Skenario 2 Kedkom

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 30

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

LI . 1 MM KLB/WABAH PENYAKIT DI MASYARAKAT BERDASARKAN MORBILITAS


DAN MORTILITAS
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu (Kep. Dirjen
PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah
yang sering digunakan dalam epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang
sring kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi
sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4 Tahun 1984,
kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kejadian Luar Biasa (adalah ) Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian
yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status
Kejadian
Luar
Biasa
diatur
oleh
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
949/MENKES/SK/VII/2004.
Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut daerah
tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
Wabah harus mencakup:
Jumlah kasus yang besar.
Daerah yang luas
Waktu yang lebih lama.
Dampak yang timbulkan lebih berat.
Ketentuan KLB untuk DBD :
Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu
Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu
1 kasus kematian
1 kasus DSS
Tujuan Umum KLB :
Mencegah meluasnya (penanggulangan)
Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian)
Tujuan khusus :
Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB
Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

Penyebab KLB
1. Herd Immunity yang rendah
Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau
antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun
perkembangan organisme tersebut.
Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
Terjadi di daerah dengan padat hunian.
Jenis penyakit yang menimbulkan KLB :
Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF
Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk
Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit
Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu
bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka ratarata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
Metodologi Penyelidikan KLB
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang
dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,
1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif
tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian
deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit,
klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB
Langkah-langkah Penyelidikan KLB
1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan Diagnose Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Tujuan penanggulangan KLB :
Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Melalukan penyelidikan klb


Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb
Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb
Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun
perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB :


Penyelidikan epidemiologis
Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina
Pencegahan dan pengendalian
Pemusnahan penyebab penyakit
Penanganan jenazah akibat wabah
Penyuluhan kepada masyarakat
Indikator Program penanggulangan KLB adalah :
Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan
puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.
Deteksi dan respon dini KLB
Tidak terjadi KLB besar.
Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :
Menurunnya frek KLB
Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB
Memendeknya periode KLB
Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB
Penanggulangan pasien saat KLB :
1. Jangka pendek
Menemukan dan mengobati pasien
Melakukan rujukan dengan cepat
Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar
Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungan
Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral
2. Jangka panjang
Memperbaiki faktor lingkungan
Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat
Pelatihan petugas
Upaya penaggulangan KLB DBD :
Pengobatan/ perawatan penderita
Penyelidikan epidemiologi

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Pemberantasan vector
Penyuluhan kepada mayarakat
Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

LI . 2 MM PRILAKU KESEHATANINDIVIDU DAN MASYARAKAT POLA PANCARIAN


PENGOBATAN
Pengertian Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk
hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,
karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia,
baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner
(1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi
seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :
1) Perilaku tertutup (covert behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu
bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.
2) Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas
untuk diimunisasi.
Perilaku Kesehatan Individu
Perilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan
stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan,
persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan
stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk
penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri
dari 3 aspek :
a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.
c. perilaku gizi (makanan & minuman).

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.
4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi
tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Pengendalian stres
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan
kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain
(anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan
dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi
tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena
gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap
irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai
macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun
berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern.
Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam
gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai
bentuk perilaku.
4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan
atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan
melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan
kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
Perilaku Kesehatan Masyarakat
Tradisi Masyarakat
Kepercayaan Masyarakat
Aspek Sos-Eko dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
Aspek Sos-Bud dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan
petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu
penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan
kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow
balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan
simulasi ( simulation game ).

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

c. Metode pendidikan massa


Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio,
pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan
bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat
( visual body) seperti Slide , film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual aids)
disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan
pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran
pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan
( billboard)

LI . 3 MM MENGENAI CAKUPAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN SERTA


IMUNISASI
Mutu Pelayanan Kesehatan
Pengertian Mutu
1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati
(Winston Dictionary, 1956)
2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)
3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna
(Din ISO 8402, 1986)
4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)
Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah
ditetapkan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Jika diperhatikan rumusan tentang mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dikemukakan


diatas, segeralah terlihat bahwa mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan pada
penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan, makin
sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya. Dalam Program
Menjaga Mutu, penampilan pelayanan kesehatan ini disebut dengan nama keluaran (output).
Karena baik atau tidaknya keluaran sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan
(input), dan lingkungan (environment), maka mudahlah dipahami bahwa baik atau tidaknya
mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketiga unsur yang dimaksud. Uraian dari
ketiga unsur Program Menjaga Mutu ini serta kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah sebagai berikut :
1) Unsur masukan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur masukan adalah tenaga, dana dan
sarana. Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas)
tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan (standard of personnnels and facilities),
serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah
diharapkan baiknya mutu pelayanan (Bruce, 1990; Fromberg, 1988; Gambone,
1991).
2) Unsur lingkungan
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan,
organisasi, dan manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi
dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat
mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan
(Donabedian, 1980).
3) Unsur proses
Telah disebutkan yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis dan
tindakan non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ii tidak sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah
diharapkan baiknya mutu pelayanan (Pena, 1984).
Untuk dapat menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan, ketiga unsur ini haruslah dapat
diupayakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar dan atau kebutuhan. Sekali
salah satu dari ketiga unsur ini berada dibawah standar dan atau tidak sesuai dengan
kebutuhan, sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan. Ketiga unsur ini saling
berhubungan dan mempengaruhi yang kaitannya dengan unsur keluaran yakni yang
menunjuk pada mutu pelayanan kesehatan secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan
sebagai berikut :
Lingkungan
Mutu Pelayanan
(Keluaran)
Masukan

Proses
Skema 1 Program Menjaga Mutu

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Pelayanan Kesehatan yang Bermutu


Secara umum disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah
pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan
kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar
pelayanan profesi, meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat diupayakan, karena
untuk ini memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan kode etik serta standar pelayanan
profesi yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Kode etik serta standar
pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antar warga profesi sendiri, dan
karenanya wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap
kegiatan profesi, termasuk pelayanan kesehatan.
Sesungguhnya kehendak untuk mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable),
bermutu (quality) serta efisien (efficient) yang merupakan bagian dari persyaratan pelayanan
kesehatan, pada dasarnya juga merupakan bagian dari kewajiban etis. Dengan perkataan
lain, kelima persyaratan ini juga akan dapat dicapai apabila kode etik profesi dapat
diterapkan dengan baik.
Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami untuk dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bermutu, yang perlu diperhatikan hanyalah mengupayakan agar kode etik
serta standar pelayanan profesi dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Penerapan yang
dimaksudkan di sini tidak hanya yang memuaskan para pelaksana pelayanan kesehatan,
tetapi yang terpenting adalah pemakai jasa pelayanan kesehatan.
Dengan perkataan lain, adalah telah merupakan kewajiban bagi setiap pelaksana
pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan kode etik serta standar pelayanan profesi yang
mengacu pada kepuasan pasien. Apabila kewajiban ini dapat dilaksanakan, dapatlah
diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni pelayanan
kesehatan yang penerapan kode etik serta standar pelayanan profesinya dapat memuaskan
para pemakai jasa palayanan kesehatan.
Akses terhadap fasilitas Pelayanan Kesehatan
Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap
fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :
a. Masalah Geografi
Geografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit
mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan
kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.
b. Ketersediaan
Ketersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat
masyarakat kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.
c. Distribusi Pelayanan

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Distribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan


pelayanan kesehatan yang baik.
Tenaga Kesehatan Pelayanan Kesehatan
Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang
sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan dengan paradigma
sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan
pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan
kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif
membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi
dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya
pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara
dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah
satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang
preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan
pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan
rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan
kemampuannya dibidang tersebut.
Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit
(Ranuh,2008,p.10).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah
agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.
Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk
kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem
memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua
atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat
dari sebelumnya.
Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang
merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:
a. Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya
sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
b. Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi .
Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.
Cakupan Imunisasi
Definisi
Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap
dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.
Rumus

Kegunaan
Memberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun.
Cakupan yang baik minimal 80 persen.
Jadwal Imunisasi

LI . 4 MM ASPEK SOSBUD MASYARAKAT DALAM AKSES PELAYANAN KESEHATAN


Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap
dan kebiasaan sasaran pendidikan
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga,
kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.
Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat
atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan
gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal :
imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and
promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan kondisi cacat


melalui latihan latihan tertentu

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT


a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien
dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat
dikoreksi dan dibantu penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela
dan bedasarkan kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
( mengubah prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk
mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai
dasar pngertian dan kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang
lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil
: diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming),
Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan
peranan ( role play), Permainan simulasi ( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun
radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang
suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun Tanya jawab /
konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik dalam
menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam macam alat bantu
pendidikan : Alat bantu lihat ( visual body) seperti Slide , film, film
strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan ( audio visual
aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut merupakan alat saluran ( channel)
untuk menyampaikan kesehatan karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah
penerimaan pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan fungsinya
sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini dibagi menjadi 3 : Cetak ,
elektronik. Media papan ( billboard)

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN


Konsep perilaku
Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah merupakan hasil
hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan ( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ;
a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh rangsangan tertentu
.perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli, karena menimbulkan respon respons
yang relative tetap misalnya : makanan lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang
kuat akan menimbulkan mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga emosi
respons atau emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih / sakit . muka
merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat menimbulkan perilaku emosinal
misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena senang.
b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan berkembang
diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini disebut reinforcing stimuli
atau reinforce, karena perangsangan perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah
dilakukan oleh organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila memperoleh
hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan
tersebut. Dengan kata lain respons nya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit , system
pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku kesehatan mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia merespon baik pasif
maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan
tingkatan tingkatan pencegahan penyakit misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health
prevention behavior) respon utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan
kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan tradisional maupun
modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas pelayanan cara pelayanan, petugas
kesehatan, dan obat obatan yang terwjud dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan
penggunaan fasilitas ,petugas dan obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang terhadap makanan
sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek
kita terhadap makanan serta unsure unsure yang terkandung didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior) adalah respon
seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup
perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri dengan bersih , pembuangan air
kotor dengan limbah dengan rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk
( vector) dll.

KLASIFIKASI PERILAKU

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi,
memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha
mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan
/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif
: respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif
: yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada
kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan
peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
e. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui
asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah
laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang
sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku
yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang
(8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan
matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak
bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya sehingga mereka
baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian pelayanan
kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan
mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat
pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati
sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya
menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal
dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan
belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian.
Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan mengompres mata dengan air
hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan
baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah
sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam
melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang
kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami gangguan pada mata mereka
langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan
yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan
lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal,
kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini,
pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal
dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan
konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat
deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya.
Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan
impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat
dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat
memberi keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat
menyediakan layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya
memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktorfaktor yang menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat
mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor
sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern.
Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadangkadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk
mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat
dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan
holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami
tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI
(AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk
tanya-jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu.
Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem
pelayanan terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan
perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan.
Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi
berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh,
konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan),
perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional
dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh
(berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta
bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih
dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi
yang sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa
harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian
sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang
megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana
tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter
medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tandatanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan
yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh
seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat
penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh
yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara
pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal
energy, podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8%
menggunakan cara pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari
alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan
atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran
moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap
pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau pengobatan tradisional.
Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula yang menyebutkanalternatif
medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous
medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan penyebutan maka
dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat
ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau
sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif
adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak
dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa
maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun
penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang
dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun
yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan.
Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan
tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai
dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi
minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu
aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
LI . 5 MM SISTEM RUJUKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat
Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun,

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan
mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka
berada.
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu
system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal
dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Tujuan Depkes
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan
RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga
dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka
kematian bayi.
Tugas Sistem Rujukan
Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari
Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya
Syarat Rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang
menerima rujukan .
Adanya pencatatan tertentu :
- Surat rujukan
- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
- Pencatatan yang tepat dan benar
- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan
o Rujukan medis
- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan
- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman
dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan
dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli
dalam jangka waktu tertentu.
- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
o Rujukan manajemen

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan

Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :
1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan
jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :
1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LI . 6 MM TUJUAN SYARIAT ISLAM DAN KONSEP KEJADIAN LUAR BIASA
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat
manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas
simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan
juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia.
Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara
yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan
merusak alam lingkungan
Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkandalam
salah satu sabdanya
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya
LI . 7 MM MENJAGA KESEHATAN DAN BEROBAT
Anjuran Menjaga Kesehatan
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, alTumudzi, dan al-Bazzar).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa
tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit
penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits
shahih maupun ayat al-Quran.
Nilai Sehat dalam Ajaran Islam
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO
yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the
absence q; disease on infirmity.
Menurut penelitian Ali Munis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas
Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan
terhadap yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan
spesialisasinya.
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis
(kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya,
berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
Kesehatan Jasmani

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu:
dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginankeinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
a. Menjaga Pola Makan & Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan
dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya,
seperti ditegaskan dalam ayat: maka hendaklah manusia itu memperhatikan
makanannya. (QS. Abasa 80 : 24).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan
dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah
(s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
b. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga
mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang
lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai
anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup,
istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi
tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga
diatur secara proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti
dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya,
seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan
sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat
Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak
berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya
Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun
malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak
(HR Bukhari dan Muslim).
c. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti
penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport
dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara
jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya
tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan
daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur,
dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas
dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang
ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai
ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan
sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan
berolahraga, karena termasuk masalah duniawi atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik,
dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya
memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan
berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks
perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan
musuh, yaitu ayat:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini
adalah memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali,
sebagaimana dinyatakan dalam satu hadits:
Nabi berkata : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu
Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
d. Anjuran Menjaga Kesehatan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu
aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang
berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang
kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif,
berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam
Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat,
bagian dari taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda:
Dari Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci (HR Ibnu
Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis,
dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga
dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas
masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa fikih pertama yang dipelajari umat Islam
adalah masalah kesucian.
Abd al-Munim Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya
kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian
lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu
yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani
meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.
Kesehatan Psikis (Mental)
Di samping kesehatan fisik, Islam juga memperhatikan kesehatan jiwa dengan perhatian
yang tinggi. Kesehatan mental (mental hygiene) merupakan satu cabang dari ilmu jiwa.
Banyak definisi kesehatan mental diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan dan
bidang masing-masing. Zakiah Daradjat menyimpulkan bahwa kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, menyesuaikan diri,
dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa
kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
Sehat dan tidaknya jiwa seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Jika tingkah
lakunya normal, dapat dikatakan bahwa orang itu sehat jiwanya, dan sebaliknya jika tingkah
lakunya tidak normal, dikatakan bahwa orang itu mengalami sakit jiwa, gangguan jiwa atau
gila.
Keterkaitan kesehatan psikis dengan agama dinyatakan oleh Dadang Hawari, ia
mengatakan, dari semua cabang ilmu kedokteran, ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan
kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama, bahkan ada titik
temu antara keduanya. Berdasarkan kesimpulannya bahwa dari berbagai laporan penelitian
menunjukkan ada indikasi yang kuat bahwa komitmen agama mampu mencegah dan
melindungi seseorang dari penyakit, atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam
mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Sejalan dengan itu, konsepkonsep Islam tentang penyucian kalbu sebagaimana diuraikan dalam ilmu akhlak dan
tasawuf seperti rasa percaya diri, taqwa, bersabar, ikhlas, ridha, tawakkal, syajaah (berani),
qanaah, zuhud, merasa aman, tenang, sakinah, dll dapat menjadi obat mujarab terhadap
sakit jiwa dan hati. Bahkan berbagai praktek ubudiyah seperti shalat, dzikir, zakat, puasa,
haji mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan jiwa.
Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang dapat mengatasi segala gangguan,
seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut mati, dan berbagai ketakutan yang lain, atau

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

cemas akan kebutuhannya tidak dapat dipenuhi, baik kebutuhan makan, minum atau seksual.
Kegelisahan jiwa menyebabkan jantung berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak,
kadang-kadang keringat banyak keluar, merasa cemas atau jiwa tertekan, sehingga mudah
marah atau mudah menangis. Dalam hal demikian, ilmu pengetahuan sekuler memberikan
solusi penanganannya tidak mengaitkannya dengan pendekatan teologis. Menurut Islam
untuk menangani, pendekatannya adalah melalui dzikir Allah. Allah berfirman :

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.s. al-Rad :
28)
Berbagai praktek keagamaan, di samping bernilai ubudiyah juga memiliki hikmah
tertentu, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan fisik dan psikis
sekaligus. Shalat misalnya, di samping berbentuk gerakan-gerakan fisik yang bernilai
sebagai olahraga fisik juga memiliki banyak nilai kerohanian yang berguna mendukung
kesehatan rohani dan juga berpengaruh pada kesehatan jasmani. Sisi rohaninya bahwa shalat
yang khusyu dapat menenangkan urat saraf, mengendorkan ketegangan atau stres,
mengobati kegelisahan hati serta dapat memberikan ketenangan. Keadaan-keadaan tersebut
dapat menentukan kesehatan tubuh. Secara sosial ekonomi ibadah zakat diharapkan bagi
kaum miskin tidak terkena depresi akibat terlalu berat memikirkan tekanan ekonomi. Larut
dalam kesedihan akan berakibat menurunnya stamina fisik yang akhirnya akan sakit,
dinyatakan dalam hadits Nabi :
Siapa yang banyak kesedihannya, maka akan sakit badannya. (HR. Ibn Sina dan Abu
Naim)
Nikah, diharapkan agar tercipta kedamaian, ketenangan, dan rasa aman sehingga terjauhkan
dari depresi.
Hal-hal negatif yang berhubungan dengan kejiwaan yang dapat mengganggu kesehatan
jiwa antara lain, Nabi melarang marah. Gembira yang dianjurkan dalam Islam adalah
proporsional, jika berlebihan maka termasuk dilarang, hal ini tercakup dalam surat alQashash ayat 76 :
... Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
terlalu membanggakan diri.
Dengan menelusuri ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi bahwa konsep kesehatan rohani
dalam Islam tampak lebih aplikatif, menonjol, dan kuat daripada kesehatan fisik. Penjelasan
secara pointer dan aplikatif dalam al-Quran maupun hadits menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan hati sejalan dengan teori dalam teori ilmu kesehatan mental modern.
Di samping kesehatan fisik dan jiwa, Islam juga menekankan kesehatan sosial. Keadaan
sosial yang baik dalam batasan ini adalah keadaan standar baik dalam kehidupan sosial.
Secara ringkas keadaan sosial yang baik apabila terpenuhi beberapa indikasi :
a) Dihargai sebagai manusia

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

b) Mempunyai pekerjaan untuk kehidupannya


c) Mempunyai rumah tempat berlindung
d) Mempunyai istri/berumah tangga
Anjuran Berobat
Dalam Islam, berobat termasuk tindakan yang dianjurkan. Dalam berbagai riwayat
menunjukkan bahwa Nabi pernah berobat untuk dirinya sendiri, serta pernah menyuruh
keluarga dan sahabatnya agar berobat ketika sakit. Diantara teknik pengobatan yang
dilakukan Nabi adalah menggunakan cara-cara tertentu sesuai dengan perkembangan zaman
saat itu.
Perintah berobat dalam Islam juga dapat dipahami dari informasi yang dipahami sebagai
salah satu bentuk perintah. Diantara cara berobat Nabi yang dianjurkannya sebagaimana
banyak disebutkan dalam hadits adalah dengan cara berbekam (al-Hijamah = cupping), yang
dulu dikerjakan secara bedah dengan besi panas. Dalam kedokteran, al-Hijamah dipahami
sebagai pengeluaran darah dengan menoreh pembuluh darah. Secara umum teknik
pengobatan di zaman Nabi ada 3, seperti disebutkan dalam hadits shahih yang artinya :
Pengobatan ada 3 cara, meminum madu, berbekam, dan mencasnya dengan api, dan aku
melarang mencas dengan api. (HR al-Bukhari, Ibn Majah, dan Ahmad)
Juga dinyatakan dalam hadits yang secara khusus menyuruh agar berobat, antara lain hadits
Nabi yang artinya :
Dari Usamat bin Syarik, seorang laki-laki dari kaumnya berkata, datang seorang dusun
kepada Rasulullah saw dan bertanya : Ya Rasulallah, manusia yang bagaimana yang baik?
Nabi menjawab : Yang terbaik akhlaknya diantara mereka, kemudian dia bertanya lagi, Ya
Rasulallah apakah kami mesti berobat? Nabi menjawab : Berobatlah, sebab, Allah tidak
menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya, diketahui oleh orang yang
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahuinya. (HR Ahmad)
Hukum Berobat
Para ulama berbeda pendapat tentang hukum berobat. Al-Quran, mengutip ucapan Nabi
Ibrahim yang menyebutkan :
dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku. (Qs. Syuara : 80)
Ayat ini menekankan agar orang yang sakit mengupayakan sehat sebagai anjuran agama.
Dalam menafsirkan ayat ini, al-Dzahabi menyatakan bahwa tindakan upaya penyembuhan
penyakit secara medis merupakan perbuatan baik dan terpuji. Ini juga berdasarkan pada
pesan Nabi : Lakukanlah penyembuhan secara medis.
Para fuqoha (ahli fiqih) bersepakat bahwa berobat hukum asalnya dibolehkan, kemudian
mereka berbeda pendapat (mengenai hukum berobat, -ed) menjadi beberapa pendapat yang
masyhur :
1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya
perintah Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam untuk berobat dan asal hukum perintah
adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafiiyah,
dan madzhab Hanabilah.
2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu alaihi
wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

Rosululloh shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah


madzhab Syafiiyah.
3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan
dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini
adalah madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).
4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya,
Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Masud, Abu
Dardaradhiyallahu anhum, dan sebagian para Tabiin.
5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan
lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab
Syafiiyah.
BEROBAT HUKUMNYA BERBEDA-BEDA
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
a. Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka menyelamatkan
jiwa adalah wajib.
b. Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib padahal dia
mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh, berobat semacam ini
adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi wajib.
c. Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular adalah
wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
d. Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau memperburuk
penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu mudhorot yang timbul
lebih banyak daripada maslahatnya seperti berakibat tidak bisa mencari nafkah
untuk diri dan keluarga, atau membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya,
maka dia wajib berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.
2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab
Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan diri dan
orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak menular , maka berobat
menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat seperti kondisi
hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya berobat atau tidak berobat.
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi
a. Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang digunakan
diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat karena hal itu diduga
kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
b. Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan surga dari
ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama membawa hadits Ibnu
Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar atas penyakitnya kepada masalah
ini.
c. Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit yang
diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka saat itu lebih baik
tidak berobat.

RATIH LAURA SABRINA

1102012227

d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit,
dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan
sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan,
jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.
Menciptakan Kemaslahatan Insani yang Hakiki
Memelihara atau menciptakan kemaslahatan manusia, sekaligus menghindarkan dari
mafsadat (hal-hal yang merusak), baik di dunia maupun di akhirat merupakan tujuan utama
disyariatkannya hukum Islam. Tujuan teresebut hendak dicapai melalui taklif (pembebanan
syariat), yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama
dalam Islam, al-Qura dan Hadits.
Lima Kemaslahatan
Kemaslahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam tersebut meliputi
pemeliharaan lima hal yang paling urgen (al-Kulliyyat al-Khams), yaitu agama, jiwa,
keturunan (kehormatan), harta dan akal. Tiga diantaranya secara langsung berhubungan
dengan kesehatan manusia (kedokteran), yaitu jiwa, keturunan (kehormatan), dan akal.
Peringkat Pemeliharaan Lima Kemaslahatan
Cara untuk memelihara lima kepentingan di atas dikenal ada 3 peringkat, yaitu : dharuriyyat,
hajjiyat dan tahsiniyyat. Pengelompokan ini didasarkan pada tingkat kebutuhan dan skala
prioritas. Urutan peringkat ini akan terlihat kepentingannya manakala kemaslahatan yang
ada pada masing-masing peringkat satu sama lain bertentangan. Peringkat dhruriyyat
menempati urutan pertama, disusul hajjiyat, kemudian tahsiniyyat. Ketiga peringkat tersebut
saling berhubungan, kait-mengkait, dan saling melengkapi, peringkat ketiga melengkapi
peringkat kedua, dan peringkat kedua melengkapi peringkat pertama.

Anda mungkin juga menyukai