Anda di halaman 1dari 6

MODUL E+

green building

Green Building
A. Latar Belakang
Pada awal abad kedua puluhan mengantar kita kepada era Green Building. Istilah Green
Building sendiri muncul pada tahun 1600 oleh Paolo Soleri. Mengacu pada beberapa data, ada
sekitar 81 juta bangunan di Amerika Serikat. Sebagian besar dari bangunan ini tidak menggunakan
energi secara efisien, menghasilkan limbah dalam jumlah besar dalam konstruksi dan operasinya,
dan juga memancarkan sejumlah besar polutan dan gas rumah kaca.
Bangunan memiliki dampak yang sangat besar bagi lingkungan. Dalam penggunaannya dan
pembuatannya, bangunan konvensional menggunakan sejumlah besar energi, air, tanah, dan bahan
baku. Selain itu, bangunan juga menghasilkan sejumlah besar gas rumah kaca dan polutan udara
yang berbahaya juga limbah yang memiliki dampak serius pada lingkungan hidup.
United Nation Environment Programme telah melaporkan bahwa 30 sampai 40 persen dari
seluruh energi yang diproduksi di seluruh dunia digunakan digunakan di gedung dan bangunan
(industri maupun pemukiman). Pada tahun 2008, International Energy Agency menyatakan bahwa
40% total konsumsi energi dan total 24% emisi CO2 berasal dari gedung dan bangunan. Pada tahun
2004, Environmental Protection Agency (EPA) melaporkan bahwa bangunan mengonsumsi 68%
dari total konsumsi listrik.
Mengingat bahwa bangunan menggunakan sejumlah besar energi, dan mengingat bahwa
sebagian besar energi ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, tidak mengherankan jika
bangunan-bangunan ini bertanggung jawab atas jutaan ton emisi gas rumah kaca. Department of
Energy (DOE) memperkirakan emisi gas rumah kaca yang dipancarkan di Amerika Serikat yaitu
sejumlah 630 juta metric ton yang kira-kira sama dengan emisi gabungan dari Inggris, Perancis,
dan Jepang.
Gas rumah kaca tidak hanya polutan berbahaya yang dipancarkan oleh bangunan-bangunan.
Tingkat polusi udara dalam ruangan juga mungkin dapat melebihi tingkat polusi diluar ruangan.
Polusi udara didalam ruangan juga merupakan aspek penting yang harus diperhatikan mengingat
kita menghabiskan sebagian waktu kita didalam ruangan. EPA memperkirakan bahwa tingkat
polusi udara didalam ruangan mungkin dua kali sampai lima kali lebih tinggi atau terkadang
seratus kali lebih tinggi dibanding tingkat polusi udara diluar ruangan.
Untungnya ada banyak cara untuk mengatasi itu semua, langkah-langkah sederhana seperti
mengurangi konsumsi air dan listrik yang berlebihan, membuat sistem sirkulasi udara yang baik.
Dari uraian permasalahan diatas, serta segala aspek terkait konservasi energi dan
lingkungan maka Green Building sudah semestinya diterapkan dalam kehidupan manusia.
B. Tujuan
1. Mengefisienkan penggunaan energy, air dan sumber daya lainnya
2. Mengurangi limbah, polusi, dan degradasi lingkungan
3. Penggunaan Energi dalam bangunan
4. Penanganan Limbah
5. Efisiensi penggunaan air

6. Pemakaian Kembali atau renovasi bangunan


7. Konstruksi Material
C. Manfaat
a. Lingkungan
Melestarikan Sumber Daya Alam
Melindungi ekosistem
Meningkatkan kualitas air dan udara
Mengurangi limbah
b. Ekonomi
Mengurangi biaya operasional
Meningkatkan nilai property
Meningkatkan produktivitas penghuni
c. Sosial
Meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kualitas hidup bagi penghuni dan
masyarakat sekitar
Meningkatkan kualitas udara didalam ruangan
Meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan
D. Standar Green Building
Standar Green Building di Indonesia diterbitkan oleh Green Building Council Indonesia yang
disebut Greenship Rating Tools. Greenship Rating Tools tersebut terdiri atas:
1. Greenship Rating Tools untuk Gedung Baru
2. Greenship Rating Tools untuk Gedung Terbangun
3. Greenship Rating Tools untuk Ruang Dalam
Sedangkan di US, standar Green Building adalah The Green Building Handbook An
Introduction To Sustainable Design and Construction yang diterbitkan oleh US Green
Building Council (USGBC)
Dalam handbook tersebut disebutkan Leadership in Energy and Environmental Design
(LEED) Checklist yang merupakan standar yang harus dipenuhi dalam penilaian sebuah
gedung. LEED Checklist pada handbook tersebut terdiri atas :
1. LEED untuk Gedung Baru
2. LEED untuk Gedung Terbangun
3. LEED untuk Ruang Dalam

Berikut ini adalah perbandingan antara kedua standar Green Building yang telah dijelaskan di
atas:
USGBC
GBCI
Jenis Gedung
Kriteria
Kriteria
Poin
Poin
Penilaian
Penilaian
Appropriate
Sustainable
14
Site
17
Sites
Development
Water
Water
5
21
Efficiency
Conservation
Energy
Energy and
17
Efficiency and
26
Atmosphere
Conservation
Material
Gedung Baru
Materials and
13
Resource and
14
Resources
Cycle
Indoor
Indoor Health
Environmental
15
10
and Comfort
Quality
Innovation
Building
and Design
15
Environmental
13
Process
Management
Project Total
69
Nilai Total
101
Appropriate
Sustainable
14
Site
16
Sites
Development
Water
Water
5
20
Efficiency
Conservation
Energy
Energy and
23
Efficiency and
36
Atmosphere
Conservation
Gedung Terbangun
Material
Materials and
16
Resource and
12
Resources
Cycle
Indoor
Indoor Health
Environmental
22
20
and Comfort
Quality
Innovation
Building
and Design
5
Environmental
13
Process
Management

Ruang Dalam

Project Total

85

Sustainable
Sites

14

Water
Efficiency

Energy and
Atmosphere

17

Materials and
Resources

13

Indoor
Environmental
Quality
Innovation
and Design
Process
Project Total

15

15
69

Nilai Total
Appropriate
Site
Development
Water
Conservation
Energy
Efficiency and
Conservation
Material
Resource and
Cycle
Indoor Health
and Comfort
Building
Environmental
Management
Nilai Total

117
12
7
17

19

28

10
93

Audit Energi
A. Pengertian
Energi merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan kerja yang dapat berupa
panas, cahaya, mekanika, kimia, dan elektromagnetika. Karena ditinjau dari peranan energi sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari terutama banyak digunakan pada bangunan gedung
dalam periode waktu tertentu. Penggunaan energi yang tidak terkontrol pada suatu gedung akan
menyebabkan pemborosan energi dan berdampak pada cost (biaya) yang harus dikeluarkan atas
penggunaan kebutuhan energi tersebut.
Oleh karena itu perlu diadakan audit energi dimana melakukan proses pemanfaatan energi dan
identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada
penggunaan energi dan penggunaan sumber energi dalam rangka konservasi energi secara
kontinyu dan bertahap.
B. Tujuan
Audit Energi yang dilakukan di industri maupun bangunan akan memberikan rekomendasi
potensi penghematan energi yang masuk dalam kategori tanpa biaya, biaya rendah, dan biaya
tinggi untuk implementasinya. Hasil rekomendasi tersebut ditindak lanjuti dengan studi
kelayakan untuk implementasi proyek penghematan energi yang telah direkomendasikan.

C. Standar
Prosedur audit energi pada bangunan gedung di Indonesia di atur dalam SNI mengenai
Prosedur Audit Energi pada Bangunan Gedung
D. Prosedur
Pada prosedur audit secara umum hal-hal yang harus dilakukan adalah terdiri dari
beberapa tahap, diantaranya yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis, dan
yang terakhir adalah tahaplaporan.
Sedangkan jika ditinjau berdasarkan tingkat kerincian audit energi, terdiri dari :
1. Audit Energi Singkat (Walk Through Audit)
Audit energi ini merupakan audit energi tahap awal yang dilakukan dimana didalam tahap
audit ini hanya dilakukan audit secara garis besar dan hanya dapat memberikan hasil audit
secara teori tanpa adanya besaran dalam satuan angka yang dibuktikan.
2. Audit Energi Awal (Preliminary Audit)
Audit Energi Awal merupakan proses lanjutan dari Audit Energi singkat untuk
memperoleh gambaran umum pola penggunan energi, dan mengidentifikasi secara garis
besar potensi penghematan serta menyusun rekomendasi awal yang sifatnya segera dapat
dilakukan.Audit awal menggunakan data-data sekunder dan questioner sebagai dasar untuk
melakukan evaluasi penggunaan energi secara umum dan cepat. Pengukuran Pada prosedur
audit ini dilakukan proses pengukuran sesaat dalam pengumpulan data sehingga hasil audit
akan tersaji secara teoristis dan matematis secara sederhana.
3. Audit Energi Rinci (Detail Audit)
Audit energi rinci merupakan tahap audit energi paling detail dalam pelaksanaanya dan
informasi yang tersaji akan lebih lengkap karena menyajikan hasil audit secara teoristis
dan perhitungan matematis secara detail serta diberikan rekomendasi audit untuk proses
selanjutnya secara rinci dan sistematis. Audit ini dilakukan untuk menginvestigasi
terjadinya pemborosan energi dan melakukan analisis besarnya peluang penghematan
energi yang dapat dilakukan secara lebih spesifik dimana dalam audit dicantumkan lokasi
dan besar peluang penghematan serta rekomendasi tindak lanjut yang dapat dilakukan
berdasarkan kriteria tanpa biaya, biaya sedang, dan biaya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai