Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi dunia,
konsumsi bahan bakar baik untuk industri, transportasi dan sector
lain terus meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin
meningkatnya peluang emisi gas CO 2 ke lingkungan. Sesuai
dengan kesepakatan yang tertuang dalam Protokol Kyoto 1997
setiap Negara harus melakukan monitoring terhadap tingkat emisi
gas yang dihasilkan di negara tersebut, salah satunya adalah gas
CO2. Selain itu keberadaan gas CO2 dalam indutri seperti indutri
pengolahan gas dan indutri petrokimia sangat tidak diharapkan,
karena gas CO2 dikategorikan sebagai acid gas (gas asam) yang
bersifat korosif sehingga bisa merusak sistem perpipaan. Pada
indutri Liquified Natural Gas (LNG), gas CO2 harus dihilangkan
karena pada suhu sangat rendah CO2 akan membeku yang
mengakibatkan tersumbatnya sistim perpipaan dan merusak
tubing-tubing pada main heat exchanger. Pada indutri amoniak gas
CO2 merupakan produk samping dari proses pembuatan amoniak,
dimana gas CO2 bersifat racun bagi katalis dalam proses sitesa
amoniak, sehingga harus dipisahkan sebelum masuk kedalam unit
pembentukan amoniak. Berdasarkan hal tersebut berbagai metode
carbon capture mulai dikembangkan. Salah satunya adalah dengan
menggunakan metode absorbsi.
Berbagai metode absorbsi telah dikembangkan, salah satu yang
sekarang banyak dipakai adalah absorbsi dengan reaksi. Absorben
yang digunakan bisa berupa larutan K 2CO3 dengan Promotor,
MEA, DEA, dan MDEA. Dan juga larutan amine. Larutan K2CO3
memiliki kelebihan lebih stabil pada suhu tinggi namun memiliki
kelemahan reaksi absorbsi CO2 cendrung lambat. Untuk larutan
amine reaksi absorbsinya cenderung cepat namun kurang stabil
pada suhu tinggi, terutama amine primer dan sekunder. Untuk
amine tersier seperti MDEA, reaksinya lebih lambat dibanding
amine primer dan sekunder namun kelebihannya adalah amine

tersier lebih stabil pada suhu tinggi. Untuk meningkatkan


effektifitas absorbsi MDEA bisa dilakukan dengan menambahkan
promoter. Piperazine (PZ) adalah salah satu jenis activator yang
biasa digunakan dalam proses absorbsi CO 2. Namun untuk
memilih absorben yang paling efektif harus memperhatikan
banyak faktor, baik dari segi selektifitas, efektifitas, kondisi dan
biaya operasi yang optimal.
Hendy dkk, (2011) melakukan eksperimen untuk
membandingkan absorbsi CO2 dengan menggunakan larutan
potasium karbonat disertai dan tanpa disertai promotor. Promotor
yang digunakan pada eksperimen ini adalah asam borat. Dengan
menggunakan wetted-wall column mereka mempelajari kinetika
rekasi CO2 untuk larutan potassium karbonat tanpa promoter dan
dengan promoter asam borat 30%. Dari hasil percobaan tersebut
didapatkan hasil bahwa pada suhu 80C dengan penambahan asam
borat dengan konsentrasi 0.2 M, 0.6 M dan 1.5 M dapat
mempercepat reaksi absorbsi CO2 sebesar 3, 10, dan 29%. Kondisi
operasi pada percobaan ini adalah suhu 40-80C dengan tekanan
parsial CO2 sebesar 90 kPa. Astarita, G. (1980) melakukan
penelitian dan mendapatkan hasil CO2 mass transfer rate
dipengaruhi oleh liquid hold up. Kemudian Ahmadi dkk, (2008)
mengembangkan pemodelan untuk absorbsi gas CO 2 dengan
larutan potasium karbonat panas dengan katalis asam borat. Dalam
pemodelan tersebut juga menyertakan kinetika dari reaksi kunci
yang mempertimbangkan transfer massa dan kinetika kimia. Mass
transfer coefficient dihitung dengan teori surface renewal. Dan
reaksi pada fasa liquid ditekankan pada reaksi pembentukan ion
karbonat dari CO2 sebagai reaksi yang menentukan laju reaksi
keseluruhan. Model matematis ini melibatkan beberapa persamaan
differensial dan persamaan aljabar dimana persamaan-persamaan
tersebut diselesaikan dengan software kemudian hasil pemodelan
tersebut divalidasi dengan menggunakan data pabrik dan
digunakan untuk menghitung laju alir, temperatur dan profil
kosentrasi dari absorber, untuk analisa sensitivitas. Variasi dari
CO2 keluar juga diamati dalam pemodelan tersebut. Penelitian
2

sebelumnya yang dilakukan oleh Xu dkk, (2003) melakukan


penelitian mengenai absorbsi gas CO2 dalam larutan MDEA
dengan menambahkan Piperazine (PZ) dan DEA. Dari hasil
penelitian ini Xu dapat mengembangkan model kinetik untuk
proses absorbsi CO2 dalam larutan MDEA dengan campuran
Piperazine dan DEA. Hasil penelitian ini menunjukan activation
effect dari masing-masing campuran baik DEA, PZ, maupun
PZ+DEA dalam proses absorbsi CO 2 ini dihasilkan dari hasil
variasi rate CO2, transport PZ dan DEA menuju MDEA, serta
regeneration rate dari PZ dan DEA. Astarita, G. (1960) melakukan
penelitian megenai absorbsi CO2 dalam larutan monoethanolamine
(MEA). Percobaan dilakukan dengan menggunakan liquid jet
absorber dimana didapatkan hasil tentang kecocokan teori
penetrasi begitu juga dengan kinetika dan mekanisme reaksi,
dimana dianggap terjado reaksi pada fasa liquid. Cullinane dkk
(2005) melakukan penelitian mengenai absorbsi CO 2 dengan
menggunakan potassium karbonat berpromotor piperazine. Dari
penelitian ini didapatkan hasil peningkatan rate absorbsi melalui
penambahan piperazine. Sami H Ali dkk (2005) melakukan
penelitian mengenai potensi peningkatan absorbsi CO 2 dengan
melakukan pencampuran 2-amino-2-methyl-1-propanol (AMP)
dalam peningkatan laju absorbsi untuk amine sekunder. Direct
static flow conductimetric digunakan dalam percobaan ini. Dan
hasil yang didapatkan adalah kinetika ditentukan temperature dan
konsentrasi dari setiap amine yang terdapat pada campuran.
Todinca, dkk (2007) melakukan eksperimen mengenai pengaruh
penambahan promoter terhadap laju absorpsi gas CO 2 kedalam
larutan K2CO3 panas. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen
dengan membandingkan antara absorpsi gas CO 2 kedalam air,
larutan potassium karbonat dan potassium karbonat dengan
berbagai macam promoter seperti diethanolamine (DEA) 2aminoethoxy-ethanol
(AMET),
triethanolamine
(TEA),
triethylamine (TREA), dan methylethanolamine (MDEA). Dari
hasil penelitian didapatkan bahwa promoter DEA memberikan
efek paling besar terhadap laju absorpsi gas CO 2. Sedangan
3

Bishoni dkk (2002) melakukan penelitian mengenai


thermodinamika dari sistem Piperazine/ Methyldiethanolamine/
Water/ Carbondioxide. Penelitian yang dilakukan adalah untuk
mencari kesetimbangan uap-cair dan kelarutan karbondioksida
dalam sistem tersebut dengan menggunakan wetted-wall contactor.
Kemudian dari data kelarutan karbondioksida dibuat pemodelan
kelarutan karbondioksida dengan menggunakan model NRTL
untuk elektrolit. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil
yang menunjukan volatilitas dari PZ sangat besar. Dan dari hasil
pemodelan dapat diprediksi bahwa PZ yang hilang jumlahnya
cukup besar hampir sama dengan jumlah MDEA yang hilang
ketika digunakan dalam skala industri.
Jean dan Ahmann, (2009) melakukan penelitian untuk
mempelajari kinetika dari absorbsi CO2 dari hasil pembakaran
dengan
pelarut
yang
berupa
campuran
antara
MethylDiethanolAmine (MDEA) dan TerAmine (TETA).
Penelitian ini dilakukan pada range suhu 298-333 K, dengan
menggunakan Lewis cell dengan luas area konstan. Perubahan
tekanan parsial CO2 terhadap rate absorbsi diamati pada percobaan
ini, dimana dengan penambahan sedikit TETA dapat
mengakibatkan keningkatkan rate absorbsi CO 2. Metode numerik
berbasis teori film diterapkan untuk mendapatkan koefisien
transfer untuk CO2 dan TETA. Espen dan Geert, (2012) melakukan
penelitian mengenai enhancement faktor dalam proses absorbsi
dan desorbsi dalam larutan MDEA. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan larutan MDEA 2 M dengan variasi suhu
berkisar pada 298.15 K, 313.15 K, dan 333.15 K dengan loading
CO2 berkisar pada 0 sampai 0.8 pada batch stirred tank reactor.
Pada kondisi operasi yang sama chemical enhancement facor
didapati sama dengan yang pernah dilaporkan pada percobaan
sebelumnya. Sedangkan kinetika untuk proses absorbsi dengan
larutan MDEA dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya,
diantaranya adalah Fernando Camacho, dkk (2007). Pada
penelitian ini dipelajari mengenai absorbsi gas CO 2 murni dengan
menggunakan larutan N-methyldiethanolamine (MDEA).
4

Percobaan dilakukan dalam stirred tank reactor dengan suatu


luasan yang sudah diketahui area interfasialnya. Variabel yang
digunakan pada percobaan ini adalah konsentrasi MDEA yang
berada pada rentang 0.1-0.3 M dan temperatur pada rentang 288313 K. Dari hasil yang didapatkan dapat dideduksi bahwa proses
ini terjadi pada kondisi isoermal dan berada pada fast regime
reaction dan kinetika orde dua. Orde reaksi adalah satu terhadap
konsentrasi amine dan konstanta kinetika pada percobaan ini valid
pada semua rentang suhu.Selain oleh Camcho, dkk penelitian
mengenai absorbsi CO2 dengan menggunakan larutan MDEA juga
dilakukan oleh Hanna, dkk (2010). Pada percobaan ini laju
absorbsi gas CO2 dalam larutan methyldiethanolamine diukur
dengan menggunakan stirred cell dengan flat gas-liquid interface.
Pengukuran dilakukan pada rentang temperatur 293.15-333.15 K
dan konsentrasi amine pada rentang 10-20 % massa. Konstanta
kinetika yang didapat dilakukan dengan asumsi pseudo-first-order
reaction regime. Wen Xu, dkk (1992). Wen Xu melakukan
penelitian untuk mempelajari kinetika dari absorbsi gas
karbondioksida dalam larutan MDEA yang diaktivasi. Untuk
menginvestigasi kinetika dari gas absorbsi gas karbon dioksida
dalam larutan methyldiethanolamine (MDEA) dengan piperazine
(PZ) sebagai activator dengan menggunakan disk column.
Percobaan dilakukan pada rentang temperature antara 30-70 C,
dengan konsenrasi MDEA 1.75-4.21 kmol/m3 dan konsentrasi
piperazine 0.041-0.21 kmol/m3. Data kinetika yang dihasilkan
sesuai dengan mekanisme rapid pseudo-first-order reversible
reaction antara CO2 dan piperazine dan parallel dengan reaksi
antara CO2 dan MDEA.
Sedangkan pemodelan untuk absorpsi CO2 dilakukan oleh
beberapa peneliti diantaranya Nur Ihda, dkk (2013) melakukan
simulasi absorbsi reaktif CO2 dalam skala industry dengan pelarut
K2CO3 berkatalis. Dalam penelitian ini dikembangkan model
matematik unit CO2 removal skala industry dengan pelarut K2CO3
berkatalis dan juga mengevaluasi kinerja dari unti CO2 removal
yang dinyatakan dalam %removal dan komposisi gas keluar
5

absorber. Model matematik yang dihasilkan divalidasi dengan data


lapangan yang diperoleh dari pabrik PKT II. Katalis yang
digunakan pada percobaain ini adalah ACT-1 dengan

kc 2678699274e(2868.6462 / T )

cm3/mol.s. Sedangkan
Gomez, (2003) mengembangkan model simulasi untuk absorbsi
CO2 untuk kondisi steady state pada pabrik amoniak komersial.
Model matematik yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan teori dua film untuk menggambarkan sitem gasliquid. Kemudian Altway dkk, (2008) melakukan penelitian untuk
mengkaji ulang mengenai transfer massa disertai reaksi kimia pada
absorbsi reaktif gas CO2 pada packed column. Pada penelitian ini
dilakukan kajian ulang mengenai simulasi enhancement factor
absorbsi disertai reaksi reversible order 2 dalam kondisi nonisothermal pada pemodelan absorbsi gas CO 2 dengan larutan
K2CO3 pada packed column. Data hasil simulasi kemudian
dibandingkan dengan data eksperimen dan diperoleh deviasi
dibawah 10% untuk laju alir 3-5 liter/menit. Sedangkan untuk laju
alir 5-7 liter/menit nilai deviasi antara 10-30%. Ningsih, dkk
(2012) melakukan penelitian mengenai simulasi absorpsi gas
multikomponen dalam larutan K2CO3 berpromotor MDEA. Dalam
penelitian ini dilakukan kajian setara teoritis mengenai kinerja dari
packed column untuk absorpsi CO2 dan H2S dari gas alam dengan
menggunakan larutan K2CO3 dengan promoter MDEA.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan kesimpulan bahwa kondisi
penghilangan CO2 tertinggi diperoleh sebesar 99.947% pada
kondisi laju alir 5900 m3/jam, temperature 100 C, laju alir gas 308
kNm3/jam, dan tekanan 32 atm. Harbou (2014) melakukan
penelitian mengenai pemodelan dan simulasi absorpsi reaktif CO 2
dengan MEA dengan memfariasikan jenis packing dan skala unit
absorpsi. Pada penelitian ini dikembangkan model simulasi
absorpsi gas CO2 dari gas hasil pembakaran dengan menggunakan
larutan MEA. Data hasil simulasi divalidasi dengan data psikochemical dari pilot pland yang menggunakan empat jenis packing
yang berbeda,
6

Untuk mendapatkan data pada berbagai penelitian tersebut bisa


dengan melakukan percobaan (eksperimen) atau dengan
menggunakan pilot plant. Namun penggunaan metode ini akan
memakan biaya yang relatif besar. Untuk bisa mengatasi hal
tersebut salah satu metode alternatif yang bisa dilakukan adalah
dengan melakukan model simulasi terhadap jenis-jenis absorben
tersebut. Dengan melakukan model simulasi maka biaya bisa
ditekan dan kita bisa merubah variable sesuai dengan kebutuhan.
Namun model simulasi tidak selalu sempurna banyak faktor yang
bisa mempengaruhi keakuratan dari model simulasi seperti
kurangnya data kinetika reaksi, ketidakpastian dari physical
properties dari bahan yang digunakan, ketidak pastian luas
permukaan kontak antara gas dan liquid, serta asumsi orde reaksi
yang digunakan. Untuk mengatasi hal ini bisa dilakukan verifikasi
data hasil simulasi dengan data pabrik atau data eksperimen yang
sudah pernah dilakukan untuk bisa melihat sensitifitas dari model
simulasi yang dilakukan. Apabila data hasil simulasi kurang
memenuhi data eksperiemn maka bisa dilakukan verifikasi ulang
terhadap beberapa asumsi yang digunakan dalam pembuatan
model simulasi sampai didapatkan hasil yang sesuai dengan data
eksperimen.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana pembuatan model matematik untuk proses absorbsi
gas CO2 kedalam larutan MDEA berpromotor PZ didalam
packed column?
2. Bagaimana validasi model matematik untuk proses absorbsi gas
CO2 kedalam larutan MDEA berpromotor PZ didalam packed
column?
3. Bagaimana pengaruh variable seperti suhu, tekanan, dan
konsentrasi promoter terhadap laju absorbsi dan percent
recovery untuk proses absorbsi gas CO2 kedalam larutan
MDEA berpromotor PZ didalam packed column?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model matematik
proses absorbsi gas CO2 kedalam larutan MDEA berpromotor PZ
didalam packed column, melakukan validasi model matematik
dengan membandingkan hasil prediksi dengan data lapangan dan
mengkaji secara teoritis pengaruh berbagai variabel proses seperti
suhu, tekanan, konsentrasi promotor terhadap laju absorbsi dan
percent recovery.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan agar membuat model
matematik untuk proses absorbsi gas CO2 kedalam larutan MDEA
berpromotor PZ didalam packed column, dapat digunakan untuk
mengkaji secara teoritis dan memprediksi pengaruh berbagai
variable proses seperti suhu, tekanan, konsentrasi promoter
terhadap laju absorbsi dan percent recovery untuk proses absorbsi
gas CO2 kedalam larutan MDEA berpromotor PZ didalam packed
column. Dimana hasil prediksi tersebut diharapkan dapat
membantu untuk proses perancangan packed column skala
industry.

Anda mungkin juga menyukai