dalam memproduksi tanaman transgenik dari berbagai spesies yang sebelumnya sukar
ditransformasi dengan Agrobacterium, khususnya tanaman monokotil.
4)
Gen yang ditransfer terletak pada plasmid Ti (tumor inducing). Segmen spesifik DNA
plasmid Ti disebut t-DNA (transfer DNA ) yang berpindah dari bakteri ke inti sel tanaman dan
berintegrasi kedalam genom tanaman. Karena Agrobacterium tumefaciens merupakan
patogen tanaman, maka A. Tumefaciens yang digunakan sebagai vektor untuk
transformasi tanaman adalah jenis bakteri yang plasmid Ti telah dilucuti virulensinya,
sehingga sel tanaman yang ditransformasi oleh Agrobacterium dan yang mampu
beregenerasi akan membentuk suatu tanaman sehat hasil rekayasa genetik. Teknik
transformasi melalui media vektor Agrobacterium pada tanaman dikotil telah berhasil
dengan baik tetapi sebaliknya tidak bagi monokotil.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi
DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas
pakan dan bibit. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi
(recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine
atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone).
B.1.1. Klona Embrio
Klona embrio telah digunakan untuk produksi hewan ternak yang secara genetic
identik. Pada sapi atau domba, setiap kehamilan biasanya hanya mengandung seekor
anak. Dengan teknik klona embrio akan memungkinkan bagi peternak untuk
meningkatkan jumlah hewan ternaknya.
Tahapan klona embrio adalah sebagai berikut. Pertama, sel telur yang diambil dari
sapi betina dibuahi dengan sprema dari sapi jantan terbaik. Pembuahan dilakukan di
dalam cawan petri. Pembuahan ini disebut sebagai fertilisasi in-vitro. Sel telur yang telah
dibuahi akan membentuk kumpulan sel-sel. Pada tahapan ini embrio muda tersebut
dipisah-pisahkan menjadi beberapa bagian. Setiap bagian embrio merupakan klon yang
secara genetic identic (meskipun gennya separuh berasal dari induk sapi jantan dan
separuhnya lagi dari induk sapi betina). Embrio-embrio tersebut kemudian ditanamkan
pada rahim sapi-sapi betina dewasa lainnya (atau induk angkat yang akan melahirkan
anak-anak sapi). Embrio-embrio akan tumbuh menjadi anak-anak sapi yang siap
dilahirkan dengan sifat yang sama seperti induknya.
Gambar B.1.1. Klona Embrio
dihilangkan. Setelah terbentuk embrio, lalu embrio ditanamkan ke rahim induk hewan
yang akan membesarkannya.
Namun, klona dengan transfer inti tidak selamanya memberikan hasil positif
seperti yang diinginkan. Klona domba Dolly melalui sebuah kesulitan yang belum dapat
diatasi sepenuhnya. Kesulitan pertama, tingkat keberhasilan klona transfer inti sangat
rendah. Dari 277 sel telur yang diisi dengan inti sel donor, yang berhasil membentuk
blastosis hanya beberapa saja. dari sejumlah induk pengganti yang hamil, domba yang
lahir normal hanya Dolly saja. sedangkan lainnya mati sewaktu lahir ataupun mengalami
aborsi selama kehamilah. Kesulitan kedua, kelahiran janin hasil klona beresiko tinggi
mengalami kelainan pada sistem kekebalan tubuh, gejala penuaan dini, kelainan pada
fungsi hati dan jantung, serta gangguan darah.
B.2.
perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan
kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat dan
juga ketahanan tanaman terhadap hama, dengan mengintroduksi gen Bt yang berhubungan
dengan ketahanan serangga hama hasil isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang
dapat memproduksi protein kristal yang bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal
protein) yang dapat mematikan serangga hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus
thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan
membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun
bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein kristal atau cry Bt sebagai agen
pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan isolasi Bt yang mengandung berbagai
jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun
terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan
hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena
mempunyai target yang spesifik yaitu mematikan serangga dan mudah terurai sehingga
tidak menumpuk dan mencemari lingkungan (Agus Krisno,, 2011).
B.3.
Gambar B.3.1.
Pembuatan Insulin
Manusio oleh
Bakteri
Dalam analisa ini digunakan sampel DNA normal dan DNA kanker atau tumor.
Kedua jenis DNA ini kemudian diamplifikasi dan masing-masing diberi pewarna
fluorescent yang berbeda satu sama lain. Pada contoh yang ditampilkan, DNA
normal diberi warna hijau, dan DNA tumor memiliki warna merah. Setelah proses
hibridisasi, tiap DNA akan memancarkan cahaya sesuai dengan zat warna yang
dibawa masing-masing. Bila DNA membawa ekspresi normal dan tumor, maka akan
muncul wana lain, seperti kuning. Namun bila tidak ada DNA yang mampu
melakukan hibridisasi dengan probe, pewarna tidak terekspresi dan terlihat
berwarna hitam. Warna tersebut kemudian dibaca oleh detektor dan diubah menjadi
data grafik sehingga dapat dianalisis secara kuantitatif (Cowell & Howthorn 2007).
B.4.
Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah
terlanjur rusak. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan
telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun
manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa
(merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik
yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk
mendetoksifikasi air raksa organik.
Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba untuk
mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke lingkungan
tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah, hidrokarbon klorinasi
merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang mencoba merekayasa mikroba
untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini dapat digunakan dalam pabrik
pengolahan air limbah atau digunakan oleh para manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu
dilepas ke lingkungannya (Chambell et al, 2000)
B.5.
B.5.1
DNA Profilling
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah kecil
dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang lain
milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat
ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan antibodi
untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini membutuhkan
jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian DNA dapat
mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi karena urutan
DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphims) dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk pendeteksian
kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah atau jaringan lain
dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan metode ini dapat
digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban, dan sedikit darah
yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis yang mengandung
penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira lima penanda, dengan
kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji.
Akan tetapi, rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah
dapat memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik
karena probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat
sama adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan kepada para juri
dalam pengadilan percobaan pembunuhan.
Gambar B.5.1. DNA Profilling