Skenario 2 Kedkom
Skenario 2 Kedkom
Skenario 2 Kedkom
1102012227
1102012227
Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB
Penyebab KLB
1. Herd Immunity yang rendah
Yang mempengaruhi rendahnya faktor itu, sebagian masyarakat sudah tidak kebal lagi, atau
antara yang kebal dan tidak mengelompok tersendiri.
2. Patogenesiti
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga timbul sakit.
3. Lingkungan Yang Buruk
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi kehidupan ataupun
perkembangan organisme tersebut.
Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat.
Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan.
Mempunyai masa inkubasi yang cepat.
Terjadi di daerah dengan padat hunian.
Jenis penyakit yang menimbulkan KLB :
Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF
Penyakit tidak menular : Keracunan, Gizi buruk
Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit
Kriteria KLB
Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai timbulnya atau
meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu
kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturutturut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan
periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).Jumlah penderita baru dalam satu
bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka ratarata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih
bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau
lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
1102012227
7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan
dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS": a). Setiap peningkatan kasus dari
periode sebelumnya (pada daerah endemis). b) Terdapat satu atau lebih penderita baru
dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari
penyakit yang bersangkutan.
9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan
pestisida.
Metodologi Penyelidikan KLB
Tingkat atau pola dalam penyelidikan KLB ini sangat sulit ditentukan, sehingga metoda yang
dipakai pada penyelidikan KLB sangat bervariasi. Menurut Kelsey et al., 1986; Goodman et al.,
1990 dan Pranowo, 1991, variasi tersebut meliputi :
1. Rancangan penelitian, dapat merupakan suatu penelitian prospektif atau retrospektif
tergantung dari waktu dilaksanakannya penyelidikan. Dapat merupakan suatu penelitian
deskriptif, analitik atau keduanya.
2. Materi (manusia, mikroorganisme, bahan kimia, masalah administratif),
3. Sasaran pemantauan, berbagai kelompok menurut sifat dan tempatnya (Rumah sakit,
klinik, laboratorium dan lapangan).
4. Setiap penyelidikan KLB selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mencegah
meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang
(pengendalian), dengan tujuan khusus :
a. Diagnose kasus-kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit
b. Memastikan keadaan tersebut merupakan KLB
c. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan
d. Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB
e. Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang berisiko akan terjadi KLB
Langkah-langkah Penyelidikan KLB
1. Persiapan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan Diagnose Etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber dan cara penyebaran
8. Mengidentikasi keadaan penyebab KLB
9. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
10. Menetapkan saran cara pencegahan atau penanggulangan
11. Menetapkan sistim penemuan kasus baru atau kasus dengan komplikasi
12. Melaporkan hasil penyelidikan kepada Instansi kesehatan setempat dan kepada sistim
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
Tujuan penanggulangan KLB :
Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb
1102012227
1102012227
Pemberantasan vector
Penyuluhan kepada mayarakat
Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB
1102012227
2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau
sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap
makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap
dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat
gizi, pengelolaan makanan, dll.
4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut
tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi
tentang perilaku kesehatan ini.
a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.
Perilaku ini mencakup antara lain :
a) Menu seimbang
b) Olahraga teratur
c) Tidak merokok
d) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
e) Istirahat yang cukup
f) Pengendalian stres
g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit.
Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :
a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
b) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan
penyakit yang layak.
c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan pelayanan
kesehatan).
Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi
oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan
kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap
indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau
pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan
yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap
gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan
individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini
menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang
dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti
suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :
1102012227
1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau
ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain
(anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan
dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi
tersebut menilai dengan kriteria subjektif.
2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari
bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang
bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut
dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan
menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.
3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena
gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap
irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai
macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun
berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern.
Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam
gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai
bentuk perilaku.
4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan
atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan
melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan
kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.
Perilaku Kesehatan Masyarakat
Tradisi Masyarakat
Kepercayaan Masyarakat
Aspek Sos-Eko dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
Aspek Sos-Bud dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak antara klien dengan
petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu
penyelesaianya, akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan kesadaran
penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut ( mengubah prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan dan
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubhan untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan
kesadara yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil : diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain storming), Bola salju ( snow
balling), kelompok kecil kecil ( buzz group), Memainkan peranan ( role play), Permainan
simulasi ( simulation game ).
1102012227
1102012227
Proses
Skema 1 Program Menjaga Mutu
1102012227
1102012227
1102012227
binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi .
Tujuan Program Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.
Cakupan Imunisasi
Definisi
Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap
dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.
Rumus
Kegunaan
Memberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun.
Cakupan yang baik minimal 80 persen.
Jadwal Imunisasi
1102012227
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau
reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam
bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap
dan kebiasaan sasaran pendidikan
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan ( individu),keluarga,
kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.
Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat
atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan
Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ; Peningkatan
gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection) missal :
imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early diagnostic and
promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari
dari resiko kecacatan
1102012227
1102012227
KLASIFIKASI PERILAKU
1102012227
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan memelihara ,
meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan tindakan perorangan seperti sanitasi,
memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi sakit dan
kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab penyakit serta usaha usaha
mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang sedang sakit
untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping berpengaruh terhadap kesehatan
/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga
berpengaruh terhadap orang lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif
: respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif
: yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung misalnya pada
kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke puskesmas untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas peraturan
peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
e. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku baru melalui
asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition ) dimana tingkah
laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat timbulnya, sedangkan tingkah laku yang
sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku
yang dapat menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan mengamati tingkah laku model.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%), sikap yang sedang
(8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka telah menderita atau merasakan
matanya sakit seperti gatal, mata merah, belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah
1102012227
tidak dapat bekerja , tidak dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak
bisa berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya sehingga mereka
baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori perilaku pencarian pelayanan
kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan
mencakup tindakan- tindakan seperti perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat
pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati
sendiri sampai mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan
membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya
menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal
dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan
belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian.
Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan mengompres mata dengan air
hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan
baik (22%) dan bersikap baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah
sakit. Hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam
melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang
kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami gangguan pada mata mereka
langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI bidang kesehatan
yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan dan kematian ibu karena hamil dan
bersalin. Program ini merupakan program penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa
yang jauh dari fasilitas kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat,
dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim medis modern yang
dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan bertemu dengan sistim medis lokal
tradisional. Dinamika dan proses komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan
adopsi parsial program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan
lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai lokal dalam
menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang sehat sakit. Program
beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan model-model biomedis serta bekerja atas
diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini program KIA di
polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati. Bagi pengetahuah lokal,
kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam kerangka religius dan transendental
1102012227
sehingga campur tangan manusia dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini,
pemeliharaan dan perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal
dan dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka kunjungan
konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada gilirannya hal ini menghambat
deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya.
Pendekatan program yang cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan
impersonal bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi setempat
dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat kedalam program dapat
memberi keuntungan pada program dalam jangka panjang hingga program dapat
menyediakan layanan yang lebih sesuai dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya
memahami nilai-nilai budaya dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktorfaktor yang menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat
mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil bersalin, faklor
sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan holistik modern.
Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang ini sangat tinggi dan kadangkadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat, maka untuk
mendapatkan konsultasi dan pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat
dan hemat, sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan kesehatan
holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di bawah ini, kami
tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE) dengan DR.ASVIAL RIVAI
(AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk
tanya-jawab menyangkut keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang berkata begitu.
Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah sebutan terhadap satu sistem
pelayanan terpadu dalam memenuhi berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan
perbaikan tingkat kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan.
Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam, meliputi
berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh,
konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik fisik, emosional dan juga kejiwaan),
perawatan / pengobatan penyakit-penyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional
dan kejiwaan), pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh
(berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol ulang serta
bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum sembuh atau selama masih
dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan secara terpadu oleh satu tenaga praktisi
yang sudah dilatih untuk menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa
harus ambil darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka pakaian
sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan berbagai metode yang
megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan benar, sebagai satu pandangan lain
1102012227
nonmedis, yang merupakan terobosan baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana
tapi sangat efektif, yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter
medis di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit malalui tandatanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan penyakit itu), Ilmu kinesiology yang
berasal atau ditemukan oleh seorang ahli saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan
bagaimana mengetahui tingkat kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan
yang terjadi pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan oleh
seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan memperbaiki tingkat
penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui perobahan energy yang terjadi pada tubuh
yang ditest dengan energy bunga-bungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara
pendeteksian dan perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal
energy, podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah
masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8%
menggunakan cara pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau
perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan
keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli
maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di
Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya masyarakat
menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari
alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tradisional.
1102012227
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan
atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang
menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran
moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap
pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah
masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau pengobatan tradisional.
Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding. Adapula yang menyebutkanalternatif
medicine. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous
medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan penyebutan maka
dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat
ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau
sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno
medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif
adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah. Pengobatan yang banyak
dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa
maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun
penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang
dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun
yang memadukan antara kekuata rasio dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan.
Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam
penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan
tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai
dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi
minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu
aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.
LI . 5 MM SISTEM RUJUKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Rujukan Kesehatan Masyarakat
Sistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun,
1102012227
agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan
mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka
berada.
Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu
system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari
unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal
dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Tujuan Depkes
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan
RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga
dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka
kematian bayi.
Tugas Sistem Rujukan
Memeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari
Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung
jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya
Syarat Rujukan
Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang
menerima rujukan .
Adanya pencatatan tertentu :
- Surat rujukan
- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu
- Pencatatan yang tepat dan benar
- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)
Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan
Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan
Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).
Jenis Rujukan
o Rujukan medis
- Rujukan pasien
- Rujukan pengetahuan
- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
o Rujukan kesehatan
- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman
dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan
dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.
- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli
dalam jangka waktu tertentu.
- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.
- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
o Rujukan manajemen
1102012227
- Pengiriman informasi
- Obat, biaya, tenaga, peralatan
- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)
Alur Rujukan
Manfaat Rujukan
Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :
1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat
kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja
berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.
Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :
1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara
berulang-ulang.
2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan
jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.
Dari sudut tenaga kesehatan :
1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat
kerja, ketekunan dan dedikasi.
2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.
3) Memudahkan/meringankan beban tugas, karena setiap sarana kesehatan mempunyai
tugas dan kewajiban tertentu.
LI . 6 MM TUJUAN SYARIAT ISLAM DAN KONSEP KEJADIAN LUAR BIASA
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya dengan dosa
atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia pendurhaka.Bencana alam berupa letusan
gunung api, banjir bandang, wabah penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain
sebagainya, dalam pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam.
1102012227
Al-Quran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang menimpa umat
manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri. Tentu saja kata tangan sebatas
simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan
juga dikendalikan dan diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia.
Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti melanggar perkara
yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah (sunnatullah) seperti melanggar dan
merusak alam lingkungan
Bahkan sebelum dunia mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah menetapkandalam
salah satu sabdanya
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah mengunjungi daerah itu,
tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah meninggalkannya
LI . 7 MM MENJAGA KESEHATAN DAN BEROBAT
Anjuran Menjaga Kesehatan
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena
penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang
tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat
sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan:
Dari Ibn Abbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya
bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan akan baca dalam doaku,
Nabi menjawab: Mintalah kepada Allah ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap
lagipada kesempatan yang lain saya bertanya: Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa
yang akan akan baca dalam doaku. Nabi menjawab: Wahai Abbas, wahai paman
Rasulullah saw mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat. (HR Ahmad, alTumudzi, dan al-Bazzar).
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar
kesehatan, antara lain, dengan mengonsumsi gizi yang yang cukup, olahraga cukup, jiwa
tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit
penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits
shahih maupun ayat al-Quran.
Nilai Sehat dalam Ajaran Islam
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipaharm. berdasarkan rumusan WHO
yaitu: Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the
absence q; disease on infirmity.
Menurut penelitian Ali Munis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas
Ain Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan
terhadap yang disyariatkan Nabi dalam praktek pcngobatan yang berhubungan dengan
spesialisasinya.
Sebagaiman disepakati oleh para ulama bahwa di balik pengsyariatan segala sesuatu
termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikrnah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis
(kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya,
berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
Kesehatan Jasmani
1102012227
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu
diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu:
dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginankeinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
a. Menjaga Pola Makan & Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk
menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan
dan thayyiban. Al-Quran berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya,
seperti ditegaskan dalam ayat: maka hendaklah manusia itu memperhatikan
makanannya. (QS. Abasa 80 : 24).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu menekankan
dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Qs. al-Baqarat (2)1168; al-Maidah
(s):88; al-Anfal (8):&9; al-Nahl (16) : 1 14),
b. Kesehatan Beraktivitas & Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam
menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga
mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam al-Quran menganjurkan hal tersebut.
Al-Quran melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di
bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan
membinasakan diri dan mubadzir dan akibatyang ditimbulkan, bau, mengganggu orang
lain dan lingkungan.
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai
anjuran Nabi: Bahwa badanmu mempunyai hak
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup,
istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi
tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga
diatur secara proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti
dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya,
seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan
sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat
Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak
berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau menggauli istrinya,
sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa
kamu puasa di szam? hari dan qiyamul laildimalam hari, maka aku katakan, benarya
Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lalukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun
malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hak
(HR Bukhari dan Muslim).
c. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui
kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin
1102012227
Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut deporte yang berarti
penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport
dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara
jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya
tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan
daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur,
dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas
dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab: al-Riyadhat) termasuk bidang
ijtihadiyat. Secara umum hokum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai
ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan
sempurna dan pelaksanaannyatidakbertentangan dengan norma Islami.
Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan
berolahraga, karena termasuk masalah duniawi atau ijtihadiyat, maka bentuk, teknik,
dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya
memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan
berolahraga.
Nash al-Quran yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks
perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan
musuh, yaitu ayat:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan
dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu najkahkanpadajalan
Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan). (QS.Al-Anfal :6o):
Nabi menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini
adalah memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali,
sebagaimana dinyatakan dalam satu hadits:
Nabi berkata : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sang gupi Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah
memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR Muslim, al-Turmudzi, Abu
Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi)
d. Anjuran Menjaga Kesehatan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu
aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang
berhubungan dengan kebersihan disebut dengan al-Thaharat. Dari sisi pandang
kebersihan dan kesehatan, al-thaharat merupakan salah satu bentuk upaya preventif,
berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.
1102012227
Imam al-Suyuthi, Abd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam
Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat,
bagian dari taabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda:
Dari Ali ra., dari Nabi saw, beliau berkata: Kunci shalat adalah bersuci (HR Ibnu
Majah, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi)
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharat dari najis, mutanajjis,
dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga
dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas
masalah thaharat, dan dapat dinyatakan bahwa fikih pertama yang dipelajari umat Islam
adalah masalah kesucian.
Abd al-Munim Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya
kebanyakan ulama membagi thaharat menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian
lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu
yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani
meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.
Kesehatan Psikis (Mental)
Di samping kesehatan fisik, Islam juga memperhatikan kesehatan jiwa dengan perhatian
yang tinggi. Kesehatan mental (mental hygiene) merupakan satu cabang dari ilmu jiwa.
Banyak definisi kesehatan mental diberikan oleh para ahli sesuai dengan pandangan dan
bidang masing-masing. Zakiah Daradjat menyimpulkan bahwa kesehatan mental adalah
terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa, menyesuaikan diri,
dan memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada semaksimal mungkin dan membawa
kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.
Sehat dan tidaknya jiwa seseorang dapat dilihat dari tingkah lakunya. Jika tingkah
lakunya normal, dapat dikatakan bahwa orang itu sehat jiwanya, dan sebaliknya jika tingkah
lakunya tidak normal, dikatakan bahwa orang itu mengalami sakit jiwa, gangguan jiwa atau
gila.
Keterkaitan kesehatan psikis dengan agama dinyatakan oleh Dadang Hawari, ia
mengatakan, dari semua cabang ilmu kedokteran, ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) dan
kesehatan jiwa (mental health) adalah yang paling dekat dengan agama, bahkan ada titik
temu antara keduanya. Berdasarkan kesimpulannya bahwa dari berbagai laporan penelitian
menunjukkan ada indikasi yang kuat bahwa komitmen agama mampu mencegah dan
melindungi seseorang dari penyakit, atau mempertinggi kemampuan seseorang dalam
mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Sejalan dengan itu, konsepkonsep Islam tentang penyucian kalbu sebagaimana diuraikan dalam ilmu akhlak dan
tasawuf seperti rasa percaya diri, taqwa, bersabar, ikhlas, ridha, tawakkal, syajaah (berani),
qanaah, zuhud, merasa aman, tenang, sakinah, dll dapat menjadi obat mujarab terhadap
sakit jiwa dan hati. Bahkan berbagai praktek ubudiyah seperti shalat, dzikir, zakat, puasa,
haji mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan jiwa.
Adapun indikasi jiwa yang sehat adalah jiwa yang dapat mengatasi segala gangguan,
seperti selalu dalam keadaan gelisah, takut mati, dan berbagai ketakutan yang lain, atau
1102012227
cemas akan kebutuhannya tidak dapat dipenuhi, baik kebutuhan makan, minum atau seksual.
Kegelisahan jiwa menyebabkan jantung berdebar-debar, tidak bisa tidur, makan tidak enak,
kadang-kadang keringat banyak keluar, merasa cemas atau jiwa tertekan, sehingga mudah
marah atau mudah menangis. Dalam hal demikian, ilmu pengetahuan sekuler memberikan
solusi penanganannya tidak mengaitkannya dengan pendekatan teologis. Menurut Islam
untuk menangani, pendekatannya adalah melalui dzikir Allah. Allah berfirman :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.s. al-Rad :
28)
Berbagai praktek keagamaan, di samping bernilai ubudiyah juga memiliki hikmah
tertentu, juga bernilai sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan fisik dan psikis
sekaligus. Shalat misalnya, di samping berbentuk gerakan-gerakan fisik yang bernilai
sebagai olahraga fisik juga memiliki banyak nilai kerohanian yang berguna mendukung
kesehatan rohani dan juga berpengaruh pada kesehatan jasmani. Sisi rohaninya bahwa shalat
yang khusyu dapat menenangkan urat saraf, mengendorkan ketegangan atau stres,
mengobati kegelisahan hati serta dapat memberikan ketenangan. Keadaan-keadaan tersebut
dapat menentukan kesehatan tubuh. Secara sosial ekonomi ibadah zakat diharapkan bagi
kaum miskin tidak terkena depresi akibat terlalu berat memikirkan tekanan ekonomi. Larut
dalam kesedihan akan berakibat menurunnya stamina fisik yang akhirnya akan sakit,
dinyatakan dalam hadits Nabi :
Siapa yang banyak kesedihannya, maka akan sakit badannya. (HR. Ibn Sina dan Abu
Naim)
Nikah, diharapkan agar tercipta kedamaian, ketenangan, dan rasa aman sehingga terjauhkan
dari depresi.
Hal-hal negatif yang berhubungan dengan kejiwaan yang dapat mengganggu kesehatan
jiwa antara lain, Nabi melarang marah. Gembira yang dianjurkan dalam Islam adalah
proporsional, jika berlebihan maka termasuk dilarang, hal ini tercakup dalam surat alQashash ayat 76 :
... Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
terlalu membanggakan diri.
Dengan menelusuri ayat-ayat Al-Quran dan hadits Nabi bahwa konsep kesehatan rohani
dalam Islam tampak lebih aplikatif, menonjol, dan kuat daripada kesehatan fisik. Penjelasan
secara pointer dan aplikatif dalam al-Quran maupun hadits menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan hati sejalan dengan teori dalam teori ilmu kesehatan mental modern.
Di samping kesehatan fisik dan jiwa, Islam juga menekankan kesehatan sosial. Keadaan
sosial yang baik dalam batasan ini adalah keadaan standar baik dalam kehidupan sosial.
Secara ringkas keadaan sosial yang baik apabila terpenuhi beberapa indikasi :
a) Dihargai sebagai manusia
1102012227
1102012227
1102012227
d. Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu penyakit,
dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni dosanya dengan
sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada kebinasaan,
jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat, maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya haram,
seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang haram lainnya.
Menciptakan Kemaslahatan Insani yang Hakiki
Memelihara atau menciptakan kemaslahatan manusia, sekaligus menghindarkan dari
mafsadat (hal-hal yang merusak), baik di dunia maupun di akhirat merupakan tujuan utama
disyariatkannya hukum Islam. Tujuan teresebut hendak dicapai melalui taklif (pembebanan
syariat), yang pelaksanaannya tergantung pada pemahaman sumber hukum yang utama
dalam Islam, al-Qura dan Hadits.
Lima Kemaslahatan
Kemaslahatan yang ingin dituju dan diciptakan dalam syariat Islam tersebut meliputi
pemeliharaan lima hal yang paling urgen (al-Kulliyyat al-Khams), yaitu agama, jiwa,
keturunan (kehormatan), harta dan akal. Tiga diantaranya secara langsung berhubungan
dengan kesehatan manusia (kedokteran), yaitu jiwa, keturunan (kehormatan), dan akal.
Peringkat Pemeliharaan Lima Kemaslahatan
Cara untuk memelihara lima kepentingan di atas dikenal ada 3 peringkat, yaitu : dharuriyyat,
hajjiyat dan tahsiniyyat. Pengelompokan ini didasarkan pada tingkat kebutuhan dan skala
prioritas. Urutan peringkat ini akan terlihat kepentingannya manakala kemaslahatan yang
ada pada masing-masing peringkat satu sama lain bertentangan. Peringkat dhruriyyat
menempati urutan pertama, disusul hajjiyat, kemudian tahsiniyyat. Ketiga peringkat tersebut
saling berhubungan, kait-mengkait, dan saling melengkapi, peringkat ketiga melengkapi
peringkat kedua, dan peringkat kedua melengkapi peringkat pertama.