Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH TUTORIAL

CASE 1 ANEMIA

KELOMPOK TUTORIAL B-3


Euis Maya Savira

131 0211 072

Irma Rizki Hidayanti

131 0211 103

Nabilah Armalia I

131 0211 109

Grace Fidia

131 0211 051

Amri Muzzammil

131 0211 123

Faiza Supraini

131 0211 044

Astri Dwi Hartari

131 0211 202

Desti Pratiwi

131 0211 062

Annisa Rahma Chany

131 0211 170

Ilham Henintyo

131 0211 176

Iin Intansari

131 0211 030

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr. wb.


Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami pun mengucapkan terima kasih
kepada dr Sri Wahyuningsih selaku tutor dalam tutorial kami.
Makalah ini adalah sebuah rangkuman selama kami mengikuti kegiatan tutorial. Makalah
ini dibuat agar kita lebih memahami semua materi yang telah kami sajikan pada kegiatan tutorial.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan, namun mudahmudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih.

20 SEPTEMBER 2014

Penyusun

Kasus 1 Anemia defesiensi zat besi


BAGIAN 1
Anak Adi, 10 tahun, datang ke puskesmas, tempat anda bertugas, dengan diantar oleh ibunya.
Adi mengeluhkan sering merasa pusing dan cepat lelah saat mengikuti keiatan di sekolah. Ibu adi
mengatakan bahwa sejak lebih kurang hamper 3 bulan belakangan ini Adi tampak lebih pucat
dan lesu. Saat ini dia sudah duduk dikelas 4 sekolah dasar. Dan karena sering pusing dan lelah.
Belakangan ini Adi sukar menerima pelajaran dan hasil nilai-nilainya di sekolah menurun.
Adi adalah anak keempat dari empat bersaudara. Keluarga adi hidup sederhana. Keluarganya
tinggal di desa yang cukup terpencil, jauh dari akses jalan raya dan dari sekolah. Keluarga adi
tinggal dirumah yang kondisinya buruk dan sanitasi kurang baik karena pembuangan sampah
rumahtangga dan sampah kotoran manusia yang terbuka di dekat rumah. Adi dan teman-teman
sering bermain tanpa menggunakan alas kaki dan jarang membersihkan tangan dan kaki selepas
bermain. Ayahnya bekerja sebagai buruh tani yang bekerja serabutan dan ibunya mengurus
keluarga. Keluarga mereka sehari-hari makan dengan lauk seadanya, jarang mengkonsumsi telur
atau daging-dagingan, dan kadang hanya makan 2 kali sehari.

BAGIAN 2
Selanjutnya hasil pemeriksaan fisik dari Aldi adalah sebagai berikut:
KU

: tampak lemah dan pucat

Kesadaran

: composmentis

BB

: 24 Kg

TB : 129cm

TD

: 90/60mmHg

Nadi : 110x/menit, isi cukup teratur

RR

: 18x/menit

Suhu : 36,8

Mata

: konjugtiva anemis

Mulut

: atrofi papilla lidah (-), glossitis (-), angular stromatitis (+)

Jantung

: terdengar murmur sistolik derajat II/VI

Paru

: dbn

Abdomen

: datar, supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)

Ekstremitas

: tampak gambaran koilonychias pada kuku jari tangan

BAGIAN 3
Berikut adalah hasil pemeriksaan laboratorium dari Aldi :
Variable
Eritrosit
Hematokrit (%)
Hemoglobin (g/dL)
Leukosit (per mm3)
Hitung jenis/ Diff count (%)
Basofil
Eosinofil
Nutrofil batang
Neutrofil segmen
Limfosit
Monosit
Jumlah trombosit
Mean corpuscular volume

Rentang normal
4,0 5,2
37-43
12,0-16,0
4000-11.000

Saat diperiksa awal


4,2
26
8
7000

0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
150,000-350.000
80-100

0
7
2
60
28
3
250.000
60

(um3)
Mean corpuscular hemoglobin

25,4-34,6

20

(pg/cell)
Mean corpuscular hemoglobin

31-37

31

concentration (g/dL)
Red cell distribution Width

11,5-14,5

20

(%)
Serum iron (ug/dL)
TIBC (ug/dL)
Serum Feritin (ug/L)
Reticulocyte
Transferin saturation

50-150
300-360
50-200
1-5
30-50

28
400
10
1
7

Hasil pemeriksaan morfologi RBC dari Aldi


Seri eritrosit : tampak gambaran eritrosit anisositosis, poikilositosis, mikrositik hipokrom,
terdapat sel pensil, sedikit sel target
Seri leukosit : tidak ada kelainan
Seri trombosit : jumlah dan morfologi tdk ada kelainan

Hasil pemeriksaan feses : terdapat telur dan larva Ascaris lumbrocoides, Trichuris trichiura, dan
Ancylostoma duodenale, tidak ditemukan adanya eritrosit di urin.

BAGIAN 4
Aldi di diagnosis mengalami anemia defisiensi besi karena infestasi parasit cacing dan gizi
kurang. Selanjutnya Aldi mendapat anti helmintik berupa mebendazol 100mg/kgbb/hari serta
makan makanan yang mengandung bahan makanan yang bergizi seimbang. Selanjutnya Aldi
harus kembali control 1 minggu mendatang untuk menilai perkembangannya untuk menilai
kadae Hb dan kadar feritin serum. Terapi Fe dilanjutkan sampai 2 bulan setelah kadar Hb
tercapai.

AlloAnamnesis :
Kel.Ut : An. A, laki-laki 10 tahu datang ke IGD dibawa ibunya dengan keluhan pusing dan cepat
lelah
RPS :

3 bulan belakangan pucat dan lesu. Sukar konsentrasi, sering pusing, cepat lelah saat
mengikuti kegiatan sehingga nilai-nilai menurun.

An. A anak ke 4 dari 4 bersaudara, dari keluarga sederhana, tinggal di desa terpencil,
tinggal di rumah dengan sanitasi dan kondisi yang buruk karena dekat dengan
pembuangan sampah
Ayahnya buruh tani, kerja serabutan, ibunya ibu rumah tangga

RSos:

Sering bermain tanpa alas kaki


Jarang membersihkan tangan dan kaki setelah bermain
Lauk-pauk seadnya, jarang konsumsi telur dan daging
Kadang-kadang hanya makan 2x/hari

Hipotesis
1.
2.
3.
4.
5.

Anemia defisiensi fe
Anemia penyakit kronik
Anemia sindroblastik
Anemia akibat parasit
hepatitis

Pemeriksaan Fisik:
KU

: tampak lemah dan pucat

Kesadaran

: composmentis

BB

: 24 Kg

TB : 129cm

TD

: 90/60mmHg

Nadi : 110x/menit, isi cukup teratur

RR

: 18x/menit

Suhu : 36,8

Mata

: konjugtiva anemis

Mulut

: atrofi papilla lidah (-), glossitis (-), angular stromatitis (+)

Jantung

: terdengar murmur sistolik derajat II/VI

Paru

: dbn

Abdomen

: datar, supel, hepatomegali (-), splenomegali (-)

Ekstremitas

: tampak gambaran koilonychias pada kuku jari tangan

Pemeriksaan laboratorium
Variable
Eritrosit
Hematokrit (%)
Hemoglobin (g/dL)
Leukosit (per mm3)
Hitung jenis/ Diff count (%)
Basofil
Eosinofil
Nutrofil batang
Neutrofil segmen
Limfosit
Monosit
Jumlah trombosit
Mean corpuscular volume

Rentang normal
4,0 5,2
37-43
12,0-16,0
4000-11.000

Saat diperiksa awal


4,2
26
8
7000

0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
150,000-350.000
80-100

0
7
2
60
28
3
250.000
60

(um3)
Mean corpuscular hemoglobin

25,4-34,6

20

(pg/cell)
Mean corpuscular hemoglobin

31-37

31

concentration (g/dL)
Red cell distribution Width

11,5-14,5

20

(%)
Serum iron (ug/dL)
TIBC (ug/dL)
Serum Feritin (ug/L)
Reticulocyte
Transferin saturation

50-150
300-360
50-200
1-5
30-50

28
400
10
1
7

Diagnosis :
anemia defisiensi besi karena infestasi parasit cacing dan gizi kurang.

Penatalaksanaan :

Selanjutnya Aldi mendapat anti helmintik berupa mebendazol 100mg/kgbb/hari serta


makan makanan yang mengandung bahan makanan yang bergizi seimbang.

Selanjutnya Aldi harus kembali control 1 minggu mendatang untuk menilai


perkembangannya untuk menilai kadae Hb dan kadar feritin serum. Terapi Fe dilanjutkan
sampai 2 bulan setelah kadar Hb tercapai.

1. DARAH
Hematopiesis adalah proses pembentukan darah yang berbeda lokasi antara sebelum lahir dan
sesudah lahir
Janin
bayi
dewasa

Tahap-tahap hematopoiesis:

0-2 bulan
2-7 bulan
5-9 bulan

Yolk sac
Hati, limpa
Sumsum tulang
Sumsum tulang
Tulang pipih

Yang diperlukan untuk hematopoiesis adalah:


1. Sel induk hematopoietik:
sel induk harus mempunyai sifat Reenewal yaitu kemampuan memperbaharui diri
sendiri sehingga tidak pernah habis meskipun membelah, lalu sifat proliferatif yaitu
kemampuan memperbanyak diri, dan terakhir ialah kemampuan diferensiatif yaitu
kemampuan mematangkan diri menjadi sel dengan fungsi tertentu.
2. Lingkungan mikro sumsum tulang:
ialah substandi yang memungkinkan sel induk untuk tumbuh secara kondusif,
komponennya:

mikrosirkulasi

sumsum

tulang

sel stroma (terdiiri dari sel endotel, sel lemak, fibroblast, makrofag, sel reikulum
matriks ekstraseluler (seperti fibronektin, haemonektin, laminin, kolagen, dan
proteoglikan)fungsi lingkungan mikro: untuk menyediakan nutrisis dan bahan

hemopoiesis yang dibwa oleh

darah, untuk komunikasi antarsel, menghasilkan zat

pengatur hemopoiesis.
3. Bahan pembentuk darah asam folat dan vit B12, merupakan bahan terpenting karena
keduanya berguna untuk sintesis DNA.. kurangnya kedua bahan tersebut penurunan
DNA kegaagalan pematangan dan pembelahan inti sel eritroblastik di sumsum tulang
sel darah menjadi lebih besar dari normal ; berbentuk tidak teraatur, oval dan besar
kerapuhannya membuat masa hidup eritrosit tersebut menjadii lebih pendek besi,
penting untuk pembentukan hemoglobin cobalt, magnesium, cu, zn asam amino
vit C, B, dll
4. Mekanisme regulasi
ialah untuk mengatur arah dan kualitas pertumbuhan sel dan pelepasan sel darah
yang matang dari sumsum tulang ke sara tepi sehingga sumsum tulang dapat merespon
kebutuhan tubbuh dengan tepat. Zat yang mempengaruhinya adalah: faktor
pertumbuhan
sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL-7, IIL-8, IL-9, IIL-10, IL-11) yang bersifat
ada yang merangasang pertumbuhan sel induk adapula yang menekan pertumbuhan sel
induk hormon hematopoetik spesifik ex: eritropoietin, terdiri dari 165 asam amino
yang dimana khusus dibentuk oleh ginjal (90%) dan hati (10%) untuk merangsang
prekursor eritroid. Sstimulusnya adalah tekanan oksigen dalam ginjal, jjika tekanan
oksigen menurun maka eritropoietin meningkat. hormon non spesifik ex: androgen
menstimulasi eritropoiesis estrogen inhibisi eritropoiesis.
Darah memiliki peran untuk menjaga tubuh tetap dalam keadaan homeostasis.
Selain meregulasi pH, temperatur, serta mengatur transport zat-zat dari dan ke jaringan,
darah juga melakukan perlindungan dengan cara melawan penyakit. Fungsi-fungsi ini
dikerjakan secara terbagi-bagi oleh komponenkomponen darah, yaitu plasma dan sel-sel
darah.Plasma darah adalah cairan yang berada di kompartemen ekstraselular di dalam
pembuluh darah yang berperan sebagai pelarut terhadap sel-sel darah dan substans
lainnya.Sedangkan sel darah merupakan unit yang mempunyai tugas tertentu. Sel-sel
darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit dibentuk melalui suatu mekanisme
yang sama, yaitu hemopoiesis.

Hemopoiesis adalah proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah.


Sebelum dilahirkan, proses ini terjadi berpindah-pindah.Pada beberapa minggu pertama
kehamilan, hemopoiesis terjadi di yolk sac. Kemudian hingga fetus berusia 6-7 bulan,
hati dan limpa merupakan organ hemopoietik utama dan akan terus memproduksi sel-sel
darah hingga sekitar dua minggu setelah kelahiran. Selanjutnya pekerjaan ini diambil alih
oleh sumsum tulang dimulai pada masa kanak-kanak hingga dewasa.Sumsum tulang atau
bone marrow merupakan suatu jaringan ikat dengan vaskularisasi yang tinggi bertempat
di ruang antara trabekula jaringan tulang spons.
Tulang-tulang rangka axial, tulang-tulang melingkar pada pelvis dan pektoral, serta
di bagian epifisis proksimal tulang humerus dan femur adalah tulang-tulang dengan
sumsum tulang terbanyak di tubuh manusia.Terdapat dua jenis sumsum tulang pada
manusia, yaitu sumsum tulang merah dan sumsum tulang kuning. Pada neonatus, seluruh
sumsum tulangnya berwarna merah yang bermakna sumsum tulang yang bersifat
hemopoietik, sedangkan ketika dewasa, sebagian besar dari sumsum tulang merahnya akan
inaktif dan berubah menjadi sumsum tulang kuning (fatty marrow) (Tortora, 2009).
Sebelum sel-sel darah secara spesifik terbentuk, sel pluripoten yang berada di sumsum
tulang tersebut membentuk dua jenis stem cell, yaitu myeloid stem cell dan lymphoid stem cell.
Setiap satu stem cell diperkirakan mampu memproduksi sekitar 106 sel darah matur setelah
melalui 20 kali pembelahan sel. Myeloid stem cell memulai perkembangannya di sumsum tulang
dan kemudian membentuk eritrosit, platelet, monosit, neutrofil, eosinofil dan basofil. Begitu juga
dengan lymphoid stem cell.
Sel-sel ini memulai perkembangannya di sumsum tulang namun proses ini dilanjutkan dan
selesai di jaringan limfatik. Limfosit adalah turunan dari sel-sel tersebut.Selama proses
hemopoiesis, sebagian sel myeloid berdiferensiasi menjadi sel progenitor. Sel progenitor tidak
dapat berkembang membentuk sel namun membentuk elemen yang lebih spesifik yaitu colonyforming unit (CFU). Terdapat beberapa jenis CFU yang diberi nama sesuai sel yang akan
dibentuknya, yaitu CFU-E membentuk eritrosit, CFU-Meg membentuk megakariosit, sumber
platelet, dan CFU-GM membentuk granulosit dan monosit. Berikutnya, lymphoid stem cell, sel

progenitor dan sebagian sel myeloid yang belum berdiferensiasi akan menjadi sel-sel prekursor
yang dikenal sebagai blast. Sel-sel ini akan berkembang menjadi sel darah yang sebenarnya.
Pada tahap ini sel-sel prekursor sudah dapat dibedakan berdasarkan tampilan
mikroskopiknya, sedangkan sel-sel di tahap sebelumnya yaitu stem cell dan sel progenitor hanya
bisa dibedakan melalui marker yang terdapat di membran plasmanya. Beberapa hormon yang
disebut hemopoietic growth factors bertugas dalam meregulasi proses diferensiasi dan proliferasi
dari sel-sel progenitor tertentu.
Berikut beberapa contoh :
1. Erythropoietin atau EPO meningkatkan jumlah prekursor sel darah merah atau eritrosit.
EPO diproduksi oleh sel-sel khusus yang terdapat di ginjal yaitu peritubular interstitial cells.
2. Thrombopoietin atau TPO merupakan hormon yang diproduksi oleh hati yang
menstimulasi pembentukan platelet atau trombosit.
3. Sitokin adalah glikoprotein yang dibentuk oleh sel, seperti sel sumsum tulang, sel darah, dan
lainnya. Biasanya sitokin bekerja sebagai hormon lokal, namun disini sitokin bekerja dalam
menstimulasi proliferasi selsel progenitor di sumsum tulang. Dua kelompok sitokin yang
berperan adalah colony-stimulating factors dan interleukin.
Selain contoh diatas masih banyak growth factor lainnya yang mempengaruhi proses
hemopoiesis yang berbeda-beda fungsi dan lokasi kerjanya.
HEMOGLOBIN
Ialah pigmen pembawa oksigen eritrositdengan setiap gram Hb mampu berikatan dengan
1,39 mililiter oksigen.Komponennya dibagi menjadi 2, yaitu Heme dan Globiin. Dimana Heme
merupakan bentukan gabungan dari protoporfirin sedangan Globin ialah protein yang terdiri dari
4 rantai yaitu rantai alfa dan beta.
Pigmen merah pembawa oksigen didalam eritrosit vertebrata merupakanhemoglobin, suatu
protein dengan berat molekul 64.450.Hemoglobin suatumolekul globin yang dibentuk 4 subunit.
Tiap subunit mengandung suatu gugushem yang dikonjugasi ke suatu poplipeptida. Hem
merupakan turunan porfirinyang mengandung besi.
Polipeptida

dinamai

secara

bersama-sama

sebagai

bagianglobin

dari

molekul

hemoglobin.Ada 2 pasangan polipeptida dalam tiap molekulhemoglobin, 2 subunit mengandung

satu jenis polipeptida dan 2 mengandunglainnya. Pada hemoglobin manusia dewasa normal
(hemoglobin A), 2 jenispolipeptida dinamai rantai , masing-masingnya mengandung 141
gugusan asamamino dan rantai , yang masing-masingnya mengandung 146 gugusan
asamamino. Sehingga hemoglobin A dinamai 22. Tidak semua hemoglobin dalamdarah
dewasa normal merupakan hemoglobin A. sekitar 2,5% hemoglobinmerupakan hemoglobin A2,
tempat rantai digantikan oleh (22).
Hemoglobin mengikat O2 untuk membentuk oksihemoglobin, O2 yangmelekat ke Fe 2+
didalam hem. Afinitas hemoglobin bagi O2 dipengaruhi oleh pH,suhu, dan konsentrasi 2,3difosfogliserat (2,3-DPG). 2,3-DPG dan H+bersaing denganO2 dalam pengikatan ke hemoglobin
di deoksigenasi, yangmenurunkan afinitas hemoglobin bagi O2 dengan memindahkan posisi 4
rantai polipeptida (struktur kuatener). Bila darah terpapar ke berbagai obat dan zat pengoksidasi
lain in vitro atauin vivo, maka besi fero (Fe2+) dalam molekul diubah ke ion feri (Fe3+),
yangmembentuk methemoglobin. Methemoglobin berwarna gelap dan bila ia adadidalam jumlah
besar didalam sirkulasi, maka ia akan menyebabkan pewarnaankulit berwarna kehitaman yang
menyerupai sianosis. Normalnya timbul sejumlahoksidasi hemoglobin ke methemoglobin, tetapi
system

enzim

didalam

eritrosit,sistem

NADH-methemoglobin

reduktase,

mengubah

methemoglobin kembali kehemoglobin.


Sintesis Hemoglobin
Kandungan hemoglobin normal rata-rata 16 g/dl pada pria dan 14 g/dlpada wanita, yang
semuanya terdapat dalam eritrosit. Didalam badan pria 70 kgada sekitar 900 g hemoglobin serta
0,3 g hemoglobin dirusak dan 0,3 g disintesissetiap jam. Bagian hem dari molekul hemoglobin
disintesis dari glisin dan suksinil-KoA.
Katabolisme Hemoglobin
Bila eritrosit tua dirusak di dalam sistem retikuloendotel, maka bagianglobin molekul
hemoglobin dipecah dan hem diubah ke biliverdin.Pada manusia,kebanyakan biliverdin diubah
ke bilirubin dan diekskresikan ke dalam empedu.Besi dari hem digunakan kembali untuk sintesis
hemoglobin; jika darah hilangdari badan dan defisiensi besi tidak dikoreksi, maka timbul anemia
defisiensibesi.

Pemberi warna merah pada darah


Protein heme berfungsi dalam pengikatan dan pengangkutan O2, sertafotosintesis.Gugus
prostetik heme merupakan senyawa tetrapirol siklik, yangjejaring ekstensifnya terdiri atas ikatan
rangkap terkonjugasi, yang menyerapcahaya pada ujung bawah spektrum visibel sehingga
membuatnya berwarnamerah gelap.Senyawa tetrapirol terdiri atas 4 molekul pirol yang
dihubungkandalam cincin planar oleh 4 jembatan metilen-. Substituen menentukan
bentuksebagai heme atau senyawa lain. Terdapat 1 atom besi fero (Fe2+) pada pusatcincin
planar, yang bila teroksidasi, akan menghancurkan aktivitas biologik.

ERITROSIT
Eritropoiesis
Pembentukan eritrosit (eritropoiesis) merupakan suatu mekanisme umpan balik.Ia
dihambat oleh peningkatan kadar eritrosir bersirkulasi dan dirangsang oleh anemia. Ia juga
dirangsang oleh hipoksia dan peningkan aklimatisasi ke tempat tinggi. Eritropoiesis dikendalikan
oleh suatu hormon glikoprotein bersirkulasi yang dinamai eritropoietin yang terutama
disekresikan oleh ginjal.
Setiap orang memproduksi sekitar 1012 eritrosit baru tiap hari melalui proses eritropoiesis
yang kompleks dan teratur dengan baik. Eritropoiesis berjalan dari sel induk menjadi prekursor
eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang, yaitu pronormoblas.Pronormoblas
adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua, dengan inti ditengah dan nucleoli, serta kromatin
yang sedikit menggumpal. Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas
yang makin kecil melalui sejumlah pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung sejunlah
hemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma, warna
sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan apparatus yang mensintesis
protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat.

Inti akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut di dalam sumsum tulang dan menghasilkan
stadium retikulosit yang masih mengandung sedikit RNA ribosom dan masih mampu mensintesis
hemoglobin.Sel ini sedikit lebih besar daripada eritrosit matur, berada selama 1-2 haridalam
sumsum tulang dan juga beredar di darah tepi selama 1-2 hari sebelummenjadi matur, terutama
berada di limpa, saat RNA hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya,
adlah cakram bikonkaf tak berinti.Satupronormoblas biasanya menghasilkan 16 eritrosit
matur.Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila eritropoiesis terjadi
diluar sumsumtulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga terdapat pada beberapa
penyakitsumsum tulang.Normoblas tidak ditemukan dalam darah tepi manusia yangnormal.
Membran Eritrosit
Membran eritrosit terdiri atas lipid dua lapis (lipid bilayer), proteinmembran integral, dan
suatu rangka membrane.Sekitar 50% membran adalah protein, 40% lemak, dan 10 %
karbohidrat.Karbohidrat hanya terdapat padapermukaan luar sedangkan protein dapat diperifer
atau integral, menembus lipid dua lapis.
Berfungsi untuk mengangkut Hb dimana Hb berguna untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru kejaringan, dan juga mengandung karbonik anhidrase yang mengkatalisis reaksi antar
oksigen dan air sehingga reaksi tersebut menjadi berkali-kali lipat lebih cepat karena bantuan
karbon anhidrase tersebut.
Strukturnya sendiri merupakan lempeng bikonkaf, diameter 8 m, paling tebal 2,5 m
dan bagian tengh 1m atau kurang. Volume rata-rata 90-95 fl. Bentuk eritrosit dapat berubahubah ketika sel berjalan, dengan umur 120 hari. Dan membrannya terdiri dari 50% protein, 40%
lemak, 10% karbohidrat.

Tahap-tahaperitropoiesis:

Metabolisme eritrosit selama bersirkulasi 120 hari, eritrosit juga memerlukan energi.
Walaupun eritrosit tidak mempunyai inti, mitokondria dan lainnya, namun ia masih mempunyai
enzim-enzim yang tersisa yang penting untuk memenuhi energi kebutuhannya dengan memlalui
2 cara.
Jalur Embden Meyerhoff (glikolisis anaerob)
Jalur Pentosa Fosfat
Kedua jalur ini dapat menghasilkan sedikit ATP dan NADPH yang penting untuk menjaga
kelenturan dan lainnya.
Destruksi:
Eritrosit yang siap didestruksi baik hemolisis ataupun karena penuaan difagosit oleh
makrofag
globin

hemoglobin

asam

amino

yang

dikandung
pool

protein

akan

terbagi

disimpan/digunakan

2
lagi

heme Fe pool besi aliran darah diangkut oleh transferin disimpan di hati atau
jaringan lain dalam bentuk feritin atau digunakan lagi di sumsum tulang protoporfirin dalam

heme oleh makrofag diubah bilirubin indirek bilirubin direk disekresikan oleh hati
masuk dalam empedu keluar lewat fese dalam bentuk sterkobilinogen atau urin dalam bentuk
urobilinogen.
Morfologi :

Bentuk : cakram bikonkaf


Diameter : 8mikron
Struktur : membrane dan sitoplasma
Tebal : pinggir 2,5 mikrometer, tengah 1 mikrometer
Volume : 90 95 fL
Usia : 120 hari
Membran (50% protein, 40% lemak, 10% karbo)

Fungsi :

Mengangkut Hb angkut O2
Karbonikanhidrase mengkatalisis air dan CO2

Eritropoiesis
Proeritroblas
Eritroblas Basofilik
Eritroblas Polikromatofilik
Erotroblas Ortokromatofilik
Retikulosit
Eritrosit

Proeritroblas :

Sel besar. Ukuran 18 25 mikron


Sitoplasma berwrna biru, terdapat halo

Hukleus berbentuk bulat, merah, kromatin halus, memiliki 2 atau 3 anak inti.

Eritroblas basofilik :

Ukuran lebih kecil dari rubriblas, 12 -17 mikron


Sitoplasma lebih biru, lebih pucat, mulai mengambil warna merah karena mulai

pembentukan Hb
Nukleus bulat, kromatin kasar, tidak terlihat anak inti

Eritroblas Polikromatik :
Ukuran 11 15 mikron
Sitoplasma berwarna biru kemerahan
Nukleus kecil, bulat, kromatin kasar mulai memadat
Rasio inti : sitoplasma = 1 : 1
Eritroblas Ortokromatik :
Ukuran 8 12 mikron
Sitoplasma berwarna merah kebiruan
Inti bulat, kecil, kromatin memadat berwarna biru tua. Inti akan kelua meninggalkan sisa
sisa berupa reticulum.

Retikulosit :

Eritrosit muda tidak berinti


Ukuran 7 10 mikron
Ditoplasma berwarna merah kebiruan
Inti tidak ada lagi

Eritrosit :

Ukuran 6 8 mikron
Bentuk bulat dengan tepi rata
Sitoplasma berwarna merah
Nukleus tidak ada.

Destruksi Eritrosit

1. Karena proses penuan : proses senescene


2. Destruksi patologik : Hemolisis
Eritrosit hemolisis / proses penuaan
Hemoglobin
Globin

Heme

Asam Amino

Fe

CO

Pool Protein

Pool Besi

Bilirubin Indirek*

Disimpan/
digunakan kembali

Protoporfirin

disimpan / digunakanBilirubin Direk


kembali

HATI

Feses :

Urine:

Sterkobilinogen

Urobilinogen

EMPED

BESI
Zat besi diagi menjadi 2 jenis :
1. Besi heme : berasal dari daging merah dan ikan, proporsi absorpsinya tinggi, tidak
dihambat oleh bahan penghambat sehingga bioavailabilitasnya tinggi
2. Besi non-heme : berasal dari tumbuh-tumbuhan, proporsi absorpsinya rendah, dipengaruhi
oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga bioavailabilitasnya rendah.
Tergolong sebagai bahan pemacu absorpsi adalah meat factor dan citamin C,
sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat adalah phytat, tanat, dan serat.
Fungsi dari zat besi adalah membawa oksigen keseluruh tubuh, membantu pembentukan
hemoglobin, membantu fungsi otak, membantu sintesis neurotransmitter membantu metabolism,
dan untuk pertumbuhan.

Bentuk simpanan besi dalam tubuh:

Besi fungsional :
hemoglobin, mioglobin, dan berbagai enzim (sitokrom, katalase, dan peroksidase)

Besi transportasi :
transferrin

Besi cadangan :
ferritin dan hemosiderin

Kebutuhan besi harian


Urin, keringat, Menstruasi

Kehamilan

Pertumbuhan

feses
Pria dewasa
0,5-1mg/hr
Wanita pasca 0,5-1mg/hr

total
0,5-1 mg/hr
0,5-1 mg/hr

menopause
Wanita yang 0,5-1mg/hr

0,5-1mg/hr

menstruasi
Wanita hamil 0,5-1mg/hr
Anak (rata- 0,5 mg/hr
rata)
Wanita
15th)

(12- 0,5-1mg/hr

1-2 mg/hr
1-2 mg/hari

0,5-1mg/hr

0,6 mg/hr

1,5-3 mg/hr
1,1 mg/hr

0,6 mg/hr

1,6-2,6 mg/hr

Distribusi Besi dalam tubuh


TEMPAT

PRESENTASE

Hemoglobin

2g-2.5g

Ferritin dan hemosiderin

Laki: 1g ; perempuan : 600 mg

Mioglobin otot skelet dan jantung

130 mg

Sumber gabungan zat besi yang labil

80mg-90mg

Zat besi dalam jaringan (heme dan 6mg-8mg


flavoprotein)
Transportasi pada pembentukkan zat 3mg
besi

ABSORPSI BESI
Absorpsi besi terjadi paling banyak pada bagian proksimal duodenum, sebab pH dari asam
lambung dan kepadatan protein tertentu yang diperlukan dalam absorpsi besi pada epitel usus.
Proses absorpsi besi dibagi menjadi 3 :
1. Fase luminal : besi yang dimakan diolah di dalam lambung dan siap diserap di duodenum
2. Fase mucosal : proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan suatu proses aktif
3. Fase korpreal : proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi dalam sel-sel yang
diperlukan, dan penyimpanan besi oleh tubuh.
Banyaknya absorpsi besi tergantung pada :

Jumlah kandungan besi pada makanan


Jenis besi dalam makanan
Adanya bahan penghambat/pemacu absorpsi dalam makanan
Jumlah cadangan besi

METABOLISME BESI (Fe)

Besi dalam sistem pencernaan pertama melewati lambung. Di lambung terdapat asam
lambung yang memisahkan ferri (besi makanan) dari senyawa lainnya. Besi yang mudah diserap
oleh usus yaitu besi heme (daging, ikan, hewani) disbanding besi non heme (sayur, kacangkacangan, dan buah). Besi paling banyak diserap di duodenum dan bagian proksimal jejunum.
Besi diserap mikrovilli usus dalam bentuk fero namun besi yang ada dalammakanan berada
dalam bentuk feri, sehingga ferri harus direduktase terlebih dahulu dengan ferri reduktase pada
permukaan enterosit dibantu dengan vitamin C, kemudian ferro masuk melalui protein pembawa
yaitu DMT1. Setelah memasuki enterosit (epitel usus) ferro ada yang disimpan dalam bentuk
ferritin, ada juga yang dimasukkan dalam peredarah darah. Namun sebelumnya, ferro harus
diubah menjadi ferri oleh ferro oksidase. Ferri keluar dari epitel usus melalui ferroportin. Kerja
ferroportin dapat dihambat oleh hephaestin. Ferri kemudian diangkut oleh transferin dan beredar
di peredaran darah.
Transferin akan berkatan pada sel yang bagian permukaannya terdapat reseptor transferin.
Setelah bergabung komplek transferin-reseptor transferin mengalami endositosis membentuk
vesikel. Di dalam sel, reseptor transferin akan mengalami penurunan pH menjadi asam dan
menyebabkan besi terlepas dari reseptor transferin. Ferro masuk ke mitokondria untuk
membentuk heme sedangan reseptor transferin kembali ke permukaan sel dan apotransferin
beredar di sirkulasi darah. Sel yang memiliki reseptor transferin terbanyak yaitu pada sel
rubriblas dan sel CFUe.
Besi di ekskresi melalui eksfoliasi epitel (pengelupasan epitel) usus, kuku, dan kulit.

Regulasi Besi dalam tubuh


FAKTOR
ABSORBSI
besi heme

YANG

MENDUKUNG FAKTOR
YANG
ABSORBSI
Besi an organik

MENGHAMBAT

Bentuk ferro

Bentuk ferri

Asam (Hcl, vitamin C)

Basa (antasida, sekresi pankreas)

Zat yang melarutkan (gula, asam amino)


Hepsidin serum menurun (def besi)

Zat yang mengendapkan (phytat, phsphat,


teh)
Hepsidin serum meeningkat (kelebihanbesi)

Eritropoiesis inefektif

Eritropoiesis menurun

kehamilan

Peradangan

Peningkatan DMT 1

Berkurangnya DMT 1 enterosit

2. ANEMIA
Definisi Anemia
Suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya massa eritrosit dalam tubuh
yang mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin

Nilai kadar Hb ditentukan oleh :


Sex
Umur
Tempat tinggal

Batasan anemia (g/dL)


PerMenkes RI

Prasekolah
Anak
Wanitahamil
3 bln postpartum
Wanitadewasa
Priadewasa

11
12
11
12
12
13

WHO

0.5 5 th
5 12
12 15
W.> 15
W hamil> 15
Pria> 15

11.0
11.5
12.0
12.0
11.0
13

Klasifikasi Anemia
-

Etiologi
Morfologi

Klasifikasi anemia berdasarkan etiologi :


1. Anemia yang disebabkan karena perdarahan akut
Anemia pasca perdarahan akut merupakan kasus yang banyak dijumpai
Pembedahan, kecelakaan, persalinan
Perdarahan akut maupun kronik dapat menyebabkan kekurangan darah.
Pada saat terjadi perdarahan yang hebat, mungkin gejala anemia belum tampak,
namun penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian
Terdapat beberapa fase
Fase 1 (1-3hari)
Stadium Hipovolemia

3-4

karenaterjadivasokonstriksipembuluhdarahdengan volume darah total berkurang


Setelah 4 jam mulaiterjadihemodilusikadarHbdanjumlah RBC mulaimenurun (dalam

jam

pascaperdarahanmasif

24 jam)
Pada perdarahan akut dapat terjadi

kadarHbdanjumlah

RBC

masih

normal,

Hipofibrinogenemia(Defisiensi fibrinogen)
Trombositosis(Peningkatan jumlah trombosit)
Leukositosis (peningkatan jumlah leukosit)

Fase II (hari 3-5)


Stadium regenerasi

Hiperplasiasumsumtulangaktivitaseritropoisismeningkat : retikulositosismulaipadahari

2-3 danberlangsungselama 8-10 hari


Di darahtepipolikromasi (suatu keadaan yang ditandai dengan banyaknya eritrosit
polikrom yang berkaitan dengan retikulosis)danmakrositosis ( sel darah merah yg lebih

besar dari biasanya)


Kadar

Hbmulaimeningkat.

(Bilacadanganbesirendah/sedikitperlambatanpeningkatankadarHb).
2. Anemia yang disebabkan karena perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit -sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Perdarahan saluran pencernaan (GI) :

GI bagianatas : ulkuspeptikum, ulkus duodenum


GI bagianbawah : infestasiparasit,
Keganasan GI : Cakolon, rektum, hemoroid,
Perdarahansalurankemih& genital (GU) :Cabuli-buli (kandung kemih), Caservik,

menometroragi.
Dapat menyebabkan terjadinya anemia defisiensi besi

3. Anemia yang disebabkan gangguan pembentukan RBC

Insufficienterythropoisis (nutritional),

Eritropoisistidakmencukupikarenakelangkaanbahanbakupembuat RBC
def. Fe, defasamfolat-vit B12, def.protein

Def. Fe

Kehilangan besi akibat perdarahan menahun


Faktor nutrisi
Gangguan Absorbsi besi : Gastrektomi, kolitis kronik

Def. Asam Folat

Kekuranganfolatdalam diet
Obatantagonisthdfolat.
Alkoholism

Def. B12

Kekuranganvit B12 dalam diet : vegetarian


Anemia pernisiosa , gastrectomy
Sekunderthd : kecacingan (diphyllobothriumlatum), drugs

Ineffectiveerythropoesis

10-15%

sumsumtulangsebelummasukkesirkulasidarahsebagairetikulositdaneritrositmatang
Penyebab : gangguanpembentukanHb (Hbpati), anemia megaloblastik, mielodisplasia,

ataulebih

precursor

mielofibrosis, dsb)

4. Anemia akibat destruksi RBC / umur RBC pendek


KelainanKongenital /herediter:

Defekgangguan pembentukanHb,(Hbpati)
Defisiensienzim G6PD, pyruvat kinase
Defek membrane eritrosit :
Sferositosisherediter
Eliptositosisherediter

Kelainan didapat/ faktor ekstrinsik :

eritrositmengalamidestruksi

di

Kelainanimunologik
Sindromafragmentasieritrosit
Hipersplenisme
Paroksismal nocturnal Hb-uria (PNH)
anemia padapenyakitginjal
Kelainaninimenimbulkanhemolisisekstravaskuler

ANEMIA MIKROSITIK

MCV < 80, MCH < 27


Klasifikasi :
Anemia defisiensi Besi
Thalassemia
Anemia akibat penyakit kronik
Anemia sideroblastik

1. ANEMIA DEFISIENSI BESI

Keadaan dimana kadar / kandungan besi tubuh kurang dari normal.

Merupakan anemia yang paling sering di jumpai (negara tropik) &

mengenai lebih dari 1/3 penduduk dunia.


Etiologi :
kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
saluran cerna : ( infeksi cacing tambang)
saluran genetalia : wanita (menorrhagia)
saluran kemih : hematuria
saluran napas : hemoptoe
Faktor nutrisi : kurangnya jumlah besi total dalam makanan.
Kebutuhan besi meningkat : seperti Prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan

dan kehamilan.
Gangguan absorbsi besi : gastrektomi

Klasifikasi :
Deplesi Besi : cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis
belum terganggu.
Eritropoiesis defisiensi besi : cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk
eritropoiesis terganggu, tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.
Anemia defisiensi besi : cadangan besi kosong disertai defisiensi besi.

Patogenesis

Perdarahanmenahun
KehilanganBesi

Cadanganbesimenurun ( deplesibesi)

Terusterpakaicadanganbesijadikosong

Penyediaanbesiuntukeritropoiesisberkurang

Gangguanpadabentukeritrosit,
ttpianemia secaraklinisbelumterjadi
( Eritropoesisdefisiensibesi)
jmlbesimakinmenurun

eritropoiesismakinterganggu
Tanda dan
Gejala :
1. Gejala Umum
kadarhemoglobin
menurun
lemah,
lesu, cepat lelah

2.

3.

mata berkunang-kunang
Telinga mendenging
Anemia
HipokromikMikrositer (anemia
Gejala
Khas
koilonychia
defisiensibesi)
Atrofi papil lidah
Stomatis angularis
Disfagia
Atrofi mukosa gaster
Gejala akibat penyakit dasar
akibat cacing tambang : dispepsia, parotis membengkak, kulit telapak kanan berwana

kuning, seperti jerami


akibat kanker : tergantung pada lokasi kanker yang menimbulkan perdarahan kronik
tersebut.

Pemeriksaan Laboratorium :

Kadar HB , MCV, MCHC, MCH (turun)


Leukosit, Trombosit (N)
Retikulosit (turun)
Kadar Besi serum ( turun ) <50 mg/dl
TIBC ( naik ) >350 md/dl
Saturasi transferin < 15%
Feritin (turun)n < 20 g/dl
Protoforfin ( naik ) >100 g/dl
Pengecatan besi sumsum tulang dengan biru prusia menunjukan cadangan besi yang

negatif ( butir hemosiderin (-)).


Sediaan apusan darah : sel mikrositik hipokrom, sel pensil, sel target.

Diagnosis : Anamnesis, Px. Fisik, Px. Lab

2.

ANEMIA AKIBAT PENYAKIT KRONIK

Adalah anemia yg dijumpai pada penyakit kronik tertentu yg khas ditandai


oleh gangguan metabolisme besi, yaitu hipoferemia yg menyebabkan berkurangnya
penyediaan besi yg dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin tetapi cadangan besi susmsum

tulang masih cukup.

Tergolong anemia yang sering dijumpai.

Etiologi :

Infeksi Kronik : tuberkulosis paru, infeksi jamur kronik, infeksi saluran


kemih kronik, dsb.
Inflamasi kronik : artritis rematoid, inflammatory bowl disease,

sarkoidosis, penyakit kolagen lain.


Neoplasma Ganas : Karsinoma, limfoma maligna
Patogenesis :
Terdapat 4 kriteria utama :
Gangguan pelepasan besi dari RES (sel makrofag) ke plasma
Pemendekan masa hidup eritrossit
Pembentukan eritropoietin tidak adekuat
Respon sumsum tulang terhadap eritropoietin tak adekuat
Perubahan tersebut disebabkan oleh pengaruh sitokin proinflamasi, IL-1 dan
TNF- terhadap eritropoiesis. gangguan pelepasan besi ke plasma menyebabkan
berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoiesis untuk pembentukan Hb.

Terjadilah anemia mikrositik.


Manifestasi Klinik :
Anemia ringan sedang, HB jarang < 8g/dl
Bersifat normositer/mikrositer ringan (MCV 75-90 fl)
transferin sedikit menurun

Protoporfin meningkat
Feritin serum normal/ meningkat
Reseptor transferin normal

3.

ANEMIA SIDEROBLASTIK

Adalah anemia dengan sideroblas cincin dalam sumsum tulang.


Jarang dijumpai , gambaran klinik sangat bervariasi dimana pada bentuk yg dapat dijumpai
adalah anemia refrakter terhadap pengobatan.
Klasifikasi :
Primer :
Hereditary sex linked sideroblastic anemia
Primary acquired sideroblastic anemia (PASA) atau idiopathic acquired

sideroblastic anemia (IASA).


Sekunder :
Akibat Obat : INH, pirasinamid dan sikloserin

Akibat Alkohol

Akibat Keracunan timah hitam


Pyridoxin responsive anemia
Gambaran Laboratorium :
Anemia bervariasi dari ringan sampai berat
Bersifat hipokromik mikrositer dengan gambaran populasi ganda biasanya

berdampingan dengan eritrosit normokromik normositer.


Pada bentuk di dapat (RARS) dijumpai tanda displastik terutama pada eritrosit,

kadang pada leukosit dan trombosit.


Besi serum dan feritin serum normal atau meningkat
Dijumpai sideroblas cincinlebihbdari 15% dari sel eritroblas

4. THALASSEMIA

Merupakan kelompok kelainan genetik heterogen, yg timbul akibat berkurangnya

kecepatan sintesis rantai atau .


Klasifikasi :
Thalassemia alfa : terjadi penurunan sintesis rantai alfa
Thalassemia beta : terjadi penurunan sintesis rantai beta
Thalassemia banyak dijumpai di Mediterania, Timur Tengah, India/Pakistan dan

Asia.
Thalassemia sering dijumpai di Asia Tenggara, lebih sering dari Thalassemia

beta.

Thalassemia
Disebabkan oleh delesi gen.
Secara normal terdapat empat buah gen gen globin .
Tidak adanya keempat gen akan menekan sintesis rantai seluruhnya.
Delesi tiga gen menyebabkan anemia mikrositik hipokrom yang cukup berat

(Hb 7-11 g/dl) disertai splenomegali.


Sifat thalassemia (thalassemia trait) disebabkan oleh hilangnya satu atau dua gen

dan biasanya tdk disertai anemia.


MCV dan MCH rendah
Jumlah eritrosit > 5,5 x 1012/l.
Elektroforesis Hb normal
Rasio sintesis / normal 1:1 (turun : & naik : )

Thalassemia
Thalassemia mayor :
Rata-rata terjadi pd 1 dari 4 anak bila orangtuanya pembawa sifat thalassemia

.
Mayoritas lesi genetik ini adalah mutasi titik.
Mutasinya dapat terjadi dlm kompleks gen itu sendiri/ pada regio promotor/

penyakit.
Merupakan akibat diturunkannya dua mutasi yang berbeda, mengenai sintesis

globin- (heterozigot campuran).


Gambaran Klinis :
Anemia berat menjadi nyata pd usia 3-6 bln setelah kelahiran ketika terjadi

pergantian dari produksi rantai ke rantai .


Pembesaran hati dan limpa akibat destruksi eritrosit yang berlebihan,

hemopoiesis ekstramedula & akibat penimbunan besi.


Pelebaran tulang hiperplasia sumsum tulang menyebabkan fasies

thalassemia & penipisan korteks di banyak tulang.


Osteoporosis dapat terjadi pada pasien yang mendapat transfusi dengan
baik.

Thalassemia intermedia :
Suatu sindrom klinis yang dapat disebabkan oleh berbagai cacat genetik.
(thalassemia homozigot). dasar genetiknya bervariasi dengan gambaran klinik

terletak antara thalassemia major dan minor.


Derajat keparahan sedang (Hb 7,0-10,0 g/dl) yg tidak memerlukan transfusi
teratur.

Gejala klinis :
deformitas tulang
pembesaran hati dan limpa
eritropoiesis ekstrameduler
absorbsi besi yg meningkat
Thalassemia minor :
Mikrositik hipokrom
MCV dan MCH sangat rendah
Jumlah eritrosit tinggi (> 5,5 x 1012/l)
Anemia ringan (Hb 10-15 g/dl)
Kadar Hb A2 tinggi
Diagnosis Thalassemia :
Gejala klinik
Asal etnis
Riwayat keluarga
Pemeriksaan Laboratorium

Anemia makrositik
Definisi :
Anemia makrositik dimana sel eritrosit berukuran besar abnormal (volume eritrosit ratarata, MCV >95 fl)
Anemia makrositik dibagi secara luas berdasarkan gambaran eritoblas yang berkembang
dalam sumsum tulang menjadi megaloblastik dan non-megaloblastik.
1. Anemia Megaloblastik
Definisi
:
Adalah anemia yg khas ditandai dgn adanya sel megaloblast dalam sumsum
tulang.
Sel megaloblast adalah sel prekursor eritrosit dengan bentuk yang besar disertai adanya
kesenjangan pematangan sitoplasma dan inti, dimana maturasi sitoplasma nya normal
tetapi inti besar dengan susunan kromosom nya yang longgar.
Insidensi :
- Anemia defisiensi vitamin B12 relatif jarang dijumpai di indonesia
- Anemia asam folat cukup sering dijumpai terutama pada wanita hamil.

Patogenesis :
Anemia megaloblastik disebabkan oleh terjadinya defisiensi vitamin B12 dan
asam folat, dimana vitamin B12 dan asam folat berfungsi :
- Berfungsi dalam pembentukan DNA inti sel
- Khusus untuk vitamin B12 penting dalam pembentukan myelin
Akibat gangguan sintesis DNA pada inti eritoblas ini maka,
- Maturasi inti lebih lambat sehingga kromatin lebih longgar
- Sel menjadi lebih besar karena pembelahan sel lambat.
Sel eritoblast dengan ukuran yang lebih besar serta susunan kromatin yang lebih
longgar disebut sebagai sel megaloblast.Sel megaloblast ini fungsinya tidak normal,
dihancurkan semasih didalam sumsum tulang (hemolisis intrameduler) sehingga terjadi
eritropoiesis inefektif dan masa hidup eritrosit lebih pendek, yang berujung pada
terjadinya anemia. Kelainan yang sama, tetapi pada tingkat yang lebih ringan juga terjadi
pada sistem mieloid dan megakariosit sehingga pada anemia megaloblastik sering disertai
leukopenia dan trombositopenia ringan.

Etiologi :
Defisiensi Besi
Anemia pernisiosa (Addisonian)
Diet (vegetarian)
Tropical sprue
Gastrektomi

Defisiensi Folat
Gizi (nutritional)
Penyakit coeliac
Tropical sprue
Kehamilan

Gambaran klinik :
Gambaran umum :
- Anemia timbul perlahan dan progesif
- Kadang-kadang disertai ikterus ringan
- Gloasitis dengan lidah berwarna merah, seperti daging (buffy tongue)
Gambaran khusus defisiensi vitamin B12 :
- Neuritis perifer: mati rasa, rasa terbakar pada jari
- Kerusakan kolumna posterior : gangguan posisim vibrasi dan tes romberg positif
- Kerusakan kolumna lateralis: spastisitas dengan deep reflek hiperaktif dan gangguan
serebrasi.

Glositis

Gambaran Laboratorium :
a. Pada pemeriksaan darah tepi
Makrositosis (MCV > 100 fL).
RBC : oval makrosit (dibedakan dengan makrosit pada retikulositosis (bulat,
kebiruan, polichromatophilic RBC), makrosit pada liver disease, alkoholisme :

bulat, kemerahan.
Pada defisiensi berat : anisopoikilositosis : oval makrosit, target sel, schistosit,

sferosit, tear drop cells. RDW (red cell distribution width) meningkat.
Benda inklusi di RBC : Howell-Jolly body, basophilic stippling.
Granulosit : hipersegmentasi inti netrofil segmen (lobus > 5 sebanyak > 5%)
Ada triad : MCV > 100, oval makrosit, hipersegmentasi neutrofil

megaloblastik.
Pansitopenia (anemia, leukopenia, trombositopenia)
Hitung retikulosit rendah.
Umur RBC lebih pendek, ineffective erythropoisis, tanda2 hemolisis.

b. Pada pemeriksaan sumsum tulang


Prekursor RBC, WBC, megakariosit megaloblastik.
Granulosit : metamielosit dan stabcell (batang) raksasa
Megakariosit : hiperlobulated, pembentukan trombosit di sitoplasma
megakariosit menurun.
c. Pemeriksaan lain
Kadar vit B12 serum rendah
Kadar asam folat serum rendah (bila ada juga defisiensi folat)

Diagnosis :

Riwayat nutrisi penderita

Prevalensi penyakit (di daerah itu)

Pemeriksaan serum dan asam folat di RBC, serum B12, test absorpsi B12 radioaktif

Sampel : 10 mL darah (steril), sebagian diberi antikoagulan EDTA, sebagian lagi


dibekukan sampai dilakukan pemeriksaan

Bila mendapat antibiotika, sampel tidak dapat digunakan

Penatalaksanaan :
Terapi utama pada defisiensi B12 dan asam folat adalah terapi ganti dengan
vitamin B12 atau asam folat meskipun demikian terapi kausal dengan perbaikan gizi pun
tetap harus dilakukan.
1. Untuk defisiensi vitamin B12 :Hydroxycobalamin intramuskular 200 m/\g/hari, atau
1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200 mg tiap
bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
2. Untuk defisiensi folat berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan
3. Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak hari pada hari
7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu.
Neuropati biasanya dapat membaik tetapi kerusakan medulla spinalis biasanya
ireversibel.

2. Anemia non-megaloblastik
Ada banyak penyebab anemia makrositik non megaloblastik :
a. Alkohol
b. Penyakit hati
c. Miksedema
d. Sindrom mielodisplastik
e. Obat sitotoksik
f. Anemia aplastik

g.
h.
i.
j.
k.

Kehamilan
Merokok
Retikulositosis
Mieloma
Neonatus
Mekanisme pasti yang menghasilkan sel eritrosit yang besar pada tiap kondisi

tersebut belum jelas walaupun mungkin terdapat peningkatan deposisi lipid pada membran
eritrosit atau perubahan waktu maturasi eritoblas dalam sumsum tulang.
Alkohol

adalah

penyebab

tersering

meningkatnya

MCV

tanpa

adanya

anemia.Retikulosit berukuran lebih besar dari pada eritrosit matur dan dengan demikian,
anemia hemolitik merupakan penyebab anemia makrositik yang terpenting. Penyakit
mendasari lain yang tercantum biasanya mudah didiagnosis asal dipikirkan, dan dilakukan
pemeriksaan yang sesuai untuk menyingkirkan defisiensi vitamin B12 atau folat.

Diagnosis banding anemia makrositik :


-

Anamnesis klinis dan pemeriksaan fisik dapat mengarah pada defisiensi folat atau

B12 sebagai penyebab.


Makanan, asupan alkohol, obat, riwayat keluarga, dan anamnesis yang mengarah
pada adanya malabsorbsi, penyakit autoimubn atau yang berkaitan dengan anemia

pernisiosa, penyakit atau operasi gastrointestinal sebelumnya perlu ditanyakan.


Adanya ikterus glositis, atau neuropati juga merupakan indikasi anemia megaloblastik

yang penting.
Gambaran klinis yang sangat penting adalah bentuk makrosit (oval pada anemia
megaloblastik),

adanya

netrofil

dengan

hipersegmentasi,

leukopenia

dan

trombositopenia pada anemia megaloblastik dan gambaran sumsum tulang.


Pemeriksaan B12 dan folat langsung mengarah pada diagnosis ini. Menyingkirkan
alkoholisme, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid serta pemeriksaan sumsum tulang
untuk melihat mielodisplasia, aplasia atau mieloma, sangat penting untuk investigasi
makrositosis yang tidak disebabkan oleh defisiensi B12 atau folat.

3. Anemia Pernisiosa = Addisonian anemia


Suatu anemia megaloblastik karena atrofi berat mukosa gaster termasuk sel
parietal sehingga tidak ada sekresi faktir intrinsik. Penyebabnya karena proses autoimun:
timbulnya antibodi terhadap sel parietal. Anemia jenis ini banyak dijumpai di Eropa
Utara.
Gambaran klinik :
-

Lebih banyak pada wanita, puncak umur >60tahun


Paling sering di Eropa Utara dengan insiden 1/10.000/tahun, jarang di Asia tenggara;
Gejala klinik sama dengan anemia megaloblastik dengan penyebab lain;
Sering bersama penyakit autoimun lain;
Insiden karsinoma lambung meningkat 3kali

Kelainan laboratorik :
-

Vitamin B12 serum <100 pg/ml


Tes Schilling positif
Pada analisis gaster dijumpai akhloridia
Antibodi: antibodi terhadap sel parietal dijumpai pada 90% kasus, sedangkan antibodi
terhadap faktor intrinsik dijumpai pada 50% kasus.

Terapi :
-

Terapi gantidengan vitamin B12


Terapi pemeliharaan
Monitor kemungkinan karsinoma gaster.

Anda mungkin juga menyukai