IDENTITAS PRIBADI
NAMA
JENIS KELAMIN
: Laki-laki
USIA
: 23 tahun
SUKU BANGSA
: INA / Batak
AGAMA
: Kristen
ALAMAT
STATUS
: Belum Menikah
PEKERJAAN
TANGGAL MASUK
: 4 April 2016
TANGGAL KELUAR
:-
ANAMNESIS / ALLOANAMNESIS
Keluhan Utama
Telaah
Pasien datang ke Poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April 2016 dengan nyeri di bagian
punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Keluhan diawali pasien setelah jatuh dari kamar mandi
dan 1 tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami KLL dan jatuh dengan posisi terduduk. Nyeri
dirasakan memberat 1 minggu ini. Keluhan disertai dengan kaki sebelah kiri serasa lemah dan kaki sakit
kalau digerakkan.. OS juga menyangkal adanya sakit kepala, kebas pada anggota gerak tubuh. BAK dan
BAB normal.
Riwayat Penyakit Terdahulu
:-
:-
ANAMNESIS TRAKTUS
Traktus Sirkulatorius
: Normal
Traktus Respiratorius
: Normal
Traktus Digestivus
: Normal
Traktus Urogenitalis
: Normal
:-
:-
ANAMNESIS KELUARGA
Faktor Herediter
:-
Faktor Familier
:-
Lain-lain
:-
ANAMNESIS SOSIAL
Kebiasaan olahraga
: Jarang
Imunisasi
: Tidak Ditanyakan
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
Kebiasaan merokok
: 1 bungkus sehari
2
PEMERIKSAAN JASMANI
PEMERIKSAAN UMUM
GCS
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 120/80 mmhg
Nadi
: 96 x/menit
Frekuensi Nafas
: 20 x/menit
Temperatur
: 36,9 C
: Normal
: Normal
Persendian
: Normal
:3
10
Berat badan
: 68 kg
Tinggi badan
: 167 cm
IMT
: 24.4(normal)
: Normal
Pergerakan
: Normal
: Normal
Kelenjar Parotis
: Normal
Desah
:-
Dan Lain-lain
:-
Rongga Dada
Abdomen
Inspeksi
: Normal
Normal
Perkusi
: Normal
Normal
3
Palpasi
: Normal
Normal
Auskultasi
: Normal
Normal
GENITALIA
Toucher
: Tidak Dilakukan
STATUS NEUROLOGI
SENSORIUM
: Compos Mentis
KARNIUM
Bentuk
: Bulat
Fontanella
: Tertutup
Palpasi
:+
Perkusi
Auskultasi
:-
Transiluminasi
: Tidak Dilakukan
PERANGSANGAN MENINGEAL
Kaku Kuduk
: Negatif (-)
Tanda kernig
: Negatif (-)
Tanda Laseque
: Negatif (-)
Tanda Brudzinski I
: Negatif (-)
Tanda Brudzinski II
: Negatif (-)
:-
Sakit Kepala
:-
Kejang
:-
Normosmia
: Normal
Normal
Anosmia
:-
Parosmia
:-
Hiposmia
:-
NERVUS II
Oculi Dextra
Oculi Sinistra
Visus
: Normal
Normal
: Normal
:::-
Normal
-
:+
Lapang pandang
Normal
Menyempit
Hemianopsia
Scotoma
Refleks Ancaman
Fundus Oculi
Warna
Batas
Ekskavasio
Arteri
Vena
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
: Normal
Normal
Nistagmus
:-
Pupil
Lebar
: Isokor
Bentuk
: Bulat
Refleks Cahaya Langsung
: Miosis
Refleks Cahaya Tidak Langsung: Normal
Rima Palpebra
: Normal
Deviasi Konjugate
:Fenomena Dolls Eye
:Strabismus
:-
Isokor
Bulat
Miosis
Normal
Normal
-
NERVUS V
Kanan
Kiri
Motorik
Normal
Normal
Normal
Sensorik
Kulit
Selaput Lendir
: Normal
: Normal
Normal
Normal
:+
:+
+
+
Refleks Kornea
Langsung
Tidak Langsung
Refleks Maseter
: Normal
Refleks Bersin
: Normal
NERVUS VII
Kanan
Kiri
Motorik
Mimik
Kerut Kening
Menutup Mata
Meniup Sekuatnya
Memperlihatkan Gigi
Tertawa
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Sensorik
NERVUS VIII
: Normal
: Normal
::+
Normal
Normal
+
Kanan
Kiri
: Normal
: Tidak Dilakukan
Normal
Auditorius
Pendengaran
Test Rinne
Test Weber
Test Schwabach
: Tidak Dilakukan
: Tidak Dilakukan
Vestibularis
Nistagmus
Reaksi Kalori
Vertigo
Tinnitus
:: Tidak Dilakukan
::-
NERVUS IX, X
Pallatum Mole
: Normal
Uvula
: Normal / Medial
Disfagia
:-
Disartria
:-
Disfonia
:-
Refleks Muntah
:+
: Normal
NERVUS XI
Mengangkat Bahu
:+
: Normal
NERVUS XII
Lidah
Tremor
Atrofi
Fasikulasi
:::-
: Normal
: Normal
SISTEM MOTORIK
Trofi
:7
Kekuatan Otot
Sikap (Duduk-Berdiri-Berbaring)
Tremor
Khorea
Ballismus
Mioklonus
Atetosis
Distonia
Spasme
Tic
Dan lain-lain
TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif
: Normal
Propioseptif
: Normal
Stereognosis
Pengenalan Dua Titik
Grafestesia
REFLEKS
: Normal
: Normal
: Normal
Kanan
Kiri
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
:-
Refleks Fisiologis
Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR
Strumple
Refleks Patologis
Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon
Schaefer
Hoffman Tromner
Klonus Lutut
Klonus Kaki
Refleks Primitif
:::::::-
: Normal
KOORDINASI
Lenggang
: Normal
Bicara
: Normal
Menulis
: Normal
Percobaan Apraksia
:-
Mimik
: Normal
Test Telunjuk-Telunjuk
: Normal
Test Telunjuk-Hidung
: Normal
Diadokhokinesia
: Normal
Test Tumit-Lutut
: Normal
Test Romberg
: Tidak Dilakukan
VEGETATIF
Vasomotorik
: Normal
Sudomotorik
: Normal
Pilo Erektor
: Tidak Dilakukan
Miksi
: Normal
Defekasi
: Normal
: Normal
VERTEBRAE
Bentuk
Normal
: Normal
9
Scoliosis
Hiperlordosis
::-
Pergerakan
Leher
Pinggang
: Normal
: Terganggu
:-
Cross Laseque
:-
Test Lhermitte
: Tidak Dilakukan
Valsava maneuver
:-
:-
Disartria
:-
Tremor
:-
Nistagmus
:-
Fenomena Rebound
:-
Vertigo
:-
Dan Lain-lain
:-
:-
Rigiditas
:-
Bradikinesia
:-
Dan Lain-lain
:-
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif
: Baik
10
Ingatan Baru
: Baik
Ingatan Lama
: Baik
Orientasi
Diri
Tempat
Waktu
Situasi
: Baik
: Baik
: Baik
: Baik
Intelegensia
: Normal
Daya Pertimbangan
: Baik
Reaksi Emosi
: Normal
Afasia
Ekspresif
Represif
Apraksia
: Normal
: Normal
:-
Agnosia
Agnosia Visual
Agnosia Jari-jari
Akalkulia
Disorientasi Kanan-Kiri
::::-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
11
AP position
Lateral Position
RESUME
Seorang laki-laki berusia 23 tahun datang ke poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April
2016 dengan keluhan nyeri di bagian punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Keluhan diawali
pasien setelah jatuh dari kamar mandi dan 1 tahun yang lalu pasien juga pernah mengalami KLL dan jatuh
dengan posisi terduduk. Keluhan disertai dengan kaki sebelah kiri serasa lemah dan kaki kalau
digerakkan.. OS juga menyangkal adanya sakit kepala, kebas pada anggota gerak tubuh. BAK dan BAB
normal. GCS E4M6V5, Tensi 120/80, Respiration rate 20X/menit, Naid 70x/menit, VAS =3. Dari
pemeriksaan fisik, Pasien mengalami spasme pada otot pinggang, disertai kelemahan motorik pada kaki
kiri dan terlihat pasien mengalami ketidak nyamanan dalam posisi duduk dan berdiri. Dilakukan
pemeriksaan penunjang foto roentgen lumbosacral AP Lateral dengan kesan tak tampak kelainan.
DIAGNOSA BANDING
DIAGNOSA KLINIS
DIAGNOSA FUNGSIONAL
DIAGNOSA ETIOLOGIK
DIAGNOSA ANATOMIK
DIAGNOSA KERJA
PENATALAKSANAAN
12
Gabapentin 2x1
Paracetamol 2x1
Esperison 2x1
Triamnisolon 2x1
Edukasi
Waktu beraktivitas:
Dianjurkan pada saat beraktivitas penderita jangan dulu mengangkat barang
terlalu berat.
Waktu berdiri:
Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode duduk sebentar.
Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada
lutut.
Waktu berjalan:
Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk:
Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dari paha.
Bila duduk seluruh punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung
kursi.
Waktu tidur:
Sebaiknya menggunakan alas yang padat.
Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda
dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki menyentuh
lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki.
PROGNOSIS
Ad functionam Ad bonam
Ad vitam Ad bonam
Pembahasan
Pasien datang ke Poli syaraf RSUD Embung Fatimah pada tanggal 4 April 2016 dengan nyeri di bagian
punggung kiri sejak kurang lebih 1 bulan SMRS. Dari keluhan utama Pasien mengalami nyeri punggung
sehingga dia didiagnosis dengan Low Back Pain (LBP) sebagai diagnose kerja dan secara epidemiologi
kejadian angka terjadinya LBP terbanyak pada usia terbanyak pada usia 45-65 tahun, namun tidak
menutup kemungkinan ia dapat terjadi pada usia yang lebih muda, seperti pada pasien kita yang
berumur 23 tahun. Secara gender penyakit LBP memiliki prevalensi yang sama antara
perempuan dan laki-laki, hanya saja pada perempuan semakin tua maka mereka lebih memiliki
peluang untuk mengalami LBP ketimbang laki-laki mengingat faktor hormonal(Main, 2002).
Peluang untuk terjadi LBP sangat terkait dengan pekerjaan seseorang. Jenis pekerjaan yang
bersifat mengangkat beban, kegiatan kerja yang monoton, pekerjaan yang membutuhkan duduk
dan berdiri terlalu lama dapat menjadi faktor resiko untuk terjadinya LBP(trianggoro, 2013).
Pada pasien kita didapati ia merupakan buruh pabrik swasta yang dimana ia bekerja sebagai
tenaga assembling yang dimana ia diharuskan duduk dan kadang kalanya berdiri terlalu lama
untuk merakit (assembling) barang. Kebiasaan hidup dapat menjadi faktor penentu apakah
seseorang dapat berisiko terkena LBP, kebiasaan seperti merokok dan kurang berorahraga yang
ditemukan pada pasien kita memberikan kontribusi tambahan untuk dapat terjadinya LBP.
Pada pasien-pasien dengan LBP kita perlu melihat kehadiran Red flag, Red flag adalah adanya
riwayat dan keluhan yang berpotensi memberikan kemungkinan adanya cedera spinal yang
serius, seperti onset usia <20 atau >55 tahun, Nyeri non-mekanik (tidak berhubungan dengan
waktu atau aktivitas), Nyeri thorax, riwayat karsinoma, penggunaan steroid, HIV, Gangguan
Miksi dan BAB, Penurunan berat badan, Gejala neurologis yang luas, Deformitas struktur tulang
belakang(Furnama,2014). Pada pasien terdapat Riwayat trauma yang terjadi secara berulang
seperti terpeleset di kamar mandi dan 1 tahun sebelumnya pasien pernah mengalami kecelakaan
lalu lintas, yang keduanya dengan mechanism of injuri pasien terduduk. Disamping dengan
adanya riwayat trauma, pasien tidak memiliki Red Flag lainnya.
Kondisi Red Flag secara sendiri-sendiri tidak memberikan makna yang signifikan terhadap
kemungkinan kondisi patologis yang serius, namun adanya red flags yang multipel akan
meningkatkan kecurigaan klinis dan menjadi indikasi untuk melakukan pemeriksaan lanjutan
(Trianggoro, 2013).Terdapat berbagai klasifikasi untuk LBP yang dimana kita dapat
menggunakan sesuai dengan tujuan tertentu seperti pada klasifikasi LBP berdasarkan
14
patofisiologi yang membagi LBP menjadi 2 yaitu Nyeri Pinggang Spesifik (Specific low back
pain) dan Nyeri Pinggang Non Spesifik (Non-specific low back pain), pembagian Klasifikasi
berdasarkan durasi(akut, sub akut dan kronis) dan pembagian LBP Untuk tujuan triage yaitu
LBP dengan tanda bahaya (red flags), LBP dengan sindroma radikuler, LBP nonspesifik.
Secara durasinya pasien kita mengalami LPB akut, dikarenaka ia mengalami nyeri berlangsung
selama 1 bulan yang dimana kategori LBP secara durasi adalah untuk yang akut <6 minggu,
kategori sub akut >6 minggu dan <3 bulan dan kategori kronis >3 bulan. Untuk pembagian triage
sendiri, terdapat tiga penggolongan, pertama LBP dengan Red flags adalah nyeri punggung yang
disertai dengan adanya riwayat dan keluhan yang dapat mengarahkan kita kepada kecurigaan
akan adanya cedera spinal yang serius sehingga dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Kategori yang kedua adalah LBP dengan sindroma radikuler, yang secara singkatnya adalah
nyeri punggung belakang yang disertai dengan syndrome radikuler yang meliputi nyeri dan
defisit sensorik pada dermatom yang sesuai, kerusakan sensasi nyeri lebih berat dibandingkan
modalitas sensorik lainnya, penurunan kekuatan otot-otot pengindikasi-segmen dan, pada kasus
yang berat dan jarang, terjadi atrofi otot, defisit refleks sesuai dengan radiks yang rusak, tidak
adanya defisit otonom (berkeringat, piloereksi,dll) dan yang terakhir adalah LBP nonspesifik
yang berarti nyeri punggung belakang yang tidak disertai dengan gejala-gejala yang spesifik
menggambarkan suatu patofisiologis tertentu atau nyeri pinggang yang tidak ditemukan adanya
gejala dan tanda neurologic. Secara umum nyeri terlokalisis pada spine dan atau paraspinal dan
tidak dijalarkan ke tungkai, sehingga dapat dikatakan tidak berhubungan dengan kompresi radiks
spinalis(Harsono, 2007)
Secara Triage pasien kita memiki 1 red flag yaitu adanya riwayat trauma yang seperti sudah
dijelaskan sebelumnya. Untuk gejala-gejala radikuler sendiri pasien kita juga mengalami
perasaan nyeri yang menjalar hingga ke kaki kiri dan kaki terasa sakit, dengan adanya penurunan
kekuatan motorik dengan nilai 4/5 namun tanpa hipethesis, tidak adanya penurunan reflek pada
ektremitas terkait. Pada pemeriksaan test Laseque, Cross Laseque, test valsava dan kompressi
didapatkan hasil negatif. Pada status lokasi yaitu punggung belakang didapatkan spasme otot
yang terasa pada pemeriksaan palpasi. Pada gesture tubuh pasien duduk dan berdiri didapatkan
kondisi pasien terlihat tidak nyaman dengan Visual analogue pain Scale 3. Untuk menyingkirkan
LBP akibat penyakit lain seperti pada masalah pada ginjal, TB, kelainan kongenital telah
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisiknya namun tidak ditemukan adanya penyakitpenyakit tersebut.
Pada point ini untuk pengkategorian Triage pada pasien kita terlihat cukup rumit, sehingga kita
tetap memilih triage pada tingkatan pertama yaitu LBP dengan adanya red flag sampai terbukti
15
dengan pemeriksaan penunjang kita. Diagnosa kerja kita adalah LBP et causa trauma yang lebih
mengacu pada riwayat pasien dan klinis.
Pemeriksaan yang pertama yang dapat dilakukan dengan cepat dan murah adalah pemeriksaan
foto polos lumbosacral AP/lateral. Namun dari pemeriksaan tersebut tidak ditemukan adanya
kelainan. Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk segera dilakukan guna mencegah
akibat yang serius seperti pada kompressi medulla spinalis atau cauda equine atau infeksi.
Gambaran klinis yang penting pada kasus ini antara lain retensi urin, sudle anastesi, fekal
inkontinansia, atau demam. Pemeriksaan radiologi juga harus dilakukan pada kasus defisit
neurologis progresif dan berat. Perlu dipahami bahwa gambaran radiologis tidak selalu terkait
dengan gejala klinis pada pasien(Trianggoro, 2013).
Sebagaimana penjabaran sebelumnya bahwa red flag yang sendiri-sendiri tidak memberikan
makna yang signifikan terhadap kemungkinan kondisi patologis yang serius jika dibandingkan
dengan red flags multipel dan ditambah dengan hasil foto roentgen lumbosacral yang tidak
tampak kelainan. Pemeriksan penunjang radiologi lainnya seperti MRI atau CAT scan
merupakan pemeriksaan penunjang yang merupakan gold standar untuk mencari LBP kronik,
namun pada kasus kita pasien mengidap penyakit LBP akut(Trianggoro, 2013).
Sehingga untuk saat ini pasien masuk dalam kategori triage yang berikutnya yaitu nyeri
punggung bawah dengan sindroma radikuler, yang nyeri berupa nyeri radikuler dengan atau
tanpa radikulopati lumbal. Nyeri radikuler adalah nyeri neuropatik yang terasa di punggung dan
menjalar ke tungkai dengan area sempit terbatas akibat aktivasi ektopik atau deformasi mekanik
ganglion radiks dorsalis, radiks dan saraf spinal. Keadaan ini dapat dijumpai pada stenosis
foramen atau prolaps diskus intervertebralis yang secara mekanik mengganggu ganglion atau
akson saraf (Patel, 2014).
Penatalaksanaan pada pasien adalah terapi konservatif yang berupa Paracetamol 2x1 dan
Triamnisolon 2x1 sebagai antiinflamasi, Gabapentin 2x1 untuk adjuvant dan esperison 2x1 untuk
muscle relaxant. berdasakan pada acuan WHO 3 step analgesic Ladder terapi nyeri harus
berdasarkan derajat nyeri. Untuk :
1. Nyeri ringan (VAS 1-3). Terapi pada step ini menggunakan obat pilihan non - opioid,
meliputi paracetamol, NSAID, +- adjuvant
2. Nyeri sedang (VAS 4-6). Terapi pada step ini menggunakan kombinasi opioid potensi
ringan atau sedang dengan analgesik non opioid +- adjuvant
3. Nyeri Berat (VAS 7-10) . Terapi ini menggunakan opioid kuat +- non opioid +- adjuvant
Sehingga pada kasus ini sebenarnya pemberian triamnisolon tidak diperlukan apabila
berdasarkan pada teori namun barangkali berbeda secara praktisi. Tujuan terapi konservatif
adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki kondisi fisik pasien dan melindungi dan
meningkatkan fungsi tulang punggung secara keseluruhan. 90% pasien akan membaik dalam
waktu 6 minggu(Suryamiharja, 2000).
16
Terapi medikamentosa diberikan dengan diberikan juga edukasi pada pasien yang berupa edukasi
bagaimana penderita jangan dulu mengangkat barang terlalu berat, Bila berdiri dalam waktu
lama, selingilah dengan periode duduk sebentar, Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan
membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut, Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut
sejajar dari paha, dan edukasi lainnya terkait ergonomy tubuh. Edukasi penting bagi proses
penyembuhan pasien dan sekaligus preventif pada LBP(Sengkey, 2006).
Prognosis pada pasien ini perlu melihat adanya yellow flags, yellow flag adalah faktor-faktor
yang meningkatkan resiko untuk berkembangnya LBP akut menjadi kondisi kronik dan dapat
berakibat disabilitas jangka panjang(Main, 2002). faktor-faktor yellow flags seperti Nyeri
menjalar, terdapat riwayat nyeri hebat saat stadium akut, nyeri berhubungan dengan kerja,
psychologic distress, psychologic aspects of work dan sebagainya(Rusdi I,2003).
Pada Ad sanactionam atau apakah dapat terjadinya kekambuhan pasien kita memiliki prognosis
dubia ad bonam, tidak dapat dijamin untuk bonam dikarenakan apakah pasien mampu
menghentikan kebiasaan merokoknya, dapat menerapkan segala edukasi pada lingkungan kerja
dan apakah pasien psikis pasien mampu cope dengan nyeri pinggang dengan baik. Pada Ad
functionam adalah Ad bonam dan pada Ad vitam adalah Ad bonam.
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam RD, Victor M, Ropper AH. Principles of neurology. 7th ed. McGraw Hill co. New
York. 2005: 194-212.
2. Anderson GBJ. Epidemiological features of chronic low back pain. Lancet 1999; 354:581-5.
3. Aulina S. Anatomi dan Biomekanik Tulang Belakang. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
4. Cooper PG. Low back pain.Columbia: McKesson Health Solution LLC; 2004.
5. Furnama S. Low back pain. Diakses tanggal 1 Desember 2014. Diunduh dari
http://repository.maranatha.ed/..,/3/l04l-chapter l.pdf
6. Harsono (Ed). Kapita selekta neurologi edisi kedua. Gadjah Mada University Press, 2007.
7. Kasjmir YI. Penatalaksanaan Medik Nyeri Punggung Bawah. Dalam Meliala L, Suryono B,
Wibowo S. Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah I Indonesian Pain Society, Yogyakarta,
2003.
8. Low back pain. Physical therapy. Diakses tanggal 1 Desember 2014. https://uhs.berkeley.edu/
9. Lubis I. Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
10. Main CJ, Williams AC. ABC of Psychological Medicine : Muskuloskeletal Pain. BMJ 2002,
325:534-7.
18
11. Meliala L. Patofisiologi Nyeri pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri
Punggung Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Jakarta, 2003.
12. Miguel AJ. Dor lombar como previnir.Diakses tanggal 1 Desember 2014..Diunduh dari:
http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/sinal-de-lasegue
13. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Trevisan C. Rehabilitation of lumbar spine
disorder. Edisi ke-5. Lippincolt;2010. p.186
14. Patel AT, Ogle AA. Diagnosis and management of acute low back pain. Available from:
URLhttp://www.afp/low%20back%20pain\Diagnosis%20Management%20of%20Acute
%20Low%20Back%20Pain.htm.
15. Proper body mechanics. Piedmont. Atlanta. Diakses tanggal 1 Desember
2014.
www.piedmont.org
16. Rusdi I. Prognosis Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung Bawah,
Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta, 2003.
17. Sadeli. Neuroimejing pada Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
18. Sengkey L, Angliadi LS, Gessal J, Mogi TI. Diktat ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.
Manado: FK UNSRAT; 2006. h.79-90
19. Sjamsuhidrajad G. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2004. h.756-763
20. Suryamiharja A, Meliala L. Penuntun Penatalaksanaan Nyeri Neuropatik. Edisi Kedua.
Medikagama Press. Yogyakarta, 2000.
21. Trianggoro, Nyeri Punggung Bawah. 2013.Semarang: Universitas Diponegoro
22. Wheeler AH, Stubbart J. Pathophysology of chronic back pain. Up date April 13,
2006. www.emedicine.com/neuro/topic516.htm
23. Wibowo S. Farmakoterapi Nyeri Punggung Bawah. Dalam: Meliala L, Nyeri Punggung
Bawah, Kelompok Studi Nyeri Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Jakarta,
2003.
24. Wirawan. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Dalam Socnarto. Simposium
Rematik Pengenalan dan Pengelolaan Artropati Seronegatif, Bagian Penyakit Dalam FK
Undip, Semarang, 1998.
19
25. Yasin MM, Agung K, Sustini F, Andreani S, Rochman F. Hubungan antara karakteristik
antropometrik kebiasaan, status psikososiati, dan gambaran radiografis responden dengan
kejadian spandilogenielow back pain. Diakses tanggal 1 Desember 2014. Diunduh dari:
joumal.unair.ac.id
20