Anda di halaman 1dari 16

EKONOMI ISLAM

Konsep dan Implementasi Konsumsi dan Perilaku Konsumen Dalam


Ekonomi Islam

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Diana Novitasari (201610190511008)

Dina Falesta (201610190511042)

Panji Eka Putra (201610190511028)

D-III KEUANGAN DAN PERBANKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2017
Kata Pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, karena berkat limpahan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini yang merupakan
salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Islam.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa karya ini masih jauh dari


kesempurnaan dan banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisan maupun
pembahasan, oleh karena itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan karya ini. Semoga Allah Subhanahu wa
Taala senantiasa meridhai segala usaha kita. Amiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR.............................................................................. I

DAFTAR ISI........................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................
B. Permasalahan...............................................................................
C. Tujuan..........................................................................................
D. Manfaat........................................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsumsi.....................................................................................
B. Hukum utilitas dan mashlahah....................................................
C. Konsep maslhahah dalam perilaku konsumen islami.................

BAB III PEMBAHASAN

A. Konsep penting dalam implementasi konsumsi..........................

B. Hukum ultilitas dan mashlahah...................................................


C. Konsep maslhahah dalam perilaku konsumen islami.................

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..................................................................................
B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................
BAB I

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari persoalan ekonomi. Dalam


ekonomi konvensional, sebagaimana istilah bahwasanya ilmu ekonomi pada
dasarnya mempelajari tentang upaya manusia, baik sebagai individu maupun
masyarakat (konsumen) dalam rangka melakukan pilihan penggunaan sumber
daya yang terbatas guna memenuhi kebutuhan akan barang dan jasa. Perilaku
penggunaan sumber daya yang tidak tepat mengakibatkan kelangkaan akan barang
dan jasa. Kelangkaan timbul jika perilaku atas kebutuhan (keinginan) seseorang
atau masyarakat ternyata lebih besar dibandingkan tersedianya barang dan jasa
yang ada. Sehingga kelangkaan ini muncul apabila tidak cukup barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan (keinginan).

Meningkatnya kebutuhan (keinginan) menjadikan tidak seimbangnya


perputaran ekonomi yang ada terhadap ketersediaan barang atau jasa dan ketika
melihat Ilmu ekonomi konvensional tampaknya tidak membedakan antara
kebutuhan dan keinginan. Karena keduanya memberikan dampak yang sama bila
tidak terpenuhi. Dalam pandangan ekonomi islam, Imam al-Ghazali telah
membedakan antara keinginan (ragh bah dan syahwat) dan kebutuhan (hajat),
sesuatu yang tampaknya dipersampingkan sebenarnya memiliki konsekuensi
terhadap implementasi konsumsi yang tidak terlepas dari perilaku konsumen. Dari
pemilahan antara keinginan dan kebutuhan akan sangat terlihat betapa bedanya
ilmu ekonomi Islam dengan ilmu ekonomi konvensional. Menurut Imam al-
Ghazali kebutuhan (hajat) adalah keinginan manusia untuk mendapatkan sesuatu
yang diperlukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya dan
menjalankan fungsinya. Contohnya dalam hal kebutuhan akan pakaian dan
makanan. kebutuhan pakaian untuk melindungi panas dan dingin serta kebutuhan
makanan adalah untuk menghilangkan kelaparan dan melangsungkan kehidupan.
Manusia harus memahami bahwa tujuan utama diciptakannya nafsu ingin
makan adalah untuk menggerakkannya mencari makanan dalam rangka menutup
kelaparan sehingga fisik manusia tetap sehat dan mampu menjalankan fungsinya
secara optimal sebagai hamba Allah yang beribadah kepadaNya. Kepemahan
untuk beribadah tentunya harus selaras dengan perilaku menjadi konsumen yakni
tidak berlebihan khususnya dari segi keinginan. Di sinilah letak perbedaan
fundamental yang melandasi ekonomi Islam dan ekonomi konvensional. Islam
selalu mengaitkan kegiatan memenuhi kebutuhan dengan tujuan utama manusia
diciptakan sesuai syariat Islam.

B. Rumusan masalah

Hal-hal yang akan penulis uraikan dalam penulisan ini yaitu:

1. Apa konsep penting dalam implementasi konsumsi?


2. Apa hukum utilitas dan mashlahah?
3. Apa konsep maslahah dalam perilaku konsumen islami?

C. Batasan masalah
Agar penulisan makalah ini tidak menyimpang dari tujuan yang semula
direncanakan sehingga mempermudah mendapatkan data dan informasi
yang diperlukan, maka penulis menetapkan batasan-batasan sebagai
berikut:
1. Konsep penting dalam implementasi konsumsi
2. Hukum utilitas dan mashlahah
3. Konsep Maslahah dalam Prilaku Konsumen islam
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Sebagai referensi pembelajaran bagi mahasiswa UMM mengenai
pembahasan tentang konsep dan implmentasi konsumsi dan perilaku
konsumen dalam ekonomi islam
2. Karya ini dapat dijadikan media untuk menambah ilmu pengetahuan
para mahasiswa UMM

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsumsi
Menurut Pusat pengkajian dan pengembangan ekonomi islam(P3EI)
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (2008: 127), Dalam ekonomi
konvensional konsusikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan
(utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa berarti berguna
(usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan (advantage).
Dalam ekonomi utility dapat diartikan kemanfaatan bagi konsumen ketika
dikonsumsi sehingga menimbulkan rasa puas. Jika menggunakan teori
konvensional, konsumen diasumsikan menginginkan tingkat kepuasan
yang tinggi. Seorang konsumen akan memilih barang atau membeli barang
yang dibutukan dengan tingkat kepuasan yang tinggi namun untuk
memenuhi kebutuhannya itu harus melihat dana atau anggaran yang
dimiliki. Semua perilaku konsumsi tentu tidak dapat diterima begitu saja
dalam ekonomi islam. Dalam konsumsi islam atau dalam ajaran islam
selalu berpedoman pada ajaran islam. Dalam hadis disampaikan bahwa
setiap muslim wajib membagi makanan yang dimasaknya kepda
tetangganya yang merasakan bau dari masakanya. Selanjutnya juga,
diharamkan bagi seorang muslim hidup dalam keadaan serba berkelebihan
sementara ada tetangganya yang menderita kelaparan.
B. Hukum utilitas dan mashlahah
Menurut hukum penurunan utilitas marginal, Pusat pengkajian dan
pengembangan ekonomi islam (P3EI) Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta (2008: 145), Hukum ini mengatakan bahwa jika seseorang
mengonsumsi barang yang sama dengan berulang-ulang, maka nilai
tambahan kepuasan dari konsumsi berikutnya akan semakin menurun. Hal
ini terjadi karena munculnya rasa bosan dan seterusnya akan menjadi rasa
kejenuhan, bukanya mendapat kepuasan yang lebih tapi konsumen yang
bersangkutan akan melahirkan rasa kurang senang. Hukum tersebut tidak
selamanya berlaku pada mashlahah. Mashlahah tidak semuanya dapat
dirasakan secara langsung, terutama mashlahah akhirat atau berkah yang
berupa pahala. Jika tingkat konsumsi yang berlebihan maka akan terjadi
kelangkaan karena kebuuhan manusia terbatas dan mashlahah duniawi
akan menurun.
C. Konsep maslhahah dalam perilaku konsumen islami

Imam Shatibi menggunakan istilah 'maslahah', yang maknanya lebih luas


dari sekadarutility atau kepuasan dalam terminologi ekonomi
konvensional. Maslahah merupakan tujuan hukum syara' yang paling
utama.Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah sifat atau kemampuan
barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan dasar dari
kehidupan manusia di muka bumi ini (Khan dan Ghifari, 1992). Ada lima
elemen dasar menurut beliau, yakni: kehidupan atau jiwa (al-nafs),
properti atau harta benda (al mal), keyakinan (al-din), intelektual (al-aql),
dan keluarga atau keturunan (al-nasl). Semua barang dan jasa yang
mendukung tercapainya dan terpeliharanya kelima elemen tersebut di atas
pada setiap individu, itulah yang disebut maslahah.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Konsep penting dalam implementasi konsumsi


Pada dasarnya konsumen mengkonsumsi memilih barang dan jasa yang
memberikan nilai kepuasan maksimum. Hal ini sesuai rasionalitas islami
bahwa setiap perilaku ekonomi selalu meningkatkan kepuasaan yang
tinggi. Setiap konsumn memiliki keyakinan bahwa ada kehidupan dan
pembalasan yang adil diakhirat, sesuai dengan syariat-syriat islam yang
telah ditentukan Allah dan itu dapat mempengaruhi terhadap kegiatan
ekonomi. Seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan
berkah yang didapat dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Berkah akan
didapat ketika mengkonsumsi barang dan jasa yang dihalalkan oleh syariat
islam. Mengkonsumsi yang halal merupakan kepatuhan kepada Allah,
karenanya mendapatkan pahala. Pahala inilah yang merupakan berkah
dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Sebaliknya konsumen tidak akan
mengkonsumsi barang dan jasa yang haram karena tidak mendapatangkan
berkah. Mengkonsumsi barang yang haram akan mndatangkan dosa yang
akan berujung pada siksa Allah. Jadi mengkonsumsi barang yang haram
justru mmberikan berkah negatif. Dan konsumen mengkonsumsi karena
adanya, antara lain:
1. Kebutuhan dan keinginan
Ketika masyarakat menghendaki lebih banyak barang dan jasa yang
dikonsumsi maka akan timbul naiknya permintaan. Khendak seseorang
untuk membeli atau memiliki barang dan jasa tersebut bisa timbul
karena faktor kebutuhan ataupun faktor keinginan. Kebutuhan
manusia adalah segala sesuatu yang diprlukan agar manusia berfungsi
secara sempurna, berbeda dan lebih mulia dari pada makhluk-makhluk
lainya, misalnya baju sebagai penutup aurat, sepatu sebagai plindung
kaki dan lain sebagainya.sedangkan keinginan adalah terkait denga
hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum tentu akan
meningkatkan kesempurnaan fungsi manusi ataupun suatu barang.
Secara umum, pemenuhan terhadap kebuuhan akan memberikan
tambahan manfaat fisik, spiritual, itelektual ataupun material,
sedangkan pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan atau
manfaat psikis disamping manfaat lainya. Jika keinginan oelh
seseorang ,maka oemenuhan kebutuhan tersebut akan melahirkan
manfaat seklaigus kepuasan, namun jika pemenuhan kebutuha tidak
dilandasi oelh keinginan,maka hanya akan memberikan manfaat
semata.
Tabel 1
Karakteristik kebutuhan dan keinginan

Karakteristik Keinginan Kebutuhan


Sumber Hasrat (nafsu) manusia Fitrah manusi
Hasil Kepuasan Manfaat & berkah
Ukuran Preferensi atau selera Fungsi
Sifat Subjektif Objektif
Tuntunan islam Dibatasi/dikendalikan Dipenuhi

Ajaran islam tidak melarang manusia untuk memenuhi kebutuhan


ataupun keinginanya, selama pemenuhan tersebut martabat manusi
dapat meningakt. Sesuai dengan surat Al-Baqarah (2:29)

Artinya : Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi


untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-
Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Surah Al-Araf (31-32)

Artinya :
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid,
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah: "Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-
Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya
itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui.

2. Kegunaan atau kepuasan (manfaat)

Sebagaimana kebutuhan di atas, konsep manfaat ini juga tercetak


bahkan menyatu dalam konsumsi itu sendiri. Para ekonom
menyebutnya sebagai perasaan rela yang diterima oleh konsumen
ketika mengkonsumsi suatu barang. Rela yang dimaksud di sini adalah
kemampuan seorang konsumen untuk membelanjakan pendapatannya
pada berbagai jenis barang dengan tingkat harga yang berbeda.
Ada dua konsep penting yang perlu digaris bawahi dari pengertian rela
di atas, yaitu pendapatan dan harga. Kedua konsep ini saling
mempunyai interdependensi antar satu dengan yang lain, mengingat
kemampuan seseorang untuk membeli suatu barang sangat tergantung
pada pemasukan yang dimilikinya. Kesesuaian di antara keduanya
akan menciptakan kerelaan dan berpengaruh terhadap penciptaan
prilaku konsumsi itu sendiri. Konsumen yang rasional selalu
membelanjakan pendapatannya pada berbagai jenis barang dengan
tingkat harga tertentu demi mencapai batas kerelaan tertinggi.
Ayat al-Quran surat Al-Araf ayat 188:
Artinya : Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi
diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang
dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah
aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan,
dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman".
Surat Hud ayat 34 :

Artinya : Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku


hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak
menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan".
Surat Ghafir ayat 80 :

Artinya : Dan (ada lagi) manfaat-manfaat yang lain pada binatang


ternak itu untuk kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan
yang tersimpan dalam hati dengan mengendarainya. Dan kamu dapat
diangkut dengan mengendarai binatang-binatang itu dan dengan
mengendarai bahtera.
Ayat Al-Quran diatas mengisyaratkan bahwa manfaat adalah antonim
dari bahaya dan terwujudnya kemaslahatan. Sedangkan dalam
pengertian ekonominya, manfaat adalah nilai guna tertinggi pada
sebuah barang yang dikonsumsi oleh seorang konsumen pada suatu
waktu. Bahkan lebih dari itu, barang tersebut mampu memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
Jelas bahwa manfaat adalah terminologi Islam yang mencakup
kemaslahatan, faidah dan tercegahnya bahaya. Manfaat bukan sekedar
kenikmatan yang hanya bisa dirasakan oleh anggota tubuh semata,
namun lebih dari itu, manfaat merupakan cermin dari terwujudnya
kemaslahatan hakiki dan nilai guna maksimal yang tidak berpotensi
mendatangkan dampak negatif di kemudian hari.
B. Hukum ultilitas dan mashlahah
1. Hukum penurunan utilitas marjinal
Dalam konsep ekonomi konvensional, konsumen dalam mengeluarkan
uangnya diasumsikan selalu bertujuan untuk memperoleh kepuasan
(utility) dalam kegiatan konsumsinya. Utility secara bahasa berarti
berguna (usefulness), membantu (helpfulness) atau menguntungkan
(advantage). Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai
kegunaan barang yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam
mengonsumsi suatu barang. Karna rasa inilah maka sering kali utilitas
dimaknai juga sebagai rasa puas dan kepuasan yang dirasakan oleh
seorang konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi,
kepuasan dan utilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan
adalah akibat yang ditimbulkan oleh utilitas.Dalam ilmu ekonomi
konvensional dikenal adanya hukum mengenai penurunan utilitas
marginal (law of diminishing marginal utility). Hukum ini mengatakan
bahwa jika seseorang mengonsumsisuatu barang dengan frekuensi
yang di ulang-ulang, maka nilai tambahan kepuasan dari konsumsi
berikutnya akan semakin menurun. Pengertian konsumsi disini bisa
dimaknai mengonsumsi apa saja termasuk mengonsumsi waktu luang
(leisure). Hal ini berlaku juga untuk setiap kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang.Utilitas Marginal (MU) adalah tambahan kepuasan
yang diperoleh konsumen akibatnya adanya peningkatan jumlah
barang/jasa yang dikonsumsi. Untuk memberikan penggambaran yang
lebih jelas, ilustrasi di bawah ini akan menyajikan utilitas marginal
yang dimaksud.
Tabel
Frekuensi utilitas, total utilitas, dan marginal
Frekuensi Total kepuasan total Utilitas marginal
konsumsi utility (TU) (MU)
1 10 -
2 18 8
3 24 6
4 28 4
5 30 2
6 32 2
7 32 0
8 30 2

Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai utilitas marginal semakin


meurun. Penurunan ini bisa dirasakan secara intuitif, jika seseorang
mengonsumsi barang secara terus menerus secara berurutan, maka
nilai tambahan kepuasan yang diperoleh semakin menurun. Hal ini
terjadi karena munculnya masalah kebosanan yang seterusnya, kalau
berlanjut akan menjadi kejenuhan yang menyebabkan orang yang
bersangkutan bukannya merasa senang dalam mengonsumsi suatu
barang tersebut melainkan justru rasa kurang senang. Hukum
mengenai penurunan utilitas marginal tidak selamanya berlaku pada
maslahah. Dikarenakan tingkat kebutuhan manusia di dunia adalah
terbatas sehingga ketika konsumsi dilakukan secara berlebih-lebihan,
maka akan terjadi penurunan maslahah duniawinya.
C. Konsep maslhahah dalam perilaku konsumen islami

maslahah terbagi menjadi dua jenis yang pertama, maslahah terhadap


elemen-elemen yang menyangkut kehidupan dunia dan akherat. Kedua,
maslahah terhadap elemen yang menyangkut hanya kehidupan akerat.
Pada tingkat tertentu, konsumen muslim memiliki alokasi untuk hal-hal
menyangkut akhirat, akan mengkonsumsi lebih sedikit dari pada
nonmuslim. Dalam membandingkan konsep pemenuhan kebutuhan yang
terkandung didalamnya maslahah, perlu membandingkan tingkatan-
tingkatan tujuan hukum syariah yakni :
1. Daruriyyah
Tujuan daruriyyah merupakan tujuan yang harus ada dan
mendasar bagi penciptaan kesejahteraan di dunia dan akhirat
yaitu mencakup terpeliharanya lima elemen dasar kehidupan
yakni jiwa, keyakinan, agama, akal dan keturunan serta harta
benda. Jika tujuan ini diabaikan maka tidak akan ada
kedamaian dan akan timbul kerusakan dan kerugian di dunia
dan akhirat.
2. Hajiyyah
Hokum syara dalam kategori ini dimaksudkan untuk lebih
berhati-hati dalam pemenuhan konsumsi seorang muslim.
3. Tahsiniyyah
Syariah menghendaki kehidupan yang indah dan nyaman di
dalamnya. Tujuannya untuk mencapai pemanfaatan yang lebih
baik, keindahan dari daruriyyah dan hajiyyah.
Sebagai misal, seorang konsumen yang memperhatikan prinsip kecukupan
(sufficiency) dalam membeli barang, artinya ia akan berusaha untuk membeli
sejumlah barang/jasa sehingga kebutuhan minimalnya tercukupi. Misalnya ada
dua orang konsumen, yaitu Hindun dan Zaid, dan karena adanya musim paceklik,
maka beras yang mampu disediakan produsen beras hanya 100 kg per mingggu.
Hindun biasanya membutuhkan beras 70 kg per minggu dan Zaid membutuhkan
70 kg per minggu. Jika kemudian Hindun dan Zaid masing-masing hanya
memikirkan kecukupan kebutuhannya masing-masing, maka mereka akan
bersaing untuk mendapatkan beras sebanyak-banyaknya, dan pada akhirnya
meraka yang mampu menawar dengan harga lebih tinggi akan mendapatkan beras
terlebih dahulu (sejumlah 70 kg) dan yang lain akan mendapatkan sisanya
(sisanya 30 kg. Dalam hal ini, Zaid dan Hidun akan mendapatkan manfaat
(duniawi) sejumlah beras yang ia beli, yaitu sejumlah 100 kg untuk berdua,
meskipun sebagian mendapatkan 30 kg dan yang lain mendapatkan 70 kg.
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa keduanya hanya akan mendapatkan
keberkahan minimal, karena mereka masing-masing tidak memiliki niatan untuk
beramal ketika melakukan konsumsi.
Jika Zaid dan Hindun juga berpikir untuk membantu orang lain ketika
mereka berbelanja, maka mereka akan saling memikirkan agar tidak merugikan
konsumen lainnya. Dalam hal ini mereka, Hindun maupun Zaid, akan
mempertimbangkan membeli beras sejumlah tertentu sehingga jangan sampai ada
konsumen beras yang terhalangi membeli beras karenya. Oleh karena itu, mereka
akan rela mengorbankan sebagian kepentingannya untuk orang lain, misalnya
Hidun hanya akan membeli beras sejumlah 50 kg saja dengan tujuan untuk
memberi kesempatan lain (Zaid) mendapatkan beras sejumlah yang yang cukup
(50 kg). Dalam hal ini, Islam Hindun akan mendapatkan berkah karena telah
berniat menolong orang lain meskipun ia harus mengorbankan manfaat (duniawi)
yang ia peroleh. Hal ini akan dilakukan karena besarnya maslahah total dipandang
lebih besar ketika ia membeli beras 50 kg dengan niatan menolong orang lain
daripada ketika ia membeli 70 kg untuk kepentingan dirinya sendiri.
Dua contoh di atas menunjukkan bahwa manfaat dan berkah hanya akan
diperoleh ketika prinsip dan nilai-nilai Islam bersama-sama diterapkan dalam
perilaku ekonomi.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Konsep konsumsi dalam ekonomi syariah pada dasarnya konsumsi
dibangun atas dua hal, yaitu : kebutuhan (hajat) dan kegunaan atau kepuasan
(manfaat).
Prinsip dan dasar konsumsi dalam ekonomi syariah dari kalangan
konsumen muslim yang berkomitmen dengan kaidah-kaidah atau prinsip dasar
dan hokum-hukum yang disampaikan dalam syariat untuk mengatur konsumsi
agar mencapai kemanfaatan konsumsi seoptimal mungkin dan mencegah
penyelewengan dari jalan kebenaran dan dampak madharatnya baik bagi
konsumen sendiri maupun yang selainnya

Saran
Meskipun penulisan menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan penulis untuk perbaikan ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII, 2013, Ekonomi
Islam, Jakarta:Rajawali Pers.(Kerjasama UII dengan BI)
http://makalahekonomiku.blogspot.co.id//2016/08/prilaku-konsumen-dalam-
pandangan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai

  • Samsul Huda
    Samsul Huda
    Dokumen1 halaman
    Samsul Huda
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • TPP Cok
    TPP Cok
    Dokumen9 halaman
    TPP Cok
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Bawel
    Bawel
    Dokumen13 halaman
    Bawel
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • AWAL
    AWAL
    Dokumen2 halaman
    AWAL
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • 157 314 1 SM
    157 314 1 SM
    Dokumen47 halaman
    157 314 1 SM
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Miko Riza
    Miko Riza
    Dokumen16 halaman
    Miko Riza
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Dokumen2 halaman
    Resume Jurnal Teknologi Pupuk Pemupukan
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Miko Riza
    Miko Riza
    Dokumen16 halaman
    Miko Riza
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Kamar
    Kamar
    Dokumen6 halaman
    Kamar
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Resume Jurnal
    Resume Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Resume Jurnal
    gitta
    Belum ada peringkat
  • Pupuk
    Pupuk
    Dokumen18 halaman
    Pupuk
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Penda Hulu An
    Penda Hulu An
    Dokumen4 halaman
    Penda Hulu An
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER Lembaga Pemasaran
    KUESIONER Lembaga Pemasaran
    Dokumen5 halaman
    KUESIONER Lembaga Pemasaran
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Buku Ayas Sam
    Buku Ayas Sam
    Dokumen76 halaman
    Buku Ayas Sam
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat
  • Luas Panen
    Luas Panen
    Dokumen10 halaman
    Luas Panen
    Ank Rantau
    Belum ada peringkat