Anda di halaman 1dari 12

Mekanika tanah

ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat fisik tanah dan perilaku


massa tanah bila menerima beban/gaya.
Ilmu ini mempelajari sifat-sifat tanah melalui serangkaian percobaan
laboratorium dan percobaan di lapangan.
Ilmu Mekanika Tanah digunakan untuk:
perencanaan pondasi
perencanaan perkerasan lapisan dasar jalan (pavement design)
perencanaan struktur di bawah tanah (terowongan, basemen, dan
dinding penahan tanah)
perencanaan galian
perencanaan bendungan

Tanah (Braja M. Das, 1998)


suatu material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral
padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain
dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel
padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel padat tersebut.
Berdasarkan proses pembentukannya, tanah dibagi menjadi 2, yaitu :
Tanah sedimen
yaitu tanah yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang kemudian
diendapkan di lokasi lain oleh proses alam, misalnya oleh air, angin, dan
lain-lain, biasanya tanah sedimen bersifat lebih homogen, terdiri atas
lapisan yang berganti-ganti. Contohnya adalah tanah lempung pantai
yang biasanya diselingi oleh lapisan pasir.
Tanah residual
yaitu tanah yang terbentuk dari hasil lapukan batuan yang kemudian
diendapkan di atas batuan induknya, oleh karena itulah biasanya pada
tanah residual kuat geser tanah meningkat berdasarkan kedalaman, ini
disebabkan oleh bagian tanah yang dekat dengan permukaan telah
mengalami pelapukan yang lebih besar dibandingkan dengan tanah di
bawahnya.
Berdasarkan ukuran butirnya, tanah dibagi menjadi 4 yaitu :
kerikil (gravel)
pasir (sand)
lanau (silt)
lempung (clay)

Pada sistem Unified Soil Classification System (UCCS), tanah diklasifikasikan


menjadi :
tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan
nomor 200
tanah berbutir halus (lanau dan lempung) jika lebih dari 50 % lolos saringan
nomor 200
Sistem klasifikasi American Association of State Highway and Transportation
(AASHTO) digunakan untuk menentukan kualitas pada perencanaan timbunan
jalan, subbase, dan subgrade.

Nama Tanah
Karakteristik

Ukuran butiran

Kerikil (Gravel) &


Pasir (Sand)

- Berbutir kasar
- Butiran tampak
mata

Karakteristik

- Non kohesif
- Non plastis
- Berbutir

Pengaruh air
pada perilaku
tanah

Relatif tidak
penting (kecuali :
material berbutir
lepas dengan
pebebanan
dinamis)

Pengaruh
distribusi ukuran
butir pada
perilaku tanah

Penting

Lanau (Silt)

Lempung (Clay)

- Berbutir halus
- Butiran tunggal

Berbutir halus
Butiran
tunggal tidak
tampak mata

- Non kohesif
- Non plastis
- Berbutir

Kohesif
Plastis

tidak tampak
mata

Penting

Sangat penting

Relatif tidak

Relatif tidak
penting

penting

Pada tanah berbutir kasar, distribusi ukuran butiran akan mempengaruhi perilaku
tanah ketika menerima beban. Sedangkan pada tanah berbutir halus, kehadiran
air akan mempengaruhi perilaku tanah ketika menerima beban.

Data tanah yang diperlukan untuk klasifikasi tanah :


1. Analisis distribusi butiran analisa saringan dan analisa hidrometer
2. Plastisitas tanah
batas atterberg

Sifat-sifat penting dalam tanah :


permeabilitas (permeability)
yaitu kemampuan tanah dalam melewatkan air
konsolidasi (consolidation)
yaitu pemampatan tanah akibat pengurangan ruang pori dalam tanah
kuat geser (shear strength)
yaitu kemampuan tanah dalam menahan tekanan tanpa mengalami
keruntuhan

Kerangka tanah :
1. Butiran padat (solid
particles)
2. Ruang pori (void)
yang terdiri dari :
- air (water)
- udara (air)

Gambar Kerangka tanah berisi butiran (s), air (s) dan udara (a)

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa :


W =W w +W s
V =V a +V w +V s

V v =V a+V w
W =

dengan :
W w =

berat total
W water
berat air (
)

W s =

berat butiran (

W solids

V = volume total ( V )

V a=

volume udara (

V w =

volume air (

V s=

volume butiran (

V v =

volume pori (

V air

W water

)
)

W solids

V void

Berat volume tanah basah/lembab ( b , kN/m3 )


adalah perbandingan antara berat butiran tanah termasuk air dan udara
dengan volume total tanah.
b=

W W w +W s
=
V
V

Berat volume tanah kering ( d , kN/m3 )


adalah perbandingan antara berat butiran tanah (Ws) dengan volume
total tanah.
d=

Ws
V

Berat volume butiran padat ( s , kN/m3 )


adalah perbandingan antara berat butiran tanah dengan volume butiran
tanah.
s=

Ws
Vs

Berat volume tanah terendam air atau berat volume efektif atau berat
volume apung
' = sat w

w =berat volume air


3

9,81 kN /m =1 t /m =1 gr /cm

Kadar air ( w , % )
adalah perbandingan antara berat air dengan berat butiran.
w=

Ww
Ws

x 100 %

Porositas (n)
adalah perbandingan antara volume pori dengan volume total tanah.
n=

Vv
V

Angka pori (e)


adalah perbandingan antara volume pori dengan volume butiran tanah.
e=

Vv
Vs

Berat spesifik atau berat jenis (Gs)


adalah perbandingan antara berat volume butiran padat dengan berat
volume air. Berat spesifik tanah tidak mempunyai satuan.
G s=

s
w

Derajat kejenuhan ( S , % )
adalah perbandingan antara volume air dengan volume pori, dinyatakan
dalam persentase. Bila tanah berada dalam keadaan jenuh air, maka
nilai S = 1.
S=

Vw
x 100
Vv

Hubungan antara angka pori dengan porositas


e=

n
1n

n=

e
1+e

Hubungan antara berat volume dengan parameter lainnya


w . S . e=w . s

b=

G s . w ( 1+w )
1+e

sat =

w (G s + e)
1+e

S . e=w . Gs

berat volume tanah basah

untuk tanah jenuh air, S =

1
d=

Gs. w

= b
1+e 1+ w

G
( s1) w
1+ e
' =

untuk tanah kering

untuk tanah terendam air

Kerapatan relatif (Dr)


Kerapatan relatif menunjukkan tingkat kerapatan tanah granuler di
lapangan.
Dr =

emaks e
e maksemin

Tanah yang berbutir halus biasanya memiliki sifat plastis. Plastisitas


menggambarkan kemampuan tanah dalam menyesuaikan perubahan

bentuk pada volume yang konstan tanpa retak. Tanah tersebut akan
berbentuk cair, plastis, semi padat atau padat tergantung jumlah air yang
bercampur pada tanah tersebut.
Batas Atterberg (Albert Atterberg, 1911) digunakan untuk mengetahui
konsistensi tanah berbutir halus dengan memperhatikan kandungan kadar
air tanah.
Batas kadar air tanah dari satu keadaan berikutnya dikenal sebagai batasbatas kekentalan/konsistensi.
Konsistensi adalah kedudukan fisik tanah berbutir halus pada kadar air
tertentu. Konsistensi tanah lempung di lapangan dikenal dengan istilah
lunak, sedang, dan kaku. Tanah lempung akan semakin lunak apabila
kadar air tanah semakin tinggi.
Batas Atterberg meliputi batas cair (liquid limit, LL), batas plastis (plastic
limit, PL), dan batas susut (shrinkage limit, SL).

1)

Batas Cair (Liquid Limit)


Batas cair (LL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan cair
dan keadaan plastis, yaitu batas atas dari daerah plastis. Tanah akan
berperilaku sebagai cairan kental .
Batas cair ditentukan dari pengujian Casagrande (1948).

2)

Batas Plastis (Plastic Limit)


Batas plastis (PL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan
plastis dan semi padat/plastis. Tanah akan bersifat sebagai bahan yang
plastis dalam kadar air yang berkisar antara LL dan PL. Kisaran ini
disebut indeks plastisitas.

3) Batas susut (Shrinkage Limit)


Batas susut (SL) adalah kadar air tanah pada batas antara keadaan semi
padat dan padat. Tanah memiliki kadar air tertentu dimana
pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan
volume tanah.
Indeks Plastisitas (Plasticity index, PI) merupakan interval kadar air,
yaitu selisih antara batas cair dan batas plastis. Pada kadar air ini, tanah

masih bersifat plastis. Karena itu, indeks plastis menunjukan sifat


keplastisitas tanah.
Jika tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis kecil, maka
keadaan ini disebut dangan tanah kurus (sedikit mengandung butiran
lempung). Sedikit pengurangan kadar air tanah akan menyebabkan tanah
menjadi kering.
Sebaliknya, jka tanah mempunyai interval kadar air daerah plastis besar
disebut tanah gemuk (mengandung banyak butiran lempung). Sedikit
penambahan kadar air tanah akan menyebabkan tanah menjadi cair.
PI = LL PL

Indeks cair (Liquidity index, LI) merupakan kadar air tanah asli relatif pada
kedudukan plastis dan cair.

LI =

wN

adalah kadar air di lapangan.

w N PL w N PL
=
PL
PI

Analisis ukuran butiran tanah adalah penentuan persentase berat butiran


pada satu unit saringan dengan ukuran diameter lubang tertentu.
Analisa saringan dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran
pada tanah berbutir kasar. Caranya, tanah benda uji disaring melewati
satu unit saringan standar. Berat tanah yang tinggal pada masing-masing
saringan ditimbang, lalu persentase terhadap berat kumulatif tanah
dihitung.
Tabel Nomor dan diameter
saringan standar Amerika
Nomor
Diameter
Saringan
Lubang (mm)
(Sieve)
3
6,35
4
4,75

6
8
10
16
20
30
40

3,35
2,36
2,00
1,18
0,85
0,60
0.42

50
60
70
100
140
200
270

0,30
0.25
0,21
0.15
0.106
0.075
0,053

Analisa hidrometer dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran


pada tanah berbutir halus (ukuran partikel yang lebih kecil dari 0,075 mm ).
Analisa hidrometer ditentukan dengan cara sedimentasi berdasarkan
hukum Stokes. Menurut Stokes, kecepatan butiran mengendap dapat
ditentukan dengan persamaan :
v=

s w 2
.D
18

dengan :
w
s

v
=
=
=
=

= kecepatan (cm/det)
berat volume air (gr/cm3)
berat volume butiran padat (gr/cm3)
kekentalan air (gr.det/cm2)
diameter butiran tanah (mm)

Dalam grafik distribusi ukuran butiran tanah, kemiringan dan bentuk kurva
digambarkan oleh koefisien keseragaman (coefficient of uniformity, Cu)
dan koefisien gradasi (coefficient of gradation, Cc).
D
Cu = 60
D10

( D 30)2
C c=
( D60 ) .( D10 )

D10 10 % dari berat butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran
butiran tertentu.

Gradasi baik (well graded)


tanah dimana ukuran butirannya terbagi merata dalam suatu batasan
yang luas ( hampir semua ukuran butiran ada ).
Gradasi buruk (gap graded)
tanah dimana satu atau lebih ukuran butir tidak ada.
Gradasi seragam (uniform graded)
tanah yang ukuran butirannya hampir sama.
Tanah bergradasi baik jika mempunyai :
Koefisien gradasi
1 < Cc < 3
Koefisien keseragaman
Cu > 4 untuk kerikil
Cu > 6 untuk pasir
Tanah bergradasi sangat baik jika mempunyai nilai Cu > 15

Anda mungkin juga menyukai