakit tersebut.

BAB II
DAFTAR PUSTAKA
2.1 Pengertian
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides atau
cacing gelang, Ascaris Lumbricoides adalah cacing bulat yang besar yang hidup dalam
usus halus manusia dan penularannya melalui tanah. Adanya cacing di dalam usus

penderita akan mengadakan gangguan keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus,
mengadakan iritasi setempat sehingga mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan
makanan. Angka kejadiannya di dunia lebih banyak dari infeksi cacing lainnya,
diperkirakan lebih dari 1 milyar orang di dunia pernah terinfeksi dengan cacing ini.3,4
2.2 Epidemiologi
Ascaris Lumbricoides dijumpai di seluruh dunia dan diperkirakan 1,3 milyar
orang pernah terinfeksi dengan cacing ini. Tidak jarang dijumpai infeksi campuran
dengan cacing lain, terutama trichuris trichiura. Telur yang infektif ditemukan ditanah,
yang dapat bertahan bertahun-tahun. Manusia mendapat infeksi dengna cara tertelan telur
cacing ascaris lumbricoides yang infektif (telur yang mengandung larva). Hal ini terjadi
karena termakan makanan atau minuman yang tercemar oleh telur cacing tadi.3
Askariasis adalah salah satu infeksi parasit pada manusia yang paling umum.
Sampai dengan 10 % penduduk negara berkembang terinfeksi cacing, dengan persentase
besar disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Di seluruh dunia, infeksi Ascaris
Lumbricoides menyebabkan sekitar 60.000 kematian per tahun, terutama pada anak.5
Di daerah tropis, infeksi cacing ini mengenai hampir seluruh lapisan masyarat
dan anak lebih sering terinfeksi. Bayi akan terinfeksi dengan cacing ini melalui jari
ibunya yang mengandung telur Ascaris Lumbricoides segera setelah lahir. Pencemaran
tanah oleh telur cacing lebih sering disebabkan oleh tinja anak. Perbedaan insiden dan
intensitas infeksi pada anak dan orang dewasa kemungkinan disebabkan oleh karena
berbeda dalam kebiasaan, aktifitas dan perkembangan imunitas yang disapat. Penelitian
di Kenya menunjukkan bahwa infeksi Ascaris Lumbricoides mempengaruhi pertumbuhan
pada anak. Prevalensi tertinggi askariasis di daerah tropis pada usia 3-8 tahun.3,4,5
2.3 Etiologi
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Hospes
definitifnya hanya manusia, jadi manusia pada infeksi cacing ini sebagai hospes obligat.
Cacing dewasanya berhabitat di rongga usus halus.6

Cacing ini terutama tumbuh dan berkembang pada penduduk di daerah yang
beriklim panas dan lembab dengan sanitasi yang buruk. Di Indonesia prevalensi askariais
tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban keluarga menimbulkan
pencemaran tanah dengan tinja di sekitar halaman rumah, dibawah pohon, di tempat
mencuci dan ditempat pembuangan sampah. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur
yang kemudian akan menjadi matang dan infektif, dengan tumbuhnya larva pada telurnya
di dalam waktu 2-3 minggu.3,4,6
2.4 Patofisiologi
Seseorang dapat terinfeksi penyakit askariasis setelah secara tidak sengaja atau
tidak disadari menelan telur cacing. Telur menetas menjadi larva di dalam usus seseorang.
Larva menembus dinding usus dan mencapai paru-paru melalui aliran darah. Larva
tersebut akhirnya kembali ke tenggorokan dan tertelan. Dalam usus, larva berkembang
menjadi cacing dewasa. Cacing betina dewasa dapat tumbuh lebih panjang mencapai 30
cm, dapat bertelur yang kemudian masuk ke dalam tinja. Jika tanah tercemar kotoran
manusia yang mengandung telur, maka siklus hidup tersebut dimulai lagi. Telur
berkembang di tanah dan menjadi infektif setelah masa 2-3 minggu, tetapi dapat tetap
infektif selama beberapa bulan atau tahun.3,7
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika
tertelan telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan
melepaskan larva infektif dan mennembus dinding usus masuk ke dalam vena porta hati
yang kemudian bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya
melalui arteri pulmonalis ke paru-paru dengan masamigrasi berlangsung selama 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2x, kemudian keluar dari
kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea,
laring, dan kemudian ke faring, berpindah ke esofagus dan tertelan melalui saliva atau
merayap melalui epiglotis masuk ke dalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai ke
dalam usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur
cacing dewasa kira kira satu tahun dan kemudian keluar secara spontan.3,6,7
2.5 Siklus Hidup

Ascaris Lumbricoides adalah cacing yang terbesar hampir di seluruh dunia,


terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk. Cacing dewasa berbentuk silinder,
berwarna merah muda. Cacing jantan lebih kecil ( 120-150 mm x 3-4 mm ) dari betina
(200-400 mm x 5-6 mm ), dan ujung posterior pada cacing jantan sedikit melingkar.
Cacing betina menghasilkan berkisar 200.000 telur yang telah dibuahi ( fertilized ) dan
tidak dibuahi ( unfertilized ) perhari yang diletakkannya di lumen usus. Telur ini
berukuran 40 x 60 m yang ditandai dengan adanya mamillated outer coat dan thick
hyaline shell.3

Gambar 1. Cacing Ascaris Lumbricoides


Siklus hidup Ascaris Lumbricoides dimulai sejak dikeluarkannya telur oleh
cacing betina di usus halus dan kemudian dikeluarkan bersama tinja. Dengan adanya
mamillated outer coat, telur ini dapat bertahan hidup karena partikel tanah melekat pada
dinding telur yang dapat melindunginya dari kerusakan. Dengan kondisi yang
menguntungkan seperti udara yang hangat, lembab, tanah yang terlindungi matahari,
embrio akan berubah didala telur menjadi larva yang infektif, disebut second-stage larva
(berlangsung lebih kurang 3 minggu). Apabila manusia tertelan telur yang infektif, larva
akan keluar di duodenum dan kemudian menembus dinding usus menuju ke venula
mesenterika, masuk sirkulasi portal kemudian ke jantung kanan, melalui pembuluh darah
kecil paru sampai di jaringan alveolar paru. Setelah itu larva bermigrasi ke saluran nafas
atas yaitu dari bronkhiolus menuju bronkhus, trakea, epiglotis, kemudian tertelan, turun
ke esofagus dan menjadi dewasa di usus halus. Sirkulasi hidup ini berlangsung sekitar 6570 hari. Umur cacing dewasa sekitar 1 tahun.3,6,7,8,9

Gambar 2. Siklus hidup Ascaris Lumbricoides

Gambar 3. Telur Ascaris Lumbricoides


2.6 Respons Imunologis
Meskipun dari berbagai penelitian sekat lintang terlihat adanya perkembangan
imunitas terhadap parasit ini, tetapi pada pemeriksaan respons antibodi humoral tidak
mempunyai peranan untuk membatasi infeksi ini. Adanya antibodi terhadap antigen
askaris dewasa dan larva, merupakan refleksi dari intensitas dan tidak memberikan
dampak perlindungan terhadap derajat infeksi.3
Respons imunitas humoral

Antibodi yang spesifik ditemukan dalam konsentrasi dan afinitas cukup


memadai efektif untuk memberikan proteksi terhadap parasit. Gambaran reaksi imun
terhadap infeksi cacing adalah eosinofilia dan peningkatan jumlah igE. Pada manusia,
jumlah igE dalam serum dapat meningkat dari normal 100 ng/ml menjadi 10.000 ng/ml.
Perubahan ini merupakan tanda dari adanya reaksi terhadap limfokin tipe Th2.10
Kenaikan yang luar biasa dari igE memberi pandangan bahwa igE merupakan
parameter penting dalam pertahanan. Rangsangan antigen spesifik untuk terbentuknya sel
mastoid yang dilapisi igE meyebabkan terjadinya eksudasi serum protein dengan
konsentrasi

anatibodi protektif yang tinggi untuk semua kelas imunoglobulin dan

dilepaskannya faktor kemotaktik eosinofil.11


Dalam perjalanannya, protein utama pembentuk inti dari granula eosinofi padat
elektron dilepaskan ke parasitdan mengakibatkan kerusakan. Peran imunits seluler
tampak

menonjol karena eosinofil dapat mengekspresikan MHC kelas II dan igE-

mediatedD ADCC ditingkatkan oleh GM-CSF dan TNF.10,12


Respon imunitas seluler
Seperti halnya mikroba, banyak parasit beradaptasi untuk hidup dalam
makrofag, meskipun makrofag mempunyai kemampuan mikrobisidal ampuh termasuk
adanya peran NO (Nitric Oxide) seperti pada infeksi bakteri, sel T penghasil sitokin
sangat

penting

untuk

makrofag

melaksanakan

kemampuan

membunuh

dan

menyingkirkan pengganggu yang tidak diinginkan. Eliminasi infestasi cacing usus


merupakan pendekatan yang khusus berupa gabungan reaksi seluler dan humoral untuk
menghilangkan infeksi yang masuk. Pada parasit yang bertahun-tahun menghadapi reaksi
imunologik, interaksi dengan antigen asing sering menyebabkan kerusakan jaringan.
Reaksi hipersensivitas lambat yang disebabkan adanya TNF yang memungkinkan telur
meloloskan diri dari kapiler intesyinal ke dalam lumen usus untuk meneruskan siklus
hidup di luar penjamu.10
2.7 Manifestasi Klinis

Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala, akan tetapi karena tingginya
angka infeksi, morbiditasnya perlu diperhatikan.3
Gejala yang terjadi dapat disebabkan oleh:
1. Migrasi larva
2. Cacing dewasa
1. Migrasi larva
Walaupun kerusakan hati dapat terjadi sewaktu larva melakukan siklus dari usus
melalui hati ke paru, tetapi organ yang sering dikenai adalah paru, yang mana semua
larva Ascaris lumbricoides harus melalui paru-paru sebelum menjadi cacing dewasa di
usus. Hal ini terjadi sewaktu larava menembus pembuluh darah untuk masuk ke dalam
alveoli paru. Pada infeksi yang ringan, trauma yang terjadi bisa berupa pendarahan
(petechial hemorrhage), sedangkan pada infeksi yang berat, kerusakan jaringan paru
dapat terjadi, sejumlah kecil darah mungkin mengumpul di alveoli dan bronkhiol yang
kecil yang bisa mengakibatkan terjadinya edema pada organ paru. Semua hal ini disebut
pneumonitis Ascaris. Pneumonitis Ascaris ini disebabkan oleh karena proses patologis
dan reaksi alergik berupa peningkatan temperatur sampai 39.5 - 40C, pernafasan cepat
dan dangkal (tipe asmatik), batuk kering atau berdahak (ditandai dengan kristal CharcotLeyden), ronkhi atau wheezing tanpa krepitasi yang berlangsung 1-2 minggu, infiltrat
pada gambaran radiologi (sindroma Loeffler) yaitu pada foto thoraks tampak infiltrat
yang mirip pneumonia viral yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Pada pemeriksaan
darah akan didapatkan eosinifilia.3,4

10

Gambar 4. sindroma Loeffler

11

Gambar 5. Larva ascariasis pada alveoli

12

Gambar 6. kristal Charcot-Leyden


2. Cacing dewasa
Cacing dewasa biasanya hidup di usus halus. Yokogawa dan Wakeshima
menyatakan bahawa pada anak yang terinfeksi dengan Ascaris lumbricoides, petumbuhan
fisik dan mentalnya akan terganggu dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi.3
Gejala klinis yang paling menonjol adalah rasa tidak enak di perut, kolik akut
pada daerah epigastrium, gangguan selera makan, mencret. Ini biasanya terjadi pada saat
proses peradangan pada dinding usus. Pada anak kejadian ini biasa diikuti demam.
Komplikasi yang ditakuti (berbahaya) adalah bila cacing dewasa menjalar ketempat lain
(migrasi) dan menimbulkan gejala akut. Pada keadaan infeksi yang berat, paling ditakuti
bila terjadi muntah cacing, yang akan dapat menimbulkan komplikasi penyumbatan
saluran nafas oleh cacing dewasa. Pada keadaan lain dapat terjadi ileus oleh karena
sumbatan pada usus oleh massa cacing, ataupun apendistis sebagai akibat masuknya
cacing kedalam lumen apendiks. Bisa dijumpai penyumbatan ampulla Vateri ataupun
saluran empedu dan terkadang masuk ke jaringan hati.3,4,8,9
Gejala lain adalah sewaktu masa inkubasi dan pada saat cacing menjdi dewasa
di dalam usus halus, yang mana hasil metabolisme cacing dapat menimbulkan fenomena
sensitisasi seperti urtikaria, asma bronkhial, konjungtivitis akut, fotofobia dan terkadaang
hematuria. Eosinofilia 10% atau lebih sering pada infeksi dengan Ascaris lumbricoides,
tetapi hal ini tidak menggambarkan beratnya penyakit, tetapi lebih banyak
menggambarkan proses sensitisasi dan eosinofolia ini tidak patognomois untuk infeksi
Ascaris lumbricoides. 3,4,6
2.8 Diagnosis
Ditegakkan dengan pemeriksaan tinja. Bila dijumpai telur dalam tinja

dan

dapat juga menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui muntah pada
infeksi beratpenderita atau larva pada sputum ,diagnosis pasti telah dapat ditegakkan.3,4,6

13

Gambar 7. Telur fertile

gambar 8. Cacing dewasa

2.9 Pengobatan
Pada saaat sekarang ini pemberian obat-obatan telah dapat mengeluarkan cacing
dari dalam usus. Obat-obatan yang dapat digunakan:3
Pirantel pamoat, dosis 10 mg/ kgBB/ hari, dosis tunggal, memberikan hasil yang
memuaskan.
Mebendazol, dosis 100 mg, dua kali sehari, diberikan selama tiga hari berturut-turut.
Hasil pengobatan baik, tetapi efek samping berupa iritasi terhadap cacing, sehingga
cacing dapat terangsang untuk bermigrasi ketempat lain harus dipertimbangkan.

14

Oksantel-pirantel pamoat, dosis 10 mg/ kg BB, dosis tunggal memberikan hasil yang
baik.
Albendazol, pada anak di atas 2 tahun dapat diberikan 2 tablet Albendazol (400mg)
atau 20ml suspensi, berupa dosisi tunggal. Hasil culup memuaskan.
2.10 Diagnosa Banding
Askariasis harus dibedakan dengan kelainan alergi lain seperti urtikaria,
loefflers syndrome dan asma bronkhial.3,4,6
Pneumonitis yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides menyerupai gejala
pneumonitis yang disebabkan oleh cacing tambang. Cacing ini dapat merupakan pencetus
untuk terjadinya pankreatitis, apendisitis, divertikulitis.3,6
2.11 Komplikasi
Selama larva sedan bermigrasi dapat menyebabkan terjadinya reaksi alergik
yang berat dan pneumonitis dan bahkan dapat menyebabkan terjadinya pneumonia.3,4
2.12 Pencegahan
Perbaikan sanitasi dan kebersihan pribadi serta lingkungan sangat mempunyai
arti dalam penanggulagan infeksi cacing gelang ini. Suatu pengalaman oleh E. Kosin
pada tahun 1973, yang mana telah dilakukan sesuatu penelitian kontrol aksaris di suatu
desa di daerah Belawan, Sumatera Utara, yang mana diketahui prevalensi cacing gelang
pada anak 85%. Setelah pengobatan massal, angka infeksi turun secara drastis menjadi
10%. Akan tetapi 3 bulan kemudian, saat anak-anak tersebut diperiksa kembali, diperoleh
hasil yang sangat mengejutkan, yaitu angka infeksi naik menjadi 100%. Setelah
dilakukan penelitian, ternyata cacing yang berhasil dikeluarkan dengan pengobatan tadi
tersebar di sembarang tempat, berarti terjadi pencemaran tanah di sekitar desa dengan
telur cacing dan ini merupakan sumber infeksi.7,8,12
Lebih rincinya pencegahan dapat dilakukan dengan cara:6,7
1. Tidak makan makanan mentah

15

2. Minum air yang sudahdimasak mendidih


3. Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan mencuci tangan sebelum
makan dan sesudah bung air besar.
4. Tidak boleh buang air kecil/besar sembarangan tempat
5. Di taman kanak-kanak dan sekolah dasar hars secara rutin diadakan pemeriksaan
parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya
dengan obat cacing
6. Penyuluhan kesehatan tentang sanitasi yang baik, hygiene keluarga dan hygiene
pribadi seperti:
-

Tidak menggunakan tinja sebagai pupuk tanaman

Sebelum melakukan persiapan makanan dan hendak makan, tangan dicuci terlebih

dahulu dngan menggunakan sabun


-

Sayuran mentah yang akandimakan sebagai lalapan, harus dicuci bersih dan disiram

lagi dengan air hangat karena telur cacing Ascaris Lumbricoides dapat hidp dalam tanah
selama bertahun-tahun.
2.13 Prognosis
Selama tidak terjadi obstruksi oleh cacing dewasa yang bermigrasi, prognosis
baik. Tanpa pengobatan, infeksi cacng ini dapat sembuh sendiri dalam waktu 1,5 tahun.4

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh Ascaris Lumbricoides. Di
Indonesia prevalensi askariasis tinggi terutama pada anak. Kurangnya pemakaian jamban
keluarga menimbulkan pencemaran tanah dengan tinja disekitar halaman rumah, di
bawah pohon, di tempat mencui dan di tempat pembuangan sampah.
Dengan menemukan telur dalam tinja penderita atau larva pada sputum, dan
dapat juga menemukan cacing dewasa keluar bersama tinja atau melalui muntah pada
infeksi berat. Diagnossa pasti telah dapat ditegakkan.
Untuk pencegahan terutama dengan menjaga hygiene dan sanitasi, tidak berak di
sembarangan tempat, melindungi makanan dari pencemaran kotoran, mencuci tangan
bersih sebelum makan dan tidak memakaitinja manusia sebagai pupuk tanaman.

17

DAFTAR PUSTAKA
1.Viqar Z. Loh AK.1999. Buku Penuntun Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Binacipta
2.Mansjoer Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:Medika Aesculapius
3. Poorwo Soedarmo, Sumarmo,dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi
Kedua. Jakarta: IDAI
4. Sudoyo, Aru. W, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta:
InternaPublishing
5. Rohani, Adrial, Semiarti, R. 2014. Hubungan Infeksi Askariasis Dengan Status Sosial
Ekonomi Pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus Padang. Jurnal Kesehatan Andalas
6. Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi, Entomologi dan
Helmintologi. Bandung: Yrama Widya
7. Sutanto,Inge dkk .2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat ,Balai
Penerbit FKUI:Jakarta
8. Rampengan, dr. T.H Laurents, dr. I.R. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.
Jakarta: EGC
9. Garna, Herry, Emelia, Suruto,dkk. 2000. Pedoman Diagnosis Terapi Ilmu Kesehatan
Anak. Bandung. SMF Fakultas Kedkteran Universitas Padjajaran
10.Baratawijaya KG, 2004. Imunologi Dasar. Edisi ke-6, Penerbit FKUI.. Jakarta
11. Soedarto. 2005. Helmintologi Kedokteran. Edisi ke-2. Jakarta: EGC
12. Rudolph, Abraham M. Hoffman, Julien l. E. 2010. Buku Ajar Pediatri Rudolph
Volume I Jakarta: EGC
S

18

Anda mungkin juga menyukai