Anda di halaman 1dari 79

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

BAB IV
PERENCANAAN SAMBUNGAN
4.1

Dasar Teori

4.1.1 Jenis-jenis sambungan


Sambungan pada konstruksi kayu pada dasarnya dapat dibedakan berdasarkan jumlah batang
yang disambung dan sifat gaya yang bekerja pada sambungan, yaitu :
1. Sambungan satu irisan (menyambung dua batang kayu)

P
P

Gambar 4.1 Sambungan satu irisan

2. Sambunga dua irisan (menyambung tiga batang kayu)

P
P
P
Gambar 4.2 Sambungan dua irisan
3. Sambungan desak dan tarik
4. Sambungan momen
Pada sambungan desak atau tarik, yang pusat kelompok alat sambung tidak terletak pada
satu garis kerja, maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4.2

Perencanaan sambungan

4.2.1 Tahanan lateral acuan sambungan


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu. Maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu,(Zu) diperoleh persamaan berikut :

Dimana :
Zu = Tahanan ijin/perlu sambungan
= Faktor waktu yang dperlukan sesuai tabel 2.7
= 0,65 faktor tahanan sambunga.
Z = Tahanan lateral acuan alat sambung terkoreksi.
4.2.2 Tahanan Lateral acuan alat sambung terkoreksi
Dimana tahanan acuan alat sambung terkoreksi diperoleh dari hasil perkalian antara
tahanan acuan sambungan dengan faktor-faktor atau dapat ditulis seperti rumus berikut :
Z=Z.C1.C2.Cn
Dimana :
Z = Tahanan lateral acuan alat sambung terkoreksi
Z = Tahanan lateral acuan alat sambung
C1 s/d Cn = factor Koreksi
4.2.3 Faktor koreksi untuk sambungan struktural
Tahanan lateral acuan sambungan, harus dikalikan dengan factor koreksi sambungan
selain factor koreksi masa layan. Untuk sambungan dengan alat sambung paku, baut, dan cincin
belah, factor kreksi sambungan dapat dilihat pada table berikut :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

Tabel 4.3 Faktor koreksi untuk beberapa macam alat sambungan


Paku

Baut

Cincin belah

Diafragma (Cdi)

Ya

Aksi kelompok (Cg)

Ya

Ya

Geometric (C)

Ya

Ya

Ya

Ya

Serat ujung (Ceg)

Ya

Paku miring (Cin)

Ya

Kedalaman

penetrasi

(Cd)

4.2.4 Tahanan lateral acuan


Tahanan lateral acuan (Z) satu baut pada sambungan satu irisan dan atau dua irisan dapat
dilihat pada persamaan untuk Tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu
irisan yang menyambung dua komponen dan persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut
(Z) pada sambungan dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen:

1. Prsamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambung dengan satu irisan yang
menyambung dua komponen.
a.Untuk moda kelelehan, Im: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :

0,83

b. Untuk moda kelelehan, Is: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

0,83

c. Untuk moda kelelehan, II: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

0,931

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

d. Untuk moda kelelehan, IIIms: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

1,042
(1+2 )

e. Untuk moda kelelehan, IIIsy: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

1,043
(2+ )

f. Untuk moda kelelehan, IV: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
1.04 2

=(

) 3(1+)

Dimana nilai k1,k2, dan k3 dapat dihitungdengan persamaan berikut :

22 (1+ +2 )+2 3 (1+ )

k1=

(1+ )

k2=(1) + 2(1 + ) +

2 (1+2 )+2
3 2

2(1 + ) 2 (1 + 2 ) + 2
3 = (1)
+

3 2
2. Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan yang
menyambung tiga komponen :

a.Untuk moda kelelehan, Im: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

0,83

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

b. Untuk moda kelelehan, Is: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

0,83

c. Untuk moda kelelehan, II: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=

2.083
(2+ )

d. Untuk moda kelelehan, IIIms: maka tahanan latera (Z) seperti persamaan berikut :
=(

2.08 2

) 3(1+

Dimana nilai k3 dapat dihitung dengan persamaan berikut :


2(1+ )

1 = (1)

2 (1+2 )+ 2
3 2

Catatan :
=

0
=
= 1 + (
)

3600

Dimana Fem dan Fes adalah kuat tumpu (N/mm2) kayu utama dan kayu samping. Untuk
sudut sejajar dan tegak lurus serat, nilai kuat tumpu kayu adalah sebagai berikut :
Untuk sudut sejajar serat FeII => FeII =77,25G
b. Untuk tegak lurus serat, Fe => Fe =212G1.45D-0.5
c. untuk kuat tumpu kayu dengan sudut terhadap serat, Fe
=

II
2
II + 2

Dimana :
tm = Tebal kayu utama
ts = Tebal kayu skunder (samping)
G = Berat jenis kayu
D = Diametr baut
Fyb= Tahanan lentur baut (umumnya diambil =320 N/mm2)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4.2.5 Geometrik Sambungan Baut


Jarak antara alat sambung harus direncanakan agar masing-masing alat sambung dapat
mencapai tahanan literal ultimitnya sebelumnya kayu pecah, Geometrik sambungan antar alat
sambungan dan jarak antar alat sambung dan jarak antar alat sambung masing-masing dapat
dilihat pada gambar dan tabel berikut :

Tabel 4.4 Jarak tepi, jarak ujung,dan persyaratan spasi untuk sanbungan baut.
No

Beban sejajar arah seat

Jarak tepi (bopt)

Ketentuan dimensi mum


1,5 D

Im/D 6 (lihat catatan 1)

Yang terbesar dari 1,5 D jarak antar

Im/D> 6

baris alat pengencang tegak lurus serat

Jarak ujung (opt)

7D

Komponen tarik

4D

Komponen tekan
Spasi (Sopt)

4D

Spasi dalam baris alat pengencang


Jarak antar baris alat pengencang

1,5 D < 127 mm (lihat catatan 2 dan 3)

Tabel 4.5 Jarak tepi, jarak ujung,dan persyaratan spasi untuk sambungan baut
No

Beban sejajar arah seat

Jarak tepi (bopt)


Tepi yang dibebani
Tepi yang tidak dibebani

Jarak ujung (opt)

Spasi (Sopt)

Jarak antar baris alat pengencang


Im / D 2
2< Im / D < 6

STRUKTUR KAYU

Ketentuan dimensi mum

4D
1,5D
4D
Lihat catatan 3
2,5 D (lihat catatan 3)
(5Im+10D/8(lihat catatan 3)
5D(lihat catatan 3)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Im / D 6

Catatan :
1.

Im, adalah panjang baut pada kompnen utama pada satu sambungan atau panjang total
baut pada komponen skunder (2ls) pada satu sambungan.

2. Diperlukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang mengunakan ring.
3. Spasi tegak lurus serat antar alat-alat pengencang terluar pada suatu sambungan tidak
boleh melebihi 127 mm, kecuali bila digunakan pelat penyambung khusus atau bila
ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu
4.3

Perencanaan Sambungan Pada titik-titik yang mewakili

Dari besar gaya-gaya yang ada pada setiap sambungan akan dipilih gaya terbesar yang terjadi
pada setiap titik sambungan pada gambar titik-titik perwakilan sambungan.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

Dimensi kayu menggunakan balok 10/15 dapat di lihat pada gambar berikut :
b

= 100 mm

d/h = 150 mm

4.3.1 Sambungan pada titik A


Sambungan Dua Irisan
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik A direncanakan sambungan dua irisan

4.2.3.1 Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe|| (batang 1)


Pada sambungan pada titik A direncanakan sambungan baut dua irisan. Berdasarkan SNI
Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk beban sejajar
arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
1. Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 37.5 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm

1,5D = 19,05 mm

Ketentuan Geometrik diambil:


1. Jarak Tepi

= 37,5 mm

2. Jarak ujung

= 60 mm

3. Spasi antar baris = 60 mm


4. Jarak antar baris = 75 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm


Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 3 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (3x 2 )= 6
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0.8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
i
i
(1 + R EA m )(1 + m) 1 + m
1m
0,929(1 0,9296 )
1 + 0,8
ai = [
]
[
] = 3,587
(1 + 0,5 0,9293 )(1 + 0,929) 1 + 0,9296 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 3,587 = 1,196
nf
6
i=1

b. Faktor Koreksi Geometrik


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan:
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut:
Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan
yang menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu
dan kelas kayu yang sama dengan kayu utama.
Zu = 73.798,25 N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 1,679= 129,703
tm=100 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
ts = 80 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k 3 = (1) +

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


+
Re
3Fem t s 2

k 3 = (1) +

2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72


+
= 1,03
1
3 129,703 802

Persamaan yang digunakan

Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,66Dt s Fes 1,66 12,7 80 129,703


=
= 218.751,892 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

2,08k 3 Dt s Fem 2,08 1,03 12,7 80 129,703


=
= 94.107,239 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
2,08D2
2,08 12, 72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 39.460,279 N

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:

Z = 39.460,279 N

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan tabel II-5 dan
faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan 3, maka
di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,8 0,65 (39.460,279 1,196 1 6)
= . , N
Syarat : Zu
73.798,25 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)
4.3.1.2 Untuk sambungan dengan sudut (30o) batang 24
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan
seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm
2. Jarak ujung (aopt)= 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8 = 53,375
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan Geometrik diambil:


1. Jarak Tepi yang di bebani = 55 mm
Jarak tepi yang tidak dibebani = 35
2. Jarak ujung

STRUKTUR KAYU

= 55 mm

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
3. Spasi antar baris = 30 mm
4. Jarak antar baris = 65 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm


Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 3 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (3x 2 )= 6
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

276.000
220.800

= 1,25

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
0,929(1 0,9296 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 3,587
3
6
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 3,587 = 1,196
nf
6
i=1

b. Faktor Koreksi Geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan:
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut:
Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan
yang menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu sekunder 3/12 dengan kode mutu
dan kelas kayu yang sama dengan kayu utama.
Fe ( = 30o)

Zu = 79.903,43 N

Sin =0,5
Cos =0,87
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,679 1,45 12,70,5 = 126,112

Fe =

Fe|| F e
2
Fe|| sin + Fe cos 2

129,703 126,112
= 127,910
129,703 0, 52 + 126,112 0, 872

tm= 80 mm
ts = 40 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 80 mm
=
=2
t s 40 mm

k 3 = (1) +

STRUKTUR KAYU

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


+
Re
3Fem t s 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k 3 = (1) +

2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72


+
= 1,03
1
3 127,910 802

Persamaan yang digunakan

Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 127,910


=
= 134.829,931 N
Ko
1
1,66Dt s Fes 1,66 12,7 80 127,910
=
= 215.727,890 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

2,08k 3 Dt s Fem 2,08 1,03 12,7 80 127,910


=
= 100.915,601 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=(

2Fem Fyb
2,08D2
2,08 12, 72
2 127,910 320
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 39.186,582 N

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:


Z = 39.186,582 N
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,8 0,65 (39.186,582 1.196 1 6)
= 122.262,136 N
Syarat : Zu
79.903,43 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4.3.2 Sambungan Pada Titik B


Sambungan Dua Irisan
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik B direncanakan sambungan dua irisan

4.3.2.1 Untuk Sambungan Sejajar Arah Serat (Batang 1 dan 2)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D > 6 yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris
alat pengencang tegak lurus serat.
Diketahui lm/D > 6, maka :
1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm, atau
jarak antar baris = x 75 = 37,5 mm

2) Jarak ujung (aopt)


Untuk komponen tarik = 7D = 7 x 12,7 = 88,9 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Untuk komponen tekan = 4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)


Syarat : 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm

4) Jarak antar baris alat pengencang


Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak Tepi = 37,5 mm
2) Jarak Ujung = 100 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 75 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :

Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
ai = [

m(1 m2ni )
1 + R EA
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m

m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm = 11134 /

Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 3 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (3x 2 )= 6
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
0,929(1 0,9296 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 3,587
3
6
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 3,587 = 1,196
nf
6
i=1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan.
Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan
kayu utama.

Perhitungan kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fe|| ) :


Fe|| = 77,25 x G
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
Fe|| = 77,25 x 1,679 = 129,703
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
tm= 100 mm
ts = 80 mm
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k 3 = (1) +

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


+
Re
3Fem t s 2

Fyb = 320 N/mm2


k 3 = (1) + 2(1 + 1) +

2 x 320 (2 + 1)12.72
= 1,03
3 x 129,703 x 80 2

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan :
a) Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
b) Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 1,66 12,7 80 129,703


=
= 218.751,892 N
Ko
1

c) Untuk moda kelelehan, III; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

2,08 3 D t s Fes 2,08 1,03 12,7 80 129,703


=
= 94.107,239
(2 + )K o
(2 + 1)1

d) Untuk moda kelelehan, IV; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2
2,08 2
2,08 12,72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
= 39.001,255

3(1 + )
1
3(1 + 1)

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:


Z = 39.001,255

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5 dan
faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3, maka
di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (39.001,255 1,196 1 6)
= 145.533,963 N
Zu = 76.241,67 N

Kontrol tahanan lateral sambungan


Syarat : Zu <c Z
76.241,67 N <145.533,963 N Jadi, sambungan tersebut aman.
4.3.2.2 Untuk Sambungan Tegak Lurus (Batang 25)
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

2) Jarak ujung (aopt)


4D= 4 x 12,7 = 50,8 mm

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm

4) Jarak antar baris alat pengencang


lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak tepi
Tepi yang dibebani = 55 mm
Tepi yang tidak dibebani = 35 mm
2) Jarak ujung = 55 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 60 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :

Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm
Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = ( 2 x 2 )= 4
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
0,929(1 0,9294 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 2,398
2
2
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Cg =

nr
1
1
ai = 2 2,398 = 1,199
nf
4
i=1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan tegak lurus arah serat, karena jarak ujung yang diukur dari pusat alat
pengencang, a aopt 55 mm > 50,8 maka C = 1,0

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan.
Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan
kayu utama.

Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F) :


F = 212 1,45 0,5
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,78
F = 212 1,6791,45 12,70,5 = 126,112
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
tm= 80 mm
ts = 40 mm
Rt =

t m 80 mm
=
=2
t s 40 mm

k 3 = (1) +

STRUKTUR KAYU

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


+
Re
3Fem t s 2

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Fyb = 320 N/mm2
k 3 = (1) + 2(1 + 1) +

2 x 320 (2 + 1)12.72
= 1,352
3 x 126.112 x 40 2

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan :

Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 1,66 12,7 80 126.112


=
= 212.695,455 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, III; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 126.112


=
= 132.934,659 N
Ko
1

2,08 3 D t s Fes 2,08 1,352 12,7 80 126.112


=
= 120.107,159
(2 + )K o
(2 + 1)1

Untuk moda kelelehan, IV; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2
2,08 2
2,08 12,72
2 126.112 320
Z=(
)
=(
)

3(1 + )
1
3(1 + 1)
= 38.910,189

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:


Z = 38.910,189

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5 dan
faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3, maka
di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (38.910,189 1 1 4)
= 80.933,193 N
Zu = 802,82 N

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

Kontrol tahanan lateral sambungan


Syarat : Zu <c Z
802,82 N <80.933,193 N Jadi, sambungan tersebut aman.

4.3.3 Sambungan pada titik G


Sambungan Dua Irisan dan
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik G direncanakan sambungan satu irisan

4.3.3.1 Untuk Sambungan Sejajar Arah Serat (Batang 6 dan 7)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
1) Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D > 6 yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris
alat pengencang tegak lurus serat.
Diketahui lm/D > 6, maka :
1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm, atau
jarak antar baris = x 75 = 37,5 mm

2) Jarak ujung (aopt)


Untuk komponen tarik = 7D = 7 x 12,7 = 88,9 mm
Untuk komponen tekan = 4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)


Syarat : 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm

4) Jarak antar baris alat pengencang


Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak Tepi = 37,5 mm
2) Jarak Ujung = 100 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 75 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
(EA)min
(EA)mak

R EA =

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm = 11134 /

Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 4 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (4 x 2 )= 8
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
0,929(1 0,9298 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 4,76
4
8
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Cg =

nr
1
1
ai = 2 4,76 = 1,196
nf
8
i=1

b. Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

c. Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua irisan.
Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan
kayu utama.

Perhitungan kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fe|| ) :


Fe|| = 77,25 x G
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
Fe|| = 77,25 x 1,679 = 129,703
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
tm= 100mm
ts = 80mm
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 22 ) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 129,703 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 129,703 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 129,703


=
= 109.375,946 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 129,703


=
= 345.601,633 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129,703


=
= 58.817,025 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 80 129,703


=
= 47.053,620 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.730,139 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.730,139 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.730,139 1,196 1 8)
= 98.164,544 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
52.893,37 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

4.3.3.2 Untuk sambungan tegak lurus (Batang 39)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

2) Jarak ujung (aopt)


4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4) Jarak antar baris alat pengencang


lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak tepi
Tepi yang dibebani = 55 mm
Tepi yang tidak dibebani = 35 mm
2) Jarak ujung = 55 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 60 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm = 11134 /

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 1 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 1 )= 2
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,929(1 0,9294 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 2,397
2
4
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 1 2,397 = 1,197
nf
2
i=1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.
Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F ) :
F = 212 1,45 0,5
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,6791,45 12,70,5 = 126,112
Zu = 2.299,84 kg = 22.561,430 N
Fyb = 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
tm = 100 mm
ts = 80 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 2) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

2Fyb (2+R e )D2


k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +
3Fem t s 2

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 126,112 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 126,112 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 126,112


=
= 132.934,659 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 126,112


=
= 106.347,727 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 126,112


=
= 336.033,193 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,12 12,7 100 126,112


=
= 62.185,659 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,12 12,7 80 126,112


=
= 49.748,527 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 126,112 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.455,095 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Z = 19.455,095 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 ( 19.455,095 1,197 1 2)
= 24.219,259 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
18.008,48 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

4.3.3.3 Untuk sambungan dengan sudut (19O) (Batang 38)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

2) Jarak ujung (aopt)


4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm

4) Jarak antar baris alat pengencang


lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak tepi
Tepi yang dibebani = 55 mm
Tepi yang tidak dibebani = 35 mm
2) Jarak ujung = 55 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 60 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm = 11134 /
Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
Perhitungan kekakuan aksial kayu utama (EAm ) dan kekakuan aksial kayu samping
(EAs ) :
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 276.000KN
Spasi dalam baris alat pengencang adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 1 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 1) = 2

Spasi dalam baris alat pengencang adalah 60 mm.


R EA =

(EA)min 276.000
=
=1
(EA)mak 276.000

s 1
1
60
1
1
u=1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,002
2 EAm EAs
2 276.000 276.000
m = u u2 1 = 1,002 1,0022 1 = 0,932
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,932(1 0,9324 )
1+1
ai = [
]
[
] = 2,66
(1 + 0,5 0,9322 )(1 + 0,932) 1 + 0,9324 1 0,932
Cg =

nr
1
1
ai = 1 2,66 = 1,33
nf
2
i=1

a) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

b) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 10/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang
sama dengan kayu utama.
Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F ) :
Fe ( = 19o)

Zu = 18.330,84 N

Sin =0,32
Cos =0,945
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,679 1,45 12,70,5 = 126,112

Fe =

Fe|| F e
2
Fe|| sin + Fe cos 2

129,703 126,112
= 129,918
129,703 0, 322 + 126,112 0, 9452

tm = 100 mm
ts = 100 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
=1
ts
100 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k1 =

1 + 2 12 (1 + 1 + 12 ) + 12 12 1(1 + 1)
= 1,73
(1 + 1)

k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,02
3 129.918 1002

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,02
1
3 129.918 1002

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129.918


=
= 136.946,564 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 100 129.918


=
= 136.946,564 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 1,73 12,7 100 129.918


=
= 265.461,839 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129.918


=
= 58.342,536 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,02 12,7 100 129.918


=
= 58.342,536 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129.918 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.746,485 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.746,485 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 ( 19.746,485 1,33 1 2)
= 27.313,338 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
18.330,84 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
4.3.4 Sambungan pada titik H
Sambungan dua irisan
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik H direncanakan sambungan dua irisan dan takikan tunggal.

4.3.4.1 Untuk sambungan sudut sejajar serat, Fe|| (Batang 7 dan 8)


Pada sambungan pada titik D direncanakan sambungan baut dua irisan. Berdasarkan SNI
Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan baut untuk beban sejajar
arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1.

Jarak tepi (bopt)


lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 4,7241,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 37.5 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tarik = 7D = 88,9 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Syarat : 4D = 50,8 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm

1,5D = 19,05 mm

Ketentuan Geometrik diambil :


1. Jarak Tepi

= 37,5 mm

2. Jarak ujung

= 100 mm

3. Spasi antar baris = 60 mm


4. Jarak antar baris = 75 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2


EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 4 baut.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (4 x 2 )= 8
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
0,929(1 0,9298 )
1 + 0,8
ai = [
][
] = 4,76
4
8
(1 + 0,5 0,929 )(1 + 0,929) 1 + 0,929 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 4,76 = 1,196
nf
8
i=1

b. Faktor Koreksi Geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan:
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut:
Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan.
Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan
kayu utama.
Zu =46.891,26 N
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x1,679= 129,703

tm=100 mm
ts = 150 mm
Fe|| = 77,25 x 1,679 = 129,703

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
tm= 100mm
ts = 80mm
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
k1 =
(1 + )
k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 22 ) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 129,703 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 129,703 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 129,703


=
= 109.375,946 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 129,703


=
= 345.601,633 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129,703


=
= 58.817,025 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 80 129,703


=
= 47.053,620 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.730,139 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.730,139 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.730,139 1,196 1 8)
= 98.164,544 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
46.891,26 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4.3.4.2 Untuk sambungan tegak lurus (batang 35)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1. Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm
2. Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen= 4D = 50,8 mm
3. Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)
Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm
4. Jarak antar baris alat pengencang
lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8 = 53,375
lm/D 6 5D = 63,5 mm
Ketentuan, Geometrik diambil:
1. Jarak Tepi
Jarak tepi yang dibebani = 55 mm
Jarak tepi yang tidak terbebani = 35mm
2. Jarak ujung

= 55 mm

3. Spasi antar baris = 60 mm


4. Jarak antar baris = 60 mm
a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
R EA =

(EA)min
(EA)mak

= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm


Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 2 )= 2
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,929(1 0,9294 )
1 + 0,8
ai = [
]
[
] = 2,397
(1 + 0,5 0,9292 )(1 + 0,929) 1 + 0,9294 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 2,397 = 1,198
nf
4
i=1

a) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

b) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.
Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F ) :
F = 212 1,45 0,5
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,6791,45 12,70,5 = 126,112
Zu = 37.799,38 N
Fyb = 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
tm = 100 mm
ts = 80 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 2) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

2Fyb (2+R e )D2


k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +
3Fem t s 2

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 126,112 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 126,112 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 126,112


=
= 132.934,659 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 126,112


=
= 106.347,727 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 126,112


=
= 336.033,193 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,12 12,7 100 126,112


=
= 62.185,659 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,12 12,7 80 126,112


=
= 49.748,527 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 126,112 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.455,095 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Z = 19.455,095 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 ( 19.455,095 1,197 1 4)
= 48.478,984 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
37.799,38 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)
4.3.4.3 Untuk sambungan dengan sudut (Batang 40 dan 42)
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam
sambungan takikan (gigi) tunggal harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :

Dalamnya gigi (tm) 1/3 h


1/3 x 150 mm = 50 mm, berdasarkan syarat (tm) 1/3 h maka digunakan dalamnya
gigi (tm) = 10 mm

Panjang kayu muka (lm) 1,5 h


Panjang kayu muka = 1,5 150 mm = 225 mm, berdasarkan syarat (lm)
1,5 h maka digunakan panjang kayu muka (lm) = 225 mm

a. Kontrol Untuk Sambungan Takikan Tunggal


= ,

= . ,

= 21.936,26 0,96 = 21.086,486


Ketentuan perencanaan sambungan untuk takikan gigi tunggal adalah sebagai berikut:

1 + 0,5

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan tabel II-5 dan
faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel II-6 untuk kombinasi pembebanan 3, maka
di dapat:
= 0,80
v = 0,75
b = 100 mm

Untuk menentukan kuat geser (Fv) dicari pada tabel II-1 untuk kode kayu E24, maka Fv
= 6,4 N/mm2

Untuk menentukan nilai rasio tahanan dicari pada tabel II-3 untuk kelas mutu kayu A,
maka rasio tahanan = 0,80.

Untuk menentukan nilai faktor koreksi layanan basah (Cm) dicari pada tabel II-7 untuk
balok kayu 10/15 atau balok kayu lebih kecil dari 125 mm x 125 mm, dengan acuan
kuat geser (Fv), maka Cm = 0,97

Untuk menentukan nilai faktor koreksi tempratur (Ct) dicari pada tabel II-8 untuk
T38C, maka Ct = 1.

Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt) dan faktor koreksi tahana api (Crt)
ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.

= Fv . rasio tahanan. Cm . Ct . Cpt . Crt


= (6,4 0,8) 0,97 1 1 1 = 4,966 N/mm2
= 0,5 + 0,5

= = 150 10 = 140

= 0,5(10) + 0,5(140) = 5 + 70 = 75

225 100 4,966
= 0,8 0,75
= 39.497,143
225

1 + 0,25
1 + 0,25
75

= 39.497,143

1 + 0,25

+ ,

. , < . ,
<

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
, ()

4.3.5 Sambungan Pada Titik V


Sambungan satu irisan dan gigi tunggal
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik V direncanakan sambungan satu irisan dan gigi tunggal

4.3.5.1 Untuk Sambungan Sejajar Arah Serat (Batang 21 dan 22)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
lm/D6 1,5D dan lm/D>6 yang terbesar antara1,5D atau jarak antar baris alat
pengencang tegak lurus serat.
60/12,7 = 0,2121,5D =19,05 mm atau jarak antar baris = 37,5 mm
2) Jarak ujung (aopt)
Untuk komponen tekan = 4D = 50,8 mm
Untuk komponen tarik = 7D = 88,9 mm
3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Syarat : 4D = 50,8 mm
4) Jarak antar baris alat pengencang
Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 19,05 mm

Ketentuan Geometrik diambil :


1) Jarak Tepi

= 37,5 mm

2) Jarak ujung

= 60 mm

3) Spasi antar baris = 60 mm


4) Jarak antar baris = 75 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :

Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm

Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 4 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (4 x 2 )= 8
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,929(1 0,9298 )
1 + 0,8
ai = [
]
[
] = 4,76
(1 + 0,5 0,9294 )(1 + 0,929) 1 + 0,9298 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 2 4,76 = 1,196
nf
8
i=1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.

Perhitungan kuat tumpu kayu sudut sejajar serat (Fe|| ) :


Fe|| = 77,25 x G

Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
Fe|| = 77,25 G = 77,25 x 1,679 = 129,703

Zu = 50.126,83 N
Fyb = 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
tm= 100mm
ts = 80mm
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 22 ) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 129,703 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72

(1)
k3 =
+
+
= 1,03
1
3 129,703 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 129,703


=
= 109.375,946 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 129,703


=
= 345.601,633 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129,703


=
= 58.817,025 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 80 129,703


=
= 47.053,620 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.730,139 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.730,139 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.730,139 1,196 1 8)
= 98.164,544 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
50.126,83 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)
4.3.5.2 Untuk sambungan dengan sudut 1 (Batang 21 dan 22 )
Kententuan Geometrik diambil :
1) Dalam gigi yang digunakan = 10 mm
2) Panjang kayu muka = 225 mm
3) Jarak Tepi

= 60 mm

4) Jarak ujung

= 60 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok


Untuk sambungan dengan satu baut, faktor koreksi aksi kelompok yaitu:
Cg = 1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a > aopt maka C = 1

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.
Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F ) :
F = 212 1,45 0,5
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,6791,45 12,70,5 = 126,112
Dengan Sudut = 60
Fe =

Fe|| F e
129,703 126,112
=
= 126,261
2
2
Fe|| sin + Fe cos 129,703 0, 8662 + 129,112 0, 52

Zu = 43.816,63 N
Sin = 0,866
Cos = 0,5
Fyb = 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
tm = 100 mm
ts = 80 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 22 ) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 126,261 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 126,261 802
Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 126,261


=
= 133.091,720 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 126,261


=
= 106.473,376 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 126,261


=
= 336.430,212 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 126,261


=
= 57.256,165N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 80 126,261


=
= 45.804,932 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 126,261 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.466,584 N

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:


Z = 19.466,584 N
Direncanakan untuk sambungan takikan akan digunakan sambungan takikan tunggal
dengan ketentuan:

1 + 0,5

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan tabel 2.5 dan
faktor waktu () ditentukan berdasarkan tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3, maka
di dapat:
= 0,80
v = 0,75
b = 80 mm
Berdasarkan tabel 2.1 Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara
mekanis pada kadar air 15%, menentukan geser (Fv) untuk kode kayu E24, maka Fv =
6,4 N/mm2 = 6,4 N/m2
Berdasarkan tabel 2.3 Nilai rasio tahanan, untuk kelas mutu kayu A, maka rasio
tahanan 0,80
Berdasarkan tabel 2.7 Faktor koreksi layan basah (Cm) untuk balok kayu berukuran
10/15, atau balok kayu lebih kecil dari 125mm x 125mm dengan acuan kuat geser
(Fv), maka Cm = 1
Berdasarkan tabel 2.8 Faktor koreksi temperatur (Ct), dengan kondisi acuan Ew pada
suhu normal T 380 C maka nilai Ct = 1,00
Sedangkan untuk faktor koreksi pengawetan (Cpt) dan faktor koreksi tahana api (Crt)
ditentukan berdasarkan spesifikasi pemasok adalah 1.
= Fv . rasio tahanan. Cm . Ct . Cpt . Crt
= (6,4 0,80) 0,97 1 1 1 = 4,966 N/mm2
Perhitungan Eksentrisitas pada penampang neto akibat adanya coakan sambungan (em) :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
= 0,5 + 0,5

= = 150 10 = 140

= 0,5(10) + 0,5(140) = 5 + 70 = 75


300 75 4,966
= 0,8 0,75
= 28.731,857
300

1 + 0,25
1 + 0,25
75

Nu = 43.186,63 N
Cos = 0,5
Nu Cos = 21.593,315 N


= 28.731,857 21.593,315 = 7.138,542

1 + 0,25

= 7.138,542
= () =

7.138,542
= 14.277,084
cos 2

c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.466,584 1 1 1)


= 16.536,88 N
Syarat : Zu <
. , N < . , N
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

4.3.6 Sambungan pada titik W


Sambungan satu irisan
Diketahui : Diameter baut (D) = 12,7 mm
Pada sambungan di titik W direncanakan sambungan satu irisan

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

4.3.6.1 Untuk Sambungan Sejajar Arah Serat (Batang 20 dan 21)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban sejajar arah serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
lm/D 6 1,5D dan lm/D > 6 yang terbesar antara 1,5D atau jarak antar baris
alat pengencang tegak lurus serat.
Diketahui lm/D > 6, maka :
1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm, atau
jarak antar baris = x 75 = 37,5 mm

2) Jarak ujung (aopt)


Untuk komponen tarik = 7D = 7 x 12,7 = 88,9 mm
Untuk komponen tekan = 4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt)


Syarat : 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm

4) Jarak antar baris alat pengencang


Syarat : 1,5D < 127 mm 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak Tepi = 37,5 mm
2) Jarak Ujung = 60 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 75 mm

a. Faktor Koreksi Aksi Kelompok


Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm


Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 4 baut.
nr yang direncanakan adalah 2 baris.
nf = (ni x nr) = (5 x 2 )= 10
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,929(1 0,92910 )
1 + 0,8
ai = [
]
[
] = 5,915
(1 + 0,5 0,9295 )(1 + 0,929) 1 + 0,92910 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai =
2 5,915 = 1,196
nf
10
i=1

b. Faktor Koreksi Geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 100 mm
Untuk a=100 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
c. Kontrol Sambungan:
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut:
Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan.
Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama dengan
kayu utama.
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
Fe|| = 77,25 x 1,679 = 129,703
0
Ko = 1 + (
)=1
3600

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Re =

Fem
=1
Fes

tm= 100mm
ts = 80mm
Rt =

t m 100 mm
=
= 1,25
ts
80 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 22 ) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 129,703 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2

k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 129,703 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,703


=
= 136.719,932 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 129,703


=
= 109.375,946 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 129,703


=
= 345.601,633 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129,703


=
= 58.817,025 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 80 129,703


=
= 47.053,620 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129,703 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.730,139 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.730,139 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.730,139 1,196 1 10)
= 122.705,680 N
Syarat : Zu
50.126,83 N < . , 0
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)
4.3.6.2 Untuk sambungan dengan sudut (60O) (Batang 39)
Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
1) Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm
2) Jarak ujung (aopt)
4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm
3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm
4) Jarak antar baris alat pengencang
lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak tepi
Tepi yang dibebani = 55 mm
Tepi yang tidak dibebani = 35 mm
2) Jarak ujung = 55 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 70 mm
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u= 1+ [
+
]
2 EAm EAs
R EA =

(EA)min
(EA)mak

= 0,246 D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm


=11.134 N/mm

Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 80 150 = 220.800 KN
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 220.800 KN
Spasi baris antar alat pengencang untuk beban sejajar arah serat direncanakan adalah 60
mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 1 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 1 )= 2
(EA)

R EA = (EA) min =
mak

220.800
276.000

= 0,8

s 1
1
60
1
1
u= 1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,003
2 EAm EAs
2 276.000 220.800
m = u u2 1 = 1,003 1,0032 1 = 0,929
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
0,929(1 0,9294 )
1 + 0,8
ai = [
]
[
] = 2,397
(1 + 0,5 0,9292 )(1 + 0,929) 1 + 0,9294 1 0,929
Cg =

nr
1
1
ai = 1 2,397 = 1,197
nf
2
i=1

Faktor Koreksi Geometrik.


Jarak ujung yang digunakan dalam perencanaan (a) = 60 mm
Untuk a=60 mm > aopt=50,8 mm maka C = 1
Kontrol Sambungan:
Ketentuan perencanaan sambungan untuk sambungan baut adalah sebagai berikut:
Zu c Z
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan
yang menyambung tiga komponen. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu
dan kelas kayu yang sama dengan kayu utama.
Fe ( = 60o)

STRUKTUR KAYU

Zu = 18.008,48 N

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Sin =0,87
Cos =0,5
Fyb= 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,679 1,45 12,70,5 = 126,112

Fe =

Fe|| F e
2
Fe|| sin + Fe cos 2

129,703 126,112
= 126,112
129,703 0, 872 + 126,112 0, 52

tm= 80 mm
ts = 40 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 80 mm
=
=2
t s 40 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 2 + 2) + 22 12 1(1 + 2)
= 2,82
(1 + 1)

2Fyb (2+R e )D2


k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +
3Fem t s 2
k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 126,112 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2

(1)
k3 =
+
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 126,112 802

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 126,112


=
= 132.934,659 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 80 126,112


=
= 106.347,727 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 2,82 12,7 80 126,112


=
= 336.033,193 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,12 12,7 100 126,112


=
= 62.185,659 N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,12 12,7 80 126,112


=
= 49.748,527 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 126,112 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.455,095 N
Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:
Z = 19.455,095 N

Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5


dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 ( 19.455,095 1,197 1 2)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
= 24.219,259 N
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,8 0,65 (19.513,859 1 1 2)
= 22.571,279 N
Syarat : Zu
18.008,48 N < . ,

4.3.6.3 Untuk Sambungan dengan sudut (16O) (Batang 40)


Berdasarkan SNI Tata Cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia, dalam sambungan
baut untuk beban tegak lurus serat harus memenuhi beberapa persyaratan seperti :
1) Jarak tepi (bopt)
Tepi yang dibebani = 4D = 4 x 12,7 = 50,8 mm
Tepi yang tidak terbebani = 1,5D = 1,5 x 12,7 = 19,05 mm
2) Jarak ujung (aopt)
4D = 7 x 12,7 = 50,8 mm
3) Spasi dalam baris alat pengencang (sopt) tidak boleh lebih dari 127 mm
4) Jarak antar baris alat pengencang
lm/D 2 2,5D = 2,5 x 12,7 = 31,75 mm
2 < lm/D < 6 5.lm+10D/8
lm/D 6 5D = 63,5 mm

Ketentuan geometrik yang diambil :


1) Jarak tepi

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Tepi yang dibebani = 55 mm
Tepi yang tidak dibebani = 35 mm
2) Jarak ujung = 55 mm
3) Spasi dalam baris = 60 mm
4) Jarak antar baris = 60 mm

a) Faktor Koreksi Aksi Kelompok (Cg)


Adapun nilai faktor aksi kelompok (Cg) dapat dihitung dengan persamaan :
Cg =

nr
1
ai
nf
i=1

Dimana :
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
]
[
]
(1 + R EA mni )(1 + m) 1 + m2ni 1 m
m = u u2 1
s 1
1
u=1+ [
+
]
2 EAm EAs

R EA =

(EA)min
(EA)mak

Perhitungan modulus beban untuk suatu alat pengencang () :


= 0,246D1,5 (KN/mm) = 0,246 12,71,5 = 11,134 KN/mm
Berdasarkan perhitungan dari Bab 2, diketahui nilai modulus elastisitas lentur rerata
terkoreksi (Ew ) :
Ew = 18.400 N/mm2 = 18,4 KN/mm2
Perhitungan kekakuan aksial kayu utama (EAm ) dan kekakuan aksial kayu samping
(EAs ) :
EAm = Ew luas penampang kayu utama = 18,4 100 150 = 276.000 KN
EAs = Ew luas penampang kayu sekunder = 18,4 100 150 = 276.000 KN

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
EAmak = 276.000 KN
EAmin = 276.000KN
Spasi dalam baris alat pengencang adalah 60 mm.
ni yang direncanakan adalah 2 baut.
nr yang direncanakan adalah 1 baris.
nf = (ni x nr) = (2 x 1) = 2

Spasi dalam baris alat pengencang adalah 60 mm.


R EA =

(EA)min 276.000
=
=1
(EA)mak 276.000

s 1
1
60
1
1
u=1+ [
+
] = 1 + 11,134 [
+
] = 1,002
2 EAm EAs
2 276.000 276.000
m = u u2 1 = 1,002 1,0022 1 = 0,932
m(1 m2ni )
1 + R EA
ai = [
][
]
n
2n
(1 + R EA m i )(1 + m) 1 + m i 1 m
0,932(1 0,9324 )
1+1
ai = [
][
] = 2,66
2
4
(1 + 0,5 0,932 )(1 + 0,932) 1 + 0,932 1 0,932
nr
1
1
Cg = ai = 1 2,66 = 1,33
nf
2
i=1

b) Faktor Koreksi Geometrik.


Untuk sambungan sejajar arah serat, karena spasi dalam baris alat pengencang,
s Sopt 60 mm > 50,8 maka C = 1,0

c) Perhitungan Tahanan lateral acuan sambungan.


Dalam perencanaan sambungan pada konstruksi kayu, maka tahanan lateral sambungan
yang diijinkan/perlu, (Zu) diperoleh persamaan berikut:

Zu c Z

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
Direncanakan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan dua
irisan. Dengan ukuran kayu sekunder 8/15 dengan kode mutu dan kelas kayu yang sama
dengan kayu utama.
Perhitungan kuat tumpu kayu tegak lurus serat (F ) :
F = 212 1,45 0,5
Berdasarkan perhitungan di Bab 2, diketahui nilai Berat jenis kayu (G) = 1,679
F = 212 1,45 0,5 = 212 1,6791,45 12,70,5 = 126,112
Dengan Sudut = 25
Fe =

Fe|| F e
129,703 126,112
=
= 129,784
Fe|| sin2 + Fe cos 2 129,703 0, 2752 + 126,112 0, 962

Zu = 21.936,26 N
Fyb = 320 Mpa = 320 N/mm2
D = 12,7 mm
tm = 80 mm
ts = 80 mm
0
Ko = 1 + (
)=1
3600
Fem
Re =
=1
Fes
Rt =

t m 100 mm
=
=1
ts
100 mm

k1 =

+ 22 (1 + + 2 ) + 2 2 (1 + )
(1 + )

k1 =

1 + 2 12 (1 + 1 + 12 ) + 12 12 1(1 + 1)
= 1,73
(1 + 1)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
k 2 = (1) + 2(1 + R e ) +

k 2 = (1) + 2(1 + 1) +

2Fyb (2+R e )D2


3Fem t s 2

2 320(2 + 1)12,72
= 1,03
3 129,784 802

2(1 + R e ) 2Fyb (2+R e )D2


k 3 = (1) +
+
Re
3Fem t s 2
2(1 + 1) 2 320(2 + 1)12,72
k 3 = (1) +
+
= 1,03
1
3 129,784 802

Persamaan untuk tahanan lateral acuan satu baut (Z) pada sambungan dengan satu irisan:
Untuk moda kelelehan, Im ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt m Fem 0,83 12,7 100 129,784


=
= 106.347,727 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, Is ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,83Dt s Fes 0,83 12,7 100 129,784


=
= 106.347,727 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, II ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

0,93k1 Dt s Fes 0,93 1,73 12,7 100 129,784


=
= 265.188,037 N
Ko
1

Untuk moda kelelehan, IIIm ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 2 Dt m Fem 1,04 1,03 12,7 100 129,784


=
= 58.853,756N
(1 + 2 1)1
(1 + 2R e )K o

Untuk moda kelelehan, IIIs ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:
Z=

1,04k 3 Dt s Fes 1,04 1,03 12,7 100 129,784


=
= 58.853,756 N
(2 + 1)1
(2 + R e )K o

Untuk moda kelelehan, IV ; maka tahanan lateral (Z) seperti persamaan berikut:

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
2Fem Fyb
1,04D2
1,04 12, 72
2 129,784 320
Z=(
)
=(
)
Ko
3(1 + R e )
1
3(1 + 1)
= 19.736,299 N

Dari perhitungan Z diatas, dipilih hasil yang terkecil, yaitu:


Z = 19.736,299 N
Untuk menentukan faktor tahanan sambungan ( ) ditentukan berdasarkan Tabel 2.5
dan faktor waktu () ditentukan berdasarkan Tabel 2.6 untuk kombinasi pembebanan 3,
maka di dapat:
= 0,80
c = 0,65
c Z = c (Z . Cg . C . nf ) = 0,80 0,65 (19.736,299 1,33 1 2)
= 27.299,249 N
Kontrol tahanan lateral sambungan
Syarat : Zu
21.936,26 N < . ,
Jadi, sambungan tersebut aman (OK)

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

STRUKTUR KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA

STRUKTUR KAYU

Anda mungkin juga menyukai