Oleh
REZKI ALFURQAN
1110070110026
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Case Based Discussion (CBD)
Bridge ini sebagai salah satu syarat dalam melengkapi Kepaniteraan Klinik
pada Modul 4.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas serta
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada bapak drg. Widya Puspita Sari, MDSc
selaku pembimbing yang telah membantu dalam menyusun Case Based
Discussion ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Case Based Discussion ini dapat
bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi
semua pihak yang memerlukan.
Penulis
Nama Pasien
Watniati
Umur
31 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Pekerjaan
IRT
Alamat
Gunung Nago
Tanggal Pemeriksaan
2 April 16
Dosen Pembimbing
11 (ekstrakoronal retainer)
12 (pontik)
PROSEDUR KERJA
Dowel Crown
(Intra radikular retainer)
JENIS PEKERJAAN
TGL
PARAF
KETERANGAN
Pembayaran
Dosen Pembimbing
( )
I. PENDAHULUAN
Hilangnya satu atau beberapa gigi merupakan salah satu masalah yang
dapat mengganggu. Kehilangan gigi memiliki hubungan dengan gigi tiruan.
Tujuan seseorang menggunakan gigi tiruan adalah untuk mengganti gigi geligi
yang hilang, memulihkan dan memperbaiki fungsi bicara, meningkatkan fungsi
pengunyahan dan melestarikan jaringan mulut yang masih ada serta memulihkan
fungsi estetis.
Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi
yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi
karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung
utama dari restorasi.
Riskesdas 2007 menyatakan bahwa banyaknya kehilangan gigi yang
terjadi disertai dengan meningkatnya kebutuhan akan penggunaan gigi tiruan.
Gigi tiruan berdasarkan pemakaiannya terbagi atas 3 yaitu gigi tiruan cekat, gigi
tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan lengkap.
Gigi tiruan cekat yang terbagi atas 2 yaitu full crown dan bridge. Kasus ini
membahas tentang pembuatan bridge dimana gigi tiruan yang menggantikan 1
atau lebih gigi yang hilang yang terbatas dan tertentu.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan untuk menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang, tidak dapat dilepas oleh pasien sendiri maupun dokter gigi
karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung
utama dari restorasi. Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown
dan bridge.
Bridge adalah gigi tiruan jembatan yang menggantikan satu atau beberapa
gigi yang hilang, yang terbatas dan tertentu yang dilekatkan secara permanen pada
gigi penyangga.
2.1.1
Komponen-komponen bridge
Gigitiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer,
dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:
a. Fixed-fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi
oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung
dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang
hilang.
b. Semi fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada
akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan
menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil pergerakan
antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya
c. Cantilever bridge
Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
oklusal dari gigi tiruan
Desain pontik tidak boleh menyebabkan beban yang berlebihan pada gigi
abutment. Hal di atas dapat terjadi, kalau permukaan oklusalnya terlampau
lebar. Untuk mengurangi beban tersebut, lebar buko-lingualnya dikurangi.
Tipe pontik dibedakan atas;
a. Sadle pontic
Pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge, sulit untuk
dibersihkan dan juga menyebakan inflamasi
b. Ridge lap pontic
Kombinasi antara pontik tipe sadle dengan hygienic. Memiliki permukaan
facial yang menutupi residual ridge dan bagian lingual/palatal tidak berkontak
sehingga estetisnya bagus dan mudah dibersihkan
c. Conical pontic
Merupakan pontik yang memiliki satu titik kontak pada titik tengah
residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti
gigi yang hilang pada ridge yang pipih di daerah posterior.
d. Sanitary/Hygienic pontic
Merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena tidak berkontak denan
edentulous ridge.mesiodostal dan fasiolingual berbentuk cembung, serta dasar
pontik berbentuk bulat. Diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah atau
2.1.4
distorsi dan fraktur selama gigi tiruan berfungsi. Terdiri dari rigid konektor dan
2.1.6
non rigid.
Abutment
Merupakan gigi tiruan yang mendukung bridge sebagai tempat retainer
direkatkan dengan semen. Persyaratan gigi penyangga atau abutment adalah
a. Hokum Ante
b. Perbandingan mahkota akar
c. Konfigurasi Akar
d. Luas ligament periodontal
e. Vital dan nonvital gigi
Bahan Mahkota Tiruan
Bahan mahkota tiruan yang digunakan biasanya adalah resin akrilik atau
porselen. Kedua bahan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan
kelemahan.
1. Resin akrilik
Keuntungan :
-
Kerugian :
-
Dengan adanya koefisien ekspansi termik yang tinggi dan sifat plastis
resin akrilik di bawah pembebanan, hilangnya kontak marginal, semennya
akan larut dan mahkota menjadi bocor. Akibatnya adalah gingivitis,
pewarnaan gigi dan karies sekunder.
Warna yang mula-mula bagus dari resin akrilik akan berubah karena
keausan yang tersebut diatas dan kebocoran pinggir.
2. Porselen
Keuntungan :
-
Memiliki koefesien ekspansi yang kurang lebih sama dengan jaringan gigi
Kerugian :
-
Kontak marginal lebih buruk dari pada mahkota cor sehingga terdapat
kemungkinan yang lebih besar terhadap iritasi gingiva pada daerah sub
gingiva
3. Logam
Keuntungan :
Kuat
Dapat dibuatkan pada gigi posterior dimana jarak service oklusal relative
pendek
Kerugian :
-
Murah
Kerugian :
-
Retensi kurang karena ikatan akrilik dan logam adalah ikatan mekanis.
Preparasi bagian labial dan bukal yang banyak dapat membahayakan pulpa
Estetis baik
Retainer bridge
Kerugian :
Pengambilan
jaringan
bagian
labial/bukal
yang
banyak
dapat
membahayakan pulpa
-
c.
d.
Memelihara estetik
3. Prosedur laboratorium
Informasi yang selengkap-lengkapnya sangat penting diberikan kepada
teknisi untuk hasil yang lebih baik. Informasi yang diberikan adalah :
a. Study model yang menggambarkan bentuk dan hubungan oklusi gigi
b. Cetakan preparasi, minimal seluruh gigi anterior
c. Registrasi hubungan dalam oklusi maksimal, bila perlu dilengkapi
dengan gigitan artikulasi
d. Warna gigi
LAPORAN KASUS
A. IDENTIFIKASI PASIEN
Nama Pasien
Watniati
Umur
31 Tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Pekerjaan
IRT
Alamat
Gunung Nago
Tanggal Pemeriksaan
4 April 2016
B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF
Pasien datang dengan keluhan ingin dibuatkan gigi tiruan karena giginya
patah sejak beberapa tahun terakhir agar penampilanya lebih baik. 2 minggu yang
lalu sisa akar gigi depannya telah dilakukan pencabutan.
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
General Jasmani : sehat
Rohani : komunikatif dan kooperatif
Lokal :
EO : Muka : Simetris
IO : Palatum : Normal
Pipi
: Simetris
Mukosa : Normal
Bibir
: Simetris
Gingiva : Normal
Formula gigi
KM
1 8 1 7 1 6 1 5 1 4 1 3 1 2 11
21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41
31 32 33 34 35 36 3738
Keterangan
12 : Missing
E.
RENCANA PERAWATAN
Tahap I
1. Evaluasi rontgen foto untuk mengetahui kondisi gigi dan jaringan
periodontium.
2. Membuat cetakan study model :
Sendok cetak
Bahan cetak
alginate
Metode mencetak :
mucostatik
Tahap II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Preparasi gigi 11
Anestesi infiltrasi
Pembuatan insisal dan labial groove sedalam 2 mm
Preprasi bagian insisal dengan wheel bur 1,5-2mm
Preparasi bagian labial dengan tapered bur
Preprasi bagian proksimal dengan membentuk konus 5 derajat
Preparasi bagian palatal dengan elips bur 0,5-1mm
Pembentukan servical line dan finishing dengan bentuk step adalah shoulder.
Retraksi Gingiva
Retraksi gingival dengan menggunakan benang retraksi selama 5 10
menit. Cara retraksi gingiva :
Benang yang sudah tersedia yaitu benang yang telah direndam dalam
adrenalin 10% dimasukkan ke dalam sulkus gingiva di sekeliling gigi yang
akan dicetak, benang dipertahankan dalam sulkus gingival selama 10 menit
kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika belum cukup ulangi
retraksi selama 5 menit. Keberhasilan retraksi gingival terdapat tanda-tanda
memucat pada gingival selama waktu 15 menit dan daerah step akan terlihat.
Caranya :
1. Putty diaduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : I sendok katalise
(kuning) homogeny menjadi warna hijau.
Penyemenan bridge
a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan gigi yang
akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan.
b. Semen GIC tipe I diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan pada gigi
yang dipreparasi dan bagian dalam mahkota bridge.
c. Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan diatas mahkota jacket dan pasien disuruh menggigit beberapa
menit.
d. Pemeriksaan oklusi dan estetis.
warna
gigi
tiruan
dengan
gigi
tetangga.
Pada
Pemeriksaan subjektif
Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya
2.
Pemeriksaan objektif
Memeriksa keadaan jaringan mulut serta keadaan oklusi, retensi dan
stabilisasi bridge.
F. DISKUSI
Pasien ingin dibuatkan gigi palsu untuk memperbaiki penampilan pada
gigi depan atas. Pada gigi 12
retainer, dan gigi 13 sebagai intra korona retainer. Porcelain fused to metal dipilih
sebagai bahan bridge karena dinilai
DAFTAR PUSTAKA
Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 48
Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia
Martanto, P., 1981, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Bridge, Alumni,
Bandung
Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.