FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
REFERAT
FEBRUARI 2016
PREEKLAMPSIA BERAT
DISUSUN OLEH :
Nurul Syammimi Fatin Bt Junit
C111 11 872
PEMBIMBING:
dr. Eddy Wardhana
SUPERVISOR :
dr. Irnawaty Bahar, Sp.OG(K)
PREEKLAMPSIA BERAT
A. Pengertian Preeklampsia
Preeklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,
intra dan postpartum. Dari gejala-gejala klinik preeklampsia dapat dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Pembagian preeklampsia menjadi berat
dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali
ditemukan penderita dengan preeklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang
dan jatuh koma. Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa
menjadi penyebab kematian ibu.1,7
Dikatakan Preeklampsia apabila didapatkan (1) tekanan darah sistolik
140mmHg atau tekanan darah diastolik 90mmHg dalam dua kali pengukuran
sekurang-kurangnya selang 4 jam pada pasien normotensi atau (2) tekanan darah
sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110 mmHg (pada kasus ini,
hipertensi dikonfirmasi dalam hitungan menit untuk mempercepat terapi antihipertensi).
Selain tekanan darah, proteinuria 0,3 g dalam spesimen urin 24 jam atau 1+ pada
dipstick protein urin.3
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed preeklampsia (ibu hamil yang
sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masingmasing penyakit di atas tidak sama.1,7
B. Epidemiologi
Mortalitas dan Morbiditas
Preeklampsia merupakan penyebab ketiga terbanyak yang menyebabkan
kematian selama kehamilan setelah perdarahan dan emboli. Preeklampsia merupakan
penyebab pada 790 kematian ibu/100.000 kelahiran hidup.2
2
E. Patofisiologi Preeklampsia
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabangcabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus myometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi
cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan arteri basalis memberi cabang arteria spiralis.7
Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi
trofoblas kedalam lapisan otot arteri spiralis,yang menimbulkan degenerasi
lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi aretri spiralis. Invasi trofoblas juga
memasuki jaringan sekitas arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi
gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi.
Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini memberi dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada
daerah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi
jaringan juga meningkat,sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan
baik. Proses ini dinamakan remodeling arteri spiralis.7
Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas
pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot
arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak
memungkinkan mangalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya, arteri spiralis
relative mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri
spiralis, sehingga aliran darah ke uteroplasenta menurun, dan terjadi hipoksia
dan iskemia plasenta. Dampak iskemia plasenta akan menimbulkan perubahanperubahan yang dapat menjelaskan patogenesis hipertensi dalam kehamilan.7
Diameter rata-rata arteri spiralis pada hamil normal adalah 500 mikron,
sedangkan pada preeclampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke
uteroplasenta.7
4
ii.
Peroksid lemak sebagai oksidan/radikal bebas yang sangat toksis ini akan
beredar diseluruh tubuh dalam aliran darah dan akan merusak membrane
sel endotel. Membran sel endotel lebih mudah mengalami kerusakan oleh
peroksida lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran
darah dan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak
jenuh sangat rentan terhadap oksidan radikal hidroksil, yang akan berubah
menjadi peroksida lemak.
iii.
NO
(vasodilator)
menurun,
sedangkan
endotelin
(vasokonstriktor) meningkat.
g. Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori Intolerensi Imunologik antara ibu dan janin7
Pada perempuan hamil normal, respons imun tidak menolak adanya
hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human
leukocyte antigen protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi
respon imun, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya
HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel
Natural Killer (NK) ibu.7
Selain itu, adanya HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke
dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G merupakan prakondisi untuk
terjadinya invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu, disamping untuk
menghadapi sel Natural Killer. Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan,
terjadi penurunan ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah
plasenta, menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua menjadi lunak, dan gembur sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang
produksi sitikon, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation ada preeklampsia.7
Pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai
kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata mempunyai proporsi Helper Sel
yang lebih rendah disbanding pada normotensif.7
4.
bahan vasopresor, atau dibutuhkan kadar vasopresor yang lebih tinggi untuk
menimbulkan respons vasokontriksi. Pada kehamilan normal terjadinya
refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor adalah akibat dilindungi
oleh adanya sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Hal ini
dibuktikan bahwa daya refrakter terhadap bahan vasopresor akan hilang bila
diberi prostaglandin sintesis inhibitor (bahan yang menghambat produksi
prostaglandin).
Prostaglandin
ini
dikemudian
hari
ternyata
adalah
prostasiklin.7
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap
bahan vasokonstriktor, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap
bahan-bahan vasopresor. Artinya, daya refrakter pembuluh darah terhadap
bahan vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap bahan vasopresor. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa
peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor pada hipertensi
dalam kehamilan sudah terjadi pada trimester I. peningkatan kepekaan pada
kehamilan yang akan menjadi hipertensi dalam kehamilan, sudah dapat
ditemukan pada kehamilan dua puluh minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai
prediksi akan terjadinya hipertensi dalam kehamilan.7
5. Teori Genetik2,7
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu
lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika
dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang
mengalami preeklampsia, 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklampsia pula, sedangkan hanya 8% anak menantu yang mengalami
preeklampsia.
6. Teori defisiensi Gizi (Teori Diet)2,7
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi
gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
8
dengan
proses
apoptosis
pada
preeklampsia,
dimana
pada
apoptosis dan nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas
plasenta, misalnya pada plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress
oksidatif akan sangat meningkat, sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga
makin meningkat. Keadaan ini menimbulkan beban reaksi inflamasi dalam
darah ibu menjadi jauh lebih besar, dibanding reaksi inflamasi pada kehamilan
normal. Respon inflamasi ini akan mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel
makrofag/ granulosit, ,yang lebih besar pula sehingga menjadi reaksi sistemik
inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala preeklampsia pada ibu.
Redman, menyatakan bahwa disfungsi endotel pada preeclampsia akibat
produksi debris trofoblas plasenta berlebihan tersebut diatas, mengakibatkan
aktivasi leukosit yang sangat tinggi pada sirkulasi ibu. Peristiwa ini oleh
Redman disebut sebagai kekacauan adaptasi dari proses inflamasi intravaskular
pada kehamilan yang biasanya berlangsung normal dan menyeluruh.
F. Gambaran Klinis Preeklampsia
a. Gejala subjektif
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejalagejala ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk
bahwa eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema
dan proteinuria bertambah meningkat.3,7
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi; peningkatan tekanan
sistolik 30mmHg dan diastolik 15 mmHg atau tekanan darah meningkat lebih dari
140/90mmHg. Tekanan darah pada preeklampsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmHg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita juga akan menemukan
takikardia, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi ensefalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak.7
10
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan
respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang
dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan
pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala
dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju
filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler
menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap
kardiovaskuler meliputi penurunan volume intravaskular, meningkatnya cardiac output
dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati
menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.
Perubahan pada sistem dan organ:
1) Volume plasma7
Pada ibu hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (disebut
hipervolemia), guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan
tertinggi volume plasma pada hamil normal terjadi pada umur kehamilan 32-34
minggu. Sebaliknya, oleh sebab yang tidak pada preeclampsia terjadi penurunan
volume plasma antara 30%-40% dibanding hamil normal disebut hipovolemia.
Hipovolemia diimbangi oleh vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi. Volume
plasma yang menurun memberi dampak yang luas pada organ-organ penting.
Preeklampsia sangat peka terhadap pemberian cairan intravena yang terlalu
cepat dan banyak. Demikian sebaliknya preeclampsia sangat peka terhadap
kehilangan darah waktu persalinan. Oleh karena itu, observasi cairan masuk
ataupun keluar harus ketat.
11
2) Hipertensi7
Hipertensi
merupakan
tanda
terpenting
guna
menegakkan
diagnosis
12
ii.
iii.
iv.
Gagal ginjal akut terjadi akibat nekrosis tubulus ginjal. Bila sebagian
besar kedua korteks ginjal mengalami nekrosis, maka terjadi nekrosis
korteks ginjal ysng bersifat irreversible.
v.
ii.
iii.
iv.
v.
i.
ini
disebabkan
oleh
hipovolemia,
yang
menimbulkan
Sama halnya dengan kadar asam urat serum, kadar kreatinin plasma pada
preeklampsia juga meningkat. Hal ini disebabkan oleh hipovolemia,
maka aliran darah ginjal menurun, mengakibatkan menurunnya filtrasi
glomerulus, sehingga menurunkan sekresi kreatinin, disertai peningkatan
kreatinin plasma. Dapat mencapai kadar kreatinin plasma 1mg/cc, dan
biasanya terjadi pada preeklampsia berat dengan penyulit pada ginjal.
Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan perubahan yang nyata pada
preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya
dalam batas normal
5) Tekanan osmotik koloid plasma/tekanan onkotik7
Osmolaritas serum dan tekanan onkotik menurun pada umur kehamilan 8
minggu. Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena kebocoran
protein dan peningkatan permeabilitas vaskular.
6) Koagulasi dan fibrinolisis2,7
Gangguan koagulasi pada preeklampsia, misalnya trombositopenia, jarang yang
berat, tetapi sering dijumpai. Pada preeklampsia terjadi peningkatan FDP,
penurunan anti thrombin III, dan peningkatan fibronektin.
7) Viskositas darah7
Viskositas darah ditentukan oleh volume plasma, molekul makro (fibrinogen dan
hematokrit). Pada preeklampsia viskositas darah meningkat, mengakibatkan
meningkatnya resistensi perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
8) Hematokrit7
Pada hamil normal kematokrit menurun karena hypervolemia, kemudian
meningkat pada trimester III akibat peningkatan produksi urin. Pada
preeklampsia hematokrit meningkat karena hipovolemia yang menggambarkan
beratnya preeklampsia.
9) Edema7
Edema dapat terjadi pada kehamilan normal. Edema yang terjadi pada
kehamilan mempunyai banyak interpretasi, misalnya 40% edema dijumpai pada
15
hamil normal, 60% dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi, dan 80% edema
dijumpai pada kehamilan dengan hipertensi dan proteinuria.
Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler.
Edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan tangan,
atau edema generalisata, dan biasanya disertai dengan kenaikan berat badan
yang cepat.
10) Hepar2,7
Dasar perubahan hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan. Bila terjadi
perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan
peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini data meluas hingga di bawah kapsula
hepar dan disebut subkapsula hematoma. Subkapsula hematoma meninmbulkan
nyeri di daerah epigastrium dan dapat menimbulkan rutur hepar, sehingga
perlukan pembedahan.
11) Neurologi7
Perubahan neurologik dapat berupa:
i.
ii.
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan
visus. Gangguan visus dapat berupa: pandangan kabur, skotomata,
amaurosis yaitu kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retinae
iii.
iv.
v.
Perdarahan
intrakranial
meskipun
jarang,
dapat
terjadi
pada
ii.
G. Diagnosis Preeklampsia
17
ii.
iii.
2) Preeklampsia berat1,3,7
Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160
mmHg dan tekanan darah diastolik 110 mmHg disertai proteinuria lebih
5gr/24jam. Diagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat
sebagaimana tercantum dibawah ini. Preeklampsia digolongkan preeklampsia
berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut.1,3,7
i.
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 110
mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah
dirawat dirumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada quadran kanan atas abdomen (akibat
teregangnya kapsula Glisson)
vii.
viii.
Hemolisis mikroangiopatik
ix.
x.
xi.
xii.
Sindrom HELLP
Preeklampsia berat dibagi menjadi dua yaitu (a) Preeklampsia berat tanpa impending
eclampsia dan (b) Preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut
impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa
nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan
progresif tekanan darah.
H. Penatalaksanaan Preeklampsia
Diagnosis dini, supervisi medikal yang ketat, waktu persalinan merupakan
persyaratan yang mutlak dalam penatalaksanaan preeklampsia. Persalinan merupakan
pengobatan yang utama. Setelah diagnosis ditegakkan, penatalaksanaan selanjutnya
harus berdasarkan evaluasi awal terhadap kesejahteraan ibu dan janin. Berdasarkan hal
ini, keputusan dalam penatalaksanaan dapat ditegakkan, yaitu apakah hospitalisasi,
ekspektatif atau terminasi kehamilan serta harus memperhitungkan beratnya penyakit,
19
keadaan ibu dan janin, dan usia kehamilan. Tujuan utama pengambilan strategi
penatalaksanaan adalah keselamatan ibu dan kelahiran janin hidup yang tidak
memerlukan perawatan neonatal lebih lanjut dan lama.1,2,7
Penatalaksanaa pada preeklamsia dibagi berdasarkan beratnya preeklamsi, yaitu :
Preeklampsi berat
Tujuan penatalaksanaan pada preeklamsi berat adalah mencegah konvulsi,
mengontrol tekanan darah maternal, menentukan persalinan, pengelolaan cairan,
pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat. Pemeriksaan sangat teliti
diikuti dengan observasi harian tentang tanda-tanda klinik berupa nyeri kepala,
gangguan visus, nyeri epigastrium, dan kenaikan berat badan yang cepat. Selain itu,
perlu dilakukan penimbangan berat badan, pengukuran proteinuria, pengukuran tekanan
darah, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan USG dan NST. Perawatan
preeklampsia berat sama halnya dengan perawatan preeklampsia ringan, dibagi menjadi
dua unsur yaitu sikap terhadap penyakitnya (pemberian obat-obat atau terapi
medisinalis) dan sikap terhadap kehamilannya.4,6,7
Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa
1. Penderita preeklampsia berat harus segera dibawa ke rumah sakit untuk rawat
inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri). Perawatan yang
penting pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita
preeklampsia berat dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas,
tetapi faktor yang sangat menentukan terjadinya edema paru dan oliguria ialah
hipovolemia, vasospasme, kerusakan sel endotel, penurunan gradien tekanan
onkotik koloid/ pulmonary capillary wedge pressure.
a. Oleh karena itu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan
output cairan melalui urin menjadi sangat penting. Artinya harus
dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang
20
dengan
menghambat
transmisi
neuromuskular.
Transmisi
Banyak
cara
pemberian
magnesium
sulfat.
Cara
pemberiannya:
a. Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10cc) selama 15 menit
b. Maintenance dose:
21
iv.
perfusi
utero-plasenta,
meningkatkan
hemokonsentrasi,
ii.
iii.
Williams
Obstetrics,
ditinjau
dari
umur
kehamilan
dan
iv.
v.
laboratorik memburuk
Diduga terjadi solusio plasenta
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan
Janin
i. Adanya tanda-tanda fetal distress
ii. Adanya tanda-tanda Intrauterine growth restriction (IUGR)
iii. NST nonreaktif dengan profil biofisik yang abnormal
iv. Terjadinya oligohidramnion
-
Laboratorik
Adanya tanda-tanda sindroma HELLP khususnya menurunnya trombosit
dengan cepat
24
25
26
iii.
iv.
v.
hepar
Ginjal: gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.
Hematologik: DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi
Kardiopulmonar: edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresi
vi.
2) Penyulit janin
i. Intrauterine growth restriction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma
distress napas, kematian janin dalam rahim, sepsis, cerebral palsy.
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan,
Kementerian Kesehatan Republik Indonesi, edisi pertama, 2013: 109-117.
27
New
28