2009-2-00423-SK Bab 2
2009-2-00423-SK Bab 2
LANDASAN TEORI
2.1. Walet
2.1.1.
Penjelasan Walet
Keberadaan burung walet (Collocalia fushipaga) serta
keistimewaan sarangnya sudah dikenal sejak ratusan tahun silam.
Walet menyukai terbang tinggi dan kurang suka berputar-putar di
tempat yang rendah. Tubuh walet mempunyai panjang badan dari
kepala sampai ekor sekitar 15cm. Panjang sayap walet sekitar 9 cm.
Bentangan sayap walet dari ujung sayap yang satu ke ujung sayap
yang lainnya adalah sekitar 26 cm. Khasiat sarang walet bagi
kesehatan tubuh dipopulerkan oleh orang Cina sejak Dinasti Ming.
Harga sarang burung walet relatif tinggi, selain karena
khasiatnya yang istimewa, tetapi juga karena sulit diperoleh. Pada
awalnya, walet hidup secara alami di gua-gua. Sejalan dengan
perkembangannya, manusia membuat rumah untuk tempat tinggal
walet. Di habitat alaminya, walet tinggal dia gua-gua pantai
berkarang yang terjal atau bukit yang curam mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian 600 m dpl.
Di dalam gua, walet jantan dan betina akan membuat sarang
secara bergantian dengan menggunakan air liurnya. Pembuatan
sarang bertujuan agar pasangan walet dapat kawin setelah pembuatan
sarang selesai dibuat. Walet basanya berkembang biak pada bulan
September-April. Bulan-bulan tersebut merupakan musim hujan
sehingga suhu udara rendah dan kelembapannya tinggi, makanan
berupa serangga pun berlimpah. Sarang walet dibuat di langit-langit
gua yang tinggi dan gelap. Keberadaan sarang di langit-langit gua ini
disebabkan
kebiasaan
walet
yang
membuat
sarang
sambil
7
langit yang tinggi agar terhindar dari binatang pengganggu dan
cahaya.
Memperhatikan factor habitat, kebiasaan hidup, dan kesulitan
memanen sarang walet maka orang mulai memikirkan untuk
membuat rumah sebagai tempat tinggal walet. Kondisi rumah walet,
diupayakan semirip mungkin dengan kondisi gua di alam
sehinggawalet mau tinggal di dalamnya. Bagi pengusaha atau
pengelola rumah walet, upaya memindahkan habitat walet dari gua
ke rumah ini terutama karena tergiur harga sarang walet yang mahal,
pengelolaan yang lebih mudah, dan kualitas sarang yang lebih bagus.
Walet akan memilih tempat bersarang, misalnya, dirumah
penduduk yang kondisi iklim mikro dalam rumah tersebut cocok atau
sesuai dengan habitat mikro walet. Namun, suatu saat karena suatu
hal bisa saja walet-walet tersebut pindah ke rumah lain yang dirasa
lebih baik. Jadi, walet akan dating dan pergi semaunya sendiri. Yang
dapat dilakukan manusia adalah mengupayakan agar burung-burung
walet tersebut mau tinggal didalam gedung dan berkembang biak
didalamnya dengan cara-cara sebagai berikut.
1. Membangun gedung yang cocok atau sesuai dengan habitat
walet.
2. Mengupayakan secara persuasive agar walet mau masuk dan
bersarang di dalam rumah yang sudah disediakan.
3. Memilih lokasi yang didukung oleh sumber makanan yang
berlimpah.
4. Menjamin keamanan fisik burung dari gangguan binatang
penggangu.
5. Mengupayakan agar walet tetap kerasan tinggal dan berkembang
biak di gedung tersebut, diantaranya dengan menyediakan extra
fooding (makanan tambahan).
2.1.2.
Suhu
Suhu yang ideal dalam sebuah gedung walet berkisar antara
28-29oC. Suhu yang terlalu dingin tidak disukai walet. Berbeda
9
dengan burung seriti yang dapat berkembang biak secara produktif di
daerah dingin.
Di sisi lain, suhu gedung yang terlalu tinggi akan berpengaruh
pula terhadap produktifitas, sarang yang dihasilkan akan berukuran
kecil.
2.1.3.
Kelembapan
Sesuai dengan habitatnya, walet menyukai tempat yang
lembab. Kelembapan yang ideal yang disukai walet adalah 80-90%.
Kelembapan yang terlalu tinggi akan merusak sarang walet, yaitu
warna sarang menjadi kuning atau keruh dan terbentuknya Sarang
Karet (sarang walet yang telah berubah menjadi kenyal mirip
dengan bahan karet). Sarang walet kurang laku dijual karena tidak
dapet dikonsumsi. Kelembapan yang terlalu tinggi juga akan
menyebabkan sirip-sirip akan mengeluarkan jamur kayu.
Disisi lain, kelembapan yang terlau rendah, juga berakibat
buruk, yaitu sarang yang dibuat oleh walet akan cepat kering
sehingga sarang tersebut tidak sempurna bentuknya.
2.1.4.
Cahaya
Walet cenderung memilih tempat bersarang dengan intensitas
cahaya yang sangat rendah. Dihabitat asalnya, yaitu di dalam guagua alam, walet lebih menyukai ruang yang gelap dibandingkan
dengan ruang atau bagian gua yang terang atau remang-remang.
Perlu diketahui, bahwa walet mempunyai echo location, yaitu
kemampuan untuk mendeteksi lokasi atau ruang dan benda-benda
yang berada di depannya dengan menangkap pantulan suara yang
dikeluarkannya. Kemampuan ini memungkinkan walet terbang
dalam kegelapan dan mengenali sarangnnya dengan baik. Sarang
yang dikeluarkan dan ditangkap oleh walet dikeluarkan dari organ
belakang tenggorokannya yang disebut cyrinx.
10
2.1.5.
Keamanan
Walet mempunyai perilaku yang peka, agresif, liar, dan tidak
adaptif. Karena itu, walet akan memilih tempat yang gelap dan
tersembunyi. Hal itu jelas merupakan indikasi bahwa walet
membutuhkan rasa aman, nyaman, dan tenang dalam berkembang
biak. Gedung walet yang ideal haruslah dapat memberikan jaminan
keamanan bagi burung-burung tersebut. Sumber-sumber munculnya
gangguan haruslah diatasi dengan tepat. Sumber gangguan dapat
berupa binatang predator, seperti tikus, tokek, kecoa, elang, burung
hantu, dan kelelawar. Selain itu, gangguan juga dapat muncul dari
datangnya perampok atau pencuri yang masuk ke gedung walet.
Pencurian sarang walet pada malam hari jelas membuat walet
mengalami stress. Jika itu terjadi berulang-ulang, koloni walet akan
kabur, mencari lokasi lain yang lebih aman.
2.1.6.
Tembok
Gedung walet sebaiknya menggunakan dinding tembok. Hal
itu akan menjaga kestabilan suhu dan kelembapan di dalam ruangan.
Ukuran ketebalan antara 25-30 cm. tembok disusun dengan bata
merah membujur. Di dalam bangunan yang menggunakan tembok
setebal 25-30cm, kondisi iklim mikro cenderung lebih sejuk dan
lebih lembab. Tetap, dinding tembok dapat juga dibuat dengan
ketebalan yang lebih pendek, selama kondisi suhu dan kelembapan
dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan habitat walet,
tidak jadi masalah.
Kepentingan menebalkan dinding gedung walet, selain
berkaitan dengan faktor suhu dan kelembapan, juga berkaitan dengan
faktor keamanan. Ini terutama untuk gedung walet yang sudah
berproduksi. Tembok yang tebal sekurang-kurangnya merupakan
sebuah langkah antisipasi dalam mengamankan gedung dari ulah
para pembobol gedung walet.
11
2.1.7.
Lubang Ventilasi
Lubang ventilasi dibuat untuk membuat sirkulasi udara di
dalam gedung dapat berganti secara normal. Lubang ventilasi ini
sangat penting agar sirkulasi udara di dalam gedung senantiasa
lancar. Hal itu akan membuat ruangan-ruangan dalam gedung walet
tidak pengap. Ruang yang berventilasi sedikit akan membuat
sirkulasi menjadi terhambat. Kondisi di dalam ruangan pun menjadi
tidak sehat. Ini akan mempengaruhi kesehatan walet maupun kualitas
sarang.
Kebutuhan lubang ventilasi tergantung dari besar-kecilnya
ruangan di dalam gedung walet tersebut. Setiap gedung walet tidak
sama ukurannya. Dengan demikian, jumlah lubang ventilasi yang
dibutuhkan juga tidak sama. Jumlah lubang ventilasi itu berhubungan
dengan tinggi-rendahnya angka kelembapan. Apabila jumlah lubang
ventilasi terlalu banyak, angka kelembapan menjadi turun. Apabila
lubang ventilasi terlalu sedikit, angka kelembapan akan naik.
Lubang-lubang ventilasi dapat menggunakan pipa PVC atau
paralon. Umumnya ukuran yang digunakan 4 dim. Namun, lubang
ventilasi ini juga berpotensi untuk dilalui binatang pengganggu
seperti tikus atau tokek. Untuk itu biasanya lubang ventilasi ini
ditutup dengan ram kawat.
Lubang ventilasi dengan menggunalan pipa PVC haruslah
disambung dengan pipa lengkung (kni). Tujuan digunakannya kni
adalah agar cahaya yang masuk melalui pipa PVC dapat dibelokkan
ke bawah sehingga ruangan menjadi redup atau gelap. Dengan kata
lain, manfaat digunakannya kni adalah untuk menekan cahaya yang
masuk ke dalam ruangan.
2.1.8.
Lubang Pintu
Lubang pintu adalah tempat walet keluar masuk gedung tiap
harinya. Penentuan arah pintu yang tepat, dan ukuran lebar
12
sempitnya, akan sangat berpengaruh dalam budidaya walet. Lubang
pintu biasanya diletakan di bagian atas tembok gedung. Ada kalanya,
untuk lebih menunjang keberhasilan budi daya, bagian dalam lubang
pintu dilengkapi dengan semacam cerobong untuk menekan
cahaya yang masuk.
Berkaitan
dengan
cahaya,
beberapa
hal
yang
perlu
Jumlah pintu walet tidak perlu banyak. Pintu masuk yang telalu
banyak tidak hanya membuat ruangan menjadi terlalu terang,
tetapi suhu dan kelembapannya juga menjadi labil, mudah
terpengaruh oleh kondisi di luar rumah walet.
13
Jumlah pintu untuk walet di sebuah gedung dikenal dengan istilah
pintu tunggal dan pintu majemuk. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai
pintu tunggal dan pintu majemuk dapat dilihar dari penjelasan lanjutan
dibawah ini :
2.1.8.1.
Pintu Tunggal
Sebuah gedung walet yang hanya menggunakan satu buah
pintu dinamakan pintu tunggal. Pertimbangan menggunakan pintu
tunggal kemungkinan disebabkan hal-hal berikut :
a. lokasi gedung walet yang sempit atau terjepit diantara gedunggedung walet yang lain sehingga hanya satu bagian depan yang
memungkinkan dibuat pintu burung. Sebagai contoh, bangunan
ruko (rumah toko) yang difungsikan untuk budi daya walet
biasanya menggunakan pintu tuggal.
b. Ukuran gedung walet yang tidak terlalu luas, sehingga lebih baik
menggunakan satu pintu saja. Hal itu dimaksudkan agar cahaya
atau sinar yang masuk ke dalam gedung tidak terlalu banyak.
2.1.8.2.
Pintu Majemuk
Sebuah gedung walet yang menggunakan lebih dari satu pintu
disebut menggunakan pintu majemuk. Pertimbangan menggunakan
pintu majemuk ini disebabkan hal-hal berikut :
a. Bangunan gedung walet masih baru, sehingga masih sedang
dalam proses awal memancing walet agar masuk gedung. Jumlah
pintu yang lebih dari satu memang memiliki kelebihan, yaitu
walet bebas memilih pintu mana saja yang lebih disukai. Dalam
sebuah bangunan beru kadang-kadang terdapat 6-8 buah pintu
masuk. Namun, akibat terlalu banyak pintu, cahaya di dalam
gedung menjadi terang, dan suhu di dalamnya juga relative naik.
14
b. Bangunan walet yang luas dan bertingkat harus menggunakan
lebih dari satu buah pintu masuk walet. Apalagi apabila populasi
walet di gedung tersebut sudah sangat banyak.
2.1.8.3.
Pintu Lebar
Gedung walet yang masih baru biasanya menggunakan pintu
lebar. Pintu lebar ini ada yang menggunakan ukuran lebar 80 cm dan
panjang 100 cm. Ukuran pintu yang lebar di gedung yang masih
kosong membuat walet yang hendak coba-coba untuk masuk ke
dalam gedung tidak memiliki rasa takut sama sekali. Pembuatan
pintu yang lebar ini didasari pada pengalaman bahwa walet yang
bersarang di rumah hunian penduduk melewati pintu utama rumah
atau jendela yang terbuka, yang jelas memiliki ukuran cukup lebar.
Dengan ukuran pintu yang lebar, walet dengan bebas bisa keluar
masuk gedung.
2.1.8.4.
Pintu Sempit
Gedung walet yang populasi waletnya banyak biasanya
menggunakan ukuran pintu yang sempit. Alasannya dengan ukuran
pintu yang sempit, cahaya dan sinar yang masuk dapat ditekan
15
2.2. Mikrokontroler AVR
2.2.1.
dari
spike-spike
tegangan
yang
terjadi
karena
perangkat
yang
dapat
terhubung
ke
mikrokontroler terbatas.
perangkat
yang
dapat
terhubung
ke
16
2.2.2.
Fitur-fitur AVR
pada
di
dalam
memory.
Hal
ini
akan
membuat
Memiliki
EEPROM
dan
RAM
hampir
pada
semua
17
2.2.3.
Arsitektur AVR
Mikrokontroler
AVR
menggunakan
arsitektur
Havard,
dimana bus memori data dan program dipisah. Bus memori data
berukuran 8 bit dan menghubungkan hampir semua komponen
peripheral dengan register file. Data yang terdapat dalam program
memori mempunyai ukuran 16 bit dan diteruskan ke Instruction
Register. Hal ini berlaku sama pada semua jenis mikrokontroler
AVR, dan berbeda hanya pada jumlah komponen peripheral yang
dimiliki, juga jumlah program memory dan data memory.
Program memory menggunakan flash memory yang besarnya
bervariasi antara mikrokontroler yang satu dengan mikrokontroler
yang lainnya. Sebagai contoh, AT90S1200 memiliki program
memory yang besarnya 1Kbyte yang disusun sebagai 64 kbit x 16 bit.
Program memory diakses setiap siklus clock dan sebuah instruksi
dimasukan ke Instruction Register, lalu diteruskan ke register file,
memilih register mana yang akan digunakan oleh ALU untuk
melaksanakan perintah. Hasil dari Instruction Register juga didecode oleh Instruction Decoder untuk memutuskan mana signal
pengandali yang akan diaktifkan untuk menyelesaikan instruksi yang
sedang dijalankan.
18
Program
memory,
selain
menyimpan
instruksi,
juga
19
mempunyai port-port untuk mengakses data eksternal dan
memori eksternal dapat mengakses SRAM-SRAM eksternal yang
tersedia.
e. EEPROM, tersedia hampir di semua mikrokontroler AVR dan
diakses pada pemetaan memori yang berbeda. Alamat awal selalu
dimulai dari $0000. Berbagai mikrokontroler mempunyai
beragam ukuran EEPROM, mulai dari 64 Byte sampai 4 kByte.
EEPROM ini dapat ditulis dan dibaca oleh semua program.
Sebagai informasi, EEPROM dapat ditulis sampai kira-kira
100.000 kali
Hampir semua instruksi pada mikrokontroler berukuran 1
word (2 byte) dan memerlukan 1 lokasi program memory. Banyak
instruksi yang berkerja pada 1 siklus clock dan sedikit yang bekerja
pada 2 atau lebih siklus clock. Pelaksanaan dalam 1 siklus clock ini
dicapai dikarenakan penggunaan pipeline 2 tingkat. Pipeline ini
bekerja dengan mengambil instruksi yang baru sementara instruksi
yang lain sedang dikerjakan. Dengan demikian, proses instruction
fetch dan instruction decode dilakukan secara bersama-sama.
20
2.2.4.
Register AVR
Semua mikrokontroler AVR memiliki general-purpose
register sebanyak 32 buah. Register-register ini dinamakan R0
sampai R31. Register file dibagi menjadi dua bagian, dimana masingmasing memiliki 16 buah register, R0 sampai R15 dan R16 sampai
R31. Semua instruksi yang bekerja pada register memiliki akses
langsung dan akses yang bersifat single-cycle. Pengecualian terjadi
21
pada instruksi-instruksi SBCI, SUBI, CPI, ANDI, ORI, dan LDI.
Instruksi-instruksi ini hanya bekerja pada R16 sampai R31.
Register R0 dan R26 sampai R31 memiliki fungsi-fungsi
tambahan. R0 digunakan dalam instruksi LPM (load program
memory), sementara R26 sampai R31 digunakan sebagai pointer
register yang sering digunakan dalam instruksi indirect.
Segment LCD
LCD jenis ini terbentuk dari beberapa seven-segment display
atau sixteen segment display, namun ada juga yang menggunakan
gabungan dari keduanya. LCD jenis ini sering dipakai pada jam
digital dan alat ukur digital
22
ditampilkan oleh LCD tersebut, seperti 2 baris x 20 karakter atau
4 baris x 20 karakter.
Graphic LCD
LCD jenis ini masih terus berkembang sampai saat ini.
Resolusi LCD jenis ini bervariasi, diantaranya 128x64, 128x128,
240x64, 240x128. sekarang ini, graphic LCD banyak dipakai
pada
2.3.2.
Register LCD
Register-register yang terdapat dalam LCD adalah sebagai
berikut :
23
otomatis menunjukkan alamat berikutnya. Alamat yang disimpan
AC dapat dibaca bersamaan dengan BF.
Standard
Code
for
Interchange
Information),
24
Tabel 3.1 Fungsi Pin LCD
Berikut ini adalah blok diagram dari LCD 20x4 yang digunakan,
25
2.4. Photodioda
Photodioda merupakan suatu dioda semiconductor yang mempunyai
fungsi sebagai photodetector. Photodioda tersebut satu paket dengan
windows atau koneksi fiber optik untuk menghalangi cahaya yang akan
masuk ke bagian sensitif dari alat tersebut.photodioda ini juga biasanya
digunakan tanpa window untuk deteksi vacuum UV atau X-rays.
26
Photodioda
juga
bisa
digunakan
bias
dibawah
nol
(mode
dark
current
(arus
hitam)
dalam
melawan
langsung
2.5. Relay
27
Relay merupakan rangkaian yang bersifat elektronis sederhana dan
tersusun oleh
saklar.
poros besi.
Dapat menggunakan baik saklar maupun koil lebih dari satu, disesuaikan
dengan kebutuhan
28
2.6. I2C
I2C merupakan singkatan dari Inter-Integrated Circuit, yang disebut
dengan I-two-C. I2C merupakan protokol yang digunakan pada multi-master
serial computer bus yang diciptakan oleh Philips yang digunakan untuk
saling
berkomunikasi
dengan
perangkat
low-speed
lainnya
yang
29
Mode yang mempunyai kecepatan clock sebesar 400 KHz dan High Speed
Mode yang mempunyai kecepatan hingga sebesar 3.4 MHz.
Untuk melakukan transmisi data pada sebuah jalur I2C bus, dimulai
dengan mengirimkan sebuah start sequence dan diakhiri dengan
mengirimkan stop sequence. Start sequence dan stop sequence menandakan
awal dan akhir dari proses trasmisi data dengan perangkat yang lainnya
dalam sebuah jalur I2C bus. Berikut merupakan gambar dari start sequence
dan stop sequence.
30
31
Untuk melakukan write pada sebuah perangkat slave maka langkah-langkah
yang harus dilakukan oleh sebuah perangkat master sebagai berikut:
o Mengirimkan start sequence.
o Mengirimkan alamat perangkat slave dengan bit R/W low.
o Mengirimkan (write) command register yang diinginkan.
o Mengirimkan (write) data byte ke perangkat slave.
o [Optional, mengirimkan (write) data bytes lainnya].
o Mengirimkan stop sequence.
32
o Mengirimkan (write) commend register yang diinginkan.
o Mengirimkan start sequence kembali (repeated start).
o Mengirimkan alamat perangkat slave dengan bit R/W high.
o Membaca (read) data byte dari perangkat slave
o [Optional, membaca (read) data bytes lainya]
o mengirimkan stop sequence.