Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan
pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara
luas lahan tidak berkembang, menyebabkan tekanan penduduk terhadap sumberdaya lahan
semakin berat. Pada sisi lain, lapangan pekerjaan yang terbatas mendorong masyarakat tidak
memiliki banyak pilihan mata pencaharian kecuali bertani dengan memanfaatkan lahan yang
sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan penggunaan yang
demikian menjadikan lahan mengalami kerusakan fisik, kimia dan biologi, terjadi degradasi yang
kemudian disebut lahan kritis (Asdak, 2004).
Lahan pertanian kritis sudah tidak lagi mampu berperan secara optimal untuk memenuhi
fungsi tanah sebagai unsur produksi, pengatur tata air dan unsur perlindungan alam dan
lingkungannya atau dengan kata lain kemampuan daya dukung lahan menurun. Pada akhirnya
membahayakan dan menurunkan fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian dan sosialekonomi di daerah lingkungannya. Keadaan ini ditunjukkan oleh terjadinya kemerosotan
produktivitas lahan berupa penurunan tingkat produksi dan indeks panen berbagai jenis tanaman,
dan semakin pendeknya umur produktif beberapa tanaman dibandingkan beberapa puluh tahun
sebelumnya (Suwardjo, 2005).
Alih fungsi lahan berimplikasi terhadap produksi pangan, juga berdampak pada
lingkungan fisik, sosial, adat dan budaya serta ekonomi masyarakat. Jika alih fungsi lahan tidak
dicegah, konsekuensinya keberadaan budaya pertanian sebagai salah satu daya tarik wisatawan
semakin terancam. Pada prinsipnya untuk mempertahankan pertanian sebagai penyedia bahan
pangan dan pelestarian budaya agraris, maka keberadaan pertanian perlu dipertahankan menuju
pertanian lestari dan berkelanjutan.
Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi
lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula
(seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah)
terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai
perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan nonpertanian cenderung terus meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan struktur perekonomian. Alih fungsi lahan
pertanian sulit dihindari akibat kecenderungan tersebut. Beberapa kasus menunjukkan jika di
suatu lokasi terjadi alih fungsi lahan, maka dalam waktu yang tidak lama lahan di sekitarnya juga
beralih fungsi secara progresif. Menurut Irawan (2005), hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.
Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih
fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk
pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan
lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat.
Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk
menjual lahan. Wibowo (1996) menambahkan bahwa pelaku pembelian tanah biasanya bukan
penduduk setempat, sehingga mengakibatkan terbentuknya lahan-lahan guntai yang secara
umum rentan terhadap proses alih fungsi lahan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widjanarko, dkk (2006) secara nasional, luas
lahan sawah kurang lebih 7,8 juta Ha, dimana 4,2 juta Ha berupa sawah irigasi dan sisanya 3,6
juta Ha berupa sawah nonirigasi. Selama Pelita VI tidak kurang dari 61.000 Ha lahan sawah telah
berubah menjadi penggunaan lahan nonpertanian. Luas lahan sawah tersebut telah beralih fungsi
menjadi perumahan (30%), industri (65%), dan sisanya (5%) beralih fungsi penggunaan tanah
lain.
Penelitian yang dilakukan Irawan (2005) menunjukkan bahwa laju alih fungsi lahan di
luar Jawa (132 ribu Ha per tahun) ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Pulau Jawa
(56 ribu ha per tahun). Sebesar 58,68 persen alih fungsi lahan sawah tersebut ditujukan untuk
kegiatan nonpertanian dan sisanya untuk kegiatan bukan sawah. Alih fungsi lahan sebagian besar
untuk kegiatan pembangunan perumahan dan sarana publik.
Fenomena alih fungsi lahan pertanian sudah menjadi perhatian semua pihak. Penelitian
yang dilakukan Winoto (2005) menunjukkan bahwa sekitar 187.720 Ha sawah beralih fungsi ke
penggunaan lain setiap tahunnya, terutama di Pulau Jawa. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukkan total lahan sawah beririgasi seluas 7,3 juta Ha dan hanya sekitar 4,2 juta Ha
(57,6%) yang dapat dipertahankan fungsinya sedang sisanya sekitar 3,01 juta HA (42,4%)
terancam beralih fungsi ke penggunaan lain.
Menurut Irawan (2005),ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Pertama,
sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan,
maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri
dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain
atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga
lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.
Alih-fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah
seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan
bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan
dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialih-fungsikan menjadi lahan usaha lain. Selain
dampak negatif alih-fungsi lahan hutan juga memiliki dampak positif, dimana dampak positif
dari alih-fungsi lahan hutan ini adalah dapat memperluas lahan pertanian dimana dengan
memperluasnya lahan pertanian ini dapat meningkatkan pendapatan petani, selain itu dapat
mendukung program ketahanan pangan karena hasil pertanian yang dihasilkan semakin banyak
dan beranekaragam.
Sedangkan alih fungsi lahan sawah ke penggunaan nonpertanian dapat berdampak
terhadap turunnya produksi pertanian, serta akan berdampak pada dimensi yang lebih luas
dimana berkaitan dengan aspek-aspek perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya, dan politik
masyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmanto, dkk (2002), ditinjau dari aspek
produksi, kerugian akibat alih fungsi lahan sawah di Jawa selama kurun waktu 18 tahun (19811998) diperkirakan telah menyebabkan hilangnya produksi beras sekitar 1,7 juta ton/tahun atau
sebanding dengan jumlah impor beras tahun 1984-1997 yang berkisar antara 1,5- 2,5 juta
ton/tahun.
Alih fungsi lahan sawah juga menyebabkan hilangnya kesempatan petani memperoleh
pendapatan dari usahataninya. Dalam penelitian Rahmanto, dkk (2002) juga menyebutkan,

hilangnya pendapatan dari usahatani sawah di Jawa Barat dan Jawa Timur mencapai Rp 1,5 - Rp
2 juta/Ha/tahun dan kehilangan kesempatan kerja mencapai kisaran 300 - 480 HOK/Ha/tahun.
Perolehan pendapatan pengusaha traktor dan penggilingan padi juga ikut berkurang, masingmasing sebesar Rp 46 - Rp 91 ribu dan Rp 45 - Rp 114 ribu/Ha/tahun akibat terjadinya alih
fungsi lahan. Oleh karena itu melihat fenomena yang ada terkait dengan alih fungsi hutan
menjadi lahan perkebuan dan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian, maka perlu
adanya sebuah kegiatan penulisan makalah tentang Alih Fungsi Lahan dan Erosi.
I.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah meliputi beberapa hal diantaranya:
1. Mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya alih fungsi hutan menjadi lahan
perkebuan dan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian
2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat alih fungsi hutan menjadi lahan perkebuan dan
alih fungsi lahan sawah menjadi lahan non pertanian bagi masa depan pertania.
3. Mengetahui strategi pengendalian alih fungsi lahan demi terciptanya pertanian yang
berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Cetakan Ketiga (revisi).
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Suwardjono, 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan (Edisi III). Yogyakarta:
BPFE.
Lestari, T. 2009. Dampak Konversi Lahan Pertanian Bagi Taraf Hidup Petani. Skripsi.
Bogor. Institut Pertanian Bogor. http://kolokiumkpmipb.wordpress.com diakses 16 Maret 2011.
Irawan, Bambang. 2005. Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya, dan
Faktor Determinan. Bogor: Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.
Wibowo, S.C. 1996. Analisis Pola Konversi Sawah Serta Dampaknya Terhadap Produksi Beras: Studi
Kasus di Jawa Timur. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Widjanarko, B. S., dkk. 2006. Aspek Pertanahan Dalam Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian
(Sawah). Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan BPN. http://balittanah.litbang.deptan.go.id
diakses 16 Maret 2011.
Winoto, J. 2005. Kebijakan Pengendalian Alih Fungsi Tanah Pertanian dan Implementasinya. Makalah
Seminar Penanganan Konversi Lahan dan Pencapaian Lahan Pertanian Abadi. Kerjasama
Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Pusat Studi Pembangunan
Pertanian dan Pedesaan (Institut Pertanian Bogor). Jakarta.

Rahmanto, dkk, 2002. Persepei Mengenai Multifungsi Lahan Sawah dan Implikasinya Terhadap
Alih Fungsi Kepenggunaan Nonpertanian. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian. Litbang Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai

  • Samsul Huda
    Samsul Huda
    Dokumen1 halaman
    Samsul Huda
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • AWAL
    AWAL
    Dokumen2 halaman
    AWAL
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Bawel
    Bawel
    Dokumen13 halaman
    Bawel
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Ekis
    Ekis
    Dokumen16 halaman
    Ekis
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Miko Riza
    Miko Riza
    Dokumen16 halaman
    Miko Riza
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • TPP Cok
    TPP Cok
    Dokumen9 halaman
    TPP Cok
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • 157 314 1 SM
    157 314 1 SM
    Dokumen47 halaman
    157 314 1 SM
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Dokumen2 halaman
    Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal
    Resume Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Resume Jurnal
    gitta
    Belum ada peringkat
  • Miko Riza
    Miko Riza
    Dokumen16 halaman
    Miko Riza
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Pupuk
    Pupuk
    Dokumen18 halaman
    Pupuk
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Kamar
    Kamar
    Dokumen6 halaman
    Kamar
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER Lembaga Pemasaran
    KUESIONER Lembaga Pemasaran
    Dokumen5 halaman
    KUESIONER Lembaga Pemasaran
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Buku Ayas Sam
    Buku Ayas Sam
    Dokumen76 halaman
    Buku Ayas Sam
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Luas Panen
    Luas Panen
    Dokumen10 halaman
    Luas Panen
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat