Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH CASE V

Darah, Urine, Radiologi

Disusun oleh:
Kelompok Tutorial A1
TUTORIAL A-1
Sandi Prawira Yudha
(1310211174)
Putri Nashuha
(1410211001)
Siska Yolanda
(1410211006)
Ajeng Puspitasari
(1410211009)
Helena Galuh Proborini
(1410211012)
Eko Satrio Bahari
(1410211013)
Febyola Nur Fitriyani
(1410211174)
Sofia Nurfadilla
(1410211176)
Anindita Farhana Balqis
(1410211178)
Axelomoon Faqilah
(1410211180)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2014/2015

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada dr. Pritha Maya Safitri, SpKP , selaku tutor dalam tutorial kami, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama tutorial
berlangsung.Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita
dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan, namun mudahmudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya.Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara.

Berikut ini adalah Clinical Pathology Case mengenai materi urinalisa dan hematologi:
Halaman 1:
Kehati-hatian memang diperlukan dalam berkendara. Lengah sedikit bisa
mengancam keselamatan bahkan mengancam jiwa. Seperti yang terjadi pada Roni (19)
yang mengalami luka serius karena motor yang dikendarainya bersama temannya Dini (19)
menabrak truk di Jalan Palem Raya, Jakarta Timur. Menurut saksi mata, Roni tidak melihat
truk didepannya karena membaca SMS sambil berkendara. Keduanya langsung dilarikan ke
RS Persahabatan dan segera mendapatkan pertolongan. Roni mengalami kehilangan
banyak darah, sehingga mengalami gangguan hemodinamik. Hasil pemeriksaan darah
menunjukan kadar hemoglobinnya turun sampai 7gr/dl. Dokter mengatakan Roni
membutuhkan transfusi beberapa kantong darah segera, akan tetapi keluarga kesulitan
mencari golongan darah yang sama di PMI. Teman-temannya berinisiatif mengumumkan
melalui broadcast blackberry messenger bagi siapa yang memiliki golongan darah yang
sama dan bersedia diperiksa dan diambil darahnya untuk donor.
Halaman 2:
Dini, yang duduk di posisi belakang mengalami memar dan nyeri pada perut bawah.
Dokter UGD sudah melakukan pemeriksaan X-ray untuk memastikan apakah ada fraktur
tulang pelvis atau tidak. Setelah pemasangan kateter, diketahui volume urine 200cc, dan
warnanya kuning kemerahan. Orang tua Dini menanyakan pada dokter mengapa urine yang
terkumpul pada urine bag berwarna seperti itu. Dokter menjelaskan harus dipastikan apakah
ada robekan pada kandung kemih atau tidak. Karena itu ia merencanakan pemeriksaan
urine rutin dan pemeriksaan USG.
Kedua oranng tua korban merasa sedih dan tak percaya anak-anak mengalami
kecelakaan seperti ini. Sampai saat ini keduanya masih dirawat intensif di RS Persahabatan.
Dari case di atas kami mendapat terminology sebagai berikut:
1. Hemodinamik
: berkenaan dengan sirkulasi darah
2. Hemoglobin
: pigmen merah pembawa O2 pada eritrosit
3. Darah
: cairan yang beredar melalui jantung, arteri, kapiler dan vena
membawa zat makanan dan O2 ke sel-sel tubuh.
4. Donor
: organisme individual yang memberikan jaringan hidup untuk
dapat digunakan pada tubuh orang lain.
5. Transfusi
: memasukkan darah lengkap atau komponen-komponen
darah secara langsung ke dalam aliran darah.
6. Fraktur
: pemecahan (patahnya) suatu bagian terutama tulang.
7. Kateter
: alat bedah yang berupa selang/ pipa dan bersifat lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga tubuh untuk mengisap atau memasukkan cairan.
8. Urine
: cairan yang diekskresi oleh ginjal.
9. Kandung kemih
: kantung muskulo membranosa yang terletak di bagian
anterior rongga panggul, penampung kemih.
10. USG
: struktur dalam tubuh dengan merekam pantulan (gema)
denyutan gelombang ultrasonik yang di arahkan ke jaringan tersebut.
Dari case diatas, kami pun mendapatkan problem sebagai berikut:

1. Apa itu gangguan hemodinamik ?


2. Mengapa saat mengalami kehilangan banyak darah dapat mengalami gangguan
hemodinamik ?
3. Bagaimana cara mengatasi gangguan hemodinamik ?
4. Bagaimana cara pemeriksaan darah yang benar ?
5. Berapa kadar hemoglobin normal ?
6. Bagaimana cara transfusi darah yang benar ?
7. Apa ketentuan untuk transfusi darah ?
8. Apa saja kandungan darah dalam tubuh ?
9. Apa fungsi hemoglobin ?
10. Apa itu golongan darah ?
11. Bagaimana cara menentukan golongan darah ?
12. Apa saja komposisi urine ?
13. Apa saja spesimen urine ?
14. Berapa volume maksimal kandung kemih (vesika urinaria) ?
15. Berapa volume urine normal dalam sehari ?
16. Bagaimana pembentukan urine ?
17. Apa saja pemeriksaan penunjang ?
Dari hipotesis kami, korban akan melaksanakan pemeriksaan urine dan darah.
Dari case tersebut, kami mendapatkan IDK (I Dont Know) sebagai berikut:
1. Darah
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Definisi dan fungsi


Komponen dan fungsi
Hemoglobin (Hb)
Hemopoiesis
Daur ulang darah
Metabolisme bilirubin
Penggolongan darah dan transfusi
Pemeriksaan dan gangguan

2. Urine
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Definisi
Komposisi
Anatomi ginjal
Mekanisme pembentukan dan perkemihan
Volume urine dan vesika urinaria
Pemeriksaan (tahap dan spesimen)

3. Radiologi
a. Definisi
b. Jenis pemeriksaan diagnostik (definisi, prinsip, tujuan)
c. Macam dan fungsi pemeriksaan (dengan dan tanpa kontrol)

1.Darah
DEFINISI

Darah adalah Kendaraan untuk transpor masal jarak jauh berbagai bahan antara sel
dan lingkungan eksternal atau antara sel sel itu sendiri

KOMPONEN

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki volume
rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis elemen
seluler khusus , eritrosit (sel darah merah), Leukosit (sel darah putih, trombosit
(keping darah). Nilai hematokrit / packed cell rerata pada wanita adalah 42% dan pria
sedikit lebih tinggi yaitu 45%. Plasma membentuk volume sisanya. Karena itu ,
volume rerata plasma dalam darah adalah 58% untuk wanita dan 55% untuk pria. Sel
darah putih dan trombosit, yang tidak berwarna dan kurang padat dibandingkan
eritrosit, termamampatkan dalam suatu lapisan tipis berwarna krim yang dinamai
buffy coat, diatas kolom sel darah merah. Lapisan ini membentuk kurang dari 1%
volume darah total.
Darah terdiri dari 55% Plasma Darah (bagian cair darah) dan 45%
Korpuskuler (bagian padat darah).

Plasma
Darah
(bagian
cair)

Darah

Serum

Fibrinogen
Sel darah
merah
(eritrosit)

Susunan Darah
Korpuskule
Serum darah atau plasma terdiri
atas:
r (bagian
padat)

Sel darah
putih
(leukosit)

Air: 91,0%

Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan Darah


fibrinogen)

Keping

(trombosit)

Mineral:

0.9%

(natrium

klorida, natrium

bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, , kalium dan zat besi,nitrogen, dll).

A. Bagian-Bagian Darah
a.
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Sel darah merah atau yang juga disebut eritrosit berasal dari bahasa Yunani
yaitu, erythos yang berarti merah dan kytos yang berarti selubung atau sel. Eritrosit
merupakan bagian sel darah yang mengandung hemoglobin (Hb). Hemoglobin
adalah biomolekul yang mengikat oksigen. Sedangkan darah yang berwarna
merah cerah dipengaruhi oleh oksigen yang diserap dari paru-paru. Pada saat
darah mengalir ke seluruh tubuh, hemoglobin melepaskan oksigen ke sel dan
mengikat karbondioksida. Jumlah hemoglobin pada orang dewasa kira-kira 11,5-15
gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel
darah merah memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan
memerlukan pula zat besi, sehinnga diperlukan diet seimbang zat besi. Di dalam
tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian juga banyaknya
hemoglobin dalam sel darah merah. Apabila kedua-duanya berkurang maka
keadaan ini disebut animea, yang biasanya disebabkan oleh pendarahan hebat,
penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan eritrosit terganggu. Pada
manusia umumnya memiliki volume darah sebanyak kurang lebih 5 liter dengan
unsur-unsur pembentuknya yaitu sel-sel darah, platelet, dan plasma.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel),
tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut yaitu
mengangkut atau membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
Bentuk sel darah merah pada manusia adalah bikonkaf

atau berbentuk

piringan pipih seperti donat. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 68 m, tebalnya sekitar 2 m, tebal tengah 0.8 m dan tanpa memiliki inti. Eritrosit
termasuk sel paling kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh
manusia. Jumlah sel darah merah adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan
jumlah sel darah lainnya. Secara normal, di dalam darah seorang laki-laki dewasa
terdapat 25 trilliun sel darah merah atau setiap satu milimeter kubik (1 mm 3) darah
trdapat 5 juta sel darah merah. Pada perempuan dewasa, jumlah sel darah merah
per miliketer kubiknya sebanyak 4,5 juta.
Sel darah merah hanya mampu bertahan selama 120 hari. Proses dimana
eritrosit diproduksi dimaksud eritropoiesies. Sel darah merah yang rusak akhirnya

akan pecah menjadi partikel-partikel kecil di dalam hati dan limpa. Sebagian besar
sel yang rusak dihancurkan oleh limpa dan yang lolos akan dihancurkan oleh hati.
Hati menyimpan kandungan zat besi dari hemoglobin yang kemudian diangkut oleh
darah ke sumsum merah tulang untuk membentuk sel darah merah yang baru.
Sumsum merah tulang memproduksi eritrosit, dengan laju produksi sekitar 2 juta
eritrosit per detik. Produksi dapat distimulasi oleh hormon eritoprotein (EPO) yang
disintesa ginjal. Hormon ini sering digunakan para atlet dalam suatu pertandingan
sebagai doping. Saat sebelum dan sesudah meninggalkan sumsum tulang
belakang, sel yang berkembang ini dinamakan retikulosit dan jumlahnya sekitar 1%
dari semua darah yang beredar. Eritrosit yang berukuran kurang dari normalnya
dinamakan mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit.
Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang
lebih pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada
keadaan normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga
selnya dinamakan eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat
melebar disertai bagian pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut
dinamakan eritrosit hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat
menyempit selnya dimanakan eritrosit hiperkhromatik.
Sel darah merah (eritrosit)

b. Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit adalah sel darah yang mengendung inti, disebut juga sel darah
putih. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Sel darah putih (leukosit) jauh lebih besar dari
pada sel darah merah. Namun jumlah sel darah putih jauh lebih sedikit daripada
sel darah merah. Pada orang dewasa setiap 1 mm 3 darah terdapat 6.000-9.000 sel
darah putih. Tidak seperti sel darah merah, sel darah putih memiliki inti (nukleus).

Sebagian besar sel darah putih bisa bergerak seperti Amoeba dan dapat
menembus dinding kapiler. Sel darah putih dibuat di dalam sumsum merah,
kelenjar limfa, dan limpa (kura).

Gambar Bagian-Bagian Leukosit


Sel darah putih memiliki ciri-ciri, antara lain tidak berwarna (bening), bentuk
tidak tetap (ameboid), berinti, dan ukurannya lebih besar daripada sel darah merah.
Berdasarkan ada tidaknya granula di dalam plasma, leukosit dibagi:
1. Leukosit Bergranula (Granulosit)
Yang mempunyai granula spesifik, yang dalam keadaan hidup berupa
tetesan setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi. Terdapat tiga jenis leukosit granuler:
a. Neutrofil
b. Basofil
c. Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas
granula terhadap zat warna netral, basa dan asam.

Neutrofil
Neutrofil adalah sel darah putih yang paling banyak yaitu sekitar 60%

70% dari jumlah seluruh leukosit atau 3000-6000 per mm3 darah normal.
Plasmanya bersifat netral, inti selnya banyak dengan bentuk yang bermacammacam dan berwarna merah kebiruan. Neutrofil bertugas untuk memerangi
bakteri pembawa penyakit yang memasuki tubuh. Mula mula bakteri
dikepung, lalu butir-butir di dalam sel segera melepaskan zat kimia untuk
mencegah bakteri berkembang biak serta menghancurkannya.
Pada perkembangan sel netrofil dalam sumsum tulang, terjadi
perubahan bentuk intinya, sehingga dalam darah perifer selalu terdapat

bentuk-bentuk yang masih dalam perkembangan. Dalam keadaan normal


perbandingan tahap-tahap mempunyai harga tertentu sehingga perubahan
perbandingan tersebut dapat mencerminkan kelainan. Sel netrofil matang
berbentuk bulat dengan diameter 10-12 m. Intinya berbentuk tidak bulat
melainkan berlobus berjumlah 2-5 lobi bahkan dapat lebih. Makin muda
jumlah lobi akan berkurang. Yang dimaksudkan dengan lobus yaitu bahan inti
yang terpisah-pisah oleh bahan inti berbentuk benang. Inti terisi penuh oleh
butir-butir khromatin padat sehingga sangat mengikat zat warna basa menjadi
biru atau ungu. Oleh karena padatnya inti, maka sukar untuk untuk
memastikan adanya nukleolus.
Dalam netrofil terdapat adanya bangunan pemukul genderang pada
inti netrofil yang tidal lain sesuai dengan Barr Bodies yang terdapat pada inti
sel wanita. Barr Bodies dalam inti netrofil tidak seperti sel biasa melainkan
menyendiri sebagai benjolan kecil. Hal ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah jenis kelamin seseorang wanita. Dalam sitoplasma terdapat 2 jenis
butir-butir atau granul yang berbeda dalam penampilannya dengan ukuran
antara (0.3-0.8m). Granul pada neutrofil tersebut yaitu:
a. Azurofilik yang mengandung enzym lisozom dan peroksidase,
dimana sudah mulai tampak sejak masih dalam sumsum tulang
yang makin dewasa makin berkurang jumlahnya. Ukurannya lebih
besar dari pada jenis butir yang kedua dan kebanyakan telah
kehilangan kemampuan mengikat warna. Dengan pewarnaan
Romanovsky butiran ini tampak ungu kemerah-merahan.
b. Granul spesifik lebih kecil mengandung fosfatase alkali dan zatzat bakterisidal

(protein Kationik) yang dinamakan fagositin.

Dinamakan butir spesifik karena hanya terdapat pada sel netrofil


dengan ukran lebih halus. Butiran ini baru tampak dalam tahap
mielosit, berwarna ungu merah muda dan pada sel dewasa akan
tampak lebih banyak daripada butir azurofil.
Neutrofil jarang mengandung retikulum endoplasma granuler, sedikit
mitokonria, apparatus Golgi rudimenter dan sedikit granula glikogen. Neutrofil
merupakan garis depan pertahanan seluler terhadap invasi jasad renik,
menfagosit partikel kecil dengan aktif. Dengan adanya asam amino D
oksidase dalam granula azurofilik penting dalam pengenceran dinding sel
bakteri yang mengandung asam amino D. Selama proses fagositosis dibentuk
peroksidase. Mielo peroksidase yang terdapat dalam neutrofil berikatan
dengan peroksida dan halida bekerja pada molekul tirosin dinding sel bakteri

dan menghancurkannya. Dibawah pengaruh zat toksik tertentu seperti


streptolisin toksin streptokokus membran granula-granula neutrofil pecah,
mengakibatkan proses pembengkakan diikuti oleh aglutulasi organel- organel
dan destruksi neutrofil.
Neotrofil mempunyai metabolisme yang sangat aktif dan mampu
melakukan glikolisis baik secara aerob maupun anaerob. Kemampuan
nautrofil untuk hidup dalam lingkungan anaerob sangat menguntungkan,
karena mereka dapat membunuh bakteri dan membantu membersihkan
debris pada jaringan nekrotik.

Eosinofil
Eosinofil adalah leukosit bergranula dan bersifat fagosit. Jumlahnya

sekitar 5% dari seluruh lekosit atau 150-450 buah per mm3 darah. Ukurannya
berdiameter 10-15 m, sedikit lebih besar dari netrofil. Intinya biasanya hanya
terdiri atas 2 lobi yang dipisahkan oleh bahan inti yang sebagai benang. Butirbutir khromatinnya tidak begitu padat kalau dibandingkan dengan inti netrofil.
Eosinofil berkaitan erat dengan peristiwa alergi, karena sel-sel ini
ditemukan dalam jaringan yaang mengalami reaksi alergi. Eosinofil
mempunyai kemampuan melakukan fagositosis, lebih lambat tapi lebih
selektif dibanding neutrofil. Eosinofil mengandung profibrinolisin, diduga
berperan mempertahankan darah dari pembekuan, khususnya bila keadaan
cairnya diubah oleh proses-proses Patologi. Eosinofil akan bertambah
jumlahnya apabila terjadi infeksi yang disebabkan oleh cacing. Plasmanya
bersifat asam. Itulah sebabnya eosinofil akan menjadi merah tua apabila
ditetesi dengan eosin. Eosinofil memiliki granula kemerahan. Fungsi dari
eosinofil adalah untuk memerangi bakteri, mengatur pelepasan zat kimia, dan
membuang sisa-sisa sel yang rusak.

Basofil
Basofil

adalah

leukosit

bergranula

yang

berwarna

kebiruan.

Jumlahnya hanya sekitar 1% sehingga sangat sulit diketemukan pada


sediaan apus. Ukurannya sekitar 10-12 m sama besar dengan netrofil.
Kurang lebih separuh dari sel dipenuhi oleh inti yang bersegmen-segmen
atau kadang-kadang tidak teratur. Inti satu, besar bentuk pilihan irreguler,
umumnya bentuk huruf S, sitoplasma basofil terisi granul yang lebih besar,
dan seringkali granul menutupi inti, sehingga tidak mudah untuk mempelajari
intinya. Granul spesifik bentuknya ireguler berwarna biru tua dan kasar
tampak memenuhi sitoplasma.

Granula basofil mensekresi histamin yang berperan dalam dalam


proses alergi basofil merupakan sel utama pada tempat peradangan ini
dinamakan hypersesitivitas kulit basofil. Plasmanya bersikap basa, itulah
sebabnya apabila basofil ditetesi dengan larutan basa, maka akan berwarna
biru. Sel darah putih ini juga bersifat fagositosis. Selain itu, basofil
mengandung zat kimia anti penggumpalan yang disebut heparin.
2. Leukosit Tidak Bergranula (Agranulosit)
Yang tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya homogen
dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit
agranuler yaitu:
a. Limfosit (sel kecil, sitoplasma sedikit)
b. Monosit (sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak).

Limfosit
Limfosit adalah leukosit yang tidak memiliki bergranula. Intiselnya

hampir bundar dan terdapat dua macam limfosit kecil dan limfosit besar.
Limfosit tidak dapat bergerak dan berinti satu. Berfungsi sebagai pembentuk
antibodi. Jumlah limfosit yaitu sekitar 1000-3000 per mm3 darah atau 20-30%
dari seluruh leukosit. Di antara 3 jenis limfosit, limfosit kecil terdapat paling
banyak. Limfosit kecil ini mempunyai inti bulat yang kadang-kadang bertakik
sedikit. Intinya gelap karena khromatinnya berkelompok dan tidak nampak
nukleolus. Sitoplasmanya yang sedikit tampak mengelilingi inti sebagai cincin
berwarna biru muda. Kadang-kadang sitoplasmanya tidak jelas mungkin
karena butir-butir azurofil yang berwarna ungu. Limfosit kecil kira-kira
berjumlah 92% dari seluruh limfosit dalam darah.
Limfosit mempunyai kedudukan yang penting dalam sistem imunitas
tubuh, sehingga sel-sel tersebut tidak saja terdapat dalam darah, melainkan
dalam jaringan khusus yang dinamakan jaringan limfoid. Berbeda dengan selsel leukosit yang lain, limfosit setelah dilepaskan dari sumsum tulang belum
dapat berfungsi secara penuh oleh karena hars mengalami differensiasi lebih
lanjut. Apabila sudah masak sehingga mampu berperan dalam respon
immunologik, maka sel-sel tersebut dinamakan sebagai sel imunokompeten.
Sel limfosit imunokompeten dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T,
walaupun dalam sediaan apus kita tidak dapat membedakannya. Limfosit T
sebelumnya mengalami diferensiasi di dalam kelenjar thymus, sedangkan
limfosit B dalam jaringan yang dinamakan Bursa ekivalen yang diduga keras

jaringan sumsum tulang sendiri. Kedua jenis limfosit ini berbeda dalam fungsi
immunologiknya.
Sel-sel limfosit T bertanggung jawab terhadap reaksi immune seluler
dan mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen
asing. Sel limfosit B bertugas untuk memproduksi antibody humoral antibody
response yang beredar dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus
dengan antigen asing yang menyebabkan antigen asing tersalut antibody,
kompleks ini mempertinggi fagositosis, lisis sel dan sel pembunuh (killer sel
atau sel K) dari organisme yang menyerang. Sel T dan sel B secara marfologis
hanya dapat dibedakan ketika diaktifkan oleh antigen.
Antigen adalah apabila ada benda asing ataupun mikroba masuk ke
dalam tubuh, maka tubuh akan menganggap benda yang masuk tersebut
adalah benda asing. Akibatnya tubuh memproduksi zat antibodi melalu sel
darah putih untuk menghancurkan antigen. Glikoprotein yang terdapat pada
hati kita, dapat menjadi antigen bagi orang lain apabila glikoprotein tersebut
disuntikkan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa suatu bahan dapat
dianggap sebagai antigen untuk orang lain tetapi belum tentu sebagai antigen
untuk diri kita sendiri. Hal tersebut juga berlaku sebaliknya.

Monosit
Monosit adalah leukosit tidak bergranula. Inti selnya besar dan

berbentuk bulat atau bulat panjang. Diproduksi oleh jaringan limfa dan bersifat
fagosit. Jenis sel agranulosit ini berjumlah sekitar 3-8% dari seluruh leukosit.
Sel ini merupakan sel yang terbesar diantara sel leukosit karena diameternya
sekitar 12-15 m. Bentuk inti dapat berbentuk oval, sebagai tapal kuda atau
tampak seakan-akan terlipat-lipat. Butir-butir khromatinnya lebih halus dan
tersebar rata dari pada butir khromatin limfosit.
Sitoplasma monosit terdapat relatif lebih banyak tampak berwarna biru
abu-abu. Berbeda dengan limfosit, sitoplasma monosit mengandung butir-butir
yang mengandung perioksidase seperti yang diketemukan dalam netrofil.
Monosit mampu mengadakan gerakan dengan jalan membentuk pseudopodia
sehingga dapat bermigrasi menembus kapiler untuk masuk ke dalam jaringan
pengikat. Dalam jaringan pengikat monosit berbah menjadi sel makrofag atau
sel-sel lain yang diklasifikasikan sebagai sel fagositik. Didalam jaringan mereka
masih mempunyai membelah diri. Selain berfungsi fagositosis makrofag dapat
berperan menyampaikan antigen kepada limfosit untuk bekerjasama dalam
sistem imun.
c.

Keping Darah (Trombosit)

Dibandingkan dengan sel darah lainnya, keping darah memiliki ukuran yang
paling kecil, bentuknya tidak teratur, dan tidak memiliki inti sel. Keping darah dibuat
di dalam sumsum merah yang terdapat pada tulang pipih dan tulang pendek.
Setiap 1 mm3 darah terdapat 200.000 300.000 butir keping darah. Trombosit
yang lebih dari 300.000 disebut trombositosis, sedangkan apabila kurang dari
200.000 disebut trombositopenia. Trombosit hanya mampu bertahan 8 hari.
Meskipun demikian trombosit mempunyai peranan yang sangat penting dalam
proses pembekuan darah.
Pada saat kita mengalami luka, permukaan luka tersebut akan menjadi
kasar. Jika trombosit menyentuh permukaan luka yang kasar, maka trombosit akan
pecah. Pecahnya trombosit akan menyebabkan keluarnya enzim trombokinase
yang terkandung di dalamnya. Enzim trombokinase dengan bantuan mineral
kalsium (Ca2+) dan vitamin K yang terdapat di dalam tubuh dapat mengubah
protombin menjadi trombin. Selanjutnya, trombin merangsang fibrinogen untuk
membuat fibrin atau benang-benag. Benang-benang fibrin segera membentuk
anyaman untuk menutup luka sehingga darah tidak keluar lagi

Ketika luka terjadi yang mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh, merobek


pembuluh darah hingga darah keluar, maka hati akan menggenjot produksi
komponen yang ada di trombosit maupun plasma darah yang bernama fibrinogen.
Fibrinogen adalah sebuah glikoprotein yang ada dalam plasma darah dalam bentuk
cairan dan trombosit dalam bentuk granula yang semuanya dihasilkan oleh hati.

Fibrinogen ini yang kemudian melakukan proses koagulasi darah dan meningkatkan
viskositas darah. Proses ini akan menghasilkan trombin dan protrombin dengan
bantuan CA2+ dan vitamin K. Trombin yang terbentuk akan memecah fibrinogen
menjadi benang fibrin. Bersamaan dengan proses ini, terjadi pengendapan LDL yang
memacau proses terbentuknya plak dan memicu agregasi trombosit yang pecah
mengeluarkan trombokinase untuk merubah protrombin menjadi trombin dan proses
kembali ini menyebabkan semakin banyaknya benang fibrin yang terbentuk.

Skema Pembekuan Darah


Benang fibrin yang terbentuk lantas menjalin kembali sel-sel yang terkoyak
sehingga menutup jalan keluarnya darah. Fibrinogen akan bertahan hingga sel di
sekitarnya membelah diri dan menutup luka yang terjadi. Fibrinogen berperan seperti
jembatan molekul dalam interaksi antar sel ketika bereaksi dengan inflamasi atau
luka. Demikian adalah proses pembekuan darah yang penting bagi tubuh manusia.
Hal yang sepertinya sederhana, padahal melibatkan proses yang rumit dan berliku.
d. Plasma Darah dan Serum (Bagian Cair Darah)
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan
cara memutar sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan antikoagulan,
serta mempengaruhi sekitar 5% dari berat badan manusia. Plasma darah memiliki
warna kekuning-kuningan yang didalamnya terdiri dari 90% air, 8% protein, dan 0,9%
mineral, oksigen, enzim, dan antigen. Sisanya berisi bahan organik, seperti lemak,
kolestrol, urea, asam amino, dan glukosa.
Plasma darah merupakan cairan darah yang berfungsi untuk mengangkut
dan mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh manusia, dan
mengangkut zat sisa metabolisme dari sel-sel tubuh atau dari seluruh jaringan tubuh

ke organ pengeluaran. Di dalam plasma darah terdapat beberapa protein terlarut


yaitu:
a. Albumin berfungsi untuk memelihara tekanan osmotik
b. Globulin berfungsi untuk membentuk zat antibodi
c. Fibrinogen adalah sumber fibrin yang berfungsi dalam proses pembekuan
darah.
Susunan darah manusia disebutkan bahwa plasma darah terdiri atas serum
dan fibrinogen. Seperti yang telah dijelaskan diatas, fibrinogen adalah sumber fibrin
yang berfungsi dalam proses pembekuan darah, sedangkan serum adalah cairan
berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar sejumlah darah yang
dibiarkan membeku tanpa penambahan antikoagulan. Serum berfungsi sebagai
penghasil zat antibodi yang dapat membunuh bakteri atau benda asing yang masuk
ke dalam tubuh kita. Serum komposisinya hampir sama dengan plasma.
Perbedaannya adalah pada serum :
1. Tidak mengandung fibrinogen.
2. Tidak mengandung faktor pembekuan.
3. Mengandung serotonin tinggi karena adanya perusakan pada platelet.

Bagian cairan ini terdiri atas 91 % air dan 9 % bahan padat (organik dan
anorganik) dan didalamnya mengandung berbagai macam zat, yaitu :
1. Golongan karbohidrat contohnya glukosa
2. Golongan protein contohnya albumin, globulin, fibrinogen
3. Golongan lemak contohnya kolesterol
4. Golongan enzim contohnya amilase, transaminase
5. Golongan hormon contohnya insulin, glucagon
6. Golongan mineral contohnya zat besi (Fe), kalium (K)
7. Golongan vitamin contohnya vitamin A, vitamin K
8. Golongan sisa metabolisme contohnya urea, asam urat, kreatinin.
9. Golongan zat warna contohnya bilirubin
B. Hemoglobin (Hb)
adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah
dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu senyawa protein
dengan Fe yang dinamakan conjugated protein. Sebagai intinya Fe dengan rangka
protoperphyrin dan globin (tetra phirin) menyebabkan warna darah merah. Molekul
hemoglobin terdiri
1. Globin,
2. Apoprotein
3. 4 gugus heme
4. Molekul organik dengan satu atom besi
Fungsi Hb:
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan- jaringan
tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan- jaringan


tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Kelompok Umur
Anak 6 bulan 6 tahun
Anak 6 tahun 14 tahun
Pria Dewasa
Ibu Hamil
Kelompok
Umur
Wanita Dewasa

Memba
Batas Nilai Hb (gr/dl)
wa
11.0
12.0
13.0
11.0
Hb (gr/100ml)
12.0

1. 6 bulan sampai 6 tahun


2. 2. 6-14 tahun
1. Laki-laki
2. Wanita
3. Wanita hamil

Anak
Dewasa

11
12
13
12
11

karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paruparu untuk di buang
Cat : Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut
anemia
1. Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin ialah ukuran pigmenrespiratorik dalam butiran-butiran darah
merah (Costill, 1998). Jumlah hemoglobin dalam darah normal adalah kira-kira 15
gram setiap 100 ml darah. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar
ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa.
Berdasarkan WHO

Berdasarkan Depkes RI
2. Jenis Hb
HbF : Pada Janin
HbA : yang paling umum dengan jumlah normal lebih dari 95%
3. Struktur Hb
a. Terdiri dari cincin heterosiklik yg dikenal dengan porfirin yg menahan satu atom
besi
b. Porfirin yg mengandung besi disebut heme
c. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit
protein)
d. Terdiri dari dua sub unit alfa & beta yang terikat secara non kovalen

e. Tiap sub unit memiliki berat molekul 16.000 Dalton


f. Tiap sub unit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan
hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen
4.
Kelainan
a. Hemoglobin C
adalah hasil mutasi pada gen globin beta. Penyakit Hemoglobin C ini relatif tidak
berbahaya, gejalanya berupa anemia hemolitik ringan dan splenomegaly
b. Hemoglobin E
Hasil mutasi pada rantai beta hemoglobin. Hemoglobin E memiliki anemia hemolitik
ringan dan splenomegaly ringan. Hemoglobin E adalah umum di Asia
c. Hemoglobin Constant Spring
Mutasi pada gen globin alfa menghasilkan rantai globin alpha yang abnormal
Ex : thalassemic fenotipe
d. Hemoglobin Barts
Berkembang pada janin dengan empat-gen talasemia alfa penghapusan, maka tidak
ada rantai alfa dihasilkan. Rantai gamma yang dihasilkan selama perkembangan
janin bergabung membentuk rantai gamma tetramers, sehingga transportasi oksigen
buruk. Individu dengan empat penghapusan gen talasemia mati dalam rahim
(hydrops fetalis).
C. Hemopoiesis
Hemopoiesis (hematopoiesis) adalah asal-usul, pembentukan dan perkembangan atau
pematangan sel-sel hemopoitik (sel-sel darah) seperti eritrosit, leukosit dan trombosit.
Hemopoiesis terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Tahap Pre-Natal
Tahap pre-natal adalah tahap dimana pembentukan sel-sel darah terjadi
sebelum lahir, yaitu terjadi di yolk sact, liver, limfa, kelenjar getah bening, dan sumsum tulang. Diaman tempat-tempat yang tadi disebutkan memilik fase tertentu
disaat tempat itu paling banyak berperan;
1. Fase mesoblastik
Terjadi di yolk sact (kandung kuning telur) pada usia janin 0 2 bulan. Karena
0-2 bulan, janin masih belum meiliki bentuk tubuh yang utuh, maka janin
membuat atau membentuk sel-sel darah tersebut di kandung kuning telur,
namun pembentukan ini belum termasuk pembentukan granulosit, limfosit dan
megakariosit.
2. Fase hepatik
Tejadi di liver, limfa dan kelenjar getah bening pada usia 2 7 bulan dan juga
setelah kelahiran, namun hanya 2 minggu pada umumnya. Pada fase ini,
sudah ada pembentukan limfosit, dan juga limfolisis di daerah kelenjar getah
bening, berawal limfolisis ini ada bulan ke-4 atau ke-5.
3. Fase meduler

Terjadi di sum-sum tulang pada usia 5 9 bulan. Biasanya pada bayi, seluruh
tulangnya dapat membentuk sel-sel darah karena semua tulang yang ada pada
bayi masih merupakan sum-sum tulang.

2. Fase Post-Natal
tahap setelah kelahiran, yang membaentuk sel-sel darah setelah kelahiran
baisanya hanya sum-sum tulang, namun ada beberapa keadaan diamana
pembentukan yang ada di pre-natal bisa digunakan kembali. Tahap post-natal jgua
memiliki beberapa tahap, yaitu ;
1. Fase meduler
Hanya terbentuk dari sum-sum tulang, yang biasanya berbentuk pipih, seperti
tulang tengkorak, vestebre, sternum, sakrum, pelvis dan humerus bagian
proksimal. Karena bagian distal sudah tergantikan oleh lemak-lemak yang ada,
sisanya yang belum tergantikan lemak hanyalah bagian proksimal yang dekat
dengan tubuh.
2. Fae ekstra meduler
Melibatkan liver, kelenjar getah bening, dan limpa. Kejadian ini biasanya
dikarenakan keadaan abnormal karena adanay stimulus ekstra meduler, terjadi
disfungsi sum-sum tulang dan kompensasi pada kebutuhan tubuh yang
meningkat.
a. Faktor Pertumbuhan Hemopoiesis
Faktor pertumbuhan hemopoiesis adalah hormon, setiap hormon memberikan
sinyal terhadap sel sel darah tertentu, misal M CSF merupakan faktor
perangsang koloni makrofag.
Table 1.1
1. Bekerja pada sel stroma
2. Bekerja pada
pluripoten

sel

a. IL 1
b. TNF
punca

a. SCF
b. FLT3 L
c. VEGF

3. Bekerja pada sel progenitor


multipoten

a.
b.
c.
d.

IL 3
GM CSF
IL 6
G CSF

4. Bekerja pada sel progenitor


yang telah ditetapkan

a.
b.
c.
d.
e.

G CSF
M CSF
IL 5
Eritropoietin
Trombopoietin

b. Tahapan

Diawali dengan sel punca pluripoten, sel ini adalah awal dari pembentukan seluruh sel
darah, sel ini langka, dan mungkin jumlahnya adalah 1 dari 20 juta sel berinit dalam sumsum tulang.
Sel punca pluripoten ini berdiferensiasi menjadi sel progenitor mieloid umum dan sel
progenitor limfoid umum.
Kita mulai bahas dari mieloid umum atau CFU-GEMM. CFU adalah pembentukan
sementara GEMM adalah singkatan dari (Granulosit, Eritrosit, Monosit & Megakariotit).
1. CFU E berawalnya dari peningkatan nitroblas, lalu terbentuknya prorubrisit
diamana peningkatan sudah berhenti dan digantikan pembentukkn setelah itu
rubrisist diikuti dengan metarubrisit menjadi ertitrosit.
2. CFU Meg pembentukkan megakariosit. Terdapatnya rangsangan ke
megakariositnosit progenitor untuk membuat trombosit, lalu terjadinya megakarioblas
yaitu perkembangan seperti membelah, kemudian megakariosit, yaitu pematangan
hasil perkembangan tersebut, apabila megakariosit tersebut sudah matang
megakariosit tersebut sudah siap menajdi tromobosit.
3. CFU GM pembentukan neutrofil dan monosit. Cara pembentukkannya hampir
sama, cuman pemeran awal pembentukkannya saja yang berbeda, neutrofil adalah
meiloblas, sedangkan monosit adalah monoblas.
4. CFU Eo pembentukan Eosinofil. Terbentuk karena adanya sinyal ke eosinophil
progenitor. Dibuat sesuai dengan kebutuhan.
5. CFU Basofil pembentukan Basofil.
Pembahasan terakhir adalah limfosid umum. Merupakan pembentukan NK (natural Killer),
limfosit T dan limfost B .
D. Transfusi Darah
Transfusi darah adalah suatu proses pemindahan darah secara aman, baik secara
keseluruhan atau sebagian komponen darah saja ke pembuluh darah pasien yang
membutuhkan dengan persyaratan tertentu. Hal ini harus dilakukan secara sukarela.

Terminologi yang paling sering disebutkan dalam transfusi darah antara lain :
1. Donor adalah seorang yang memberikan darahnya kepada orang lain.
2. Resipien adalah orang yang menerima darah.
Syarat untuk menjadi pendonor darah antara lain :
Usia 17-70 tahun (maksimal 60 tahun saat sumbangan pertama)
Berat badan di atas 50 kg
Hb >13g/dl untuk pria, 12g/dl untuk wanita.
Interval sumbangan minimal adalah 12 minggu (disarankan 16 minggu) dan
maksimal 3 kali sumbangan per tahun.
Wanita hamil dan menyusui dilarang menjadi donor karena kebutuhan Fenya tinggi;
sumbangan ditunda hingga 9 bulan pasca melahirkan.
Penderita hipertensi, penyakit pernapasan, mengidap epilepsi atau gangguan SSP,
gangguan pencernaan disertai gangguan penyerapan juga dilarang menjadi donor.
Penderita ginjal kronik, pasien yang sefang menjalani pemeriksaan medis atau uji
klinik, maupun orang-orang yang baru melakukan tindik tubuh atau tato, serta yang
baru melakukan vaksinasi juga dilarang menjadi donor.
Untuk yang tato ditunda 6 bulan sedangkan yang vaksinasi ditunda 2 bulan.
1. Golongan Darah

Transfusi darah hanya bisa dilakukan pada donor dan resipen yang memiliki
golongan darah yang serasi atau identik.

Tidak jarang proses transfusi darah mengalami kegagalan karena terjadinya


penggumpalan darah serta hemolisis dalam pembuluh darah resipien.

Penggumpalan ini terjadi akibat adanya interaksi antara antigen di eritrosit


dengan antibodi yang ada dalam plasma.

Hal ini biasa disebabkan karena GOLONGAN DARAH

Sistem Penggolongan Darah antara lain :

Ada beberapa macam sistem penggolongan darah : sistem ABO, RH, KELL,
Duffy, Kidd, Lutheran, Lewis, P, MNS.

Yang paling sering digunakan adalah sistem ABO dan RH

Penggolongan darah dengan sistem ABO akan menghasilkan 4 golongan darah,


antara lain: A, B, AB, O

Sedangkan, sistem RH akan menghasilkan 2 golongan saja yaitu + dan

Sistem ABO

Ditemukan pertama kali oleh Landsteiner pada 1900. Dia memeriksa eritrosit
dan serum karyawannya, dan menemukan serum beberapa kawannyaa

menggumpalkan eritrosit kawan lainnya, tetapi tidak menggumpalkan eritrositnya


sendiri.

Akhirnya menggolongkan darah menjadi A,B, dan O

Golongan darah AB ditemukan oleh Decastello dan Sturli.

Sistem ABO ini dilakukan berdasarkan antigen dan antibodi dalam darah yang
melakukan pemeriksaan.

Antigen A atau B ditemukan di eritrosit. Sedangkan, antibodi A atau B ditemukan


di plasma darah.

Golongan darah A : antigen: A, antibodi: B

Golongan darah B : antigen: B, antibodi: A

Golongan darah O : antigen: -, antibodi: A dan B

Golongan darah AB : antigen: AB, antibodi: -

Antigen golongan darah ABO pembentukkannya diatur oleh gen A, gen B yang
terletak di kromosom 9, serta gen H yang terletak di kromosom 19.

Gen H mengkonjugasi prekursor antigen ABO dengan fucose membentuk


antigen H. Gen A mengatur konjugasi molekul N-acetyl galactosamine ke antigen
H membentuk antigen A. Gen B mengatur konjugasi D-galactose ke antigen H
membentuk antigen B.

Individu yang tidak memiliki gen H tidak dapat membentu antigen H, mempunyai
genotipe hh dan tidak dapat mengkonjugasi fucose ke prekursor antigen ABO,
serta menunjukkan fenotipe Bombay. Banyak ditemukan di India.

Distribusi tiap golongan darah tidak sama, namun urutan presentase terbanyak
adalah golongan darah O, A, B, dan terakhir AB.

Sistem Pemeriksaan ABO

Menggunakan prinsip reaksi antara antigen golongan darah di eritrosit donor dan
antibodi di plasma resipien dan sebaliknya.

Ada 2 macam sistem yaitu: forward grouping dan reverse grouping.

Forward grouping digunakan untuk mengetes adanya antigen di eritrosit. Sistem


ini menggunakan reagen berupa antibodi A dan antibodi B.

Reverse grouping untuk mengetes adanya antibodi di serum. Sistem ini


menggunakan reagen berupa antigen A dan antigen B.

Sistem Rhesus

Ditemukan oleh Landsteiner dan Wlener tahun 1940.

Mereka menemukan bahwa serum kelinci dan marmut yang telah disuntik
dengan sel darah monyet (Macarus rhesus) mengaglutinasi 80% eritrosit darah
manusia.

RH diatur di kromosom 1, regennya antigen D.

RH + biasa dimiliki oleh warga asia sedangkan RH biasa dimiliki oleh warga
eropa.

Berbeda dengan sistem ABO, antibodi terhadap antigen hanya terjadi apabila
rhesus terpapar dengan eritrosit rhesus + melalui proses kehamilan, dimana
darah fetus rhesus + masuk melalu plasenta ke sirkulasi darah ibu rhesus -.

Akibatnya darah ibu akan membentuk antibodi terhadap rhesus +.

2. Daur Ulang Darah


1) Eritrosit
Sel darah terbanyak dalam tubuh manusia adalah eritrosit yang mana
jumlahnya pada laki-laki 4,5-6,5 juta/mm3 dan pada wanita 3,8-5,8 juta/mm 3.
Eritrosit yang berumur pendek yaitu 120 hari kira-kira telah berkelana didalam
tubuh kita sejauh 700 mil sebelum akhirnya mati. Eritrosit tidak memiliki nucleus,
organel maupu ribosom hal ini menyebabkan eritrosit tidak dapat membelah
serta tidak dapat membentuk protein tanpa RNA dan DNA. Hal tersebut
menyebabkan eritosit tidak bias memperbaiki sel, tumbuh dan membelah atau
memperbarui enzim sehingga pada proses penuaan membrane eritrosit yang
rapuh dan mudah pecah akan rusak saat melewati titik-titik penyempitam dalam
system vaskuler yang pada akhirnya menyebabkan kematian eritrosit di kapiler
limpa yang kecil dan berkelok-kelok. Destruksi eritrosit yang juga ikut
menyebabkan pereduksian hemoglobin menjadi heme dan globin
mengakibatkann penurunan tekanan oksigen yang akan dideteksi oleh ginjal.
Ginjal merupakan organ yang penting dalam eritropoiesis, hal ini dikarenakan
ginjal mensekresi 90% hormone eritropoietin yang akan merangsang proses
eritropiesis pada sumsum tulang sehingga terbentuk eritrosit matur yang
dibebaskan ke kapiler dengan menembus sumsum tulang.
2) Leukosit
Leukosit yang juga berasal dari sel punca pluripoten yang tak berdiferensiasi
memiliki jumlah paling sedikit jika dibandingkan dengan sel darah lainnya yaitu
5-10ribu/mm3. Duapertiga dari total leukosit yang berada dalam darah
merupakan granulosit, terutama neutrofil. Kemudian sisanya sepertiga
merupakan agranulosit terutama limfosit. Granulosit dan monosit hanya
diproduksi disumsum tulang, sedangkan limfosit aslinya dari sel sel precursor
sumsum tulang dan limfosit baru dihasilkan oleh limfosit yang sudah ada di
jaringan limfoid yaitu kelenjar limfe dan tonsil. Leukosit sendiri diklasifikasikan
menjadi:
1) Granulosit
a. Neutrofil: aktif 6-20 jam merupakan spesialis fagositik yang merupakan
leukosit paling banyak jumlahnya dalam tubuh
b. Eosinofil: leukosit yang berkaitan dengan alergi dan infestasi parasit
internal. Eosinofil bekerja dengan cara melekat ke parasit lalu
mengeluarkan bahan kimiawi yang mematikannya
c. Basofil: secara struktur dan fungsi hamper menyerupai sel mast yang
tidak pernah beredar dalam darah. Basofil dan sel mast sama-sama
mensintesis dan menyimpan histamine serta heparin. Histamin
merupakan bahan kimiawi yang penting dalam proses alergik, heparin
berfungsi untuk mempercepat pembersihan lemak dari darah setelah
kita mengkonsumsi makanan berlemak.

Granulosit yang dibebaskan dari sumsum tulang akan masuk ke dalam


darah selama kurang dari sehari lalu akan masuk ke jaringan, tempat sel
ini hidup 3-4 hari kecuali mati terlebih dahulu saat tugas.
2) Agranulosit
a. Monosit
Merupakan fagosit professional yang beredar dalam darah 1-2 hari,
setelah matang masuk ke jaringan untuk menetap dan melanjutkan
pematangan hingga menjadi fagosit jaringan besar yang dikenal
sebagai makrofag. Makrofag bias berumur bulanan hingga tahunan,
setelah makrofag menelan benda asing degan jumlah terbatas
makrofag akan mati, namun makrofag mungkin saja mati selagi
menjalankan tugas.
b. Limfosit
Limfosit yang umumnya hidup 100-300 hari membentuk pertahanan
imun yang telah terprogram secara spesifik. Limfosit terus-menerus
terdaur ulang antara jaringan limfoid, limfe dan darah namun hanya
berada sebentar dalam darah. Limfosit ada dua jenis, yaitu:
1. Limfosit B: menghasilkan antibodi yang beredar dalam darah dan
bertanggung jawab terhadap imunitas humoral. Antibody akan
berikatan dengan antigen spesifik yang nantinya akan dihancurkan
2. Limfosit T: limfosit T tidak memproduksi antibody, sehingga secara
langsung akan menghancurkan sel sasaran dengan mengeluarkan
zat kimia yang akan melubanginya. Limfosit T berperan dalam
imunitas selular.
3) Trombosit
Trombosit dalam tubuh manusia umumnya berjumlah antara 150-400
ribu/mm3. Trombosit memiliki organel dan sitosol yang berguna untuk
menghasilkan enegi dan membentuk produk sekretorik serta aktin dan
myosin yang berguna untuk kontraksi. Kedua hal tersebut sangat lah
penting dalam proses hemostasis. Trombosit yang berukuran 9 mikron
bukan merupakan sel lengkap seperti leukosit, melainkan fragmen kecil
yang berasal dari tepi luar sumsum tulang yang dikenal sebagai
megakariosit. Trombosit dilepaskan sebagai vesikel yang mengandung
sitoplasma megakariosit yang terbungkus membrane plasma. Satu
megakariosit dapat menjadi 1000 trombosit. Trombosit rata-rata berfungsi
selama 10 hari sebelum akhirnya dibersihkan oleh makrofag terutama di
limpa dan di hati yang nantinya akan diganti oleh trombosit baru yang
dibebaskan dari sumsum tulang. Sepertiga dari jumlah trombosit disimpan
didalam rongga limpa yang berisi darah, yang akan dikeluarkan sesuai
kebutuhan.
3. Metabolisme bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir
dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin
berasal dari katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran
eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme

lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. Macam-macam


Bilirubin
a. Bilirubin terkonjugasi /direk
Bilirubin terkonjugasi /direk adalah bilirubin bebas yang bersifat larut
dalam air sehingga dalam pemeriksaan mudah bereaksi. Bilirubin
terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin ) masuk ke saluran
empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat
dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin.
Peningkatan kadar bilirubin direk atau bilirubin terkonjugasi dapat
disebabkan oleh gangguan ekskresi bilirubin intrahepatik antara lain
Sindroma Dubin Johson dan Rotor, Recurrent (benign) intrahepatic
cholestasis, Nekrosis hepatoseluler, Obstruksi saluran empedu. Diagnosis
tersebut diperkuat dengan pemeriksaan urobilin dalam tinja dan urin
dengan hasil negatif.
b. Bilirubin tak terkonjugasi/ indirek
Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) merupakan bilirubin bebas
yang terikat albumin, bilirubin yang sukar larut dalam air sehingga untuk
memudahkan bereaksi dalam pemeriksaan harus lebih dulu dicampur
dengan alkohol, kafein atau pelarut lain sebelum dapat bereaksi, karena
itu dinamakan bilirubin indirek.
Metabolisme Bilirubin di Hati
1. Pembentukan bilirubin
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan
bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat
dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan
direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat
lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut.
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya
dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang
terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan
ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat
nontoksik
2. Transportasi bilirubin
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,
albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer
melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga
dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan
hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan
ikterus fisiologis
3. Konjugasi bilirubin
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi
yang larut dalam air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine
diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian
diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin
yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi
berikutnya.

4. Sekresi Bilirubin
Sekresi bilirubin diglukuronida ke dalam empedu melalui transportasi aktif.
Sistem transpor ini juga dapat dipicu oleh obat yang menginduksi konjugasi
bilirubin. Normalnya, bilirubin diglukuronida saja yg disekresikan ke dalam
empedu.
5. Ekskresi bilirubin
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan disekresikan ke dalam
kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui
feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak
langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak
terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus.
Setelah mencapai ileum terminalis dan usus besar bilirubin terkonjugasi akan
dilepaskan glukoronidanya oleh enzim bakteri yang spesifik (b-glukoronidase).
Dengan bantuan flora usus bilirubin selanjutnya dirubah menjadi urobilinogen.
Urobilinogen tidak berwarna, sebagian kecil akan diabsorpsi dan
diekskresikan kembali lewat hati, mengalami siklus urobilinogen enterohepatik.
Sebagian besar urobilinogen dirubah oleh flora normal colon menjadi urobilin
atau sterkobilin yang berwarna kuning dan diekskresikan melalui feces. Warna
feces yang berubah menjaadi lebih gelap ketika dibiarkan udara disebabkan
oksidasi urobilinogen yang tersisa menjadi urobilin.
4. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan Darah ada 2 macam ada pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan
darah lengkap.
a. Pemeriksaan Darah Rutin
Meliputi 6 jenis pemeriksaan yaitu : Hb, Ht, Leukocyte count dan differential
count, hitung trombosit, laju endap darah, hitung eritrosit.
1. Hemoglobin

Normal pria dewasa: 13.5-18gram/dl, wanita dewasa: 12-16gram/dl,


wanita hamil: 10-15gr/dl, anak: 11-16gram/dl, batita: 9-15gram/dl, bayi:
10-17gram/dl.

Hb rendah (<10gram/dl): dikaitkan dengan anemia defisiensi Fe,


pendarahan berat, hemolisis, leukimia leukemik, lupus eritematous
sistemik, diet vegetarian ketat. Ambang bahaya di bawah 5 gram/dl.

Hb tinggi (>18gram/dl): berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung,


COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi/diare,
eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi
yang normal.

2. Hematokrit

Hematokrit adalah nilai perbandingan antara sel darah yang diwakili oleh
sel darah merah dengan plasma darah yang dinyatakan dalam persen.
Biasanya secara hitungan kasar = 3 kali hemoglobin.

Nilai normal dewasa pria: 40-54%, wanita: 37-47%, wanita hamil: 3046%, anak: 31-45%, batita: 35-44%, bayi: 29-54%.

Ht tinggi (>55%) : dapat ditemukan pada kasus yang menyebabkan


kenaikkan Hb antara lain penyakit addison, luka bakar, dehidrase/diare,
diabetes melitus, polisitemia. Ambang bahaya Ht adalah >60%.

3. Leukosit

Nilai normal 4500-10000 sel/mm3. Bayi sampai balita rata-rata 570018000 sel/mm3, anak 10 tahun 4500-13500 sel/mm3, ibu hamil rata-rata
6000-17000 sel/mm3.

Biasanya kadar leukosit naik itu disebabkan oleh segala macam infeksi
seperti infeksi bakteri, virus, parasit.

Hal lain yang bisa menyebabkan leukosit naik itu anemia hemolitik,
sirosis hati dengan nekrosis, stress emosional dan fisik, keracunan
berbagai macam zat.

Leukosit rendah disebut juga leukopenia dapat disebabkan oleh


agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi
virus, keracunan kimiawi, postkemoterapi.

4. Leukosit (Hitung Jenis)


1. Basofil (0-1% = 20-100 sel/mm3)
2. Eosinofil (1-3% = 50-300 sel/mm3)
3. Netrofil batang (3-5% = 150-500 sel/mm3)
4. Netrofil Segmen (50-70% = 2500-7000 sel/mm3)
5. Limfosit (25-35% = 1750-3000 sel/mm3)
6. Monosit (4-6% = 200-600 sel/mm3)
5. Trombosit

Nilai normal dewasa 150.000 400.000 sel/mm3. anak 150.000-450.000


sel/mm3.

Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada DBD,


anemia, luka bakar, malaria.

Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit


keganasan, sirosis, ibu hamil, habis berolahraga.

6. Laju Endap Darah

Nilai normal dewasa pria <15mm/jam pertama. Wanita <20mm/ jam


pertama.

Nilai normal lansia pria <20mm/jam pertama. Wanita ,30-40mm/jam


pertama.

LED eningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit


imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik.

LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung.

7. Eritrosit

Nilai normal wanita dewasa 4 5 juta sel/mm3. Pria 4.5 6.2 juta
sel/mm3.

Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka


bakar, perdarahan berat.

Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia,


penurunan sumsum tulang, lupus.

b. Pemeriksaan Darah Lengkap


1. Hb

6. Indeks eritrosit

2. Ht

7. LED

3. Leukosit

8. Hitung Jenis Leukosit

4. Trombosit

9. Platelet Distribution Width

5. Eritrosit

10. Red Cell Distribution Width

2.Urin
Cairan yang diekskresi oleh ginjal, disimpan dalam kandung kemih, dan dikeluarkan
melalui uretra (Kamus Kedokteran Dorland). Yang berfungsi untuk mengeluarkan
zat-zat sisa atau yang sudah tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.
a. Karakteristik Urin
1. Volume
Umumnya berkisar 1-2 liter per 24 jam, namun volume urin dapat bervariasi
sesuai dengan banyaknya air yang diminum.
2. Warna
Warna dari urine pada umumnya kuning jernih, warna pada urin dipengaruhi
oleh konsentrasi dari urin tersebut. Berdasarkan urochrome (pigmen yang
diproduksi dari hasil pemecahan bile) dan urobilin (pemecahan dari
hemoglobin).
3. Kejernihan
Transparan atau bening ketika baru dikeluarkan.
4. Bau
Urin memiliki bau yang dihasilkan oleh amoniak. Pada penderita diabetes
melitus, urin akan berbau seperti buah karena adanya badan keton.
5. pH
Berkisar antara 4.6-8.0 namun rata-rata urin memiliki pH 6.0. Diet tinggi
protein akan menyebabkan urin memiliki pH asam. Kemudian vegetarian
akan membuat urin memiliki pH basa.
6. Massa Jenis
Semakin tinggi konsentrasi urin maka semakin tinggi pula massa jenis urin.
Massa jenis urin berkisar 1.001-1.035.
b. Komposisi Urin

c. Perkemihan
Suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas
dari zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air
dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
1. Susunan Sistem Urinaria
1. Ginjal (Ren)
a. Kedudukan
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebrata
lumbalis III, melekat langsung pada dinding abdomen.
b. Bentuk
Bentuknya seperti biji kacang, jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal lakilaki lebih panjang dari ginjal wanita.
c. Fungsi ginjal
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat toksis atau
racun.
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan
tubuh.
4. Mempertahankan keseimbangan garam dan zat lain dalam tubuh.
5. Mengeluarkan sisa metabolisme hasil akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak.
d. Struktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut
kapsule renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua,
lapisan luar terdapat lapisan korteks (subtansia medularis) berbentuk
kerucut yang disebut renal pyramid, puncak kerucut yang disebut
papilla renalis. Tiap pyramid dilapisi oleh satu dengan yang lain oleh
kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah. Garis yang terlihat pada
pyramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil dari
ginjal yang terdiri dari: Glomerolus, tubulus proksimal (tubulus kontorti

satu), gelung henle, tubulus distal (tubuli kontorti dua) dan tubulus
urinarius (papila vateri). Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000
nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah 170 liter, arteri renalis
membawa darah murni aorta ke ginjal lubang yang terdapat pada
pyramid renal masing-masing membentuk simpul dan kapiler satu
badan malpigi yang disebut glomerolus, pembuluh afferent yang
bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang membawa
darah dari ginjal ke vena kava inferior.
e. Proses pembentukan urine (air kemih)
Glomerolus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowman
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada
tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat yang sudah
disaring pada glomerolus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal
terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang dibawa arteri
renalis masuk ke dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat
yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan
urin:
1. Proses filtrasi.
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan afferent
lebih besar dari permukaan efferent maka terjadi penyerapan
darah, sedangkan sebagian cairan darah kecuali protein, cairan
yang tersaring ditampung oleh sampai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lainnya,
diteruskan ke tubulus ginjal.
2. Proses reabsorpsi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glukosa, sodium, klorida, forpat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus
ginjal bawah terjadi kembali penyerapan dari sodium dan ion
bikarbonat, bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus
bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisanya penyerapan kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke luar.
f.

Peredaran darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan, arteri
renalisa bercabang menjadi arteri interlobaris kemudian menjadi arteri
aorta, arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan yang disebut glomerolus. Glomerolus ini
dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman, disini terjadi
penyarngan pertama dari kapiler darah yang meninggalkan simpai
bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
g. Persarafan ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saat ini
berfungsi untuk jumlah dara yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengna pembuluh darah yang masuk ginjal.
2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke


kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya 25-30 cm, dengan panjang
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
a. Fundus yaitu bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah.
b. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c. Verteks, bagian yang runcing ke arah muka dan berhubuungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Proses miksi (rangsangan berkemih)
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan mereangsang stress
reseptors yang terapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250
cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya
akan terjadi reflek konstraksi dinding kandung kemih dan pada saat yang
sama terjadi relaksasi spinter internus, segera diikuti oleh relaksasi
spinter eksternus, akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi
spinter internus dihantarkan melalui serabut saraf para simpatis.
Kontraksi spinter eksternus secara volunteer bertujuan untuk mencegah
atau menghentikan miksi. Kontrol volunteer ini hanya mungkin bila saraf
yang menangani kandung kemih uretera, medulla spinalis dan otak masih
utuh. Bila ada kerusakan pada saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan
retensi urin (kencing tertahan). Persarafan dan peredaran darah vesika
urinaria. Persarafan diatur torako lumar dan kranial dari sistem persarafan
otonom. Torako lumber berfungsi untuk relaksasi otot dan kontraksi
spinter interna.
4. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
a. Uretra pada laki-laki
1. Uretra prostatika
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
b. Uretra pada wanita
Terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas,
panjangnya 3-4 cm. Lapisan uretra wanita terdiri dari:
1. Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan
pleksus dari vena dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
2. Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara
klirotis dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekresi.
d. Pemeriksaan Urin
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK MIKROSKOPIK URINE
URINALISIS

Salah satu pemeriksaan penyaring yang paling banyak diminta para dokter.
Dapat memberikan informasi berbagai kelainan organ tubuh
Dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis dan memantau hasil
pengobatan
Pengumpulan bahan mudah, dapat memberikan informasi berbagai fungsi
metabolik tubuh, baik fungsi renal maupun non renal

INDIKASI
Indikasi urinalisis adalah untuk;
1. Pemeriksaan penyaring pada tes kesehatan (medical check up)
2. Menentukan infeksi saluran kemih
3. Menentukan kemungkinan gangguan meabolisme dan penyakit di luar ginjal
dan saluran kemih, misalnya diabtes melitus, komplikasi kehamilan
(preeklampsia/eklamsia), hepatitis, obstruksi saluran empedu, hemolisis
intravaskuler.
4. Menentukan berbagai jenis penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, sindroma
nefrotik, pielonefrtis

JENIS
1. Pemeriksaan urin dasar/penyaring
makroskopik secara fisik meliputi warna, kejernuhan, bau, berat jenis dan
pH
Kimiawi urin meliputi; protein, glukosa, keton, darah samar, bilirubin,
urobilinogen, nitrit, leukosit esterase
Mikroskopik; memeriksa adanya unsur yg bersifat padat dlam urin
(sedimen), spt eritrosit, leukosit, bakteri, silinder, epitel, krista, jamur, dan
parasit

2. Pemeriksaan urin khusus


Bakteriologik; yg menimbulkan infeksi saluran kemih

a. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK URIN


VOLUME
Pada pemeriksaan volume urin menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi
kuantitatif suatu zat dalam urin serta menentukan gangguan faal ginjal.
Normal Dewasa (24hr): 800 1300ml Siang(12hr) 2-4x lebih banyak dari
Malam(12hr)

Poliuria Volume Urin (24hr) > 2500ml


Oligouria Volume Urin (24hr) 100 300ml
Anuria Volume Urin (24hr) < 100ml
Nokturia Jika perbandingan Normal terbalik

WARNA
Siapkan setabung urin dengan ketebalan lapisan 7-10cm
Normal; urin berwarna kuning muda oleh karena pigmen urokhrom

Warna urin dapat dipengaruhi oleh obat-obatan, makanan, dan penyakit


1. Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom
Zat warna abnormal: bilirubin
Pengaruh obat-obatan: santonin, riboflavin (B2)
Indikasi penyakit: tidak ada (normal)
.
2. Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat)
Pengaruh obat-obatan: methyleneblue, evans blue
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil)
3. Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin dan porfobilin
Pengaruh obat-obatan: santonin, amidopyrin, congored atau juga zat
warna makanan
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal) dan
kanker kandung kencing
Fisiologis: makan umbi-umbian
4. Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin dan porfobilin
Indikasi penyakit: hepatitis
5. Cokelat tua atau hitam
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton dan melamin
Pengaruh obat-obatan: derivat fenol dan argyrol
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal)
6. Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat dan urat
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, zat-zat lemak, bakteri-bakteri
dan protein yang membeku
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing dan kebocoran kelenjar limfa

KEJERNIHAN
1. Normal: urin segar jernih. Urin segar adalah urin yang berumur kurang dari 1 jam
sejak dikemihkan.
2. Keruh: banyak fosfat, bakteri, sedimen banyak, chylus, benda2 koloid. Keruh
karena didiamkan dapat disebabkan oleh; urat amorf, fosfat amorf, karbonat

BERAT JENIS

Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Sedangkan urine
yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih disebut dengan demam & dehidrasi.
Kemudian berat jenis urine < 1,0009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang
berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
Berat jenis urin meningkat dapat disebabkan:
1.
2.
3.
4.

Kadar glukosa tinggi


Proteiuria
Eklamsia (penyakit tekanan darah tinggi pada ibu hamil)
Lipoid nefrosis

Cara mengukur berat jenis urin dengan menggunakan:


1. Urinometer
2. Refraktometer
3. Test strip (carik celup)
BAU
Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang
berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti pate, jengkol, obat-obatan seperti
mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria (DM). Bau amoniak disebabkan
perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa
pengawet. Adanya urine berbau busuk dari semua dapat berasal dari perombakan
protein dalam saluran kemih, (karsinoma saluran kemih).
pH
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat
memberi kesan tentang keadaan dalam badan. Selain itu penetapan pH pada infeksi
saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.
Normal: pH urin segar 4.5-8.8 (rata2 orang sehat 6.0)
Cara mengukur pH urin:
1.
2.
3.
4.

Kertas lakmus
Kertas nitrasin
Carik celup
pH meter.
(pH urin yang asam dapat mencegah terbentuknya batu ginjal atau untuk
mengeluarkan zat tertentu)

b. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK URIN

Pemeriksaan sedimen paling baik adalah urin pagi karena mempunyai berat jenis
yang tinggi (pekat) dan pH asam, suatu kondisi yang diperlukan utuk

mempertahankan struktur sedimen. Sampel urin harus urin segar (yg dikemihkan
<1jam/disimpan pada 4C)
Sedimen urin terdiri dari 2 golongan:
1. Unsur organik
a. Epitel: transisional, gepeng (squamosa), tubuli ginjal (epitel tubuler)
b. Eritrosit
1. Normal: bulat, ungu atau biru muda dan kadang-kadang tidak mengambil
warna.
2. Urin hipotonis (encer), eritrosit akan lisis melepaskan Hb. Eritrositnya
menjadi bulat kosong dan dikenal dengan ghost cell atau shadow cell.
3. Urin hipertonis (pekat), eritrosit tampak mengkerut. Hematuria, eritrosit
dalam jumlah banyak di urin.
c. Leukosit
Leukosit ukuran besar (dari ginjal); biru, bergranula, inti tampak jelas disebut
glitter cells. Leukosit dengan ukuran lebih kecil; inti padat, ungu tua yg
disebut sel pus (nanah)
d. Silinder
Cetakan protein yg terjadi di tubuluo ginjal, tebentuk di lumen tubulusginjal.
Terdiri dari glikoprotein disebut protein Tamm-Horsfall (rangka dari silinder),
terbentuk di ascending loop of henle.
e. Struktur lainnya
Bakteria
2. Unsur tak organik
a. Zat amorf
b. Kristal dalam urin normal
c. Kristal dalam urin abnormal
d. Kristal obat misalnya kristal sulfa

JENIS DAN BAHAN PX. URIN


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Freshly voided urine specimen (urin segar yg baru dikeluarkan)


Clean voided specimen (urin porsi tengah)
Urin pagi (pertama kali dikeluarkan : protein, sedimen, nitrit)
Urin sewaktu (urin yg dikeluarkan pd suatu waktu yg tdk ditentukan dgn khusus)
Urin 24 jam (kuantitatif protein, kreatinin, kalsium, natrium, kalium, chlorida, dsb)
Urin 2 jam posprandial ( glukosa urin)
Urin 3 gelas&2 gelas pd Laki2 (mendapatkan gambaran tentang letaknya
radang/lesi yg mengakibatkan nanah/darah dlm urin laki2)

PENGAMBILAN SAMPLE URIN


Teknik pengumpulan sampel urin yang benar. Cara pengumpulan urin tergantung
pada tipe sampel yang diperlukan.

Siapkan penampung sampel urin yang bersih, kering, dan bertutup, lebih baik
tabung disposable.
Untuk pemeriksaan bakteri : tabung steril

CARA PENGAMBILAN SAMPEL URIN


1. Urin Porsi Tengah

Urin yang ditampung setelah penderita berkemih sebagian (dibuang) kemudian


baru ditampung.
2. Urin kateter
Diambil melalui keteterisasi bila pasien tidak dapat mengeluarkan urin.
3. Urin bag
Biasanya dilakukan untuk mengumpulkan urin pada bayi dan anak kecil yang
sulit ditentukan kapan ia akan berkemih.

PENAMPUNG URIN
1. Wadah plastik (bermulut lebar, kering, bersih dan bertutup)
2. Wadah steril (untuk kultur bakteri)
3. Polyethylene Bag dengan perejat (penampung urin bayi)
Wadah urin sebaiknya disposable

HASIL URINALISA
1.
2.
3.
4.

Membantu/mendukung diagnosis atau menyingkirkan diagnosis.


Memonitor pengobatan
Mengikuti perjalanan penyakit
Membantu menetapkan prognosis

3.Radiologi
DEFINISI RADIOLOGI
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan yang berkaitan dengan zat-zat
radioaktif dan energi pancaran, serta dengan diagnosis dan pengobatan penyakit
dengan memakai radiasi pengion (e.g: sinar-X) maupun bukan pengion

(e.g ultrasound pada USG). Pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk sesuatu
maka akan memunculkan partikel bermuatan listrik yang disebut dengan ion atau
prosesnya dinamakan ionisasi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologis semakin maju dengan pesat seiring dengan
berkembangnya ilmu kedokteran dan juga ilmu lain, seperti fisika, kimia, biologi,
elektro dan komputer. Maka munculah cara-cara pemeriksaan yang menghasilkan
gambar tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang disebut dengan pencitraan
diagnostik. Pemeriksaan diagnostik terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Kedokteran Nuklir
Salah satu jenis pemeriksaan diagnostik yang sangat bergantung dengan
unsur-unsur radioisotope, yang saat ini sedang gencar-gencarnya
dikembangkan oleh beberapa negara maju.

alat pemeriksaan di Nuclear Health Center


2. Angiokardiografi
Pemeriksaan diagnostik untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh
darah besar dengan sinar ronsen.

hasil pemeriksaan angiokardiografi


3. Digital Substraction Angiografi (DSA)
Prinsip pemeriksaannya hamper sama dengan angiokardiografi, yang
membedakan hanya pada DSA dilengkapi dengan computer.

alat yang dilengkapi computer pada DSA


4. Ultrasonografi (USG)
USG adalah salah satu pencitraan diagnostik untuk pemeriksaan organorgan tubuh (sehingga dapat mempelajari bentuk, ukuran, gerakan dan
hubungan dengan jaringan di sekitarnya) dengan menggunakan gelombang
ultrasonik.
USG dapat digunakan untuk berbagai jenis pemeriksaan organ tubuh, antar
lain adalah sebagai berikut:
a. Menemukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis
b. Mempelajari pergerakan organ dan janin
c. Menentukan volume organ tertentu
d. Menentukan perencanaan radioterapi, berdasarkan besar dan posisi suatu
massa
Namun demikian, ternyata USG juga memiliki kelemahan yaitu tidak mampu
menembus bagian tertentu (tulang dan rongga bergas).
Pada USG terdapat transduser, yaitu komponen yang menyentuh bagian
tubuh pasien. Di dalam transduser terdapat kristal yang digunakan untuk
mengangkap gelombang pantulan dan mengubahnya menjadi gelombang
elektronik yang dapat dibaca komputer. Kristal tersebut juga menghasilkan
gelombang suara berfrekuensi tinggi yang disebut ultrasonik.

5. X-Ray
X-Ray adalah pemberian dosis radiasi ionisasi dalam jumlah kecil kepada
tubuh agar dihasilkan citra atau gambaran tubuh bagian dalam. Pemeriksaan
dengan sinar x ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, antara lain adalah
sebagai berikut:
a. Mendiagnosa patah tulang atau sambungan lepas
b. Menunjukkan gambaran yang tepat dari fragmen tulang saat perawatan atau
c. Mencari luka, infeksi, arthritis, pertumbuhan tulang yang tidak normal,
perubahan tulang dalam metabolism
d. Melihat obyek asing disekitar tulang ataupun di dalam tulang

Namun X-ray juga memiliki kekurangan yaitu tidak sensitif mendeteksi


penyakit dalam jaringan tubuh lunak dan paparan radiasi sinar X yang digunakan
yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar X saat melakukan foto rontgen.
Di dalam x-ray terdapat komponen yang bernama katoda dan anoda. Katoda
dipanaskan hingga 20.000 C lalu alat akan menyala dan panas. Kemudian
elektron akan dilepaskan menuju ke anoda. Sinar x bersifat lurus dan menyebar,
oleh sebab itu lajunya harus dihambat oleh pelindung timah agar sinarnya hanya
keluar lewat lubang kecil menuju target penyinaran.

6. Computerised tomography (CT)


CT adalah pemeriksaan menggunakan generator pembangkit yang
mengeluarkan sinar-x dalam jumlah dan waktu tertentu. Sinar x tersebut
melewati jaringan tubuh yang diperiksa dan ditangkap oleh detektor, yang lalu
direkonstruksi oleh sistem komputer untuk menghasilkan potongan gambar
organ tubuh.
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk memperjelas adanya dugaan yang
kuat antara suatu kelainan, antara lain: gambaran lesi (misal tumor), perubahan
vaskuler (misal naik turunnya vaskularisasi) dan inflamasi.
Akan tetapi, CT juga memiliki kekurangan yaitu paparan radiasi yang
digunakan yaitu sekitar 4% dari radiasi sinar saat proses dan juga munculnya
artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam), karena pasien
bergerak selama perekaman.
CT merupakan perkembangan dari x ray, oleh sebab itu prinsip kerja sama
dengan x ray. Yang membedakan hanyalah pada CT, sinar dipancarkan dengan
cara mengelilingi tubuh membentuk lingkaran. Sehingga gambar yang
ditampilkan di monitor merupakan gambar potongan organ (splice) bagian tubuh
tertentu.

7. Magnetic Resonance (MR)


Merupakan alat diagnostik untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh
dengan medan magnet yang besar, tanpa operasi, penggunaan sinar X,
ataupun bahan radioaktif. Selama pemeriksan MRI akan memungkinkan
molekul-molekul dalam tubuh bergerak dan bergabung untuk membentuk
sinyal-sinyal. Sinyal ini akan ditangkap oleh antena dan dikirimkan ke
komputer untuk diproses dan ditampilkan di layar monitor menjadi sebuah
gambaran yang jelas dari struktur rongga tubuh bagian dalam.
MR merupakan pemeriksaan diagnostik yang paling mutakhir sehingga
gambar yang dihasilkan lebih jelas dan lebih sensitif dibandingkan dengan
pemeriksaan diagnostik yang lainnya. Selain itu juga dapat dilakukan tanpa
melibatkan penggunaan radiasi.
Namun meskipun demikian, biaya untuk pemeriksaan MR ini terbilang
mahal sehingga masih jarang digunakan. Selain itu sama seperti CT, pada MR
jika terjadi sedikit gerakan tubuh akan merusak gambar yang dihasilkan.

BAHAYA RADIOLOGI
Pemeriksaan radiologi meskipun memberi banyak manfaat, ternyata juga
merugikan karena dapat membahayakan tubuh. Bahaya yang ditimbulkan antara
lain adalah:
1. Luka permukaan yang dangkal, misalnya kulit rusak dan kuku rapuh.
2. Kerusakan hemopoetik, misalnya leukemia dan anemia.
3. Induksi keganasan, misalnya tumor.
4. Perubahan genetic, misalnya mutasi gen dan perubahan kromosom.
5. Efek lain, seperti katarak dan steril.
PENCEGAHAN BAHAYA RADIOLOGI
Meskipun berbahaya, pemeriksaan radiologi dapat dikurangi tingkat
berbahayanya dengan dosis radiasi yang diberikan harus sekecil mungkin sesuai
keharusan klinis, dan dalam keadaan bagaimana pun juga tidak boleh melebihi
dosis maksimum yang diperkenankan.

Anda mungkin juga menyukai