Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan
bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25%
selama masa post partum.
Millenium Development Goals (MDGS) adalah hasil kesepakatan 189 negara
termasuk Indonesia yang mulai dijalankan pada September tahun 2000. Adapun
program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai
target MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI
yaitu, target MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat
dicegah/dikurangi.
AKI di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia
misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Data SDKI
tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 KH. Walaupun
angka ini dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun tahun sebelumnya,
Target MDGs 5 yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun 2015
masih memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik
Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. AKI yang tinggi menunjukkan
rawannya derajat kesehatan ibu ( Profil DinKes Provinsi Lampung tahun 2012).
AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus
kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan
Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. terjadi peningkatan yang signifikan
dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak
adalah Kota Bandar Lampung dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan
perdarahan, Rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%), eklampsi

33%, infeksi 2%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain 42%
(Dinkes Lampung, 2012).
Masa nifas ini perupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut
tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat (Sulistyawati, 2009;
h.1)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1)
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi
38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari
(Manuaba, 2010; h.313)
Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis,
peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan Asi, mastitis, abses payudara.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang
menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan
terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada payudara,
kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan penderita
merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi
Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350)

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat
pula karena adanya pembantasan waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011;hal 652).
Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu putting susu yang terbenam.
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan
tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa
penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat
kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI
yang

tidak

disusukan

secara

adekuat

akhinya

terjadi

mastitis

(http://yuniochyrosiati.blogspot.com)
Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu
pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya
kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian
ibu

dalam

melakukan

mengakibatkan

terjadinya

perawatan

payudara

peningkatan

(http://stikeskusumahusada.ac.id).

angka

sehingga
kejadian

akan

cenderung

bendungan

ASI

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan yang tepat.
2. Tujuan Khusus
a.

Mampu menguraikan manajemen kebidanan pada ibu nifas

b.

Mampu mengidentifikasi masalah dan melakukan analisa data


yang terkumpul

c.

Mampu mengidentifikasi masalah diagnosa dan kebutuhan

d.

Mampu mengidentifikasi masalah, potensial dan diagnosa lain

e.

Mampu mengevaluasi kebutuhan segera

f.

Mampu membuat perencanaan dan melaksanakan rencana tersebut

g.

Mampu mengevaluasi hasil

B. Manfaat
1. Bagi lahan praktek
Sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada ibu Nifas.
2. Bagi institusi pendidikan
a.

Sebagai bahan evaluasi terhadap teori yang telah diberikan kepada


peserta didik selama mengikuti perkuliahan.

b.

Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di


Institusi pendidikan.

3. Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu serta mengamalkan apa yang
telah diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang prodi Kebidanan Metro

BAB II

LANDASAN TEORI
NIFAS
A. Pengertian
Masa nifas adalah post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous berarti
melahirkan. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan.
Menurut bennet, V.R dan Brown. L.K (1996) menuliskan bahwa
puerperium adalah waktu mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode
transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagian dan
tanggung jawab dalam keluarga. Sedangkan menurut Williams masa nifas secara
harfiah didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera setelah
melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi
kembali kekeadaan tidak hamil atau kembali normal.
Menurut Vervney, H. Dalam buku mengatakan bahwa periode pasca
persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran
yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu menuju
kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil.
Pada The Midwifes Rule (UKSC, 1993) menuliskan postnatal artinya
suatu periode yang tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir
persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dari bidan kepada
ibu dan bayi sedang diperlukan. Sedangkan menurut Christina.S. Ibrahim
menyatakan bahwa masa nifas adalah masa seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali.

Perubahan-perubahan Fisik pada Ibu Post Partum

Ciri-ciri masa post partum meliputi perubahan-perubahan yang dianggap


normal dan harus terjadi untuk mengambalikan fungsi-fungsi organ seperti
sebelum hamil, perubahan-perubahan itu terdiri atas :
1. Tekanan darah, pada proses persalinan akan terjadi peningkatan sekitar 12
mmHg untuk sitole dan 10 mmHg untuk diastole, kemudian pada pasca salin
akan kembali stabil dan normal.
2. Suhu badan, pasca salin dapat naik sekitar 0,20C dari keadaan normal tetapi
tidak lebih dari 380C, setelah 12 jam pertama kelahiran, umumnya suhu badan
kembali normal. Kenaikan suhu ini dimungkinkan karena adanya bendungan
vaskuler dan limfatik.
3. Denyut nadi, biasanya 60-80 denyut permenit kecuali pada keadaan persalinan
yang lama dan sulit atau kehilangan banyak darah. Setiap denyut nadi yang
melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan infeksi atau
pendarahan post partum yang tertunda. Sebagian wanita mungkin saja
memiliki apa yang disebut brakdikardi nifas (puerpera bradycardia). Hal ini
bisa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak.
4. Perubahan sistem ginjal
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi setelah persalinan
sehingga akan menyebabkan kesulitan untuk kencing akibatnya terjadi
overdistensi dari kandung kemih, pelvik ginjal dan ureter dipengaruhi oleh
progesterone yang mengarah pada dilatasi dan statis urine, ini akan
menyebabkan peningkatan resiko infeksi selama kehamilan. Efek progesteron
akan menghilang setelah kelahiran plasenta. Selama persalinan kandung
kemih akan naik ke dalam abdomen dengan memperlonggar ureter sedikit
demi sedikit sehingga sering kali ureter mengalami memar. Ureter yang
memar akan menyebabkan nyeri kencing dan kandung kemih mudah
membesar. Penggosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urine yang
berlebihan akan menyebabkan gangguan pada ginjal, kecuali bila diambil
langkah-langkah untuk mempengaruhi ibu dalam melakukan buang air
kencing sehingga efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan
ureter akan menghilang.
5. Perubahan hematologis

Selama minggu-mingu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta


faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum
kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih
mengental dengan peningkatan viskositas sehingga peningkatan faktor
pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai
12.000 selama persalinan akan tetapi tinggi dalam beberapa hari pertama dai
masa post partum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai
22.000 atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut
mengalami persalinan lama. Jumlah Hemoglobine, hematokrit dan eriytrosit
akan sangat bervariasi pada masa awal-awal post partum sebagai akibat dari
volume darah, volume plasenta dan tingkat volume sel darah yang berubahubah.
Semua tingkatan ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita
tersebut. Kira-kira kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah
sekitar 200-200 ml selama persalinan. Penurunan volume dan peningkatan sel
darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hemotokrit dan
hemoglobine pada hari ke 3-7 persalinan dan akan kembali normal dalam 4-2
minggu post partum.
6. Perubahan peritoneum dan dinding abdomen
Selama beberapa hari peritoneum yang membungkus dibentuk menjadi lipatan
dan kerutan. Ligamentum latum dan rotumdum jauh lebih kendor sebagai
akibat putusnya serat elastis kulit dan sistensi rahim waktu hamil, dinding
rahim kecuali strie. Tidak jarang uterus menjadi retropleksi.
7. Perubahan sistem endokrin
a.

Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta
lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic
Gonadotropin turun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke -7 sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.

b.

Hormon pituitary

Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui


menurun diam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
c.

Hipotalamik-pituitary-ovarium
Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi
pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen
dan progesterone. Diantaranya wanita laktasi sekitar 12% memperoleh
menstruasi selama 6 minggu dan 42% setelah 12 minggu. Diantara yang
tidak laktasi 40% menstruasi selama 6 minggu, 62% setelah 12 minggu
dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama
anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 20% siklus pertama
anovulasi. Variabel yang mempengaruhi siklus menstruasi mungkin
disebabkan oleh rangsangan hisap yang berbeda pada tiap individu.
Pemberian minuman susu formula sebagai pemdamping ASI dan
menyusui kurang dari 6 kali/hari akan ikut berpengaruh. Setelah bersalin
kadar oksitosin dan prolaktinakan meningkat sehingga pada ovarium akan
terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan
terjadinya penurunan FSH dan LH pada kelenjar hipofise.

8. Perubahan sistem kardiovaskuler


Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui plasenta, dan
setelah plasenta lahir aliran darah ini akan terhenti. Sehingga volume darah
ibu akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban jantung ibu. Hal ini
diatasi oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi ampal perlahan-lahan
volume darah kembali normal seperti sedia kala. Juga demikian halnya pada
pembuluh darah akan kembali keukuran semula.
9. Perubahan sistem gastroinestinal
Penggosongan usus spontan terhambat 2-3 hari karena penurunan kontraksi
otot, pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi, luka dan
haemoroid.
10. Perubahan sistem muskulokletal

Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan sebagai
upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.
11. Perubahan traktus urinarius
Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan, diaforesis
terjadi pada malam hari ke 2-3 persalinan sebagai mekanisme untuk
mengurangi tahan cairan pada kehamilan. Distensi kandung kemih segera
terjadi sebagai akibat pengambalian metabolisme cairan pada kehamilan dan
dimobilisasi pada eliminasi akhir produk katabolisme protein. Kontraksi
kandung kemih sering kali pulih dalam 2-7 hari persalinan dengan
penggosongan kandung kemihnya adekuat.
12. Perubahan traktus uteri
a.

Involusi corvus uteri


Setelah pengeluaran plasenta, tinggi fundus uteri kira-kira pertengahan
umbilikus dengan simfisis atau sedikit lebih tinggi. Corpus sebagian besar
terbungkus oleh serosa dan dilapisi oleh desidua, dan tampak ikshemik
karena pembuluh darah tertekan oleh kontraksi, dalam 2 hari uterus dalam
ukuran yang sama kemudian mengkerut sehingga dalam 2 minggu organ
ini masuk ke rongga panggul dan mencapai ukuran semula setelah 4
minggu. Jumlah sel otot tidak berkurang banyak dan ukuran sel yang
berkurang karena pelepasan plasenta dan membran mengikuti sertakan
lapisan spongiosa desidua dan bagian desidua tetap ada di uterus.
Tabel Myles Perubahan yang terjadi pada uterus
Involusi

Berat
badan

Plasenta lahir

900 gram Sepusat

Akhir minggu 1

420 gram

Akhir minggu 2
Akhir minggu 6

b.

TFU

Diameter Bekas
Servik
Plasenta
Lembut +
12,2 cm
lunak

pusat
7,2 cm
symphisis
Tidak
200 gram
2 cm
teraba
Sebesar
60 gram hamil
2 2,2 cm
minggu

Involusi tempat plasenta

2 cm
1 cm
Membela
h

Menurut Wiliam pada tahun 1913, ekstruksi lengkap dengan plasenta


memerlukan waktu sampai 6 minggu. Setelah kelahiran berukuran sebesar
telapak tangan lalu mengecil dengan cepat pada akhir minggu pertama
dengan ukuran diameter 3-4 cm.
c.

Regenerasi endometrium
Dalam 2-3 hari kelahiran, desidua yang tertinggal di uterus berdiferensi
menjadi 2 lapisan. Lapisan supericial menjadi nekrotik dan terkelupas
bersama lokhea, dan lapisan basal sebagai sumber pembentukan
endometrium baru. Proses regenarasi berjalan cepat kecuali di tempat
plasenta karena permukaan lain lebih cepat tertutup stroma dan epitel
dalam satu minggu atau sepuluh hari dan pulih kembali dalam minggu ke3. Pengelupasan desidua menimbulkan sekret vagina dengan jumlah
berbeda yang disebut lochea. Secara mikroskofik lokhea terdiri dari
eritrosit, kelupasan desidua, sel epitel dan bakteri. Sifat lokhea berubah
seperti sekret luka yang berubah menurut tingkat penyembuhan luka
terdiri atas :
a) Pada hari ke 3-4 setelah kelahiran kandungan lokhea terdiri dari darah
yang berasal dari desidu serta chorion yang disebut lokhea rubra.
b) Pada hari ke 2-9 darah lebih sedikit dan lebih banyak mengandung
serum, terdiri dari leukosit dan tempat plasenta disebut lokhea serosa.
c) Setelah hari ke 10 leukosit menjadi lebih banyak dan cairan berkurang
hingga menjadi putih kekuningan disebut lokhea Alba.

d.

Perubahan pada pembuluh darah uterus


Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran
darah yang banyak maka pembuluh darah mengalami obliterasi dan
pembuluh darah mengecil kembali mengamali hialinisasi seperti pada
ovarium setelah terjadi pembentukan korpus luteum.

e.

Perubahan pada serviks dan vagina


Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari,
pinggir-pingirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam
persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh satu jari

saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis
servikalis. Pada serviks terbentuk otot-otot baru, karena hiperplasi ini dan
karena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Walaupun begitu setelah selesai, ostium exsternum tidak serupa dengan
keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium externum lebih besar
dan tetap ada retak-retak serta robekan pada pinggirnya. Oleh karena
robekan kesamping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari
serviks.
Vagina sangat diregang pada waktu persalinan, lambat laun akan mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum rugae mulai nampak
kembali. Hymen muncul sebagai potongan kecil dan diubah menjadi
curuncule multiformis sebagai khas pada wanita yang telah melahirkan.
13. Buah Dada / Lactasi
Hormon progesteron dan estrogen ini menghambat pengeluaran prolaktin.
Dengan lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga
penekanan prolaktin meningkat dakam darah dan merangsang sel-sel acini
untuk produksi ASI. Ada 2 refleksi yang memegang peranan dalam proses
pembentukan :
a.

Refleksi Prolaktin
Reflek ini merupakan reflek neuron hormon yang mengatur produksi ASI
kontinuitas sekresi prolaktin tergantung pada :

b.

1)

Hisapan bayi

2)

Seringnya menyusui

3)

Jarak antara waktu menyusui


Reflek Let Down
Reflek pemancaran ASI karena rangsangan pada papilla dan areola Mamae
waktu bayi menghisap. Reflek ini merupakan reflek psikosomatik yang
sangat dipengaruhi oleh emosi.

14. Sistem Perkemihan

Dinding kantung kencing memperlihatkan odeme dan hyperemia. Kadangkadang oedeme tergonium dada hyperemia kandung kencing selama nifas
kurang sensitive dan kapasitas kandung kemih juga bertambah, sehingga
volume penuh dan sesudah BAK masih tertinggal urine residual. Sisa urine
ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum normal kembali dalam waktu
dua minggu. Kadang-kadang Ibu post partum mengalami sulit BAK, karena :
a.

Takut rasa sakit

b.

Atonia otot Vesikaurinaria

c.

Pemanjangan uretra

B. Perubahan psikologis pada ibu post partum


Masa dewasa merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa khususnya
seorang wanita diharapkan memainkan peranan baru seperti peran sebagai
seorang istri, orang tua (ibu), berkarier dan mengembangkan sikap-sikap baru,
keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas baru ini.
Penyesuaian diri ini menjadi periode ini sesuatu periode khusus dan sulit dan
rentang kehidupan seorang wanita.
Perlu diingat bahwa setiap wanita membutuhkan kasih sayang, pengakuan dari
manusia lain serta butuh dikenal, butuh dihargai, butuh diperhatikan dan butuh
mendapat dukungan dari orang lain, keluarga dan teman terutama setelah
melahirkan dimana pada periode ini cukup sering seorang ibu menunjukkan
depresi ringan beberapa hari setelah melahirkan. Depresi ringan setelah
melahirkan tersebut merupakan akibat dari beberapa faktor penyebab yang
paling sering adalah :
1. Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang dialami
kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan karena adanya
perubahan peran.
2. Rasa sakit yang timbul pada masa nifas awal.
3. Kelelahan karena kurang senam persalinan dan post partum.

4. Kecemasan

pada

kemampuan

untuk

merawat

bayinya

setelah

meninggalkan rumah sakit.


5. Rasa takut menjadi tidak menarik lagi bagi suaminya (body image).
6. Riwayat perkawinan yang abnormal.
7. Riwayat kelahiran mati atau cacat.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dalam melewati periode
ini, bidan sebagai provider harus bertindak bijaksana, dapat menunjukkan rasa
empati, menghargai dan menghormati setiap ibu bagaimana adanya, misalnya
memperhatikan dengan memberi ucapan selamat atas kelahiran bayinya yang
dapat memberikan perasaan senang pada ibu.
Dalam memberikan dukungan suport bidan dapat melibatkan suami, keluarga
dan teman di dalam melaksanakan asuhan sehingga akan melahirkan
hubungan antar manusia yang baik, antar petugas dengan klien, dan antar klien
sendiri. Dengan adanya a good human realitionship diharapkan akan
memenuhi kebutuhan psikologis ibu setelah melahirkan anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai
perubahan pada masa post partum terdapat 3 fase, yaitu :
1. Fase taking in
Sebagai suatu masa ketergantungan dengan ciri-ciri membutuhkan tidur
yang cukup, nafsu makan meningkat berharap untuk menceritakan
pengalaman partusnya dan bersikap sebagai penerima menunggu apa yang
disarankan dan apa yang diberikan.
2. Fase taking hold
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin
kuat, perubahan mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.
3. Fase letting go
Periode terjadi biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Pada masa ini ibu
mengambil tugas atau tanggung jawab terhadap perawatan bayi sehingga
ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan

berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Pada umumnya


depresi post partum terjadi pada periode ini.
C. Kunjungan pada ibu nifas
Paling sedikit 4x kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu
dan bayi yang baru lahir, mencegah dan medeteksi, menangani masalahmasalah yang terjadi.
Kunjunga

Waktu

Tujuan

n
1.

6-8 jam setelah persalinan

a.

Mencegah

perdarahan

masa nifas karena atonia uteri


b.

Mendeteksi
merawat

dan

penyebab

lain

pendarahan.
c.

Memberi

konseling

pada ibu dan keluarga bagaimana


mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
d.

Pemberian ASI awal.

e.

Melakukan

hubungan

antara ibu dan bayinya.


f.

Menjaga

bayi

tetap

hangat dengan cara mencegah


hipotermi.
g.

Jika petugas menolong


persalinan dirumah, ia harus tetap
mengawasi ibu dan BBL untuk 2
jam pertama post partum dan
sampai keadaan stabil.

2.

6 hari setelah persalinan

a.

M
emastikan involusi uterus berjalan
normal uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal dan tidak ada


bau.
b.

M
enilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.

c.

M
emastikan ibu mendapat cukup
makanan cairan dan istirahat.

d.

M
emastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda.

e.

M
emberikan konseling pada ibu dan
keluarga mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-

minggu

setelah -

persalinan

hari.
Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan

Menanyakan pada ibu tentang


penyakit-penyakit yang ia atau

minggu

setelah

persalinas

bayi alami.
-

Memberikan konseling KB secara


dini.

Sumber: Sulistyawati, 2009; h.6


D. ASUHAN SAYANG IBU NIFAS
1. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung)
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang, baru kemudian

membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan ibu untuk membersihkan


diri setiap kali selesai buan gair kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kemaluannya.
4. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan
dibawah matahari atau disetrika.
5. Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan dan sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga
biasa perlahan-lahan, serta tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
6. Bantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan anjurkan
pemberian ASI sesuai dengan permintaan.
7. Anjurkan ibu dan keluarganya tentang nutrisi dan istirahat yang cukup
setelah melahirkan. Dan minum sedikitnya 3 liter air putih setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
8. pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40
hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
9. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
10. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu seperti,
a. Dengan tidur telentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada:
tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi 10 kali
b. Untuk memperkuat otot tonus otot vagina (latihan kegel)
11. Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan dengan otot-otot, pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali
12. Anjurkan ibu menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan
BH yang menyokong payudara
13. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.

14. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan
jika timbul masalah atau rasa khawatir.
Proses Laktasi dan Menyusui
a. Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis (Ai Yeyeh, 2011).
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia memiliki
sepasang kelenjar payudara yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil
600 gram dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula
mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal
tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita tetap
berkembang setiap pubertas sedangkan selama hamil terutama berkembang
pada saat menyusui
(Dewi dan sunarsih, 2011; h.7).
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1)

Korpus
Korpus adalah badan dari payudara yang terdiri dari :
a)

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari


alveolus adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos
dan pembuluh darah. Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus,
yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada

b)
c)

tiap payudara.
Duktus, ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil.
Duktus laktiferus kemudian beberapa duktus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar.

2)

Areola
Areola (kalang payudara) adalah bagian payudara yang mengelilingi putting
yang berwarna kegelapan yang disebabkan ileh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya.Sinus Laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang
besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di

dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat otot polos yang


bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
3)

Papilla
Papilla atau putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan
bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang
tersususn secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam
(Retna dan Wulandari, 2009; h.29-30).

b. Proses laktasi dan menyusui


Proses ini dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusu dini, dimana ASI baru
akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas, hormon plasenta mengandung
hormon penghambat yaitu prolaktin yang menghambat proses pembentukan
ASI. Setelah plasenta lepas hormon plasenta tersebut tidak diproduksi lagi
sehingga air susu keluar. Umumnya air susu keluar 2-3 hari setelah
melahirkan (Saleha, 2009; h.11).
c. Anatomi fisiologi payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200
gram,saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut
juga glandula mamae. Pada pria secara normal tidak berkembang kecuali jika
dirangsang oleh hormon. Pada wanita tetap berkembang setiap pubertas
sedangkan selama hamil terutama berkembang pada saat menyusui.
1)

Letak
Setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi kosta kedua
dan keenam. Payudara ini juga terletak pada supercialis dinding rongga
dada yang dirangsang oleh ligamentum suspensorium

2)

Bentuk
Masing-masing payudara terbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor dari jaringan yang meluas kearah ketiak.

3)

Ukuran
Ukuran payudara berbeda setiap individu, juga tergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya
agak lebih besar dari pada yang lainnya.

d. Struktur payudara
1) Struktur makrokospik dari payudara
a) Cauda aksilaris
Jaringan yang meluas kearah aksila
b) Aerola
Daerah lingkaran yang mengalami hiperpigmentasi. Aerola pada
masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm
letaknya mengelilingi puting dan berwarna gelap selama hamil warna
akan menjadi gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui pada kalang ini terdapat
duktus lakteferus yaitu saluran yang membesar dan melebar akirnya
memsat kedalam puting dan bermuara ke luar.
c)

Papila mamae
Papila mamae terletak setinggi kosta keempat. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus lakteferus,
ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening
serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehinnga bila ada
kontraksi duktus lakteferus akan memadat dan akan menyebabkan
puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan
menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam
yaitu bentuk yang normal, pendek, panjang dan terbenam
(Dewi dan sunarsih, 2011; h.7)

2)

Struktur mikrokopis dari payudara

Payudara tersusun atas jaringan kelenjar, tetapi juga mengandung jumlah


jaringan lemak dan ditutupi oleh kulit, jaringan kelenjar ini dibagi menjadi
kira-kira 15-20 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Setiap lobus merupakan satu unit
fungsional yang berisi dan tersusun atas bangunan-bangunan sebagai
berikut:
a.

Alveoli
Merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel aciner, jaringan lemak sel plasma, sel otot polos, dan
pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus masing-masing
lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Masing-masing lobulus terdiri atas 10
100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air
susu, kemudian beberapa duktus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (Duktus Laktiferus)

b.

Duktus laktiferus
Saluran sentral yang merupakan muara dari beberapa tubulus
lakteferus

c.

Ampula
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan tempat
penyimpan air susu. Ampula terletak dibawah aerola.

d.

Tubulus
Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila mamae
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.9)

e.

Hormon Yang Terlibat Dalam Proses Pembentukan ASI


1) Progesteron
Mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli kadar progesteron dan
estrogen menurun saat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasikan
produksi ASI secara besar-besaran.

2)

Estrogen

Menstimulasikan sistem saluran ASI untuk membesar. Kadar estrogen


dalam tubuh menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama menyusui.
3)

Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.

4)

Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan,
oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk
memeras asi menuju saluran susu.

5)

Human placental lactogen


Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL
yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan aerola
sebelum melahirkan. Pada bulan ke lima dan bulan keenam kehamilan,
dan payudara siap untuk memproduksi ASI (Saleha, 2009; h.13)

f.

Proses Produksi ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf, dan macam-macam hormon.
Pengaturan hormon yang terdapat dalam pengeluaran ASI ada 3 yaitu:
1)
Produksi air susu ibu (Prolaktin)
2)
Pengeluaran air susu ibu (Oksitosin)
3)
Pemeliharan air susu ibu
Tetapi pada seorang ibu yang hamil dikenal dua reflek yang masing-masing
berperan dalam pembentukan dan pengeluaran air susu ibu, yaitu:
1.

Reflek prolaktin
Reflek ini sangat memegang peranan penting dalam proses pembuatan
kolostrum, dimana hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu kadar prolaktin ibu yang akan
menyusui akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan. Pada
ibu yang menyusui akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:

a.
b.
c.
d.

Stres Atau Pengaruh Psikis


Anastesi
Operasi
Rangsangan puting susu

2.

Reflek let down


Rangsangan ini berasal dari hisapan bayi yang dilanjutkan ke hipofisis
posterior (neorohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oleh oksitosin.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down
a.
Melihat Bayi
b.
Mendengarkan suaranya
c.
Mencium bayinya
d.
Memikirkan untuk menyusui bayinya
Beberapa reflex yang mungkin bayi baru lahir untuk memperoleh ASI
adalah sebagai berikut.
a.

Refleks Rooting
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan
puting susu apabila ia diletakkan di payudara.

b.

Refleks Menghisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau
pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung
lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah dan pipi.

c.

Refleks Menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga
refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi. (Saleha, 2009;
h.15-17)

3.

Pemeliharaan pengeluaran air susu


Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Bila susu tidak dikeluarkan
akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang
menyebabkan terlambatnya proses menyusui dan berkurangnya
rangsangan menyusui oleh bayi misalnya kekuatan isapan yang
kurang, frekuensi isapan yang kurang serta singkatnya waktu
menyusui. Hal ini berarti pelepasan prolaktin yang cukup diperlukan
untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu
pertama kelahiran (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.13).

g.

Proses Pembentukan Laktogen


Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:

1)

Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis. Saat ini payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa
cairan kental kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron tinggi
mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan
merupakan masalah medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor)
kolostrum sebelum bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit
atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.

2)

Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, esterogen dan HPL secara tiba-tiba, namun
hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI
besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah meningkat dan
mencapai puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari
hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah prolaktin rendah saat payudara
terasa penuh.

3)

Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Fase ini dinamakan
laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI banyak pula. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik
bayi menghisap, juga seberapa sering payudara dikosongkan. (Saleha,
2009; h.13).

h.

Manfaat Pemberian ASI


1) Bagi bayi

Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan


baik. Kolostrum, susu jolong, atau susu pertama mengandung antibody
yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat bayi menjadi kuat.
Penting bagi bayi sekali untuk segera minum ASI dalam jam pertama
sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam. ASI mengandung
campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI mudah
dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa tambahan makanan lain- merupakan
cara terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan
pertama. Sesudah 6 bulan, beberapa bahan makanan lain harus
ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus
disarankan selama setidaknya 1 tahun pertama kehidupan anak.
2)

Bagi Ibu
a) Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya
hormon oksitosin alami akan membantu kontraksi rahim).
b) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah selama hamil.
c) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali
akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi).
d) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan
kasih sayangnya kepada buah hatinya.

3)

Bagi semua orang


a)
ASI selalu bersih dan bebas hama yang menyebabkan infeksi.
b)
Pemberian ASI tidak memerlukan persiapan khusus.
c)
ASI selalu tersedia dan gratis.
d)
Ibu menyusui yang siklus menstruasinya belum pulih kembali
akan memperoleh perlindungan sepenuhnya dari kemungkinan

i.

hamil. (Sulistyawati, 2009; h.17).


Cara merawat payudara
Cara merawat payudara dan perawatan tersebut dapat dilakukan oleh ibunya
sendiri, dengan cara sebagai berikut :
a.

Ibu dapat mengatur ulang posisi menyusui jika mengalami kesulitan

b.

Ibu mengeringkan payudara setelah menyusui, untuk mencegah lecet


atau retak oleskan sedikit ASI ke puting, keringkan dulu sebelum

c.

menggunakan pakaian.
Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu

d.

untuk tetap memberikan ASI


Tanda dan gejala bahaya dalam menyusui yaitu di antaranya adalah
bintik/garis merah panas pada payudara, teraba gumpalan/bengkak

j.

pada payudara, demam.


Tehnik menyusui yang benar
Lakukan teknik menyusui, dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1)

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada


putting susu dan areola disekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat

2)
3)

sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.


Bayi diletakan menghadap perut ibu/ payudara
Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (kaki tidak menggantung) dan

4)

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.


Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala
bayi terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh

5)

mengenadah) dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.


Satu tangan bayi diletakan dibelakang badan ibu, dan yang satu

6)

didepan
Perut bayi menempel perut ibu, kepala bayi menghadap payudara

7)

(tidak hanya membelokkan kepala bayi).


Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Catatan : ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

8)

Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang

9)

dibawah, jangan menekan putting susu atau areola saja.


Bayi diberi ransangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan
cara:
a) Menyentuh pipi dengan putting susu
b) Menyentuh sisi mulut bayi

10)

Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan


ke payudara ibu dengan putting susu serta areola dimasukan kemulut
bayi.

11)

Usahakan sebagaian areola dapat masukan kedalam mulut bayi


sehingga putting susu ibu berada dibawah langit- langit dan lidah
bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampung ASI yang

12)

terletak dibawah areola.


Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau

13)

disanggah lagi.
Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar dan
tepat. Dapat dilihat :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

14)

Bayi tampak tenang


Badan bayi menempel dengan perut ibu
Mulut bayi membuka dengan lebar
Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi
Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
Putting susu ibu tidak terasa nyeri
Telinga dan lengan sejajar terletak pada garis lurus
Kepala tidak menengadah

Melepaskan isapan bayi


Setelah menyusui pada satu payudara sampai kosong, sebaiknya ganti
payudara yang lain. Cara melepaskan isapan bayi :
a) Jari kelingking ibu dimasukan kemulut bayi melalui sudut mulut.
b) Dagu bayi ditekan kebawah
c) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan areola sekitar. Biarkan kering
dengan sendirinya (Maryunani, 2009; h.76-79).

B. Tanda bahaya masa nifas


a. Perdarahan hebat atau peningkatan darah secara tiba-tiba atau pembalut
penuh dalam waktu setengah jam telah mengganti 2 kali pembalut.
b. Pengeluaran cairan vaginal dengan bau busuk
c. Rasa nyeri diperut bagian bawah atau punggung
d. Sakit kepala yang terus-menerus ataau, nyeri epigastrik, atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu pembuangan air seni, atau merasa
tidak enak badan.
g. Payudara yang merah, panas, atau sakit
(Rukiyah dkk, 2011; h.154)

1.

Infeksi masa nifas


Infeksi masa nifas adalah infeksi pada traktus genitalia setelah persalinan
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009; h.96)
Infeksi nifas adalah infeksi pada dan melalui traktus genitalis setelah
persalinan. Suhu 38oC atau lebih yang terjadi antara hari ke 2-10 postpartum
dan diukur peroral sedikitnya empat kali sehari (Yanti dan Dian, 2011;
h.100)
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada
masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua
hari (Manuaba, 2010; h.313)

2.

Cara terjadinya infeksi


a.
Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada
pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada
b.
c.

dalam vagina kedalam uterus


Droplet infection
Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen yang berasal

d.

dari penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi


Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting,

e.

kecuali apabila mengakibatkan pecahnya ketuban


Infeksi intapartum sudah dapat menimbulkan gejala-gejala pada waktu
berlangsungnya persalinan.

(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.109-110)


3.

Jenis-jenis infeksi
1.
Endometritis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan (saleha, 2009;)
2.

Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa cara penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang
terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran langsung dari luka-luka
pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum serta

penyebaran sekunder dari tromboflebitis (Dewi dan Sunarsih, 2011;


h.112)
3.

Peritonitis
Infeksi purpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke
peritoneum

hingga

terjadi

peritonis

atau

ke

parametrium

menyebabkan parametritis (Saleha, 2009; h.98)

4.

Infeksi saluran kemih


Kejadian infeksi saluran pada masa nifas relatif tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotonik kandung kemih akibat trauma
kandung kemih saat persalinan, pemeriksaan dalam yang sering,
kontaminasi kuman dari perineum atau kateterisasi yang sering
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.114)

5.

Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345)

Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air
susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang
baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui. Menurut
Prawirohardjo (2011; h.652) Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya
penyempitan duktus latiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila
ibu memiliki kelainan putting susu.
a. Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI, yaitu:
1)
Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi
peningkaan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya yang
berlebihan)

2)

Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif

3)

menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI)


Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Tehnik yang salah
dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan

4)

menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu)


Putting susu terbenam (Putting susu terbenam akan menyulitkan bayi
dalam menyusu, Karena bayi tidak dapat menghisap putting dan

5)

areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI)
Putting susu terlalu panjang (Putting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah

dan Yulianti, 2010; h.346).


b. Tanda dan gejala Bendungan ASI, yaitu:
Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, putting susu bisa mendatar
sehingga bayi sulit menyusui, pengeluaran susu terkadang terhalang oleh
duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila
ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh sampai 380C (Rukiyah dan
Yulianti, 2010; h.346).
Tanda gejala menurut Prawirohardjo ( 2010; h.652) yaitu:
pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi secara keras, kadang
terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak
terdapat tanda- tanda kemerahan dan demam.
c. Penanganan bendungan ASI
1) Susukan bayi segera setelah lahir
2) Susukan bayi tanpa dijadwal
3) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek
4) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan ASI
5) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan
hangat dengan handuk secara bergantian kanan dan kiri
6) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap puting susu berikan
kompres sebelum menyusui
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.348).
Penanganan Bendungan ASI menurut Manuaba (2010; h.317)

Mengosongkan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol


sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis
sehingga keluhan berkurang.
Penanganan Bendungan ASI menurut Jannah (2011; h.146)
1)
2)

Menyokong payudara dengan BH dan memberikn analgetik.


Beri stril 3 kali/hari 1 mg selama 2-3 hari (sementara waktu) untuk
mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu dikeluarkan
dengan pijatan.

d. Penatalaksanaan bendungan ASI


1)
2)
3)
4)
6.

Keluarkan ASI secara manual / ASI tetap diberikan pada bayi.


Menyangga payudara dengan BH yang menyokong.
Kompres dengan kantong es (kalau perlu)
Pemberian analgetik atau kodein 60 mg per oral (Suherni, 2009; h.137).

Mastitis
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2
% wanita yang menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5
setelah melahirkan terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan
nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis
biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
yang berlanjut (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350).
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
a.

Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi

b.

mastitis
Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya

c.

payudara bengkak
Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika

d.

tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis


Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah
terkena infeksi (Saleha, 2009; h.109).

Tanda dan gejala pada mastitis, yaitu:


1.
2.
3.

Rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu,


penderita merasa lesu,
tidak nafsu makan,

4.
5.
6.

mammae membesar,
nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit dan nyeri pada perabaan, serta payudara keras

7.

(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.351).


Abses payudara
Abses payudara merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini
disebabkan karena meluasnya peradangan dalam payudara tersebut.
Tanda dan gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses payudara
adalah sebagai berikut.
a. Ibu tampak lebih parah sakitnya
b. Payudara lebih merah dan mengkilap
c. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi
untuk mengeluarkan nanah tersebut (Saleha, 2009; h.109-110).

C. Putting susu datar atau terbenam


Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu
menjadi masalah. Secara umum, ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan
upaya selama antenatal umumnya. Kurang berguna, misalnya dengan
memanipulasi Hoffman, menarik-narik putting, atau pun penggunaan breast
shield dan breast shell. Tindakan yang paling efisien untuk memperbaiki
keadaan ini adalah isapan langsung yang kuat. Oleh karena itu, sebaiknya
tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir. Segara setelah pascalahir lakukan tindakan-tindakan berikut:
Skin-to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin.
1) Biarkan bayi mencari putting kemudian mengisapnya. Bila perlu dicoba
berbagai posisi untuk mendapatkan keadan yang paling menguntungkan.
Rangsang putting agar dapat keluar sebelum bayi mengambil -nya.
2) Apabila putting benar-benar tidak bisa muncul, dapat ditarik dengan
pompa putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan
sedotan spuit yang dipakai terbalik.
3) Jika tetap mengalami kesulitan, usahakan agar bayi tetap disusui dengan
sedkit penekanan pada areolla mammae dengan jari sehngga terbentuk dot
ketika memasukan putting susu kedalam mulut bayi.

4) Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung kemulut bayi. Bila
perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.38-39).
Putting susu datar atau terbenam menurut Maryunani (2009; h.91-92)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara
menjepit areolaa antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila putting
menonjol berati putting tersebut normal, namun bil putting tidak menonjol
berarti putting susu datar/terbenam.
Cara mengatasinya:
Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar atau terbenam
dapat dibantu agar menonjol dan dapat diisap oleh mulut bayi. Upaya ini
dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi
berusia 5-7 hari. Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putiing
akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan lebih
menonjol lagi.
Putting susu datar atau terbenam menurut Ambarwati dan Wulandari (2009;
h.44)
1. Tehnik atau gerakan hoffman yang dikerjakan 2x sehari
2. Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa
ASI.
Putting susu datar atau terbenam menurut Jannah (2011; h.50)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam, dengan cara menjepit
areola antara ibu jari dan jari telunjuk dibelakang putting susu.
Cara mengatasinya bisa mempergunakan pompa putting. Putting juga bisa
ditarik keluar secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan dapat
diisap kemulut bayi sehingga putting akan menonjol lagi.
Kelainan putting payudara
Putting payudara yang retraksi (tidak menonjol keluar dengan baik) akan
menyebabkan kesukaran meneteki. Bila tidak terlalu berat dapat dibantu
dengan pompa payudara atau air susu dikeluarkan dengan pijatan
tangan/masase. Pada kasus demikian dianjurkan pda akhir kehamilan atau

sebelum menyusui untuk menarik putting keluar dengan menggunakan jari


atau penarik putting (Prawirohardjo, 2011; h.654).
D. Tehnik pengeluaran ASI
1. Cuci tangan, lakukan masase ringan dengan telapak tangan dari pangkal
2.

kerah areolla
Menekan areolla dengan ibu jari pada sekitar areolla bagian atas dan jari

3.

telunjuk pada sisi areolla yang lain


Tekan areolla dengan ibu jari dan jari telunjuk (memeras). Jangan

4.

menekan pada putting karena dapat menyebabkan lecet dan nyeri


Jika ASI tidak juga keluar, jangan berhenti karena ASI akan keluar setelah

5.
6.

beberapa kali peras


Tampung ASI yang keluar dengan cangkir
Lakukan sesuai kebutuhan/sampai ibu merasa nyaman (Suherni dkk,
2009; h.157)

E. Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas ( Breast Care )


Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tetapi
juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap
payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu, sehingga memperlancar pengeluaran ASI.

A. Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara

terutama

pada

masa

nifas

(masa

menyusui)

untuk

memperlancarkan pengeluaran ASI.


B. Tujuan
a. Memelihara kebersihan payudara
b. Melenturkan dan menguatkan putting susu
c. Memperlancar produksi ASI
C. Syarat-Syarat Untuk Mendapatkan Hasil Yang

Diharapkan

1. Dilakukan secara teratur dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan
sore hari dan sistematis

2. Makanan dan minuman ibu yang seimbang dan sesuai dengan


kesehatan ibu
3. BH (Bra) yang dipakai ibu selalu bersih dan menyokong payudara
D. Alat-Alat Yang Digunakan
1. Minyak kelapa ( Baby oil )
2. Handuk bersih dua buah
3. Baskom dua buah
- Satu di isi air hangat
- Satunya berisi air dingin
4. Kapas / Kassa
5. Bengkok
6. Waslap dua buah
Teknik Perawatan Payudara
1. Tempelkan/ kompres putting ibu dengan kapas / kassa yang sudah
diberi minyak kelapa ( baby oil ) selama 5 menit, kemudian puting
susu dibersihkan
2. Melakukan Perawatan Putting dengan Cara :
a) Jika putting susu normal, lakukan perawatan berikut:
Oleskan minyak pada ibu jari telunjuk, lalu letakkan pada kedua
putting susu. Lakukan gerakan memutar kearah dalam sebanyak
30x putaran untuk kedua putting susu.
b) Jika putting susu datar atau masuk ke dalam , lakukan tahap
berikut:
3. Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan putting susu,
kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjauhi putting susu
secara perlahan.
4. Letakkan kedua ibu jari diatas dan di bawah putting susu, lalu tekan
serta hentakkan kea rah luar menjauhi putting susu secara perlahan.
5. Melakukan Pengurutan Pada Payudara
(a) Licinkan tangan dengan minyak/baby oil secukupnya
(b) Tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara ibu, kemudian
diurut kearah atas, terus ke samping, kebawah, melintang sehingga
tangan

menyangga payudara (mengangkat payudara) kemudian

lepaskan tangan dari payudara.

(c) Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian 3 jari


tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai
dari pangkal payudara berakhir pada putting susu. Lakukan tahap
yang sama pada payudara kanan. Lakukan 2 kali gerakan pada
setiap payudara
(d) Meyokong payudara kiri dengan tangan kiri. Telapak tangan kiri
menopang payudara kiri dan jari-jari tangan sisi kelingking
mengurut payudara kearah putting susu, gerakan diulang sebanyak
30 kali untuk tiap payudara
(e) Telapak tangan kiri menopang payudara, tangan dikepalkan
kemudian buku-buku jari tangan mengurut payudara mulai dari
pangkal kea rah putting susu, gerakan ini di ulang sebanyak 30 kali
6.

untuk setiap payudara.


Selesai pengurutan, kedua payudara dikompres dengan waslap hangat
selama 2 menit, kemudian ganti dengan kompres waslap dingin selama
1 menit.

7. Keringkan payudara dengan handuk kering dan pakaikan bra

II.

Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


Menurut varney (2003), proses penyelesaian masalah merupakan salah satu
upaya yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Varney
berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen kebidanan, bidan harus
memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakkan diagnosis
atau masalah potensial kebidanan. Selain itu, diperlukan pula kemampuan
kolaborasi atau kerjasama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam
perencanaan kebidanan selanjutnya.
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut varney (2003), yaitu sebagai
berikut :
A. Pengumpulan data dasar (Pengkajian)
Mengumpulkan semua data dasar yang di butuhkan untuk mengevaluasi
keadaan klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara:
1.

Anamnesa

Anamnesa dilakukan untuk mendapatkan data anamnesa terdiri dari


beberapa kelompok penting sebagai berikut
a.

Data Subjektif
Identitas pasien
1)

Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan

2)

Umur
Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas

3)

Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa

4)

Suku
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari

5)

Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui

sejauh

mana

tingkat

intelektualnya,

sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai


dengan pendidikannya
6)

Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya,karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut

7)

Alamat
Di tanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila di perlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2009;
h.131-132).

2.

Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan


masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan Wulandari,
2009 h;132).
Menurut Prawirohardjo (2010; h.652) Keluhan yang dirasakan
pada

pasien

dengan

bendungan

ASI

dengan

ditandainya

pembengkakan payudara bilateral dan secara keras, kadang terasa


nyeri serta sering kali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi
tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam.
3.

Riwayat Kesehatan
a. Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
b. Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, Diabetes
Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini
c. Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.133).

4.

Riwayat obstetri
a.

Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya
1)

Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun

2)

Siklus

Jarak antara menstruasi yang di alami dengan


menstruasi berikutnya dalam hitungan hari, biasanya
sekitar 23-32 hari.
3)

Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang di keluarkan

4)

Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di
rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit
yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah
darah yang banyak (Sulistyawati,2010; h.112).

5.

Riwayat kehamilan sekarang


Standar asuhan kunjungan Antenatal yaitu 4 kali selama masa
kehamilan, pelayanan standar asuhan kehamilan meliputi 7 T
yaitu : timbang berat badan. Ukur tekanan darah, pemeriksaan
fundus uteri, imunisasi TT, pemberian tablet Fe, melakukan tes
PMS dan temu wicara. Dan selama kehamilan wanita hamil berhak
memperoleh informasi dan pendidikan berhubungan dengan
kehamilannya (Sulistyawati, 2009 ;h.4-5).
a. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa,berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas
ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari,
2009; h.134).
b.

Pola kebutuhan Sehari-hari


1) Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi dan cairan untuk pemulihan
kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga
serta memenuhi produksi air susu. Ibu nifas membutuhkan
tambahan makanan kurang lebih 500 kalori tiap hari (Yanti
dan Sundawati, 2011; h.79).

Selama menyusui ibu membutuhkan tambahan protein


diatas normal sebesar 20 gram/hari. Peningkatan kebutuhan
ini ditujukan bukan hanya untuk transformasi menjadi
protein susu, tetapi juga sintesis hormon yang memproduksi
(prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI, dan sumber
protein paling banyak didapatkan pada protein hewani
(Sulistyawati, 2009; h.98)
2) Eliminasi
Ibu di harapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari setelah
persalinan (Yanti dan Sundawati, 2011; h.83) miksi normal
apabila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam (Yanti dan
Sundawati, 2011; h.83).
3) Istirahat
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam, dan
siang (Sulistiyawati, 2009; h.103).
4) Personal Hygine
kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan
(Yanti dan Sundawati, 2011; h.84).
5) Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari- hari. Pada
pola ini perlu di kaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya. Mobilisasi dini dapat mempercepat proses
pengembalian alat- alat reproduksi (Ambarwati dan
Wulandari, 2009 h.137).
b. Data Objektif
Data ini di kumpukan guna melengkapi data untuk
menegakkan diagnosis. Bidan melakukan pengkajian data
objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi,

perkusi dan pemeriksaan penunjang yang di lakukan secara


berurutan (Sulityawati, 2010; h.226).
1) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
a) Keadaan umum
Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien
secara keseluruhan, hasil pengamatan yang di laporkan
kriterianya baik atau lemah (Sulistyawati, 2010; h.226).
b) Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang ke sadaran
pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat
kesadaran pasien dari keadaan composmentis sampai
dengan koma (Sulistyawati, 2010; h.226).
c) Tanda-tanda vital
1)
Tekanan darah
Pada beberapa kasus di temukan keadaan
hipertensi post partum, tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit-penyakit

lain

yang

menyertainya

dalam 2 bulan pengobatan (Ambarwati dan


Wulandari, 2009; h.139).
Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 Mmhg dan sistolik 60-80 Mmhg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Peubahan tekanan
darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan
dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan
tekanan

darah

tinggi

pada

post

partum

merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post


partum.
(http://masalahkebidanan.blogspot.com/2012/11
/tanda-tanda-vital-pada-ibu-nifas.html)
2)

Nadi

Berkisar antara 60- 80x/menit denyut nadi di


atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini
salah satunya bisa di akibatkan oleh proses
persalinan sulit atau karena kehilangan darah
yang berlebih (Ambarwati dan Wulandari, 2009;
h.138).
3)

Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2009; h.139).

4)

Suhu
Suhu tubuh ibu inpartu tidak lebih dari 37,2 oC.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang
lebih 0,5oC dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan,

kehilangan

cairan

maupun

kelelahan (Yanti dan Sundawati, 2011; h.67)


Bendungan
ASI
adalah
terjadinya
pembengkakan

pada

payudara

karena

peningkatan aliran vena dan limfe sehingga


menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan (Aiyeyeh, 2010
h:345).
Tanda gejala bendungan ASI, yaitu:
Mamae panas serta keras pada perabaan dan
nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi
sulit menyusui, pengeluaran susu terkadang
terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit,
payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila
ditekan, warnanya kemerahan, suhu tubuh
sampai 380c (Rukiyah dan yulianti, 2010;
h.346).

Tanda gejala menurut (Prawirohardjo, 2010;


h.652)
pembengkakan payudara bilateral dan secara
palpasi secara keras, kadang terasa nyeri serta
seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu,
tetapi tidak terdapat tanda- tanda kemerahan dan
demam
2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Organ tubuh yang perlu dikaji karena pada kepala
terdapat organ-organ yang sangat penting. Pengkajian
di awali dengan inspeksi lalu palpasi.
b) Muka
Pada daerah muka dilihat kesimetrisan muka, apakah
kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka
menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh
(Nervus Fasialis)
c) Mata
untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang
di gunakan inspeksi dan palpasi
d) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran
telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan
pendengaran. teknik yang digunakan adalah inspeksi
dan palpasi
e) Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi
hidung, bagian dalam, lalu sinus- sinus
f)

Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut

g) Leher

Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain


yang berkaitan. Teknik yang di gunakan adalah
inspeksi dan palpasi
h)

Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan, 2011;
h.66-86).

i)

Payudara
Hormon estrogen dan progestron yang meningkat pada
kehamilan membantu maturasi alveoli, kadar estrogen
dan progestron akan menurun pada saat hari kedua
atau ketiga pasca persalinan. Sehingga terjadi sekresi
ASI (Yanti dan sundawati, 2009; h.7).

j)

Perut
Selama masa kehamilan kulit abdomen, kulit abdomen
akan melebar, melonggar dan mengendur selama
berbulan-bulan (Yanti dan sudawati, 2009; h.62).

Tabel 2.2 Tabel involusi uterus

Involusi

TFU

Bayi
Lahir
Uri Lahir

Setinggi Pusat

Satu
minggu
Dua
minggu
Enam
minggu
Delapan
minggu

Berat
Uterus
(gr)
1000

Diameter
bekas
melekat
Plasenta

Keadaan
Serviks

2 Jari di bawah
Pusat
Pertengahan pusatsympisis
Tak teraba di atas
sympisis
Bertabah Kecil

750

12,5

Lembek

500

7,5

350

3-4

50-60

1-2

Sebesar normal

30

Beberapa hari
setelah post
partum dapat
di lalui 2 jari
akhir minggu
pertama dapat
di masuki 1
jari

(Saleha, 2009; h.55)


k) Anogenital
Selama proses persalinan vulva dan vagina mengalami
penekanan serta meregang, setelah beberapa hari
persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan
kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga.
Proses involusi uterus biasanya disertai dengan adanya
rasa nyeri yang disebut after pain yaitu perasaan mulasmulas yang diakibatkan oleh kontraksi rahim, biasanya
berlangsung selama 2-4 hari pasca persalinan. Proses
kontraksi juga mempengaruhi pengeluaran secret yang
berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas
yang disebut dengan Lochea, (Yanti dan Sundawati,
2009; h.5).
Lokhea di bedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna
dan wakru keluarnya:
1) Lochea rubra berawana merah karena berisi darah
segar dan sisa sisa selaput ketuban, sel-sel

desidua,vernik caseossa,lanugo,mekonium selama


2 hari pasca persalinan (Saleha, 2009; h.58)
2) Lochea sanguilenta berwarna merah kuning berisi
darah dan lender yang eluar pada hari ke-3 sampai
hari ke-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa adalah lokia berikutnya. Di mulai
dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra.
Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pasca persalinan berisi cairan serum
jaringan desidua , leukosit, dan eritrosit.
4) Lochea Alba adalah lokia yang terakhir. Di mulai
dari hari ke-14 kemudian makin lama makin
sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu
atau dua minggu berikutnya (Saleha, 2009; h.56).
B. Identifikasi Diagnosa, Masalah, dan Kebutuhan
Pada langkah ke-dua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga
dapat dirumuskan masalah dan diagnosa yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun rumusan masalah keduanya harus ditangani,
meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetapi harus
mendapatkan penanganan (Suryani, 2008; h. 99)
1. Diagnosa Kebidanan
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnose, masalah
dan kebutuhan berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan (Yanti dan Sundawati, 2011; h.112).
Langkah awal dari perumusan diagnose atau masalah adalah
pengolahan data dan analisis dengan menghubungkan data satu
dengan data yang lainnya (Sulistyawati, 2009; h.177).
2. Masalah
Permasalahan

yang

muncul

berdasarkan

(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.141).

pernyataan

pasien

C. Antisipasi Masalah Potensial


Pada langkah ke tiga ini mengidentifikasi masalah potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan di lakukan pencegahan
(Suryani, 2008; h.99).
D. Tindakan Segera
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan.
Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati
dan Wulandari, 2009; h.143).
E. Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh sebelumnya yang merupakan
lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah di identifikasi atau
antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa
yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari masalah yang berkaitan,
tetapi juga dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut
yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati dan Wulandari, 2009;
h.143).
1.
2.
3.
4.
5.

Pantau keadaan umum ibu


Mencegah masa nifas karena atonia uteri
Lakukan perawatan payudara
Siapkan alat-alat yang di gunakan untuk perawatan pada payudara
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan

6.
7.
8.
9.

abnormal
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
Memastika ibu dapat mobilisasi dengan baik
Memastikan ibu menjaga personal hygiene

10.

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.


Beritahu kunjungan ulang

F. Pelaksanaan

dan

tidak

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana


sebelumnya, baik tehadap masalah pasien ataupun diagnosis yang di
tegakkan (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.145).
G. Evaluasi
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek
asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui factor mana yang
menguntungkan atau menghambat keberhasilan yang diberikan. Pada
langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan (Soepardan, 2008; h. 96 - 102)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. E UMUR 23


TAHUN P1A0 POST PARTUM HARI KE 2 DENGAN BENDUNGAN ASI DI
RS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN 2014
A. SUBJECTIVE
1. Identitas
Nama Istri

: Ny. Eka Anjarwati

Nama Istri

Umur

: 23 th

Suku

: Jawa

Suku/Bangsa

: Jawa

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Umur

: Tn. Deni Sugianto


: 23 th

Pendidikan : SMA

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Purbolinggo

Alamat

: Purbolinggo

2. Anamnesa
Tanggal 10 November 2014, pukul 15.00 WIB
a. Keluhan Utama
Ibu P1A0 post partum 2 hari yang lalu, Ibu mengatakan payudara terasa nyeri
dan panas, teraba keras, dan ibu masih merasakan mules.
b. Riwayat Kehamilan
1) Trimester I

: ANC 2x di Bidan

Keluhan

: Mual dan muntah

Therapy

: Vosea, Dexanta

2) Trimester II

: ANC 3x di Bidan

Keluhan

: Tidak ada keluhan

Therapy

: Fe, Asam Folat dan Vitamin C

3) Trimester III

: ANC 4x di Bidan

Keluhan

: Tidak Ada Keluhan

Therapy

: Fe, Asam Folat dan Vitamin C

Imunisasi

: TT1 pada usia kehamilan 4 bulan


TT2 pada usia kehamilan 5 bulan

c.

Riwayat Persalinan
Melahirkan tanggal 8 November 2014, pukul 17.30 WIB
Kala I

: 10 jam

Kala II

: 1 Jam

Kala III

: 10 menit

Kala IV

: 2 jam

Jenis kelamin bayi

: Perempuan

Berat badan bayi

: 3000 gram

Panjang badan bayi

: 43 cm

Apgar score

: 9/10

Cacat bawaaan

: Tidak ada cacat bawaan

Jenis persalinan

: Spontan pervaginam

Plasenta

: Lengkap

Perdarahan

: Kala I

d.

: Blood slym

Kala II

: 80

cc

Kala III

: 80

cc

Kala IV

: 100 cc+

Perdarahan total

: 260 cc

Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu sudah dapat duduk di tempat tidurnya

e. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Selama hamil

: Makan 3 kali sehari dan minum 7-8

gelas/hari

Selama nifas

: Makan 3 kali sehari dan minum 7-8 gelas/hari

b. Pola Eliminasi
Selama hamil

: Ibu BAB 1 x sehari, BAK 6-7 x sehari

Selama nifas
c. Pola Istirahat
Selama hamil
Selama nifas
d. Personal Hygiene
Selam hamil

: Ibu BAB 1 x sehari, BAK 5-6 x sehari

Selama nifas

e.

8.
a.
b.
9.

Pola Seksual
Selama hamil

: Ibu tidur siang 2 jam, malam 6-7 jam


: Ibu tidur siang 2 jam, malam 6 jam
: Ibu mengatakan mandi 2x/hari, sikat gigi 2-3x
/hari, keramas 1x/hari, menggati pakian 2x/hari,
dan mengganti celana dalam 2-3 x/hari atau jika
terasa lembab.
: Ibu mengatakan mandi 2x/hari, sikat gigi 2-3 x
/hari, keramas 1x/hari, menggati pakian 2x/hari,
dan mengganti celana dalam 2-3 x/hari atau jika
terasa lembab.

: Ibu mengatakan 2 kali melakukan


hubungan sexual dalam seminggu.
Selama nifas
: Ibu mengatakan belum pernah melakukan
hubungan sexual selama nifas
Riwayat Psikososial
Status Perkawinan : Syah, lamanya 1 tahun
Status emosional
: Baik
Riwayat spiritual
Selama hamil
: Tidak ada kepercayaan yang dianut selama
hamil
Selama nifas
: Ada kepercayaan dalam keluarga tidak
diperbolehkan makan ikan, telur, selama nifas

B. OBJECTIVE
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu

: 110/70 mmHg
: 76 x/menit
: 20 x/menit
: 39,50C

3. Involusi TFU 3 jari dibawah pusat


4. Pengeluaran lochea rubra
5. Kontraksi

: Baik

6. Kondisi Bayi

: Baik

3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Warna rambut
Ketombe
Benjolan
Wajah :
Hiperpigmentasi
Pucat
Edema
Mata :
Simetris
Kelopak mata
Konjungtiva
Skelera

: Hitam
: Tidak Ada
: Tidak Ada

: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Kanan Dan Kiri
: Tidak Odema
: Merah Muda
: Putih

Hidung :
Simetris
Polip
Kebersihan

: Kanan Dan Kiri


: Tidak Ada
: Bersih

Mulut :
Warna bibir
Pecah-pecah
Sariawan
Gusi berdarah
Gigi

: Merah Muda
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak ada karies

Telinga :
Simetris
Gangguan pendengaran

: Kanan Dan Kiri


: Tidak Ada

Leher :
Simetris
Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran vena jugularis
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe

: Kanan Dan Kiri


: Tidak Ada Pembesaran
: Tidak Ada Pembesaran
: Tidak Ada Pembesaran

Dada :
Retraksi
Bunyi mengi dan ronchi

: Tidak Ada
: Tidak Ada

Payudara :
Simertris
Pembesaran
Putting susu
Hiperpigmentasi areola mamae
Benjolan
Konsisitensi
Perabaan
Pengeluaran
Punggung dan pinggang
Simetris
Nyeri ketuk
Abdomen:
Pembesaran
Konsistensi
Kandung kemih
Uterus
Anogenital:
Vulva
Perineum
Pengeluaran pervaginam
Anus
Ektremitas bawah:
Oedema
Kemerahan

: Tidak simetris kanan dan kiri


: Ada dikanan dan kiri, bagian kanan
lebih besar dari bagian kiri
: Menonjol dikiri, dikanan terbenam
sedikit
: Ada Pada Sekitar Aerola
: Tidak Ada
: Keras
: Nyeri
: Colostrum
: Tidak Lordosis
: Kanan Dan Kiri
: Tidak ada

: Tidak Ada
: keras Saat Kontraksi
: Kosong
: 3 jari di bawah pusat
: Merah Kebiruan
: Tidak ada Luka Jahitan
: Lokea Rubra
: Tidak Ada Hemoroid

: Tidak Ada
: Tidak Ada

Varices
Reflex patella

: Tidak ada
: (+) Kanan Dan Kiri

C. ASSESMENT
1. Diagnosa
P1A0 Post Partum 2 hari dengan Bendungan ASI.
2. Dasar :
a) Ibu partus pukul 17.30 WIB tanggal 08 November 2014
b) TFU 3 jari di bawah pusat
c) Plasenta lahir pukul 17.40 WIB, plasenta lengkap
d) Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, payudara terlihat
bengkak, suhu tubuh sampai 39,50c, puting susu kanan sedikit terbenam
3.
Masalah
Ibu mengatakan payudara terasa nyeri dan panas, bengkak, teraba keras.
4.

Kebutuhan
Mengajarkan pada ibu cara mengatasi nyeri pada payudara, penjelasan
tentang cara mengatasi putting susu terbenam, penjelasan tentang tehnik
menyusui yang benar.
5.
Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial terjadinya mastitis.
6.
Tindakan Segera
Penanganan putting susu terbenam, tehnik menyusui yang benar, dan
tehnik pengeluaran ASI.

D. PLANNING
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam 2 hari post
partum dengan bendungan ASI
Ibu sudah mengerti kondisinya saat ini
2. Observasi keadaan ibu meliputi kontraksi uterus, pengeluaran lochea rubra,
dan TFU
Melakukan observasi Kontraksi uterus baik, pengeluaran pervaginam
lochea rubra + 75 cc
3. Bantu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan dan minum
setelah bersalin.
Ibu bersedia untuk makan dan minum setelah bersalin

4. Berikan ibu Vit. A 200.000 unit sebanyak 2 kali yaitu kapsul pertama segera
setelah bersalin dan kapsul kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah
pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian serta
anjurkan ibu mengonsumsinya setelah makan
Ibu telah sarapan dan mengonsumsi Vit. A
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini yang dibantu dengan keluarga
Ibu akan melakukan mobilisasi dini secara bertahap yang dibantu oleh
keluarga
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan beritahu teknik menyusui
yang baik yaitu dengan memasukkan semua puting susu ke mulut bagi
sehingga sebagian besar areola tertutupi mulut bayi dan biarkan bayi
menghisap dengan baik tanpa ngeluarkan suara mengecap, ajarkan ibu
tentang menyendawakan bayi dan beritahu ibu pentingnya ASI eksklusif
untuk bayi baru lahir
Ibu mengerti dan mau melakuakan teknik menyusui yg telah di ajarkan,
menyendawakan bayi dan bersedia memberikan ASI eksklusif
7. Mengajarkan dan melakukan cara penanganan payudara bengkak akibat
putting susu terbenam dengan perawatan payudara dengan prasat Hoffman.
Ibu mengerti dan bersedia melakukan cara penanganan putung susu yang
telah diajarkan.
8. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas seperti perdarahan,
demam, tidak nafsu makan yang lama, lochea berbagau busuk, sakit kepala
dan lain-lain Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi petugas
kesehatan segera bila menemukan tanda-tanda bahaya tersebut.
Ibu mengerti tentang tanda bahaya saat nifas dan akan menghubungi
petugas kesehatan segera bila menemukan salah satu tanda bahaya
9. Anjurkan pada ibu untuk melakuakan kunjungan ulang.
Ibu bersedia untuk melauakan kunjungan ulang.
CATATAN PERKEMBANGAN
3 Hari Post Partum tanggal 11 November 2014, pukul 21.30 WIB
SUBJECTIVE (S) :

1. Ibu sudah dapat duduk namun masih merasa nyeri di bagian genitalia
2. Ibu mengatakan sudah meminum kapsul vit A 200.000 unit yang kedua
3. Ibu mengatakan nyeri payudara sudah berkurang dan tidak panas, teraba
keras, dan ibu masih merasakan mules.
OBJECTIVE (O) :
a. Keadaan umum

: Baik

b. Kesadaran

: Compasmentis

c. Tanda-tanda vital
TD

: 120/70 mmHg

RR

: 20 x/mnt

Pols

: 80 x/mnt

Temp

: 37,80C

d. Tinggi Fundus Uteri : 4 jari di bawah pusat


e. Perdarahan pervaginam 350ml.
ASSESMENT (A) :
1.

Diagnosa
Ibu P1A0 post partum 3 hari dengan bendungan ASI

2.

Dasar :
DS :
Ibu mengatakan melahirkan 3 hari yang lalu pada tanggal 8 November
2014 pukul 17.30 WIB
DO :
a. Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah pusat
b. Konsistensi abdomen keras, kontraksi uterus baik.
c. Pengeluaran pervaginam lochea Rubra
3. Masalah :
Ibu mengatakan nyeri payudara sudah berkurang dan tidak panas, teraba
keras.
PLANNING (P) :

1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan nifas 4 hari
setelah persalinan.
Ibu mengerti bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik
2. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40
tablet Selama nifas
Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe selama nifas
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat untuk pemenuhan
nitrisi bayi dan pemulihan involusi uterus
Ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI eksklusif
4.

Ajarkan pada ibu tentang perawatan bayi yang benar seperti perawatan
tali pusat dan mencegah ruam popok.
Ibu mengerti tentang perawatan bayi baru lahir

5. Anjurkan ibu menjaga personal hygenenya dan mengganti pembalut


secara rutin minimal 4x sehari
Ibu berjanji bersedia mengganti pembalut seperti yang dianjurkan
bidan
6. Ajarkan ibu cara perawatan payudara. Langkah-langkah perawatan
payudara saat menyusui :
a. Beri kompres minyak pada puting susu selama 2-5 menit
b. Bersihkan puting susu dari kotoran secara perlahan-lahan
c. Oleskan minyak pada kedua tangan
d. Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
1) Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri
kearah sisi kiri dan telapak kanan kearah sisi kanan
2) Lakukan pengurutan keatas, ke samping, dan kebawah
Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara
e. Sangga payudara dengan tangan kanan kemudian tangan kiri dengan
4 jari dirapatkan dengan menggunakan jari kelingking menekan
dengan kuat kedepan menuju areola pada payudara kanan dan kiri
f. Kompres hangat dan dingin secara bergantian
g. Keringkan payudara dengan handuk yang bersih dan kering
Ibu mengerti cara melakukan perawatan payudara masa nifas dan
berjanji akan melakukannya
7. Ajarkan pada ibu tentang teknik-teknik menyusui yang baik dan
pentingnya ASI eksklusif. Langkah-langkah teknik menyusui :
a. Ibu duduk dengan posisi nyaman

b. Ajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan
areola
c. Ajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan. Kepala bayi
berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan
bawah ibu
d. Ajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi si belakang badan ibu dan yang satu di
depan, kepala bayi menghadap payudara
e. Ajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
f. Ajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan
areolanya
g. Ajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi yaitu dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut
bayi
h. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan
dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan
puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi
i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak
memegang atau menyangga payudara lagi
j. Anjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
k. Ajari ibu cara melepas isapan bayi
1) Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut,
atau
2) Dagu bayi ditekan kebawah
l. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan
sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan
sendirinya
m. Ajari ibu untuk menyendawakan bayi
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila
tidak bersendawa tunggu 10-15 menit), atau
2) Bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu dengan menyangga dahi
bayi, kemudian punggung atas ditepuk perlahan-lahan sampai
bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10-15 menit)
n. Ajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara
bergantian

o. Anjurkan

ibu

untuk

menyusui

bayinya

setiap

saat

bayi

menginginkan
Ibu mengerti cara menyusui yang benar dan akan melakukannya setiap
menyusui

CATATAN PERKEMBANGAN
4 Hari Post Partum tanggal 12 November 2014, pukul 21.30 WIB
SUBJECTIVE (S) :
1.

Ibu sudah dapat duduk


2. Ibu mengatakan payudara tidak nyeri dan tidak panas, teraba kenyal, dan ibu
masih merasakan mules.
OBJECTIVE (O) :
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran

: Compasmentis

c. Tanda-tanda vital
TD

: 120/80 mmHg

RR

: 19 x/mnt

Pols

: 78 x/mnt

Temp

: 36,80C

d. Tinggi Fundus Uteri : 5 jari di bawah pusat


e. Perdarahan pervaginam 100ml.
ASSESMENT (A) :
1. Diagnosa
Ibu P1A0 post partum 4 hari dengan bendungan ASI
Dasar :
DS :
Ibu mengatakan melahirkan 4 hari yang lalu pada tanggal 8 November
2014 pukul 17.30 WIB
DO :
a. Tinggi fundus uteri 5 jari dibawah pusat
b. Konsistensi abdomen keras, kontraksi uterus baik.
c. Pengeluaran pervaginam lochea Rubra
2. Masalah :
Tidak ada

PLANNING (P) :
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan nifas 4 hari setelah
persalinan.
Ibu mengerti bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik
2. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40 tablet
Selama nifas
Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe selama nifas
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat untuk pemenuhan
nitrisi bayi dan pemulihan involusi uterus
Ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI eksklusif
4. Ajarkan pada ibu tentang perawatan bayi yang benar seperti perawatan
tali pusat dan mencegah ruam popok.
Ibu mengerti tentang perawatan bayi baru lahir
5. Anjurkan ibu menjaga personal hygenenya dan

mengganti pembalut

secara rutin minimal 4x sehari


Ibu berjanji bersedia mengganti pembalut seperti yang dianjurkan bidan
6. Ajarkan ibu cara perawatan payudara. Langkah-langkah perawatan
payudara saat menyusui :
o Beri kompres minyak pada puting susu selama 2-5 menit
o Bersihkan puting susu dari kotoran secara perlahan-lahan
o Oleskan minyak pada kedua tangan
o Tempatkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
o Lakukan pengurutan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kiri
kearah sisi kiri dan telapak kanan kearah sisi kanan
o Lakukan pengurutan keatas, ke samping, dan kebawah
o Ulangi masing-masing 20-30 gerakan untuk tiap-tiap payudara
o Sangga payudara dengan tangan kanan kemudian tangan kiri
dengan 4 jari dirapatkan dengan menggunakan jari kelingking
menekan dengan kuat kedepan menuju areola pada payudara kanan
dan kiri
o Kompres hangat dan dingin secara bergantian
o Keringkan payudara dengan handuk yang bersih dan kering
Ibu mengerti cara melakukan perawatan payudara masa nifas dan
berjanji akan melakukannya
7. Ajarkan pada ibu tentang teknik-teknik menyusui yang baik dan
pentingnya ASI eksklusif. Langkah-langkah teknik menyusui :
a. Ibu duduk dengan posisi nyaman
b. Ajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan areola

c. Ajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan. Kepala bayi berada
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
d. Ajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi si belakang badan ibu dan yang satu di depan,
kepala bayi menghadap payudara
e. Ajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus
f. Ajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
g. Ajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi yaitu dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
h. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu
serta sebagian besar areola ke mulut bayi
i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
j.
k.
l.
m.
n.

atau menyangga payudara lagi


Anjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
Ajari ibu cara melepas isapan bayi
Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut, atau
Dagu bayi ditekan kebawah
Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI

pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan sendirinya


o. Ajari ibu untuk menyendawakan bayi
p. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak
bersendawa tunggu 10-15 menit), atau
q. Bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu dengan menyangga dahi bayi,
kemudian punggung atas ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa
(bila tidak bersendawa tunggu 10-15 menit)
r. Ajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara bergantian
s. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan
Ibu mengerti cara menyusui yang benar dan akan melakukannya setiap
menyusui

PEMBAHASAN

Asuhan Nifas Normal pada Ny. E pada tanggal 8 November 2014 pukul 17.30
WIB. Ibu P1A0 post partum 2 hari dengan bendungan ASI. melahirkan bayinya
pukul 17.30 WIB. Tanda-tanda vital Tanda-Tanda Vital:
TD
Nadi
Pernafasan

: 110/70 mmHg
: 76 x/menit
: 20 x/menit

Suhu

: 39,50C

Kontraksi uterus ibu baik, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, perdarahan
pervaginam lochea rubra. Tidak ada tanda tanda infeksi, tidak ada tanda bahaya
pasca persalinan dan ibu sudah dapat duduk namun masih merasa nyeri di bagian
genitalia, payudara terasa nyeri dan panas, bengkak, teraba keras
Catatan perkembangan
3 Hari Post Partum tanggal 11 November 2014, pukul 21.30 WIB
a.

Keadaan umum

: Baik

b.

Kesadaran

: Compasmentis

c.

Tanda-tanda vital
TD

: 120/70 mmHg

RR

: 20 x/mnt

Pols

: 80 x/mnt

Temp

: 37,80C

d. Tinggi Fundus Uteri : 4 jari di bawah pusat


Ibu mengatakan melahirkan 3 hari yang lalu pada tanggal 8 November 2014 pukul
17.30 WIB, Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah pusat, Tidak ada tanda tanda
infeksi, tidak ada tanda bahaya pasca persalinan dan ibu sudah dapat duduk
namun masih merasa nyeri di bagian genitalia, Konsistensi abdomen keras,
kontraksi uterus baik, Pengeluaran pervaginam lochea Rubra, Ibu mengatakan
nyeri payudara sudah berkurang dan tidak panas, teraba keras.
Catatan perkembangan

4 Hari Post Partum tanggal 11 November 2014, pukul 21.30 WIB


Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Compasmentis

Tanda-tanda vital
TD

: 120/80 mmHg

RR

: 19 x/mnt

Pols

: 78 x/mnt

Temp

: 36,80C

Tinggi Fundus Uteri : 5 jari di bawah pusat


Ibu mengatakan melahirkan 3 hari yang lalu pada tanggal 8 November 2014 pukul
17.30 WIB, Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah pusat, Tidak ada tanda tanda
infeksi, tidak ada tanda bahaya pasca persalinan dan ibu sudah dapat duduk nmun
masih merasa nyeri di bagian genitalia, payudara tidak nyeri dan tidak panas, tidak
bengkak, teraba kenyal, Konsistensi abdomen keras, kontraksi uterus baik,

Pengeluaran pervaginam lochea Rubra.

DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Maryunani, anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta: CV. Trans Info Media
Mufdillah et.all.2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Fitramaya
Nanny, Vivian Lia Dewi., & Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:
Trans Info Media
Rukiyah, Aiyeyeh. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans
Info Media
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Suheni, S.Pd, APP, M.Kes. et all. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.
Jogyakarta: CV Andi Offset
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo
Yanti, Damai., & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Bandung: Refika Aditam

Anda mungkin juga menyukai