Anda di halaman 1dari 5

Telat dan Mendapati Imam Tasyahud Akhir

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts Al Ilmiyyah, Komisi Fatwa Saudi Arabia ditanya,
Barangsiapa mendapati tasyahud akhir sebelum imam salam, apakah ia dianggap mendapatkan
keutamaan shalat jamaah atau ia terhitung mendapatkan pahala shalat sendiri? Mana yang
afdhol ketika seseorang masuk masjid dan imam berada di tasyahud akhir, apakah ia
menyempurnakan tasyahud atau afdholnya ia menunggu orang lain datang dan ia shalat
bersamanya?
Jawaban para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah,
Barangsiapa yang mendapati imam tasyahud akhir dalam shalat, maka ia tidak dianggap
mendapatkan shalat jamaah. Akah tetapi ia mendapati pahala sesuai dengan kadar yang ia dapati
imam saat itu. Seseorang baru dikatakan mendapatkan jamaah ketika ia mendapatkan minimal
satu rakaat. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa mendapati satu rakaat dari shalat, maka ia berarti mendapati shalat. (HR.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dll). Namun yang afdhol baginya, ketika ia telat, ia tetap ikuti imam.
Hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

Apa saja gerakan imam yang kalian dapati, maka ikutilah (shalatlah). Sedangkan yang luput
bagi kalian, maka sempurnakanlah. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dll)

3 Hal yang Tidak Mungkin :


1. Tidak mungkin Hidup tanpa dosa : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, bersabda dalam
hadits qudsy, Allah taala berfirman (yang artinya),

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di siang dan malam hari, dan Aku
akan mengampuni seluruh dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni
dosa-dosa kalian (HR. Muslim)
2. Tidak mungkin tidak berbuat dosa lagi setelah bertaubat : Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam pernah bercerita tentang kisah Nabi Adam, beliau mengatakan,

Adam telah melanggar larangan Allah, maka anak keturunannya pun juga akan melanggar
larangan Allah. Adam telah lupa, maka anak keturunannya pun juga akan lupa. Adam telah
berbuat dosa, maka anak keturunannya pun juga berbuat dosa (HR. Tirmidzi, hasan shahih)
3. Tidak mungkin Allah SWT tidak mengampuni dosa : Allah Taala berfirman (yang
artinya),

Katakanlah, wahai para hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri-diri mereka sendiri,
Janganlah kalian putus asa terhadap rahmat dari Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh
dosa, sungguh Dialah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Az Zumar : 53)

JADI ORANG BAIK DAN


BENAR
JAGA IMAN - DIRIKAN
SHALAT
JAGA AKHLAQ
TUTUPLAH AURAT
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak
melaknat, bukan orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok
omongannya. [HSR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain]

Benarnya Iman Memudahkan Terkabulnya Doa


Pahamilah bahwa doa itu mudah terkabul jika keimanan seseorang itu benar. Jika iman pada
Allah itu keliru, itulah yang menyebabkan doanya sulit terkabul. Jadi perbaikilah iman agar
mudah diijabi doa.
Allah Taala berfirman,

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya
Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al Baqarah: 186)
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Ada ulama yang mengatakan bahwa terkabulnya doa
dilihat dari benarnya akidah atau keimanan seseorang sebagaimana yang namanya ketaatan pun
demikian. Allah pun menyebut iman dalam membawakan konteks doa,

Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku.
Ketaatan dan ibadah adalah maslahat untuk hamba yang dapat mengantarkan mereka pada
kebahagiaan dan keselamatan. Namun
isi doa yang diminta kadang bermanfaat dan kadang berbahaya. Allah Taala berfirman,




Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah
manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. Al Isra': 11).


Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka
untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. (QS. Yunus: 11) (Majmuatul
Fatawa, 14: 33-34).

Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa -pertama- taat pada Allah dalam ibadah dan meminta padaNya, juga -kedua- beriman pada rububiyah dan uluhiyah-Nya, yaitu Allah diyakini sebagai Rabb
dan ilah (sesembahan), itulah yang disyaratkan dalam terkabulnya doa.

Anda mungkin juga menyukai