Its 4
Its 4
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya ekonomi dunia,
konsumsi bahan bakar baik untuk industri, transportasi dan sector
lain terus meningkat. Hal ini mengakibatkan semakin
meningkatnya peluang emisi gas CO 2 ke lingkungan. Sesuai
dengan kesepakatan yang tertuang dalam Protokol Kyoto 1997
setiap Negara harus melakukan monitoring terhadap tingkat emisi
gas yang dihasilkan di negara tersebut, salah satunya adalah gas
CO2. Selain itu keberadaan gas CO2 dalam indutri seperti indutri
pengolahan gas dan indutri petrokimia sangat tidak diharapkan,
karena gas CO2 dikategorikan sebagai acid gas (gas asam) yang
bersifat korosif sehingga bisa merusak sistem perpipaan. Pada
indutri Liquified Natural Gas (LNG), gas CO2 harus dihilangkan
karena pada suhu sangat rendah CO2 akan membeku yang
mengakibatkan tersumbatnya sistim perpipaan dan merusak
tubing-tubing pada main heat exchanger. Pada indutri amoniak gas
CO2 merupakan produk samping dari proses pembuatan amoniak,
dimana gas CO2 bersifat racun bagi katalis dalam proses sitesa
amoniak, sehingga harus dipisahkan sebelum masuk kedalam unit
pembentukan amoniak. Berdasarkan hal tersebut berbagai metode
carbon capture mulai dikembangkan. Salah satunya adalah dengan
menggunakan metode absorbsi.
Berbagai metode absorbsi telah dikembangkan, salah satu yang
sekarang banyak dipakai adalah absorbsi dengan reaksi. Absorben
yang digunakan bisa berupa larutan K 2CO3 dengan Promotor,
MEA, DEA, dan MDEA. Dan juga larutan amine. Larutan K2CO3
memiliki kelebihan lebih stabil pada suhu tinggi namun memiliki
kelemahan reaksi absorbsi CO2 cendrung lambat. Untuk larutan
amine reaksi absorbsinya cenderung cepat namun kurang stabil
pada suhu tinggi, terutama amine primer dan sekunder. Untuk
amine tersier seperti MDEA, reaksinya lebih lambat dibanding
amine primer dan sekunder namun kelebihannya adalah amine
kc 2678699274e(2868.6462 / T )
cm3/mol.s. Sedangkan
Gomez, (2003) mengembangkan model simulasi untuk absorbsi
CO2 untuk kondisi steady state pada pabrik amoniak komersial.
Model matematik yang digunakan pada penelitian ini
menggunakan teori dua film untuk menggambarkan sitem gasliquid. Kemudian Altway dkk, (2008) melakukan penelitian untuk
mengkaji ulang mengenai transfer massa disertai reaksi kimia pada
absorbsi reaktif gas CO2 pada packed column. Pada penelitian ini
dilakukan kajian ulang mengenai simulasi enhancement factor
absorbsi disertai reaksi reversible order 2 dalam kondisi nonisothermal pada pemodelan absorbsi gas CO 2 dengan larutan
K2CO3 pada packed column. Data hasil simulasi kemudian
dibandingkan dengan data eksperimen dan diperoleh deviasi
dibawah 10% untuk laju alir 3-5 liter/menit. Sedangkan untuk laju
alir 5-7 liter/menit nilai deviasi antara 10-30%. Ningsih, dkk
(2012) melakukan penelitian mengenai simulasi absorpsi gas
multikomponen dalam larutan K2CO3 berpromotor MDEA. Dalam
penelitian ini dilakukan kajian setara teoritis mengenai kinerja dari
packed column untuk absorpsi CO2 dan H2S dari gas alam dengan
menggunakan larutan K2CO3 dengan promoter MDEA.
Berdasarkan hasil simulasi didapatkan kesimpulan bahwa kondisi
penghilangan CO2 tertinggi diperoleh sebesar 99.947% pada
kondisi laju alir 5900 m3/jam, temperature 100 C, laju alir gas 308
kNm3/jam, dan tekanan 32 atm. Harbou (2014) melakukan
penelitian mengenai pemodelan dan simulasi absorpsi reaktif CO 2
dengan MEA dengan memfariasikan jenis packing dan skala unit
absorpsi. Pada penelitian ini dikembangkan model simulasi
absorpsi gas CO2 dari gas hasil pembakaran dengan menggunakan
larutan MEA. Data hasil simulasi divalidasi dengan data psikochemical dari pilot pland yang menggunakan empat jenis packing
yang berbeda,
6