Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PRIBADI
NAMA

: Tn, Eben Ezer

JENIS KELAMIN

: Laki-laki

USIA

: 23 tahun

SUKU BANGSA

: INA / Batak

AGAMA

: Kristen

ALAMAT

: MKGR, Blok Berkah 15

STATUS

: Belum Menikah

PEKERJAAN

: Buruh Pabrik Assembling

TANGGAL MASUK

: 4 April 2016

TANGGAL KELUAR

:-

ANAMNESIS / ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama

: Sakit Pinggang kiri

Telaah

Pasien datang ke Poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April 2016 dengan nyeri di bagian
punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Keluhan diawali pasien setelah jatuh dari kamar mandi
dan 1 tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami KLL dan jatuh dengan posisi terduduk. Nyeri
dirasakan memberat 1 minggu ini. Keluhan disertai dengan kaki sebelah kiri serasa lemah dan kaki sakit
kalau digerakkan.. OS juga menyangkal adanya sakit kepala, kebas pada anggota gerak tubuh. BAK dan
BAB normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu

:-

Riwayat Pengguna Obat

:-

ANAMNESIS TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius

: Normal

Traktus Respiratorius

: Normal

Traktus Digestivus

: Normal

Traktus Urogenitalis

: Normal

Penyakit Terdahulu & Kecelakaan

:-

Intoksikasi & Obat-obatan

:-

ANAMNESIS KELUARGA
Faktor Herediter

:-

Faktor Familier

:-

Lain-lain

:-

ANAMNESIS SOSIAL
Kebiasaan olahraga

: Jarang

Imunisasi

: Tidak Ditanyakan

Pendidikan

: SMK

Pekerjaan

: Buruh Pabrik Assembling(duduk/berdiri lama-lama)

Kebiasaan merokok

: 1 bungkus sehari
2

PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM

GCS

: E4M6V5

Tekanan Darah

: 120/80 mmhg

Nadi

: 96 x/menit

Frekuensi Nafas

: 20 x/menit

Temperatur

: 36,9 C

Kulit dan Selaput Lendir

: Normal

Kelenjar dan Getah Bening

: Normal

Persendian

: Normal

Visual Analogue Scale (VAS)

:3

10

Berat badan

: 68 kg

Tinggi badan

: 167 cm

IMT

: 24.4(normal)

KEPALA DAN LEHER


Bentuk dan Posisi

: Normal

Pergerakan

: Normal

Kelainan Panca Indera

: Normal

Kelenjar Parotis

: Normal

Desah

:-

Dan Lain-lain

:-

RONGGA DADA DAN ABDOMEN

Rongga Dada

Abdomen

Inspeksi

: Normal

Normal

Perkusi

: Normal

Normal
3

Palpasi

: Normal

Normal

Auskultasi

: Normal

Normal

GENITALIA
Toucher

: Tidak Dilakukan

STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM

: Compos Mentis

KARNIUM
Bentuk

: Bulat

Fontanella

: Tertutup

Palpasi

:+

Perkusi

: Cracked Pot Sign (-)

Auskultasi

:-

Transiluminasi

: Tidak Dilakukan

PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk

: Negatif (-)

Tanda kernig

: Negatif (-)

Tanda Laseque

: Negatif (-)

Tanda Brudzinski I

: Negatif (-)

Tanda Brudzinski II

: Negatif (-)

PENINGKATAN TEKANAN INTRAKRANIAL


Muntah

:-

Sakit Kepala

:-

Kejang

:-

SARAF OTAK / NERVUS KRANIALIS


NERVUS I

Meatus Nasi Dextra

Meatus Nasi Sinistra

Normosmia

: Normal

Normal

Anosmia

:-

Parosmia

:-

Hiposmia

:-

NERVUS II

Oculi Dextra

Oculi Sinistra

Visus

: Normal

Normal

: Normal
:::-

Normal
-

:+

Lapang pandang

Normal
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma

Refleks Ancaman
Fundus Oculi

Warna
Batas
Ekskavasio
Arteri
Vena

: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan

NERVUS III, IV, VI

Oculi Dextra (OD)

Oculi Sinistra (OS)

Gerakan Bola Mata

: Normal

Normal

Nistagmus

:-

Pupil

Lebar
: Isokor
Bentuk
: Bulat
Refleks Cahaya Langsung
: Miosis
Refleks Cahaya Tidak Langsung: Normal
Rima Palpebra
: Normal
Deviasi Konjugate
:Fenomena Dolls Eye
:Strabismus
:-

Isokor
Bulat
Miosis
Normal
Normal
-

NERVUS V

Kanan

Kiri

Motorik

Membuka dan Menutup Mulut : Normal


Palpasi Otot Maseter&Temporalis: Normal
Kekuatan Gigitan
: Normal

Normal
Normal
Normal

Sensorik

Kulit
Selaput Lendir

: Normal
: Normal

Normal
Normal

:+
:+

+
+

Refleks Kornea

Langsung
Tidak Langsung

Refleks Maseter

: Normal

Refleks Bersin

: Normal

NERVUS VII

Kanan

Kiri

Motorik

Mimik
Kerut Kening
Menutup Mata
Meniup Sekuatnya
Memperlihatkan Gigi
Tertawa

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Sensorik

Pengecapan 2/3 Depan Lidah


Produksi Kelenjar Ludah
Hiperakusis
Refleks Stapedial

NERVUS VIII

: Normal
: Normal
::+

Normal
Normal
+

Kanan

Kiri

: Normal
: Tidak Dilakukan

Normal

Auditorius

Pendengaran
Test Rinne

Test Weber
Test Schwabach

: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan

Vestibularis

Nistagmus
Reaksi Kalori
Vertigo
Tinnitus

:: Tidak Dilakukan
::-

NERVUS IX, X
Pallatum Mole

: Normal

Uvula

: Normal / Medial

Disfagia

:-

Disartria

:-

Disfonia

:-

Refleks Muntah

:+

Pengecapan 1/3 Belakang Lidah

: Normal

NERVUS XI
Mengangkat Bahu

:+

Fungsi Otot Sternocleidomastoideus

: Normal

NERVUS XII
Lidah

Tremor
Atrofi
Fasikulasi

:::-

Ujung Lidah Sewaktu Istirahat

: Normal

Ujung Lidah Sewaktu Dijulurkan

: Normal

SISTEM MOTORIK
Trofi

:7

Kekuatan Otot

Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring)

: Terganggu pada posisi duduk dan berdiri

Gerakan Spontan Abnormal

Tremor
Khorea
Ballismus
Mioklonus
Atetosis
Distonia
Spasme
Tic
Dan lain-lain

::::::: Otot Pinggang


::-

TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif

: Normal

Propioseptif

: Normal

Fungsi Kortikal untukn Sensibilitas

Stereognosis
Pengenalan Dua Titik
Grafestesia

REFLEKS

: Normal
: Normal
: Normal

Kanan

Kiri

: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

:-

Refleks Fisiologis

Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR
Strumple

Refleks Patologis

Babinski

Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman Tromner
Klonus Lutut
Klonus Kaki

Refleks Primitif

:::::::-

: Normal

KOORDINASI
Lenggang

: Normal

Bicara

: Normal

Menulis

: Normal

Percobaan Apraksia

:-

Mimik

: Normal

Test Telunjuk-Telunjuk

: Normal

Test Telunjuk-Hidung

: Normal

Diadokhokinesia

: Normal

Test Tumit-Lutut

: Normal

Test Romberg

: Tidak Dilakukan

VEGETATIF
Vasomotorik

: Normal

Sudomotorik

: Normal

Pilo Erektor

: Tidak Dilakukan

Miksi

: Normal

Defekasi

: Normal

Potensi dan Libido

: Normal

VERTEBRAE
Bentuk

Normal

: Normal
9

Scoliosis
Hiperlordosis

::-

Pergerakan

Leher
Pinggang

: Normal
: Terganggu

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Laseque

:-

Cross Laseque

:-

Test Lhermitte

: Tidak Dilakukan

Valsava maneuver

:-

GEJALA GEJALA SEREBERAL


Ataksia

:-

Disartria

:-

Tremor

:-

Nistagmus

:-

Fenomena Rebound

:-

Vertigo

:-

Dan Lain-lain

:-

GEJALA GEJALA EKSTRAPIRAMIDAL


Tremor

:-

Rigiditas

:-

Bradikinesia

:-

Dan Lain-lain

:-

FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif

: Baik
10

Ingatan Baru

: Baik

Ingatan Lama

: Baik

Orientasi

Diri
Tempat
Waktu
Situasi

: Baik
: Baik
: Baik
: Baik

Intelegensia

: Normal

Daya Pertimbangan

: Baik

Reaksi Emosi

: Normal

Afasia

Ekspresif
Represif

Apraksia

: Normal
: Normal
:-

Agnosia

Agnosia Visual
Agnosia Jari-jari
Akalkulia
Disorientasi Kanan-Kiri

::::-

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Foto Rontgen (Foto Lumbal Sacral AP Lateral)

11

AP position

Lateral Position

Aligment Vertebrae Lumbo Sacral Baik.


Foramen Intervertebrae Baik.
Discus, Pedicle, processus Normal.
Kesan : Tak Tampak Kelainan.

RESUME
Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April
2016 dengan keluhan nyeri di bagian punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Keluhan diawali
pasien setelah jatuh dari kamar mandi dan 1 tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami KLL dan jatuh
dengan posisi terduduk. Keluhan disertai dengan kaki sebelah kiri serasa lemah dan kaki kalau
digerakkan.. OS juga menyangkal adanya sakit kepala, kebas pada anggota gerak tubuh. BAK dan BAB
normal. GCS E4M6V5, Tensi 120/80, Respiration rate 20X/menit, Naid 70x/menit, VAS =3. Dari
pemeriksaan fisik, Pasien mengalami spasme pada otot pinggang, disertai kelemahan motorik pada kaki
kiri dan terlihat pasien mengalami ketidak nyamanan dalam posisi duduk dan berdiri. Dilakukan
pemeriksaan penunjang foto roentgen lumbosacral AP Lateral dengan kesan tak tampak kelainan.
DIAGNOSA BANDING

LBP(Low Back Pain) et causa Fracture

LBP (Low Back Pain) et causa spasmae otot

LBP(Low Back Pain) et causa HNP

DIAGNOSA KLINIS

DIAGNOSA FUNGSIONAL

: Low Back pain

DIAGNOSA ETIOLOGIK

: Low Back pain et causa Trauma

DIAGNOSA ANATOMIK

: Low Back Pain (lumbago)

DIAGNOSA KERJA

: Low Back pain et causa Trauma

PENATALAKSANAAN

12

Gabapentin 2x1

Paracetamol 2x1

Esperison 2x1

Triamnisolon 2x1

Edukasi

Waktu beraktivitas:
Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu mengangkat barang
terlalu berat.
Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk sebentar.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada
lutut.
Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dari paha.
Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung
kursi.
Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki menyentuh
lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki.

PROGNOSIS

Ad sanactionam dubia ad bonam


13

Ad functionam Ad bonam
Ad vitam Ad bonam

Pembahasan
Pasien datang ke Poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April 2016 dengan nyeri di bagian
punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Dari keluhan utama Pasien mengalami nyeri punggung
sehingga dia didiagnosis dengan Low Back Pain (LBP) sebagai diagnose kerja dan secara epidemiologi
kejadian angka terjadinya LBP terbanyak pada usia terbanyak pada usia 45-65 tahun, namun tidak

menutup kemungkinan ia dapat terjadi pada usia yang lebih muda, seperti pada pasien kita yang
berumur 23 tahun. Secara gender penyakit LBP memiliki prevalensi yang sama antara
perempuan dan laki-laki, hanya saja pada perempuan semakin tua maka mereka lebih memiliki
peluang untuk mengalami LBP ketimbang laki-laki mengingat faktor hormonal(Main, 2002).
Peluang untuk terjadi LBP sangat terkait dengan pekerjaan seseorang. Jenis pekerjaan yang
bersifat mengangkat beban, kegiatan kerja yang monoton, pekerjaan yang membutuhkan duduk
dan berdiri terlalu lama dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya LBP(trianggoro, 2013).
Pada pasien kita didapati ia merupakan buruh pabrik swasta yang dimana ia bekerja sebagai
tenaga assembling yang dimana ia diharuskan duduk dan kadang kalanya berdiri terlalu lama
untuk merakit (assembling) barang. Kebiasaan hidup dapat menjadi faktor penentu apakah
seseorang dapat berisiko terkena LBP, kebiasaan seperti merokok dan kurang berorahraga yang
ditemukan pada pasien kita memberikan kontribusi tambahan untuk dapat terjadinya LBP.
Pada pasien-pasien dengan LBP kita perlu melihat kehadiran Red flag, Red flag adalah adanya
riwayat dan keluhan yang berpotensi memberikan kemungkinan adanya cedera spinal yang
serius, seperti onset usia <20 atau >55 tahun, Nyeri non-mekanik (tidak berhubungan dengan
waktu atau aktivitas), Nyeri thorax, riwayat karsinoma, penggunaan steroid, HIV, Gangguan
Miksi dan BAB, Penurunan berat badan, Gejala neurologis yang luas, Deformitas struktur tulang
belakang(Furnama,2014). Pada pasien terdapat Riwayat trauma yang terjadi secara berulang
seperti terpeleset di kamar mandi dan 1 tahun sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan
lalu lintas, yang keduanya dengan mechanism of injuri pasien terduduk. Disamping dengan
adanya riwayat trauma, pasien tidak memiliki Red Flag lainnya.
Kondisi Red Flag secara sendiri-sendiri tidak memberikan makna yang signifikan terhadap
kemungkinan kondisi patologis yang serius, namun adanya red flags yang multipel akan
meningkatkan kecurigaan klinis dan menjadi indikasi untuk melakukan pemeriksaan lanjutan
(Trianggoro, 2013).Terdapat berbagai klasifikasi untuk LBP yang dimana kita dapat
menggunakan sesuai dengan tujuan tertentu seperti pada klasifikasi LBP berdasarkan
14

patofisiologi yang membagi LBP menjadi 2 yaitu Nyeri Pinggang Spesifik (Specific low back
pain) dan Nyeri Pinggang Non Spesifik (Non-specific low back pain), pembagian Klasifikasi
berdasarkan durasi(akut, sub akut dan kronis) dan pembagian LBP Untuk tujuan triage yaitu
LBP dengan tanda bahaya (red flags), LBP dengan sindroma radikuler, LBP nonspesifik.

Secara durasinya pasien kita mengalami LPB akut, dikarenaka ia mengalami nyeri berlangsung
selama 1 bulan yang dimana kategori LBP secara durasi adalah untuk yang akut <6 minggu,
kategori sub akut >6 minggu dan <3 bulan dan kategori kronis >3 bulan. Untuk pembagian triage
sendiri, terdapat tiga penggolongan, pertama LBP dengan Red flags adalah nyeri punggung yang
disertai dengan adanya riwayat dan keluhan yang dapat mengarahkan kita kepada kecurigaan
akan adanya cedera spinal yang serius sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Kategori yang kedua adalah LBP dengan sindroma radikuler, yang secara singkatnya adalah
nyeri punggung belakang yang disertai dengan syndrome radikuler yang meliputi nyeri dan
defisit sensorik pada dermatom yang sesuai, kerusakan sensasi nyeri lebih berat dibandingkan
modalitas sensorik lainnya, penurunan kekuatan otot-otot pengindikasi-segmen dan, pada kasus
yang berat dan jarang, terjadi atrofi otot, defisit refleks sesuai dengan radiks yang rusak, tidak
adanya defisit otonom (berkeringat, piloereksi,dll) dan yang terakhir adalah LBP nonspesifik
yang berarti nyeri punggung belakang yang tidak disertai dengan gejala-gejala yang spesifik
menggambarkan suatu patofisiologis tertentu atau nyeri pinggang yang tidak ditemukan adanya
gejala dan tanda neurologic. Secara umum nyeri terlokalisis pada spine dan atau paraspinal dan
tidak dijalarkan ke tungkai, sehingga dapat dikatakan tidak berhubungan dengan kompresi radiks
spinalis(Harsono, 2007)
Secara Triage pasien kita memiki 1 red flag yaitu adanya riwayat trauma yang seperti sudah
dijelaskan sebelumnya. Untuk gejala-gejala radikuler sendiri pasien kita juga mengalami
perasaan nyeri yang menjalar hingga ke kaki kiri dan kaki terasa sakit, dengan adanya penurunan
kekuatan motorik dengan nilai 4/5 namun tanpa hipethesis, tidak adanya penurunan reflek pada
ektremitas terkait. Pada pemeriksaan test Laseque, Cross Laseque, test valsava dan kompressi
didapatkan hasil negatif. Pada status lokasi yaitu punggung belakang didapatkan spasme otot
yang terasa pada pemeriksaan palpasi. Pada gesture tubuh pasien duduk dan berdiri didapatkan
kondisi pasien terlihat tidak nyaman dengan Visual analogue pain Scale 3. Untuk menyingkirkan
LBP akibat penyakit lain seperti pada masalah pada ginjal, TB, kelainan kongenital telah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisiknya namun tidak ditemukan adanya penyakitpenyakit tersebut.
Pada point ini untuk pengkategorian Triage pada pasien kita terlihat cukup rumit, sehingga kita
tetap memilih triage pada tingkatan pertama yaitu LBP dengan adanya red flag sampai terbukti

15

dengan pemeriksaan penunjang kita. Diagnosa kerja kita adalah LBP et causa trauma yang lebih
mengacu pada riwayat pasien dan klinis.
Pemeriksaan yang pertama yang dapat dilakukan dengan cepat dan murah adalah pemeriksaan
foto polos lumbosacral AP/lateral. Namun dari pemeriksaan tersebut tidak ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk segera dilakukan guna mencegah
akibat yang serius seperti pada kompressi medulla spinalis atau cauda equine atau infeksi.
Gambaran klinis yang penting pada kasus ini antara lain retensi urin, sudle anastesi, fekal
inkontinansia, atau demam. Pemeriksaan radiologi juga harus dilakukan pada kasus defisit
neurologis progresif dan berat. Perlu dipahami bahwa gambaran radiologis tidak selalu terkait
dengan gejala klinis pada pasien(Trianggoro, 2013).
Sebagaimana penjabaran sebelumnya bahwa red flag yang sendiri-sendiri tidak memberikan
makna yang signifikan terhadap kemungkinan kondisi patologis yang serius jika dibandingkan
dengan red flags multipel dan ditambah dengan hasil foto roentgen lumbosacral yang tidak
tampak kelainan. Pemeriksan penunjang radiologi lainnya seperti MRI atau CAT scan
merupakan pemeriksaan penunjang yang merupakan gold standar untuk mencari LBP kronik,
namun pada kasus kita pasien mengidap penyakit LBP akut(Trianggoro, 2013).
Sehingga untuk saat ini pasien masuk dalam kategori triage yang berikutnya yaitu nyeri
punggung bawah dengan sindroma radikuler, yang nyeri berupa nyeri radikuler dengan atau
tanpa radikulopati lumbal. Nyeri radikuler adalah nyeri neuropatik yang terasa di punggung dan
menjalar ke tungkai dengan area sempit terbatas akibat aktivasi ektopik atau deformasi mekanik
ganglion radiks dorsalis, radiks dan saraf spinal. Keadaan ini dapat dijumpai pada stenosis
foramen atau prolaps diskus intervertebralis yang secara mekanik mengganggu ganglion atau
akson saraf (Patel, 2014).
Penatalaksanaan pada pasien adalah terapi konservatif yang berupa Paracetamol 2x1 dan
Triamnisolon 2x1 sebagai antiinflamasi, Gabapentin 2x1 untuk adjuvant dan esperison 2x1 untuk
muscle relaxant. berdasakan pada acuan WHO 3 step analgesic Ladder terapi nyeri harus
berdasarkan derajat nyeri. Untuk :
1. Nyeri ringan (VAS 1-3). Terapi pada step ini menggunakan obat pilihan non - opioid,
meliputi paracetamol, NSAID, +- adjuvant
2. Nyeri sedang (VAS 4-6). Terapi pada step ini menggunakan kombinasi opioid potensi
ringan atau sedang dengan analgesik non opioid +- adjuvant
3. Nyeri Berat (VAS 7-10) . Terapi ini menggunakan opioid kuat +- non opioid +- adjuvant
Sehingga pada kasus ini sebenarnya pemberian triamnisolon tidak diperlukan apabila
berdasarkan pada teori namun barangkali berbeda secara praktisi. Tujuan terapi konservatif
adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan
meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam
waktu 6 minggu(Suryamiharja, 2000).
16

Terapi medikamentosa diberikan dengan diberikan juga edukasi pada pasien yang berupa edukasi
bagaimana penderita jangan dulu mengangkat barang terlalu berat, Bila berdiri dalam waktu
lama, selingilah dengan periode duduk sebentar, Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan
membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut, Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut
sejajar dari paha, dan edukasi lainnya terkait ergonomy tubuh. Edukasi penting bagi proses
penyembuhan pasien dan sekaligus preventif pada LBP(Sengkey, 2006).

Prognosis pada pasien ini perlu melihat adanya yellow flags, yellow flag adalah faktor-faktor
yang meningkatkan resiko untuk berkembangnya LBP akut menjadi kondisi kronik dan dapat
berakibat disabilitas jangka panjang(Main, 2002). faktor-faktor yellow flags seperti Nyeri
menjalar, terdapat riwayat nyeri hebat saat stadium akut, nyeri berhubungan dengan kerja,
psychologic distress, psychologic aspects of work dan sebagainya(Rusdi I,2003).
Pada Ad sanactionam atau apakah dapat terjadinya kekambuhan pasien kita memiliki prognosis
dubia ad bonam, tidak dapat dijamin untuk bonam dikarenakan apakah pasien mampu
menghentikan kebiasaan merokoknya, dapat menerapkan segala edukasi pada lingkungan kerja
dan apakah pasien psikis pasien mampu cope dengan nyeri pinggang dengan baik. Pada Ad
functionam adalah Ad bonam dan pada Ad vitam adalah Ad bonam.

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw Hill co. New
York. 2005: 194-212.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999; 354:581-5.
3. Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
4. Cooper PG. Low back pain.Columbia: McKesson Health Solution LLC; 2004.
5. Furnama S. Low back pain. Diakses tanggal 1 Desember 2014. Diunduh dari
http://repository.maranatha.ed/..,/3/l04l-chapter l.pdf
6. Harsono (Ed). Kapita selekta neurologi edisi kedua. Gadjah Mada University Press, 2007.
7. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono B,
Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society, Yogyakarta,
2003.
8. Low back pain. Physical therapy. Diakses tanggal 1 Desember 2014. https://uhs.berkeley.edu/
9. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
10. Main CJ, Williams AC. ABC of Psychological Medicine : Muskuloskeletal Pain. BMJ 2002,
325:534-7.

18

11. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Jakarta, 2003.
12. Miguel AJ. Dor lombar como previnir.Diakses tanggal 1 Desember 2014..Diunduh dari:
http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
13. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine
disorder. Edisi ke-5. Lippincolt;2010. p.186
14. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain. Available from:
URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis%20Management%20of%20Acute
%20Low%20Back%20Pain.htm.
15. Proper body mechanics. Piedmont. Atlanta. Diakses tanggal 1 Desember

2014.

www.piedmont.org
16. Rusdi I. Prognosis Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
17. Sadeli. Neuroimejing pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
18. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. Diktat ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
Manado: FK UNSRAT; 2006. h.79-90
19. Sjamsuhidrajad G. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004. h.756-763
20. Suryamiharja A, Meliala L. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Edisi Kedua.
Medikagama Press. Yogyakarta, 2000.
21. Trianggoro, Nyeri Punggung Bawah. 2013.Semarang: Universitas Diponegoro
22. Wheeler AH, Stubbart J. Pathophysology of chronic back pain. Up date April 13,
2006. www.emedicine.com/neuro/topic516.htm
23. Wibowo S. Farmakoterapi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
24. Wirawan. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Dalam Socnarto. Simposium
Rematik Pengenalan dan Pengelolaan Artropati Seronegatif, Bagian Penyakit Dalam FK
Undip, Semarang, 1998.
19

25. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan antara karakteristik
antropometrik kebiasaan, status psikososiati, dan gambaran radiografis responden dengan
kejadian spandilogenielow back pain. Diakses tanggal 1 Desember 2014. Diunduh dari:
joumal.unair.ac.id

20

Anda mungkin juga menyukai