PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah kesehatan pada ibu pasca persalinan menimbulkan dampak yang dapat
meluas keberbagai aspek kehidupan dan menjadi salah satu parameter kemajuan
bangsa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang
menyangkut dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).
Menurut WHO 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25%
selama masa post partum.
Millenium Development Goals (MDGS) adalah hasil kesepakatan 189 negara
termasuk Indonesia yang mulai dijalankan pada September tahun 2000. Adapun
program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai
target MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI
yaitu, target MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat
dicegah/dikurangi.
AKI di Indonesia masih termasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia
misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 Kelahiran Hidup (KH). Data SDKI
tahun 2007 mencatat AKI di Indonesia mencapai 228 per 100.000 KH. Walaupun
angka ini dipandang mengalami perbaikan dibanding tahun tahun sebelumnya,
Target MDGs 5 yaitu menurunkan AKI menjadi 102/100.000 KH pada tahun 2015
masih memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik
Pemerintah, sektor swasta maupun masyarakat. AKI yang tinggi menunjukkan
rawannya derajat kesehatan ibu ( Profil DinKes Provinsi Lampung tahun 2012).
AKI yang tinggi menunjukkan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus
kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan
Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. terjadi peningkatan yang signifikan
dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Penyumbang kematian terbanyak
adalah Kota Bandar Lampung dengan kasus terbanyak adalah eklampsia dan
perdarahan, Rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%), eklampsi
33%, infeksi 2%, dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain 42%
(Dinkes Lampung, 2012).
Masa nifas ini perupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk
selalu melakukan pemantauan karena pelaksanan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada
komplikasi masa nifas, seperti sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab
kematian para ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua
setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan
perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya permasalahan pada ibu akan
berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut
tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya. Dengan demikian,
angka morbiditas dan mortalitas bayi pun akan meningkat (Sulistyawati, 2009;
h.1)
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika ala-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1)
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa
nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi
38oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari
(Manuaba, 2010; h.313)
Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis,
peritonitis, infeksi saluran kemih, bendungan Asi, mastitis, abses payudara.
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang
menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan
terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan nyeri pada payudara,
kemerahan area payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan penderita
merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi
Staphylococus aureus dan sumbatan susu yang berlanjut / bendungan ASI
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350)
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah
memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat
pula karena adanya pembantasan waktu menyusui (Prawirohardjo, 2011;hal 652).
Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu putting susu yang terbenam.
Dampak bendungan ASI yaitu statis pada pembuluh limfe akan mengakibatkan
tekanan intraduktal yang akan mempengaruhi berbagai segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat, akibatnya payudara sering terasa
penuh, tegang, dan nyeri (WHO), walaupun tidak disertai dengan demam. Terlihat
kadang payudara lebih lebar sehingga sukar dihisap oleh bayi. Bendungan ASI
yang
tidak
disusukan
secara
adekuat
akhinya
terjadi
mastitis
(http://yuniochyrosiati.blogspot.com)
Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada ibu-ibu
pekerja, sebanyak 16% dari ibu yang menyusui (Depkes RI, 2006). Adanya
kesibukan keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian
ibu
dalam
melakukan
mengakibatkan
terjadinya
perawatan
payudara
peningkatan
(http://stikeskusumahusada.ac.id).
angka
sehingga
kejadian
akan
cenderung
bendungan
ASI
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan yang tepat.
2. Tujuan Khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
B. Manfaat
1. Bagi lahan praktek
Sebagai pedoman sekaligus masukan untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan asuhan kebidanan pada ibu Nifas.
2. Bagi institusi pendidikan
a.
b.
3. Mahasiswa
Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu serta mengamalkan apa yang
telah diperoleh penulis selama mengikuti perkuliahan di Poltekkes
Kemenkes Tanjung Karang prodi Kebidanan Metro
BAB II
LANDASAN TEORI
NIFAS
A. Pengertian
Masa nifas adalah post partum disebut juga puerperium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata Puer yang artinya bayi dan Parous berarti
melahirkan. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan.
Menurut bennet, V.R dan Brown. L.K (1996) menuliskan bahwa
puerperium adalah waktu mengenai perubahan besar yang berjangka pada periode
transisi dari puncak pengalaman melahirkan untuk menerima kebahagian dan
tanggung jawab dalam keluarga. Sedangkan menurut Williams masa nifas secara
harfiah didefinisikan sebagai masa persalinan selama dan segera setelah
melahirkan, meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi
kembali kekeadaan tidak hamil atau kembali normal.
Menurut Vervney, H. Dalam buku mengatakan bahwa periode pasca
persalinan (post partum) ialah masa waktu antara kelahiran plasenta dan membran
yang menandai berakhirnya periode intrapartum sampai waktu menuju
kembalinya sistem reproduksi wanita tersebut kekondisi tidak hamil.
Pada The Midwifes Rule (UKSC, 1993) menuliskan postnatal artinya
suatu periode yang tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 28 hari setelah akhir
persalinan, dimana selama waktu itu kehadiran yang kontinue dari bidan kepada
ibu dan bayi sedang diperlukan. Sedangkan menurut Christina.S. Ibrahim
menyatakan bahwa masa nifas adalah masa seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali.
Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan, plasenta
lactogen tidak dapat dideteksi dalam 24 jam. Human Chorionic
Gonadotropin turun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke -7 sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post
partum.
b.
Hormon pituitary
Hipotalamik-pituitary-ovarium
Untuk wanita post partum yang menyusui tidak menyusui akan
mempengaruhi lamanya ia mendapat menstruasi. Sering kali menstruasi
pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen
dan progesterone. Diantaranya wanita laktasi sekitar 12% memperoleh
menstruasi selama 6 minggu dan 42% setelah 12 minggu. Diantara yang
tidak laktasi 40% menstruasi selama 6 minggu, 62% setelah 12 minggu
dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama
anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 20% siklus pertama
anovulasi. Variabel yang mempengaruhi siklus menstruasi mungkin
disebabkan oleh rangsangan hisap yang berbeda pada tiap individu.
Pemberian minuman susu formula sebagai pemdamping ASI dan
menyusui kurang dari 6 kali/hari akan ikut berpengaruh. Setelah bersalin
kadar oksitosin dan prolaktinakan meningkat sehingga pada ovarium akan
terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan
terjadinya penurunan FSH dan LH pada kelenjar hipofise.
Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan sebagai
upaya relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.
11. Perubahan traktus urinarius
Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan, diaforesis
terjadi pada malam hari ke 2-3 persalinan sebagai mekanisme untuk
mengurangi tahan cairan pada kehamilan. Distensi kandung kemih segera
terjadi sebagai akibat pengambalian metabolisme cairan pada kehamilan dan
dimobilisasi pada eliminasi akhir produk katabolisme protein. Kontraksi
kandung kemih sering kali pulih dalam 2-7 hari persalinan dengan
penggosongan kandung kemihnya adekuat.
12. Perubahan traktus uteri
a.
Berat
badan
Plasenta lahir
Akhir minggu 1
420 gram
Akhir minggu 2
Akhir minggu 6
b.
TFU
Diameter Bekas
Servik
Plasenta
Lembut +
12,2 cm
lunak
pusat
7,2 cm
symphisis
Tidak
200 gram
2 cm
teraba
Sebesar
60 gram hamil
2 2,2 cm
minggu
2 cm
1 cm
Membela
h
Regenerasi endometrium
Dalam 2-3 hari kelahiran, desidua yang tertinggal di uterus berdiferensi
menjadi 2 lapisan. Lapisan supericial menjadi nekrotik dan terkelupas
bersama lokhea, dan lapisan basal sebagai sumber pembentukan
endometrium baru. Proses regenarasi berjalan cepat kecuali di tempat
plasenta karena permukaan lain lebih cepat tertutup stroma dan epitel
dalam satu minggu atau sepuluh hari dan pulih kembali dalam minggu ke3. Pengelupasan desidua menimbulkan sekret vagina dengan jumlah
berbeda yang disebut lochea. Secara mikroskofik lokhea terdiri dari
eritrosit, kelupasan desidua, sel epitel dan bakteri. Sifat lokhea berubah
seperti sekret luka yang berubah menurut tingkat penyembuhan luka
terdiri atas :
a) Pada hari ke 3-4 setelah kelahiran kandungan lokhea terdiri dari darah
yang berasal dari desidu serta chorion yang disebut lokhea rubra.
b) Pada hari ke 2-9 darah lebih sedikit dan lebih banyak mengandung
serum, terdiri dari leukosit dan tempat plasenta disebut lokhea serosa.
c) Setelah hari ke 10 leukosit menjadi lebih banyak dan cairan berkurang
hingga menjadi putih kekuningan disebut lokhea Alba.
d.
e.
saja dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis
servikalis. Pada serviks terbentuk otot-otot baru, karena hiperplasi ini dan
karena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.
Walaupun begitu setelah selesai, ostium exsternum tidak serupa dengan
keadaannya sebelum hamil. Pada umumnya ostium externum lebih besar
dan tetap ada retak-retak serta robekan pada pinggirnya. Oleh karena
robekan kesamping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari
serviks.
Vagina sangat diregang pada waktu persalinan, lambat laun akan mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum rugae mulai nampak
kembali. Hymen muncul sebagai potongan kecil dan diubah menjadi
curuncule multiformis sebagai khas pada wanita yang telah melahirkan.
13. Buah Dada / Lactasi
Hormon progesteron dan estrogen ini menghambat pengeluaran prolaktin.
Dengan lahirnya plasenta kadar estrogen dan progesteron menurun sehingga
penekanan prolaktin meningkat dakam darah dan merangsang sel-sel acini
untuk produksi ASI. Ada 2 refleksi yang memegang peranan dalam proses
pembentukan :
a.
Refleksi Prolaktin
Reflek ini merupakan reflek neuron hormon yang mengatur produksi ASI
kontinuitas sekresi prolaktin tergantung pada :
b.
1)
Hisapan bayi
2)
Seringnya menyusui
3)
Dinding kantung kencing memperlihatkan odeme dan hyperemia. Kadangkadang oedeme tergonium dada hyperemia kandung kencing selama nifas
kurang sensitive dan kapasitas kandung kemih juga bertambah, sehingga
volume penuh dan sesudah BAK masih tertinggal urine residual. Sisa urine
ini dan trauma pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan
terjadinya infeksi. Dilatasi ureter dan pyelum normal kembali dalam waktu
dua minggu. Kadang-kadang Ibu post partum mengalami sulit BAK, karena :
a.
b.
c.
Pemanjangan uretra
4. Kecemasan
pada
kemampuan
untuk
merawat
bayinya
setelah
Waktu
Tujuan
n
1.
a.
Mencegah
perdarahan
Mendeteksi
merawat
dan
penyebab
lain
pendarahan.
c.
Memberi
konseling
e.
Melakukan
hubungan
Menjaga
bayi
tetap
2.
a.
M
emastikan involusi uterus berjalan
normal uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilicus, tidak ada
M
enilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi atau perdarahan abnormal.
c.
M
emastikan ibu mendapat cukup
makanan cairan dan istirahat.
d.
M
emastikan ibu menyusui dengan
baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda.
e.
M
emberikan konseling pada ibu dan
keluarga mengenai asuhan pada
bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-
minggu
setelah -
persalinan
hari.
Sama seperti di atas (6 hari setelah
persalinan
minggu
setelah
persalinas
bayi alami.
-
14. Ajarkan ibu dan anggota keluarganya tentang gejala dan tanda bahaya
yang mungkin terjadi dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan
jika timbul masalah atau rasa khawatir.
Proses Laktasi dan Menyusui
a. Anatomi Dan Fisiologi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara horizontal
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis (Ai Yeyeh, 2011).
Payudara adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, di atas otot dada. Fungsi
dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia memiliki
sepasang kelenjar payudara yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil
600 gram dan saat menyusui 800 gram. Payudara disebut pula glandula
mamalia yang ada baik pada wanita maupun pria. Pada pria secara normal
tidak berkembang kecuali jika dirangsang oleh hormon. Pada wanita tetap
berkembang setiap pubertas sedangkan selama hamil terutama berkembang
pada saat menyusui
(Dewi dan sunarsih, 2011; h.7).
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
1)
Korpus
Korpus adalah badan dari payudara yang terdiri dari :
a)
b)
c)
tiap payudara.
Duktus, ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil.
Duktus laktiferus kemudian beberapa duktus bergabung membentuk
saluran yang lebih besar.
2)
Areola
Areola (kalang payudara) adalah bagian payudara yang mengelilingi putting
yang berwarna kegelapan yang disebabkan ileh penipisan dan penimbunan
pigmen pada kulitnya.Sinus Laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang
besar melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke luar. Di
Papilla
Papilla atau putting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubungan
adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknyapun akan
bervariasi pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang
merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang
tersususn secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus
akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat
otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk
puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam
(Retna dan Wulandari, 2009; h.29-30).
Letak
Setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi kosta kedua
dan keenam. Payudara ini juga terletak pada supercialis dinding rongga
dada yang dirangsang oleh ligamentum suspensorium
2)
Bentuk
Masing-masing payudara terbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ekor dari jaringan yang meluas kearah ketiak.
3)
Ukuran
Ukuran payudara berbeda setiap individu, juga tergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya
agak lebih besar dari pada yang lainnya.
d. Struktur payudara
1) Struktur makrokospik dari payudara
a) Cauda aksilaris
Jaringan yang meluas kearah aksila
b) Aerola
Daerah lingkaran yang mengalami hiperpigmentasi. Aerola pada
masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm
letaknya mengelilingi puting dan berwarna gelap selama hamil warna
akan menjadi gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya.
Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat
melicinkan kalang payudara selama menyusui pada kalang ini terdapat
duktus lakteferus yaitu saluran yang membesar dan melebar akirnya
memsat kedalam puting dan bermuara ke luar.
c)
Papila mamae
Papila mamae terletak setinggi kosta keempat. Pada tempat ini terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus lakteferus,
ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening
serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehinnga bila ada
kontraksi duktus lakteferus akan memadat dan akan menyebabkan
puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan
menarik kembali puting susu tersebut. Bentuk puting ada 4 macam
yaitu bentuk yang normal, pendek, panjang dan terbenam
(Dewi dan sunarsih, 2011; h.7)
2)
Alveoli
Merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel aciner, jaringan lemak sel plasma, sel otot polos, dan
pembuluh darah. Payudara terdiri atas 15-25 lobus masing-masing
lobus terdiri atas 20-40 lobulus. Masing-masing lobulus terdiri atas 10
100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air
susu, kemudian beberapa duktus bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (Duktus Laktiferus)
b.
Duktus laktiferus
Saluran sentral yang merupakan muara dari beberapa tubulus
lakteferus
c.
Ampula
Bagian dari duktus laktiferus yang melebar merupakan tempat
penyimpan air susu. Ampula terletak dibawah aerola.
d.
Tubulus
Jaringan yang meluas dari ampula sampai ke papila mamae
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.9)
e.
2)
Estrogen
Prolaktin
Berperan dalam membesarnya alveoli pada masa kehamilan.
4)
Oksitosin
Mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan
setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan,
oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar alveoli untuk
memeras asi menuju saluran susu.
5)
f.
Reflek prolaktin
Reflek ini sangat memegang peranan penting dalam proses pembuatan
kolostrum, dimana hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu kadar prolaktin ibu yang akan
menyusui akan normal kembali tiga bulan setelah melahirkan. Pada
ibu yang menyusui akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti:
a.
b.
c.
d.
2.
Refleks Rooting
Refleks ini memungkinkan bayi baru lahir untuk menemukan
puting susu apabila ia diletakkan di payudara.
b.
Refleks Menghisap
Yaitu saat bayi mengisi mulutnya dengan puting susu atau
pengganti puting susu sampai ke langit keras dan punggung
lidah. Refleks ini melibatkan rahang, lidah dan pipi.
c.
Refleks Menelan
Yaitu gerakan pipi dan gusi dalam menekan areola, sehingga
refleks ini merangsang pembentukan rahang bayi. (Saleha, 2009;
h.15-17)
3.
g.
1)
Laktogenesis I
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase
laktogenesis. Saat ini payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa
cairan kental kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron tinggi
mencegah produksi ASI yang sebenarnya. Namun, hal ini bukan
merupakan masalah medis. Apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor)
kolostrum sebelum bayi lahir, hal ini bukan merupakan indikasi sedikit
atau banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti.
2)
Laktogenesis II
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, esterogen dan HPL secara tiba-tiba, namun
hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI
besar-besaran yang dikenal dengan fase laktogenesis II. Apabila
payudara dirangsang, jumlah prolaktin dalam darah meningkat dan
mencapai puncaknya dalam periode 45 menit, kemudian kembali ke
level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengindikasikan bahwa jumlah prolaktin dalam susu lebih tinggi
apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 02.00 dini hari
hingga 06.00 pagi, sedangkan jumlah prolaktin rendah saat payudara
terasa penuh.
3)
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi
ASI mulai stabil, sistem kontrol otokrin dimulai. Fase ini dinamakan
laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan,
payudara akan memproduksi ASI banyak pula. Dengan demikian,
produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seberapa sering dan seberapa baik
bayi menghisap, juga seberapa sering payudara dikosongkan. (Saleha,
2009; h.13).
h.
Bagi Ibu
a) Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama
membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat
perdarahan (hisapan pada putting susu merangsang dikeluarkannya
hormon oksitosin alami akan membantu kontraksi rahim).
b) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah selama hamil.
c) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali
akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi).
d) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan
kasih sayangnya kepada buah hatinya.
3)
i.
b.
c.
menggunakan pakaian.
Jika ibu mengalami mastitis/tersumbatnya saluran ASI anjurkan ibu
d.
j.
2)
3)
4)
5)
6)
didepan
Perut bayi menempel perut ibu, kepala bayi menghadap payudara
7)
8)
Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari lain menopang
9)
10)
11)
12)
13)
disanggah lagi.
Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar dan
tepat. Dapat dilihat :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
14)
1.
2.
d.
e.
Jenis-jenis infeksi
1.
Endometritis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan (saleha, 2009;)
2.
Parametritis
Parametritis adalah infeksi jaringan pelvis yang dapat terjadi melalui
beberapa cara penyebaran melalui limfe dari luka serviks yang
terinfeksi atau dari endometritis, penyebaran langsung dari luka-luka
pada serviks yang meluas sampai ke dasar ligamentum serta
Peritonitis
Infeksi purpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke
peritoneum
hingga
terjadi
peritonis
atau
ke
parametrium
4.
5.
Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara
karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan
bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345)
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air
susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang
baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui. Menurut
Prawirohardjo (2011; h.652) Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya
penyempitan duktus latiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila
ibu memiliki kelainan putting susu.
a. Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI, yaitu:
1)
Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi
peningkaan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya yang
berlebihan)
2)
Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila ibu tidak
menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif
3)
4)
5)
areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI)
Putting susu terlalu panjang (Putting susu yang panjang menimbulkan
kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap
areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI.
Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah
Mastitis
Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2
% wanita yang menyusui. Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5
setelah melahirkan terutama pada primipara. Mastitis juga ditandai dengan
nyeri pada payudara, kemerahan area payudara yang membengkak, demam,
menggigil, dan penderita merasa lemah dan tidak nafsu makan. Mastitis
biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus aureus dan sumbatan susu
yang berlanjut (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.350).
Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai berikut :
a.
b.
mastitis
Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
c.
payudara bengkak
Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika
d.
4.
5.
6.
mammae membesar,
nyeri dan pada suatu tempat kulit merah,
membengkak sedikit dan nyeri pada perabaan, serta payudara keras
7.
4) Bila terlalu penuh ASI, dapat diperas terlebih dahulu dan diberikan
dengan sendok atau cangkir, atau teteskan langsung kemulut bayi. Bila
perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.38-39).
Putting susu datar atau terbenam menurut Maryunani (2009; h.91-92)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam yaitu dengan cara
menjepit areolaa antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila putting
menonjol berati putting tersebut normal, namun bil putting tidak menonjol
berarti putting susu datar/terbenam.
Cara mengatasinya:
Dengan menggunakan pompa putting. Putting susu yang datar atau terbenam
dapat dibantu agar menonjol dan dapat diisap oleh mulut bayi. Upaya ini
dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi
berusia 5-7 hari. Putting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga putiing
akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, putting akan lebih
menonjol lagi.
Putting susu datar atau terbenam menurut Ambarwati dan Wulandari (2009;
h.44)
1. Tehnik atau gerakan hoffman yang dikerjakan 2x sehari
2. Dibantu dengan jarum suntik yang dipotong ujungnya atau dengan pompa
ASI.
Putting susu datar atau terbenam menurut Jannah (2011; h.50)
Untuk mengetahui apakah putting susu datar/terbenam, dengan cara menjepit
areola antara ibu jari dan jari telunjuk dibelakang putting susu.
Cara mengatasinya bisa mempergunakan pompa putting. Putting juga bisa
ditarik keluar secara teratur hingga putting akan sedikit menonjol dan dapat
diisap kemulut bayi sehingga putting akan menonjol lagi.
Kelainan putting payudara
Putting payudara yang retraksi (tidak menonjol keluar dengan baik) akan
menyebabkan kesukaran meneteki. Bila tidak terlalu berat dapat dibantu
dengan pompa payudara atau air susu dikeluarkan dengan pijatan
tangan/masase. Pada kasus demikian dianjurkan pda akhir kehamilan atau
kerah areolla
Menekan areolla dengan ibu jari pada sekitar areolla bagian atas dan jari
3.
4.
5.
6.
A. Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu tindakan untuk merawat
payudara
terutama
pada
masa
nifas
(masa
menyusui)
untuk
Diharapkan
1. Dilakukan secara teratur dua kali sehari pada waktu mandi pagi dan
sore hari dan sistematis
II.
Anamnesa
Data Subjektif
Identitas pasien
1)
Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan
2)
Umur
Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat- alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur
lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas
3)
Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa
4)
Suku
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan seharihari
5)
Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui
sejauh
mana
tingkat
intelektualnya,
Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya,karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut
7)
Alamat
Di tanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila di perlukan (Ambarwati dan Wulandari, 2009;
h.131-132).
2.
Keluhan Utama
pasien
dengan
bendungan
ASI
dengan
ditandainya
Riwayat Kesehatan
a. Sekarang
Data-data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
b. Yang Lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, Diabetes
Militus, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada
masa nifas ini
c. Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.133).
4.
Riwayat obstetri
a.
Riwayat haid
Mempunyai gambaran tentang keadaan dasar dari organ
reproduksinya
1)
Menarche
Usia pertama kali mengalami menstruasi. Untuk
wanita Indonesia pada usia sekitar 12- 16 tahun
2)
Siklus
Volume
Data ini menjelaskan seberapa banyak darah
menstruasi yang di keluarkan
4)
Keluhan
Beberapa wanita menyampaikan keluhan yang di
rasakan ketika mengalami menstruasi misalnya sakit
yang sangat, pening sampai pingsan, atau jumlah
darah yang banyak (Sulistyawati,2010; h.112).
5.
lain
yang
menyertainya
darah
tinggi
pada
post
partum
Nadi
Pernafasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang
normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati
dan Wulandari, 2009; h.139).
4)
Suhu
Suhu tubuh ibu inpartu tidak lebih dari 37,2 oC.
Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang
lebih 0,5oC dari keadaan normal. Kenaikan suhu
badan ini akibat dari kerja keras sewaktu
melahirkan,
kehilangan
cairan
maupun
pada
payudara
karena
Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
g) Leher
Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan, 2011;
h.66-86).
i)
Payudara
Hormon estrogen dan progestron yang meningkat pada
kehamilan membantu maturasi alveoli, kadar estrogen
dan progestron akan menurun pada saat hari kedua
atau ketiga pasca persalinan. Sehingga terjadi sekresi
ASI (Yanti dan sundawati, 2009; h.7).
j)
Perut
Selama masa kehamilan kulit abdomen, kulit abdomen
akan melebar, melonggar dan mengendur selama
berbulan-bulan (Yanti dan sudawati, 2009; h.62).
Involusi
TFU
Bayi
Lahir
Uri Lahir
Setinggi Pusat
Satu
minggu
Dua
minggu
Enam
minggu
Delapan
minggu
Berat
Uterus
(gr)
1000
Diameter
bekas
melekat
Plasenta
Keadaan
Serviks
2 Jari di bawah
Pusat
Pertengahan pusatsympisis
Tak teraba di atas
sympisis
Bertabah Kecil
750
12,5
Lembek
500
7,5
350
3-4
50-60
1-2
Sebesar normal
30
Beberapa hari
setelah post
partum dapat
di lalui 2 jari
akhir minggu
pertama dapat
di masuki 1
jari
yang
muncul
berdasarkan
pernyataan
pasien
6.
7.
8.
9.
abnormal
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
Memastika ibu dapat mobilisasi dengan baik
Memastikan ibu menjaga personal hygiene
10.
F. Pelaksanaan
dan
tidak
Nama Istri
Umur
: 23 th
Suku
: Jawa
Suku/Bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Umur
Pendidikan : SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Purbolinggo
Alamat
: Purbolinggo
2. Anamnesa
Tanggal 10 November 2014, pukul 15.00 WIB
a. Keluhan Utama
Ibu P1A0 post partum 2 hari yang lalu, Ibu mengatakan payudara terasa nyeri
dan panas, teraba keras, dan ibu masih merasakan mules.
b. Riwayat Kehamilan
1) Trimester I
: ANC 2x di Bidan
Keluhan
Therapy
: Vosea, Dexanta
2) Trimester II
: ANC 3x di Bidan
Keluhan
Therapy
3) Trimester III
: ANC 4x di Bidan
Keluhan
Therapy
Imunisasi
c.
Riwayat Persalinan
Melahirkan tanggal 8 November 2014, pukul 17.30 WIB
Kala I
: 10 jam
Kala II
: 1 Jam
Kala III
: 10 menit
Kala IV
: 2 jam
: Perempuan
: 3000 gram
: 43 cm
Apgar score
: 9/10
Cacat bawaaan
Jenis persalinan
: Spontan pervaginam
Plasenta
: Lengkap
Perdarahan
: Kala I
d.
: Blood slym
Kala II
: 80
cc
Kala III
: 80
cc
Kala IV
: 100 cc+
Perdarahan total
: 260 cc
gelas/hari
Selama nifas
b. Pola Eliminasi
Selama hamil
Selama nifas
c. Pola Istirahat
Selama hamil
Selama nifas
d. Personal Hygiene
Selam hamil
Selama nifas
e.
8.
a.
b.
9.
Pola Seksual
Selama hamil
B. OBJECTIVE
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis
2. Tanda-Tanda Vital
TD
Nadi
Pernafasan
Suhu
: 110/70 mmHg
: 76 x/menit
: 20 x/menit
: 39,50C
: Baik
6. Kondisi Bayi
: Baik
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala :
Warna rambut
Ketombe
Benjolan
Wajah :
Hiperpigmentasi
Pucat
Edema
Mata :
Simetris
Kelopak mata
Konjungtiva
Skelera
: Hitam
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Kanan Dan Kiri
: Tidak Odema
: Merah Muda
: Putih
Hidung :
Simetris
Polip
Kebersihan
Mulut :
Warna bibir
Pecah-pecah
Sariawan
Gusi berdarah
Gigi
: Merah Muda
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak ada karies
Telinga :
Simetris
Gangguan pendengaran
Leher :
Simetris
Pembesaran kelenjar tiroid
Pembesaran vena jugularis
Ketiak, pembesaran kelenjar limfe
Dada :
Retraksi
Bunyi mengi dan ronchi
: Tidak Ada
: Tidak Ada
Payudara :
Simertris
Pembesaran
Putting susu
Hiperpigmentasi areola mamae
Benjolan
Konsisitensi
Perabaan
Pengeluaran
Punggung dan pinggang
Simetris
Nyeri ketuk
Abdomen:
Pembesaran
Konsistensi
Kandung kemih
Uterus
Anogenital:
Vulva
Perineum
Pengeluaran pervaginam
Anus
Ektremitas bawah:
Oedema
Kemerahan
: Tidak Ada
: keras Saat Kontraksi
: Kosong
: 3 jari di bawah pusat
: Merah Kebiruan
: Tidak ada Luka Jahitan
: Lokea Rubra
: Tidak Ada Hemoroid
: Tidak Ada
: Tidak Ada
Varices
Reflex patella
: Tidak ada
: (+) Kanan Dan Kiri
C. ASSESMENT
1. Diagnosa
P1A0 Post Partum 2 hari dengan Bendungan ASI.
2. Dasar :
a) Ibu partus pukul 17.30 WIB tanggal 08 November 2014
b) TFU 3 jari di bawah pusat
c) Plasenta lahir pukul 17.40 WIB, plasenta lengkap
d) Mamae panas serta keras pada perabaan dan nyeri, payudara terlihat
bengkak, suhu tubuh sampai 39,50c, puting susu kanan sedikit terbenam
3.
Masalah
Ibu mengatakan payudara terasa nyeri dan panas, bengkak, teraba keras.
4.
Kebutuhan
Mengajarkan pada ibu cara mengatasi nyeri pada payudara, penjelasan
tentang cara mengatasi putting susu terbenam, penjelasan tentang tehnik
menyusui yang benar.
5.
Antisipasi Masalah Potensial
Masalah potensial terjadinya mastitis.
6.
Tindakan Segera
Penanganan putting susu terbenam, tehnik menyusui yang benar, dan
tehnik pengeluaran ASI.
D. PLANNING
1. Jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam 2 hari post
partum dengan bendungan ASI
Ibu sudah mengerti kondisinya saat ini
2. Observasi keadaan ibu meliputi kontraksi uterus, pengeluaran lochea rubra,
dan TFU
Melakukan observasi Kontraksi uterus baik, pengeluaran pervaginam
lochea rubra + 75 cc
3. Bantu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dengan makan dan minum
setelah bersalin.
Ibu bersedia untuk makan dan minum setelah bersalin
4. Berikan ibu Vit. A 200.000 unit sebanyak 2 kali yaitu kapsul pertama segera
setelah bersalin dan kapsul kedua diberikan sedikitnya satu hari setelah
pemberian kapsul pertama dan tidak lebih dari 6 minggu kemudian serta
anjurkan ibu mengonsumsinya setelah makan
Ibu telah sarapan dan mengonsumsi Vit. A
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini yang dibantu dengan keluarga
Ibu akan melakukan mobilisasi dini secara bertahap yang dibantu oleh
keluarga
6. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dan beritahu teknik menyusui
yang baik yaitu dengan memasukkan semua puting susu ke mulut bagi
sehingga sebagian besar areola tertutupi mulut bayi dan biarkan bayi
menghisap dengan baik tanpa ngeluarkan suara mengecap, ajarkan ibu
tentang menyendawakan bayi dan beritahu ibu pentingnya ASI eksklusif
untuk bayi baru lahir
Ibu mengerti dan mau melakuakan teknik menyusui yg telah di ajarkan,
menyendawakan bayi dan bersedia memberikan ASI eksklusif
7. Mengajarkan dan melakukan cara penanganan payudara bengkak akibat
putting susu terbenam dengan perawatan payudara dengan prasat Hoffman.
Ibu mengerti dan bersedia melakukan cara penanganan putung susu yang
telah diajarkan.
8. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya nifas seperti perdarahan,
demam, tidak nafsu makan yang lama, lochea berbagau busuk, sakit kepala
dan lain-lain Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi petugas
kesehatan segera bila menemukan tanda-tanda bahaya tersebut.
Ibu mengerti tentang tanda bahaya saat nifas dan akan menghubungi
petugas kesehatan segera bila menemukan salah satu tanda bahaya
9. Anjurkan pada ibu untuk melakuakan kunjungan ulang.
Ibu bersedia untuk melauakan kunjungan ulang.
CATATAN PERKEMBANGAN
3 Hari Post Partum tanggal 11 November 2014, pukul 21.30 WIB
SUBJECTIVE (S) :
1. Ibu sudah dapat duduk namun masih merasa nyeri di bagian genitalia
2. Ibu mengatakan sudah meminum kapsul vit A 200.000 unit yang kedua
3. Ibu mengatakan nyeri payudara sudah berkurang dan tidak panas, teraba
keras, dan ibu masih merasakan mules.
OBJECTIVE (O) :
a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compasmentis
c. Tanda-tanda vital
TD
: 120/70 mmHg
RR
: 20 x/mnt
Pols
: 80 x/mnt
Temp
: 37,80C
Diagnosa
Ibu P1A0 post partum 3 hari dengan bendungan ASI
2.
Dasar :
DS :
Ibu mengatakan melahirkan 3 hari yang lalu pada tanggal 8 November
2014 pukul 17.30 WIB
DO :
a. Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah pusat
b. Konsistensi abdomen keras, kontraksi uterus baik.
c. Pengeluaran pervaginam lochea Rubra
3. Masalah :
Ibu mengatakan nyeri payudara sudah berkurang dan tidak panas, teraba
keras.
PLANNING (P) :
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan nifas 4 hari
setelah persalinan.
Ibu mengerti bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik
2. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40
tablet Selama nifas
Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe selama nifas
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat untuk pemenuhan
nitrisi bayi dan pemulihan involusi uterus
Ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI eksklusif
4.
Ajarkan pada ibu tentang perawatan bayi yang benar seperti perawatan
tali pusat dan mencegah ruam popok.
Ibu mengerti tentang perawatan bayi baru lahir
b. Ajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada puting susu dan
areola
c. Ajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan. Kepala bayi
berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan
bawah ibu
d. Ajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi si belakang badan ibu dan yang satu di
depan, kepala bayi menghadap payudara
e. Ajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada
garis lurus
f. Ajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan
areolanya
g. Ajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi yaitu dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut
bayi
h. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan
dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan
puting susu serta sebagian besar areola ke mulut bayi
i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak
memegang atau menyangga payudara lagi
j. Anjurkan ibu untuk memperhatikan bayi selama menyusui
k. Ajari ibu cara melepas isapan bayi
1) Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut,
atau
2) Dagu bayi ditekan kebawah
l. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan
sedikit ASI pada puting susu dan areola. Biarkan kering dengan
sendirinya
m. Ajari ibu untuk menyendawakan bayi
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan sampai bayi bersendawa (bila
tidak bersendawa tunggu 10-15 menit), atau
2) Bayi ditengkurapkan dipangkuan ibu dengan menyangga dahi
bayi, kemudian punggung atas ditepuk perlahan-lahan sampai
bayi bersendawa (bila tidak bersendawa tunggu 10-15 menit)
n. Ajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudara secara
bergantian
o. Anjurkan
ibu
untuk
menyusui
bayinya
setiap
saat
bayi
menginginkan
Ibu mengerti cara menyusui yang benar dan akan melakukannya setiap
menyusui
CATATAN PERKEMBANGAN
4 Hari Post Partum tanggal 12 November 2014, pukul 21.30 WIB
SUBJECTIVE (S) :
1.
: Compasmentis
c. Tanda-tanda vital
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 19 x/mnt
Pols
: 78 x/mnt
Temp
: 36,80C
PLANNING (P) :
1. Jelaskan kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam keadaan nifas 4 hari setelah
persalinan.
Ibu mengerti bahwa saat ini ibu dalam keadaan baik
2. Anjurkan ibu mengonsumsi tablet Fe dosis 1x1 sehari sebanyak 40 tablet
Selama nifas
Ibu bersedia mengonsumsi tablet Fe selama nifas
3. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara adekuat untuk pemenuhan
nitrisi bayi dan pemulihan involusi uterus
Ibu berjanji akan memberikan bayinya ASI eksklusif
4. Ajarkan pada ibu tentang perawatan bayi yang benar seperti perawatan
tali pusat dan mencegah ruam popok.
Ibu mengerti tentang perawatan bayi baru lahir
5. Anjurkan ibu menjaga personal hygenenya dan
mengganti pembalut
c. Ajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan. Kepala bayi berada
pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan bawah ibu
d. Ajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi si belakang badan ibu dan yang satu di depan,
kepala bayi menghadap payudara
e. Ajari ibu untuk memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis
lurus
f. Ajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang
lain menopang dibawah serta jangan menekan puting susu dan areolanya
g. Ajari ibu untuk merangsang membuka mulut bayi yaitu dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi
h. Setelah bayi membuka mulut, anjurkan ibu untuk mendekatkan dengan
cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian memasukkan puting susu
serta sebagian besar areola ke mulut bayi
i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
j.
k.
l.
m.
n.
PEMBAHASAN
Asuhan Nifas Normal pada Ny. E pada tanggal 8 November 2014 pukul 17.30
WIB. Ibu P1A0 post partum 2 hari dengan bendungan ASI. melahirkan bayinya
pukul 17.30 WIB. Tanda-tanda vital Tanda-Tanda Vital:
TD
Nadi
Pernafasan
: 110/70 mmHg
: 76 x/menit
: 20 x/menit
Suhu
: 39,50C
Kontraksi uterus ibu baik, tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat, perdarahan
pervaginam lochea rubra. Tidak ada tanda tanda infeksi, tidak ada tanda bahaya
pasca persalinan dan ibu sudah dapat duduk namun masih merasa nyeri di bagian
genitalia, payudara terasa nyeri dan panas, bengkak, teraba keras
Catatan perkembangan
3 Hari Post Partum tanggal 11 November 2014, pukul 21.30 WIB
a.
Keadaan umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Compasmentis
c.
Tanda-tanda vital
TD
: 120/70 mmHg
RR
: 20 x/mnt
Pols
: 80 x/mnt
Temp
: 37,80C
: Baik
Kesadaran
: Compasmentis
Tanda-tanda vital
TD
: 120/80 mmHg
RR
: 19 x/mnt
Pols
: 78 x/mnt
Temp
: 36,80C
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny retna. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset
Jannah, Nurul. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Jogjakarta: Ar-Ruzz. Media
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan
keluarga berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Maryunani, anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (POSTPARTUM).
Jakarta: CV. Trans Info Media
Mufdillah et.all.2009. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta : Fitramaya
Nanny, Vivian Lia Dewi., & Tri Sunarsih. 2011. Asuhan Kebidanan pada ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Putaka
Priharjo, Robert. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Aiyeyeh., & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Jakarta:
Trans Info Media
Rukiyah, Aiyeyeh. et all. 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta: Trans
Info Media
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika
Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Suheni, S.Pd, APP, M.Kes. et all. 2009. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta:
Fitramaya
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.
Jogyakarta: CV Andi Offset
Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo
Yanti, Damai., & Dian Sundawati. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.
Bandung: Refika Aditam