Nama Tanah
Karakteristik
Ukuran butiran
- Berbutir kasar
- Butiran tampak
mata
Karakteristik
- Non kohesif
- Non plastis
- Berbutir
Pengaruh air
pada perilaku
tanah
Relatif tidak
penting (kecuali :
material berbutir
lepas dengan
pebebanan
dinamis)
Pengaruh
distribusi ukuran
butir pada
perilaku tanah
Penting
Lanau (Silt)
Lempung (Clay)
- Berbutir halus
- Butiran tunggal
Berbutir halus
Butiran
tunggal tidak
tampak mata
- Non kohesif
- Non plastis
- Berbutir
Kohesif
Plastis
tidak tampak
mata
Penting
Sangat penting
Relatif tidak
Relatif tidak
penting
penting
Pada tanah berbutir kasar, distribusi ukuran butiran akan mempengaruhi perilaku
tanah ketika menerima beban. Sedangkan pada tanah berbutir halus, kehadiran
air akan mempengaruhi perilaku tanah ketika menerima beban.
Kerangka tanah :
1. Butiran padat (solid
particles)
2. Ruang pori (void)
yang terdiri dari :
- air (water)
- udara (air)
Gambar Kerangka tanah berisi butiran (s), air (s) dan udara (a)
V v =V a+V w
W =
dengan :
W w =
berat total
W water
berat air (
)
W s =
berat butiran (
W solids
V = volume total ( V )
V a=
volume udara (
V w =
volume air (
V s=
volume butiran (
V v =
volume pori (
V air
W water
)
)
W solids
V void
W W w +W s
=
V
V
Ws
V
Ws
Vs
Berat volume tanah terendam air atau berat volume efektif atau berat
volume apung
' = sat w
9,81 kN /m =1 t /m =1 gr /cm
Kadar air ( w , % )
adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran.
w=
Ww
Ws
x 100 %
Porositas (n)
adalah perbandingan antara volume pori dengan volume total tanah.
n=
Vv
V
Vv
Vs
s
w
Derajat kejenuhan ( S , % )
adalah perbandingan antara volume air dengan volume pori, dinyatakan
dalam persentase. Bila tanah berada dalam keadaan jenuh air, maka
nilai S = 1.
S=
Vw
x 100
Vv
n
1n
n=
e
1+e
b=
G s . w ( 1+w )
1+e
sat =
w (G s + e)
1+e
S . e=w . Gs
1
d=
Gs. w
= b
1+e 1+ w
G
( s1) w
1+ e
' =
emaks e
e maksemin
bentuk pada volume yang konstan tanpa retak. Tanah tersebut akan
berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung jumlah air yang
bercampur pada tanah tersebut.
Batas Atterberg (Albert Atterberg, 1911) digunakan untuk mengetahui
konsistensi tanah berbutir halus dengan memperhatikan kandungan kadar
air tanah.
Batas kadar air tanah dari satu keadaan berikutnya dikenal sebagai batasbatas kekentalan/konsistensi.
Konsistensi adalah kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air
tertentu. Konsistensi tanah lempung di lapangan dikenal dengan istilah
lunak, sedang, dan kaku. Tanah lempung akan semakin lunak apabila
kadar air tanah semakin tinggi.
Batas Atterberg meliputi batas cair (liquid limit, LL), batas plastis (plastic
limit, PL), dan batas susut (shrinkage limit, SL).
1)
2)
Indeks cair (Liquidity index, LI) merupakan kadar air tanah asli relatif pada
kedudukan plastis dan cair.
LI =
wN
w N PL w N PL
=
PL
PI
6
8
10
16
20
30
40
3,35
2,36
2,00
1,18
0,85
0,60
0.42
50
60
70
100
140
200
270
0,30
0.25
0,21
0.15
0.106
0.075
0,053
s w 2
.D
18
dengan :
w
s
v
=
=
=
=
= kecepatan (cm/det)
berat volume air (gr/cm3)
berat volume butiran padat (gr/cm3)
kekentalan air (gr.det/cm2)
diameter butiran tanah (mm)
Dalam grafik distribusi ukuran butiran tanah, kemiringan dan bentuk kurva
digambarkan oleh koefisien keseragaman (coefficient of uniformity, Cu)
dan koefisien gradasi (coefficient of gradation, Cc).
D
Cu = 60
D10
( D 30)2
C c=
( D60 ) .( D10 )
D10 10 % dari berat butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran
butiran tertentu.