Anda di halaman 1dari 25

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Bab 1

Sejarah Kesuburan Tanah


dan Pertumbuhan Tanaman
Pendahuluan

esuburan tanah ialah kemampuan tanah untuk dapat menyediakan


unsur hara dalam jumlah berimbang untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman.Tanah di dunia ini oleh USDA (1975) dikelompokkan
ke dalam dua kelompok ordo, yaitu: kelompok ordo tanah pelikan, terdiri
dari: Alfisol, Aridisol, Entisol, Inseptisol, Molisol, Oksisol, Spodosol,
Ultisol dan Vertisol, dan kelompok ordo tanah organik, terdiri dari
Histosol. Pembagian kelompok ordo tanah ini hanya didasarkan pada
perbedaan jenis bahan induk. Ordo tanah pelikan mempunyai bahan
induk yang berasal dari batuan, sedangkan ordo tanah organik
mempunyai bahan induk yang berasal dari sisa-sisa organik. Hasil
peruraian batuan dan bahan organik adalah senyawa-senyawa kimiawi.
Selama proses pembentukan tanah, terbentuk berbagai paduan khas
senyawa kimiawi yang memungkinkan berkembangnya berbagai ordo
tanah. Berdasarkan konsep ini maka tanah merupakan kumpulan senyawa
kimiawi dalam berbagai wujud, watak dan perangai hasil pemecahan
dan/atau peruraian bahan induk tanah dengan melibatkan berbagai proses.
Sebagian komponen kimiawi itu diperlukan oleh jasad hidup
untuk tumbuh dan berkembang. Fenomena ini menjadikan tanah
1

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

mempunyai peranan sebagai pemasok sebagian kebutuhan anasir hara


jasad hidup. Keterkaitan sistem tanah dengan jasad hidup, khususnya
tanaman, tidak hanya terbatas pada kemampuannya memasok anasir hara,
tetapi juga dapat berperan sebagai medium tumbuhnya. Jika tanah
dipandang sebagai medium tumbuh alami jasad hidup maka konsep
tentang tanah perlu lebih diperjelas sehingga lebih mendukung
peranannya itu. Tanah haruslah dipandang sebagai suatu benda alam
dengan bangunan dan watak khas seperti terlihat pada penampilan
profilnya. Pemahaman tanah sebagai medium tumbuh tanaman lebih tepat
jika tanah dipandang sebagai tubuh alami seperti keberadaannya di
lapang.Tanah sebagai tubuh alami memperlihatkan ciri dan watak khas
yang dapat digunakan sebagai pembeda dari tubuh alami lainnya. Ciri dan
watak tubuh tanah ini dapat diselidiki dari penampilan penampang l
tubuh tanah (profil). Penyelidikan profil ini sangat membantu penelaahan
potensi suatu tanah untuk menjadi tempat tumbuh tanaman.
Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanah
Tubuh tanah merupakan medium tempat terjangkarnya perakaran
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh tegak dan kokoh, sebagai
wadah dan sumber anasir hara dan air, dan sebagai pengendali keadaankeadaan lain yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
Jika dikaitkan dengan penampilan tubuh tanah maka ruang tanah yang
digunakan sebagai ruang tumbuh perakaran tanaman sangatlah terbatas.
Perakaran tanaman hanya menempati bagian tubuh tanah yang disebut
solum tanah. Potensi solum tanah sebagai medium tumbuh dikendalikan
oleh keadaan dan proses dari bagian tubuh tanah lainnya. Penyelidikan
watak dan ciri tanah total sangat berguna sebagai landasan telaah potensi
tanah sebagai medium tumbuh tanaman. Kemampuan tanah sebagai
medium untuk menunjang pertumbuhan tanaman digunakan dalam
berbagai batasan. Dua batasan yang sering digunakan secara rancu adalah
produktivitas tanah dan kesuburan tanah.
Produktivitas tanah diberi batasan sebagai kemampuan suatu
tanah untuk menghasilkan suatu tanaman (atau sekuen tanaman) yang
diusahakan dengan sistem pengelolaan tertentu. Produktivitas tanah
merupakan perwujudan dari seluruh faktor (tanah dan bukan tanah) yang
mempengaruhi hasil tanaman. Pakar tanah menetapkan urutan
produktivitas tanah untuk berbagai jenis tanaman berdasar atas
pengukuran hasil pada suatu jangka waktu dengan suatu sistem
pengelolaan tertentu yang gayut.
Produktivitas tanah merupakan telaah kemampuan tanah yang
lebih berdasar pada konsep ekonomis dan bukan hanya pada watak tanah.
Tiga segi yang dimasukkan dalam penyusunan konsep produktivitas
tanah adalah: a. masukan (sistem pengelolaan tertentu), b. keluaran (hasil
suatu tanaman), dan c. tipe tanah.
2

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

tanaman A

tanah B

masukan

hasil

hasil

tanah A

tanaman B

masukan

Gambar 1.
Hubungan masukan dan hasil pada tanah dan tanaman yang berbeda
(A) Jika masukan ditingkatkan, peningkatan hasil di tanah A lebih tinggi
daripada tanah B, sehingga dikatakan tanah A lebih produktif daripada
tanah B.
(B) Tanah lebih produktif untuk tanaman A dibandingkan tanaman B, sehingga
tanaman A mempunyai potensial keuntungan lebih besar daripada tanaman
B.

Pendapatan bersih dapat dihitung berdasarkan data biaya


produksi dan harga hasil produksi dan perhitungan ini digunakan sebagai
dasar penetapan nilai lahan. Program perencanaan pengelolaan disusun
dengan mempertimbangkan dua segi penting produktivitas tanah, seperti
disajikan pada Gambar 1 di atas. Pertama, setiap tanah mempunyai
kapasitas serap yang berbeda terhadap masukan-masukan untuk
memaksimalkan keuntungan. Kedua, setiap tanaman mempunyai
kapasitas serap yang berbeda terhadap masukan pengelolaan untuk
memaksimalkan keuntungan pada suatu tipe tanah tertentu. Suatu tanah
dikatakan subur maka tanah itu haruslah mempunyai aras kesuburan
tertentu yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Namun tanah
subur tidaklah selalu berarti produktif. Tanah yang subur akan produktif
jika dikelola dengan tepat, menggunakan teknik pengelolaan dan jenis
tanaman yang gayut. Ini merupakan bukti bahwa makna produktivitas
tanah itu tidaklah setara dengan kesuburan tanah.
Kesuburan tanah diberi batasan sebagai mutu kemampuan suatu
tanah untuk menyediakan anasir hara, pada takaran dan kesetimbangan
tertentu secara sinambung, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis
tanaman pada lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam
keadaan menguntungkan. Kriteria di atas memberikan kejelasan makna
bahwa kesuburan tanah hanya merupakan salah satu pendukung
produktivitas tanah, yang dapat berperan dalam pengendalian aras
masukan dan keluaran dari suatu sistem produksi tanaman. Penggunaan
istilah produktivitas tanah dipakai jika pada suatu tanah diberikan
masukan pengelolaan untuk memunculkan potensi kesuburan tanahnya.

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Konsep kesuburan tanah menekankan telaah pada faktor tanah,


khususnya pada segi-segi yang terkait dengan penyediaan anasir hara
bagi tanaman. Kemampuan penyediaan anasir hara ini melibatkan
berbagai proses yang dikendalikan oleh faktor tanah dan lingkungannya.
Batasan kemampuan sistem tanah memasok anasir unsur hara ini menjadi
titik lemah pemahaman konsep kesuburan tanah karena adanya silang
pendapat yang tidak tertuntaskan. Perbedaan latar belakang ilmu dasar
pakar yang berkepentingan dengan masalah kesuburan tanah telah
menambah tidak tuntasnya segi ini. Silang pendapat ini lebih dikarenakan
adanya perbedaan dalam menentukan ukuran-ukuran yang diperlukan
dalam menyusun suatu konsep kesuburan tanah.
Dua kutub ekstrem penelaah kesuburan tanah adalah berasal dari
bidang edapologi dan agronomi. Kedua kelompok pakar ini sampai aras
tertentu telah berhasil mencapai persamaan pendapat, yaitu bahwa tanah
yang dikatagorikan subur itu harulah mampu memacu pertumbuhan dan
perkembangan sampai aras yang memungkinkan fungsi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman itu berlangsung optimal. Namun telaah hubungan
antara segi pengendali kesuburan tanah dengan fungsi tanaman sangat
rumit. Pertama, ukuran mana dari segi tanah pengendali kesuburan yang
cocok digunakan sebagai cerminan kesuburan tanah. Kedua, bagaimana
cara mengukur pengaruh segi tanah terhadap penampilan tanaman.
Ketiga, ukuran mana dari segi tanaman yang dapat ditelaah untuk
menunjukkan adanya hubungan segi tanah tanaman dalam batasan
konsep kesuburan tanah.
Telaah peranan tanah sebagai medium tumbuh dimulai dengan
mencari jawab mengenai apa yang dibutuhkan tanaman dari tanah,
kemudian macam bahan yang dibutuhkan, bentuk bahan, mekanisme
pengambilan bahan dan takaran bahan itu. Konsep kesuburan tanah hanya
memperhatikan anasir hara sebagai faktor pertumbuhan terpenting dan
faktor pengendali anasir hara itu dianggap sebagai faktor penunjang.
Macam anasir hara, bentuk anasir hara yang diserap dan mekanisma
penyerapan anasir hara oleh tanaman, dapat dikatakan telah dapat
dituntaskan dan tidak menjadikan telaah yang perlu diperdebatkan
berlarut-larut. Penetapan takaran anasir hara yang diperlukan tampak
lebih rumit. Pokok persoalannya adalah kesulitan menetapkan hubungan
terbaik antara kapasita penyediaan anasir hara oleh tanah dan kapasitas
pengambilan anasir hara oleh tanaman. Ukuran-ukuran yang dapat
digunakan untuk menyatakan kapasitas penyediaan hara oleh tanaman
cukup banyak dan keunggulan satu ukuran terhadap ukuran lainnya masih
memerlukan pengujian. Keragaman ukuran antar tempat sangat besar
sehingga memerlukan pengujian intensif dan ini tentu memerlukan cara
khusus supaya pelaksanaan telaahnya dapat mangkus dan sangkil. Ukuran
kemampuan hakiki segi tanah menyediakan anasir hara bagi tetumbuhan

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

yang telah banyak ditelaah antara lain: takaran total, hara dapat tukar,
kepekatan hara dalam larutan, dan ketersediaan hara.
Metoda pengukuran setiap ukuran ini yang beragam juga telah
merupakan kesulitan tersendiri untuk dapat saling memperbandingkan
antara ukuran itu. Telaah keterkaitan anasir hara dengan pertumbuhan
tanaman dilakukan dengan teknik seleksi. Teknik ini dengan cepat dapat
memberi gambaran tentang anasir hara yang dibutuhkan dan tidak
dibutuhkan oleh tanaman untuk menunjang pertumbuhannya, yang
kemudian melahirkan konsep keesensialan suatu hara tanaman. Ukuran
pengaruh keesensialan suatu anasir hara secara kualitatif terhadap
tanaman dapat dilihat melalui penampilan fisiknya. Namun teknik ini
seringkali kurang memuaskan oleh karena adanya suatu penampilan khas
yang dikendalikan oleh lebih dari satu anasir hara esensial sehingga
menyulitkan telaah kekhasan peranan suatu anasir hara itu. Melalui alat
penyelidik canggih yang tersedia saat ini para pakar telah berhasil pula
menyelesaikan masalah keesensialan hara tanah dan pengaruh-pengaruh
khas yang ditimbulkannya pada berbagai jenis tanaman.
Keterkaitan anasir hara dengan pertumbuhan tanaman dapat pula
dianalisis secara kuantitatif melalui telaah produksinya, baik berupa
bagian batang, buah, minyak atau lainnya dan dinyatakan dalam satuan
tertentu. Pencapaian aras produksi tanaman yang optimal akan terkait
dengan peluang anasir hara untuk berperan optimal dalam mengendalikan
fungsi-fungsi fisiologis pertumbuhan tanaman. Aras peranan anasir hara
dalam fungsi fisiologis tanaman dapat diramalkan berdasar hasil analisis
kadar hara dalam jaringan tertentu tanaman. Ketidakoptimalan kadar hara
dalam jaringan pengendali pertumbuhan akan mengganggu fungsi
fisiologis dan akhirnya pada pertumbuhan. Ukuran ketidakoptimalan
kadar unsur hara dalam tubuh tanaman ini lazim ditelaah dalam konsep
kekahatan, keracunan atau cekaman unsur hara. Segi yang masih perlu
dituntaskan adalah penetuan bagian tubuh tanaman mana yang dapat
diandalkan sebagai tolok ukur keserasian hubungan kadar hara jaringan
dengan mutu pertumbuhan tanaman, dan bagaimana hubungannya
dengan ukuran kadar unsur hara dalam sistem tanah. Teknik analisis
daun, analisis jaringan batang atau analisis total tanaman sudah lazim
digunakan untuk menentukan aras anasir unsur hara dalam tubuh tanaman
yang dapat dikaitkan dengan mutu pertumbuhan tanaman dan ukuran
kemampuan tanah memasok anasir hara bagi tanaman.
Uraian di atas memberi petunjuk bahwa konsep kesuburan tanah
mencakup banyak segi yang keterkaitannya sangat rumit. Perampatan
telaah kesuburan tanah merupakan tindakan tidak tepat karena adanya
keragaman lebar antarsegi yang terlibat. Kesuburan tanah adalah masalah
setempat dan pemahamannya membutuhkan telaah kasus per kasus
supaya dapat diberikan penyelesaian tuntas masalah kesuburan tanah ini.
5

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Pemahaman proses-proses dasar yang mengendalikan konsep-konsep


yang menjadi komponen telaah kesuburan tanah. Selama masa
perkembangan ras manusia, terdapat suatu saat dimana manusia itu mulai
berusaha melakukan bercocok tanam tanam-tanaman. Maka pada
hakekatnya mulai saat itulah fajar pertanian terbit dan mulai menerangi
kehidupan manusia. Kapan saat itu terjadi tentulah tidak kita ketahui
dengan pasti, tetapi diduga beberapa ribu tahun sebelum masehi.
Kehidupan manusia ketika itu tergantung dari perburuan binatang serta
pengumpulan hasil hutan untuk makanan dan umumnya hidup berpindahpindah.

Sejarah Perkembangan Penelitian Kesuburan tanah


Setelah tahun berganti tahun, maka suatu saat mulailah manusia
meninggalkan pola hidup berpindah dan mulai menetap pada suatu
tempat. Keluarga-keluarga, clan-clan, dan kampung-kampung
berkembang dan bersamaan dengan perkembangan ini mulailah mereka
mencoba bercocok tanam, yang akhirnya kita sebut sebagai pertanian
(agriculture). Telah lama kita sepakati, bahwa salah satu daerah di
permukaan bumi yang memperlihatkan permukaan perkembangan
civiliasi ialah Mesopotamia, terletak di antara sungai-sungai Tigris dan
Euphrat yang sekarang kita kenal dengan nama Irak. Dicatat kira-kira
2500 tahun sebelum masehi daerah ini sangat makmur penduduknya,
tanah cukup subur dan dilaporkan setiap satu biji tanaman yang
ditanamkan pada tanah ini memberikan hasil panen antara 86 hingga 300
biji. Dua ribu tahun kemudian daerah ini pernah dikunjungi oleh
Herodotus, seorang ahli sejarah bangsa Yunani dan melaporkan
kemakmuran petani di daerah itu dengan produksi tanaman yang
tertinggi. Tingginya produksi ini mungkin disebabkan rakyat petani telah
mengenal irigasi di samping tanahnya sendiri memang subur akibat
endapan berasal dari banjir tahunan sungai-sungai di sekitarnya. Tahun
300 sebelum Masehi Theoprastus menulis tentang daerah ini dan
melaporkan kesuburan tanah aluvial sungai Tigris dibentuk dari endapan
debu yang berasal dari genangan sungai yang kadang-kadang cukup
lama.
Pada suatu saat manusia itu mempelajari suatu kenyataan di
lapangan, bahwa suatu tanah tang ditanami terus-menerus suatu saat akan
menghasilkan produksi yang tidak lagi memuaskan. Usaha penambahan
pupuk kandang ataupun pupuk hijau ke tanah ini untuk perbaikan
kesuburan tanahnya, sebenarnya berkembang sebagai akibat hal tersebut
di atas tadi, tetapi bagaimana dan kapan mulainya pemberian atau
pemakaian bahan organik itu hingga kini belum diketahui. Xenophon

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

yang hidup antara tahun 434-355 SM melaporkan, bahwa suatu usaha


perkebunan akan mengalami kegagalan kalau dalam usaha pertaniannya
itu pupuk kandang sama sekali tidak dilibatkan. Xenophon menganggap
tidak ada sesuatunya sebaik pupuk kandang.
Theophrastus (372-287 SM) merekomendasikan pemakaian
bahan kompos sebanyak-banyaknya untuk memupuk tanah yang tidak
subur. Sebaliknya ia menganjurkan agar hati-hati dalam penggunaan
kompos terhadap tanah yang subur. Beliau juga menasihatkan perlunya
pembuatan lobang penampungan kotoran dan air seni binatang yang jika
disimpan lama, lambat laun bahan ini meningkat mutunya. Theophrastus
pulalah yang mula-mula berpendapat, bahwa tetumbuhan yang
memerlukan makanan yang banyak membutuhkan pula sejumlah air yang
banyak. Kebun buahan maupun sayuran di sekitar kota Athena dipersubur
tanahnya dengan penggunaan sampah kota. Pada saat itu sistem kanal di
tengah kota telah dikenal dan ada bukti bahwa aliran air dan kotoran di
kanal itu diberi sistem pengatur untuk mendapatkan output yang berguna
bagi pertanian sekitarnya. Pada saat itu petani telah pula menggunakan air
yang mengandung pupuk kandang terlarut di dalamnya untuk memupuk
tanaman anggur. Pupuk kandang (manure) diklassifikasikan menurut
kesuburannya atau konsentrasinya. Theophrastus misalnya membuat
suatu deretan pupuk kandang yang berkurang nilainya sebagai berikut:
manusia, babi, kambing, biri-biri, lembu betina, lembu jantan dan kuda.
Belakangan Varro, penulis pemula mengenai pertanian di zaman
Romawi, melaporkan hal yang sama, tetapi menempatkan kotoran ayam
dan burung lebih subur dibandingkan dengan tinja manusia. Columella
menganjurkan agar lembu diberi makan snail clover (sejenis tanaman
kacangan dari genus Trifolium), oleh karena beliau menganggap hal ini
akan mempersubur ekskremen lembu.
Beberapa waktu sebelum ini, orang mulai mengobservasi
pengaruh tubuh-tubuh mati dan berpendapat, bahwa bahan-bahan ini
dapat pula dipakai sebagai bahan untuk membantu pertumbuhan tanaman.
Bagaimana pentingnya nilai pupuk hijau tanaman, terutama leguminosa
telah mulai diketahui orang. Theophrastus mencatat, bahwa sisa-sisa
tanaman kacang (Vicia faba) telah dibenamkan orang ke dalam tanah
ketika pengolahan tanah berlangsung yang dilakukan oleh petani-petani
di Macedonia dan Thessalia. Beliau mengobservasi dan melaporkan,
bahwa kendati tanaman berikutnya ditanam rapat dan menghasilkan bijibijian cukup memuaskan, namun tanah tetap subur. Beliau belum lagi
mengetahui adanya peranan bakteri bintil akar.
Cato (234-149 SM) menganjurkan penanaman tanaman sela
acinum pada lahan tanaman anggur yang rendah kesuburan tanahnya.
Hingga kini masih belum diketahui jenis tanaman apa yang dimaksud
Cato dengan acinum, tetapi mungkin sejenis kacangan. Namun yang jelas
7

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

penanaman campuran (mix-cropping) telah dikenal orang sebagai suatu


cara untuk meningkatkan produktifitas tanah. Beliau juga
mengemukakan, bahwa jenis leguminosa yang terbaik adalah kacangkacangan, lupina dan vetch (Astragallus). Tanaman lupina merupakan
jenis leguminosa yang amat populer di zaman ini. Seterusnya Columella
mendaftarkan beragam leguminosa yang kesemuanya amat berpengaruh
bagi peningkatan kesuburan tanah. Banyak penulis ketika itu memuji
tanaman lupina sebagai pupuk hijau yang bagus. Di samping itu tanaman
ini juga dapat tumbuh sempurna di bawah kondisi tanah yang berbedabeda, dapat menghasilkan makanan untuk manusia serta binatang dan
mudah menyemaikannya cepat tumbuh dan berkembang.
Penggunaan apa yang kita kenal sekarang sebgaai pupuk mineral
(buatan) atau soil amendment (suatu masukan tanah) belum lagi
dikenal di zaman ini. Theophrastus telah menganjurkan mencampur tanah
yang berbeda sifatnya dalam usaha memperbaiki kekurangan sesuatu
tanah. Cara ini memungkinkan perolehan keuntungan dari beberapa
sudut. Penambahan tanah subur kepada tanah yang tidak subur akan
menambah kesuburan tanah yang disebutkan terakhir, dan usaha
pencampuran suatu jenis tanah lainnya dapat pula memungkinkan
inokulasi bakteri bintil akar ke tanah lainnya. Pencampuran tanah
tertekstur kasar dengan tanah bertekstur halus atau sebaliknya dapat pula
meningkatkan hubungan antara air dan udara dalam tanah yang
diperlakukan.
Nilai napal (marl) yakni bahan yang mengandung kapur, telah
pula dikenal orang di Aegina dan di Yunani dan dianggap pertama sekali
menggunakan bahan kapur untuk lahan pertanian. Cara ini belakangan
dipelajari oleh bangsa Romawi dan mengembangkannya. Bahkan oleh
ahli-ahli bangsa Romawi telah mengklassifikasikan berbagai bahan kapur
itu dan membuat rekomendasi yang berbeda-beda untuk tanaman bijibijian dan rumput makanan ternak. Plinneus (62-113 SM)
mengemukakan bahwa bahan kapur sebaiknya ditebar merata di atas
permukaan tanah dan perlakuan ini cukup untuk waktu yang agak lama.
Sendawa atau KNO3 telah diutarakan oleh Plinneus sebagai bahan yang
berguna untuk memupuk tanaman. Pada waktu itu juga diketahui
tanaman palma membutuhkan garam asin dalam jumlah yang banyak.
Petani-petani ketika itu telah pula menggunakan air garam pekat (bruin)
disekitar batang pohon-pohonan. Kendati ahli tanah dimasa sekarang
terus aktif mencari metoda untuk memprediksi kesegaran tanah untuk
produksi tanaman-tanaman, demikian pula hal itu telah dilakukan oleh
para ahli filosofi pertanian di zaman ini, dan penulis-penulis pun
melakukan hal yang sama.
Warna tanah juga mendapat perhatian dalam menentukan
kesuburan suatu tanah. Kebanyakan peneliti-peneliti pertanian di zaman

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

dulu maupun di zaman sekarang mengemukakan bahwa, warna tanah


dapat dipakai sebagai kriteria kesuburan suatu tanah. Pendapat umum
peneliti ketika itu ialah tanah-tanah hitam adalah subur, sedangkan yang
berwarna pucat atau kelabu adalah tidak subur atau rendah kesuburannya.
Namun Columella tidak sependapat dengan hal ini. Ia menunjuk kepada
ketidaksuburan tanah-tanah gambut dan tingginya kesuburan tanah yang
berwarna pucat di Lybia. Beliau menduga, bahwa faktor-faktor lainnya
seperti struktur, tekstur dan keasaman tanah merupakan petunjuk yang
berguna untuk mengestimasi kesuburan tanah. Kebanyakan tulisantulisan yang berkenaan dengan kesuburan tanah tempo dulu sebagian
besar hanya menyangkut prihal latihan pertanian saja. Hanya sedikit
ditemukan bukti-bukti yang pendekatannya melalui percobaan-percobaan
mengenai problematik usaha tani. Walaupun begitu umumnya
manuskrip-manuskrip itu telah merefleksikan secara konprehensip
berbagai faktor yang dewasa ini dikenal mempengaruhi pertumbuhan
tanaman. Beberapa diantara tulisan-tulisan di zaman dulu itu sampai
sekarang masih terus ditelusuri. Rencana penelitian masih amat sederhana
dan belum mengenal metoda-metoda statistik seperti masa kini.
Zaman bangsa Yunani antara 800-200 SM pada hakekatnya
merupakan zaman emas. Banyak ditemukan orang-orang genius di
periode zaman ini, kendatipun suara-suara itu acapkali ditekan oleh yang
berkuasa. Tulisan-tulisan mereka, peradaban dan corak pertaniannya telah
banyak dikopi oleh bangsa Romawi dan pola pikiran orang-orang Yunani
ini telah pula mendominasi pikiran dunia selama lebih dari 2000 tahun.

Kesuburan Tanah Menjelang Abad Ke-19


Setelah kehancuran bangsa Romawi hanya sedikit publikasipublikasi berkaitan dengan perkembangan pertanian, hingga Pietro de
Crescenzi (1230 1307) mendobrak kesunyian itu dengan menerbitkan
buku mengenai masalah pertanian lokal, dengan judul Opusruralium
commodorum. Oleh banyak orang de Crescenzi dianggap sebagai
pendiri agronomi moderen, kendatipun beberapa diantara manuskrip itu
kelihatan seperti dibatasi pada hasil kerja penulis sebelumnya, Homer.
Kontribusinya sebagian besar dari meringkaskan bahan-bahan yang telah
ada. Beliau juga menganjurkan peningkatan jumlah pupuk dari
rekomendasi yang sudah ada ketika itu. Setelah pemunculan de Crescenzi
ini hanya sedikit pertumbuhan ilmu pengetahuan kesuburan tanah untuk
masa yang lama berikutnya, meskipun Palissy dalam tahun 1563 tercatat
dengan observasinya yang mengemukakan, bahwa kandungan abu
tanaman adalah merupakan bahan yang diangkut dari dalam tanah. Di
sekitar abad ke XVII Francis Bacon (1561-1624) berpendapat, bahwa
9

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

makanan utama tumbuhan adalah air. Beliau percaya, bahwa tujuan


utama tanah adalah agar tumbuh-tumbuhan berdiri tegak sempurna di
atasnya dan melindungi tanah itu dari suhu panas dan dingin, sehingga
setiap tanaman mengambil sejumlah zat yang unik dari dalam tanah,
digunakan untuk makanannya.
Selama periode yang sama, Jan Baptiste van Helmont yang hidup
antara tahun 1577-1644M, seorang ahli fisika dan kimia bangsa Belanda,
melaporkan hasil percobaannya yang dipercayainya telah membuktikan,
bahwa airlah hara yang digunakan tanaman untuk pertumbuhannya.
Dalam percobaannya ia memasukkan 200 lb (lb sama dengan pound)
tanah ke dalam suatu kontainer, kemudian dilembahkan dan disusul
dengan penanaman pohon willow muda seberat 5 lb. Percobaan ini
dijaganya hati-hati dari pengaruh benda-benda luar, dan hanya diberikan
air hujan, air suling. Setelah 5 tahun, Van Helmont mengakhiri
percobaannya. Tanaman ditimbang dan mempunyai berat 169 lb 3 oz.
Sedangkan berat tanah kehilangan 2 oz dari 200 lb yakni berat tanah
semula. Beliau menyimpulkan bahwa oleh karena hanya air yang
ditambahkan maka pertambahan berat tanaman adalah air melulu, dan
airlah makanan satu-satunya dari tanaman. Beliau berpendapat
kekurangan 2 oz dari berat tanah adalah disebabkan kesalahan percobaan
(exsperimental error).
Dewasa ini kita telah mengetahui, bahwaa CO2 maupun unsurunsur hara tanah diperlukan untuk nutrisi tanaman. Haruslah diingat
bahwa percobaan ini dilakukan pada saat belum banyak hal-hal telah
diketahui mengenai seluk beluk nutrisi hara ataupun fotosintesa. Hasil
kerja Van Helmont beserta kesalahan konklusinya secara nyata amat
bernilai untuk pengetahuan kita, meskipun beliau salah, namun
kesalahannya itu telah menstimulir lahirnya penelitian-penelitian lainnya
yang menghasilkan pengertian-pengertian lebih luas dari seluk beluk
nutrisi tanaman. Pekerjaan Van Helmont ini diulang kembali oleh Robert
Boyle (1627-1691) dari Inggris. Boyle dikenal sebagai ahli fisika di
zamannya mengenai hubungan volume gas dan tekanannya. Beliau juga
menaruh perhatian pada biologi serta percobaan-percobaan yang
berkaitan dengan ilmu ini. Beliaulah orang pertama tercatat
mengemukakan: observasi adalah satu-satunya jalan menuju kebenaran.
Boyle dalam percobaannya sependapat dengan Van Helmont, tetapi
beliau melangkah lebih maju. Dari hasil analisa kimia yang dilakukannya
pada contoh-contoh tanaman, beliau menandaskan, bahwa tumbuhtumbuhan itu mengandung sejumlah garam-garam, spiritus, minyak yang
semuanya terbentuk dari molekul air.
Pada waktu yang bersamaan Glauber (1604-1668), seorang ahli
kimia berbangsa Jerman berpendapat, bahwa sendawa atau kalium
nitratlah yang bertanggung jawab sebagai penyusun utama vegetasi dan

10

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

bukan air. Beliau mengumpulkan garam yang berasal dari tanah kandang
lembu dan memberikan bukti, bahwa garam-garam itu mestilah berasal
dari kotoran maupun air seni binatang. Seterusnya beliau mengemukakan,
bahwa oleh karena binatang itu memakan rumput, maka sendawa yang
terdapat di dalam contoh tanah dianalisakan haruslah sendawa itu berasal
dari rumput makanan ternak itu. Seterusnya beliau mencoba
menggunakan bahan ini untuk mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Hasil observasinya menyimpulkan, bahwa memang terjadi peningkatan
besar pertumbuhan tanaman; dengan kejadian ini beliau yakin, bahwa
kesuburan tanah serta nilai pupuk kandang itu amat ditentukan oleh
sendawa. Pendapat ini disokong oleh John Mayow (1643 1679),
seorang ahli kimia berbangsa Inggris.
Teknik percobaan masih amat kasar pada periode waktu itu.
Teknik percobaan yang dilakukan oleh Mayow, Glauber, Boyle dan
Bacon masih jauh di bawah penelitian baku yang kita kenal saat ini. Kirakira pada tahun 1700, studi telah dijalankan lebih intensif dan kelihatan
tendensi peningkatan mutu, sehingga terlihat kemajuan dalam bidang
ilmu pertanian (agricultural sciences). John Woodward seorang Inggris
mencoba pekerjaan yang pernah dilakukan oleh Boyle dan Van Helmont.
Beliau menanam spearmint dalam contoh air yang berasal dari air hujan,
air sungai, air limbah, dan campuran air limbah dengan serasah. Dengan
hati-hati beliau mengukur jumlah air yang ditransfirasikan tanaman dan
mencatat berat tanaman pada awal dan akhir percobaan. Beliau
menemukan, bahwa pertumbuhan spearmint itu sebanding dengan jumlah
zat tidak murni yang terdapat di dalam air dan menyimpulkan bahan
terrestrial atau bahan tanah adalah penyusun utama vegetasi di samping
air sendiri. Meskipun kesimpulannya secara keseluruhan belum benar,
namun hasil penelitiannya itu telah memberi andil besar untuk kemajuan
ilmu pengetahuan. Teknik percobaan yang diterapkannya jauh lebih maju
dari rekan seprofesinya.
Menjelang akhir abad ke XVIII perlu dicatat seorang ahli
pertanian bangsa Inggris Arthur Young (1741 1820). Young membuat
percobaan pot untuk menyelidiki bahan mana yang lebih mampu
meningkatkan hasil tanaman. Dalam percobaan ini beliau menanam
barley (sejenis padi-padian) pada medium pasir yang kedalamannya
ditambahkan bahan-bahan seperti arang, minyak kereta api (train oil),
kotoran ayam, spiritus dari anggur, nitrat, mesiu senjata (gun powder),
empelur, kulit kerang dan berbagai bahan lainnya. Beberapa dari bahan
ini dapat menghasilkan pertumbuhan tanam-tanaman, sedang beberapa
bahan lainnya tidak dapat tumbuh. Young menuangkan hasil-hasil
penelitiannya ke dalam Annals of Agriculture sebanyak 46 volume
yang berpengaruh bagi kemajuan pertanian Inggris.

11

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Kebanyakan tulisan-tulisan yang disiarkan pada abad ke XVII


dan XVIII merefleksikan gagasan, bahwa tetumbuhan itu dibangun oleh
satu zat (substance) saja. Pada umumnya selama periode ini penelitipeneliti itu menitik beratkan risetnya terhadap apa sebenarnya yang
menyusun tanaman dan dari mana asalnya. Barulah menjelang penutupan
abad ke XVIII, Francis Home mengemukakan, bahwa bukan satu seperti
air tanah, zat berasal dari udara, garam-garam dan minyak. Home merasa,
masalah pertanian adalah masalah hara yang esensial untuk pertumbuhan
tanam-tanaman. Beliau juga melakukan percobaan-percobaan pot dalam
usaha mengukur pengaruh penggunaan zat-zat yang berbeda terhadap
pertumbuhan tanaman dan melakukan analisa kimia bahan tanaman.
Hasil penelitiannya dianggap sebagai batu loncatan menuju ke pertanian
ilmiah.
Penemuan oksigen oleh Priestly di sekitar tahun 1775 merupakan
kunci pembuka rahasia dari sejumlah pertanyaan yang menyelubungi
Mystery of plant life. Jan Ingenhousz (1730 1799) menunjukkan,
bahwa penjernihan udara terjadi jika adanya cahaya, tetapi dalam ruangan
gelap, udara tidak dapat dijernihkan. Bersamaan dengan penemuan ini
statemen Jean Senebier (1742-1809) berbangsa Swiss yang berpendapat,
bahwa peningkatan berat pohon willow dari percobaan Van Helmont
disebabkan oleh pengaruh udara.

Kemajuan Penelitian Kesuburan Tanah Selama Abad Ke-19


Penemuan di atas merangsang jalan pikiran Theodore de
Saussure. Beliau tidak sependapat dengan dua dari hasil penelitian
Senebier yakni pengaruh udara terhadap tumbuh-tumbuhan dan asal mula
garam-garam di dalam tanaman. Dari hasil penelitiannya, de Saussure
mendemonstrasikan bahwa tanaman mengabsorpsi oksigen dan
membebaskan CO2 tema sentral respirasi. Sebagai tambahan beliau
mengemukakan pula, bahwa tanaman dapat mengabsorpsi CO2 dan
membebaskan O2 jika ruangan diberi cahaya. Jika tanaman ditempatkan
di dalam ruangan tanpa CO2, maka tanaman itu akan mati.
De Saussure menyimpulkan, bahwa tanah hanya menyediakan
fraksi kecil dari unsur hra yang diperlukan tanaman. Selain itu
dikemukakan pula, bahwa tanah juga mampu menyediakan N dan abu
kepada tanaman. Beliau menolak pendapat bahwa tanaman itu secara
spontan dapat menghasilkan kalium. Selanjutnya menyatakan, bahwa
akar tanaman tidak berkelakuan seperti saringan. Permukaan akar
merupakan membran bersifat permeabel yang dapat menyeleksi zat-zat,
yang memungkinkan masuknya air ke dalam akar lebih cepat dari garamgaram. Beliau juga memperlihatkan perbedaan absorpsi garam-garam dan

12

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

ketidak tetapan komposisi tanaman, yang berbeda-beda menurut sifat


tanah dan umur tanaman. Kesimpulan de Saussure bahwa karbon yang
terkandung di dalam tumbuh-tumbuhan berasal dari udara, tidak diterima
oleh kollega-kolleganya.
Sir Humphrey Davy yang menerbitkan buku The elements of
Agricultural Chemistry tahun 1813 mengemukakan, kendatipun
beberapa tetumbuhan dapat menerima karbon dari udara, namun porsi
utama dari unsur ini diabsorpsi tumbuhan melalui akar. Demikian
percayanya Sir Humphrey Davy akan penemuannya itu, sehingga ia
merekomendasikan penggunaan minyak (oil) sebagai pupuk. Oleh karena
menurut beliau di dalam minyak itu terkandung banyak unsur carbon.
Dari pertengahan abad ke XIX hingga ke awal abad ke XX, dianggap
merupakan periode waktu dimana dirasakan kemajuan yang lebih pesat
tentang nutrisi tanaman dan pemupukan. Diantara orang yang bekerja di
periode waktu ini perlu dicatat Jeam Baptise Boussingault (1802 1882),
seorang ahli peneliti dari Perancis. Ia mendirikan sebuah kebun
percobaan di Alsace, Perancis. Di kebun ini beliau banyak melakukan
percobaan lapangan dengan plot (petak) percobaan seperti yang lazim
kita lakukan di zaman sekarang. Beliau menerapkan teknik percobaan
yang hati-hati sekali seperti yang dilakukan dee Saussure dalam hal
penimbangan, analisis bahan pupuk kandang yang ditambahkan ke petak
percobaan serta dengan cermat memanen tanamannya. Beliau mencatat
keseimbangan hara yang memperlihatkan berapa banyak macam unsur
hara tanaman yang berasal dari air hujan, tanah dan udara, kemudian
menganalisiskan komposisi tanamannya pada tingkat pertumbuhan
tertentu. Boussingault disebut oleh banyak orang sebagai Bapak
Percobaan Lapangan.
Kendatipun beberapa peneliti pertanian pada periode waktu itu
telah mengetahui nilai baik dari observasi de Saussure, namun teori tua
mengenai rumus (old humus theory) masih banyak dianut orang. Dalam
teori ini dikemukakan, bahwa penghancuran sisa tetumbuhan dan
binatang akan memberikan produk yang akan dipergunakan oleh akar
tetumbuhan tanpa memperhatikan faktor lainnya atau sumber lainnya
yang turut menyusun tubuh tanaman. Seorang ahli kimia bangsa Jerman
Justus von Liebig (1803 1873) telah mematahkan mitos teori humus di
atas. Dalam seminar yang disampaikannya ia mebuat kejutan yang
mempesonakan khalayak ramai, terutama juga bagi penganut teori bahwa
karbon berasal dari banyak sumber. Pernyataan Liebig di dalam seminar
diringkaskan sebagai berikut: a. hampir seluruh karbon di dalam
tetumbuhan berasal dari CO2 udara, b. hidrogen dan oksigen berasal dari
air, c. logam alkali diperlukan untuk menetralisir asam-asam yang
dibentuk tumbuh-tumbuhan sebagai hasil aktifitas metabolisme, d. fosfat
dibutuhkan untuk pembentukan biji, dan e. tetumbuhan mengabsorpsi
13

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

semuanya yang diperlukannya tanpa diskriminasi dari dalam tanah,


sebaliknya mengekskresikan melalui akarnya sejumlah bahan yang
termasuk non esensial.
Sudah barang tentu tidak semua hasil penelitian Liebig itu benar.
Misalnya beliau berpikir bahwa asam asetat merupakan hasil ekskresi
akar. Beliau juga percaya satu-satunya bentuk N yang diadsorpsi akar
adalah NH4+ yang berasal dari tanah, manure maupun udara. Liebig
percaya, bahwa dengan menganalisa bahan tanaman dan mempelajari
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya, maka seseorang akan dapat
memformulasikan suatu set rekomendasi pemupukan yang didasarkan
atas hasil analisa itu. Juga adalah pendapat beliau yang mengemukakan,
bahwa pertumbuhan tumbuh-tumbuhan itu adalah proporsionil dengan
jumlah zat hara tersedia di dalam pupuk. Kemudian beliau
mengembangkan Hukum Minimum (The Law of the Minimum), yang
mengemukakan, bahwa pertumbuhan tanaman dibatasi oleh unsur hara
tanaman yang terdapat dalam jumlah yang sangat rendah, sedangkan
faktor lainnya berada dalam keadaan cukup. Konsep ini mendominir jalan
pikiran peneliti-peneliti pertanian selama waktu yang lama dan hingga
kini. Beliau dianggap merupakan Bapak Kimia Pertanian. Berbarengan
dengan penemuan Liebig itu, di Inggris oleh J.B. Lawes dan J.H. Gilbert
dibangun pula pada tahun 1843 Stasiun Percobaan di Rothamsted. Corak
dan gaya penelitian di stasiun percobaan ini mengikuti garis yang telah
dirintis oleh Boussingault di Perancis. Lawes dan Gilbert percaya, bahwa
tidak semua hasil penelitian yang dikemukakan Liebig itu benar. Dua
belas tahun setelah stasiun percobaan itu didirikan mereka menyiarkan
hasil-hasil penelitiannya sebagai berikut: a. tanaman memerlukan juga
kalium di samping fosfor, b. tetanaman non-leguminosa memerlukan
suplai nitrogen, tanpa unsur ini pertumbuhan tanaman tidak akan terjadi.
Jumlah nitrogen-amonia yang berasal dari atmosfir tidaklah cukup untuk
menutupi kebutuhan tanaman, c. kesuburan tanah dapat dijaga selama
beberapa tahun dengan pemberian pupuk kimia, dan d. pengaruh
pemberaan adalah menguntungkan dipandang dari segi berlangsungnya
peningkatan ketersediaan N di dalam tanah.
Problem tanah dan N tanaman masih terus ditelusuri. Beberapa
peneliti telah mengobservasi sifat yang tidak biasa dari kelompok
tanaman kacangan. Dalam beberapa hal kacangan ini dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik tanpa penambahan N ke dalam tanah, namun
pada kasus lainnya jika penanaman dilakukan pada jenis tanah lainnya
misalnya, maka justru pertumbuhan yang tidak sempurna yang terjadi.
Hal kejadian terakhir mungkin tanah tidak mengandung sejumlah bakteri
Rhizobium. Dalam tahun 1879 para ahli bakteri bangsa Perancis
Theodore Schloessing dan Alfred Muntz menjernihkan air limbah dengan
melewatkan air itu melalui saringan pasir dan batu kapur. Kemudian
14

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

filtratnya dianalisis secara periodik, dan selama 28 hari hanya ammoniaN yang dapat dideteksi. Pada akhir percobaan ternyata persenyawaan
NO3- muncul di dalam filtrat. Schloessing dan Muntz mencatat, bahwa
produk nitrat itu dapat dihentikan dengan penambahan khloroform dan
pembentukan nitrat itu akan terulang kembali jika ditambahkan air
limbah yang segar. Mereka menyimpulkan bahwa bakterilah yang
bertanggung jawab melaksanakan proses ini. Hasil penelitian ini
diaplikasikan oleh Robert Warrington di Inggris. Beliau memperlihatkan,
bahwa nitrifikasi dapat dihentikan dengan penambahan karbon disulfida
dan khloroform dan prosesnya akan terulang kembali jika ditambahkan
sejumlah tanah yang tidak steril. Beliau juga mendemonstrasikan bahwa
reaksi-reaksi ini merupakan fenomena dua tingkatan, ialah ammonia
mula-mula dirobah menjadi nitrit dan kemudian nitrit menjadi nitrat.
Warrington tidak berhasil mengisolasi organisme-organisme yang
bertanggung jawab dalam melaksanakan proses nitrifikasi ini. Tugas ini
akhirnya dipecahkan oleh S. Winogradsky yang dapat mengisolasi
bakteri-bakteri itu dengan menggunakan silica gel plate, tidak dengan
bahan yang biasa dipakai yakni medium agar, oleh karena organisme
tersebut bersifat autotrof dan memperoleh karbon yang diperlukannya
dari atmosfer.
Terhadap keistimewaan yang dimiliki tanaman leguminosa
serta hubungannya dengan N. dua orang ahli Jerman Helriegel dan
Wilfrath pada tahun 1886 menyimpulkan, bahwa bakteri harus terdapat
pada nodula-nodula akar dan bakteri-bakteri inilah yang dipercayai
mampu mengasimilasikan gas N2 atmosfir dan mengkonversikannya ke
dalam bentuk yang dapat digunakan tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi.
Informasi ini amat berguna menuju kepada teori fiksasi N oleh bakteri.
Namun mereka tidak berhasil mengisolasi bakteri ini. Pekerjaan ini
akhirnya dilakukan oleh Beijerinck dan menyebutnya dengan nama
Bacillus radicicola.

Perkembangan Penelitian Kesuburan Tanah di Amerika Serikat


Riwayat perkembangan kesuburan tanah di Amerika Serikat
mendapat perhatian yang cukup penting dalam berbagai hal. Antara tahun
1825 1945, Edmond Luffin yang dipercayai merupakan orang yang
pertama sekali menggunakan bahan kapur secara rasional pada tanahtanah di daerah basah (humid region) di Amerika Serikat dengan maksud
menggantikan unsur-unsur kesuburan tanah yang hilang oleh panen atau
tercuci. Meskipun sebenarnya penggunaan kapur ini telah dilakukan
orang di zaman sebelumnya, tetapi hal tersebut merupakan sesuatu yang

15

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

baru di Amerika. Pendapat bahwa tanaman mengekskresikan sejumlah


asam-asam lemah telah diterima dengan kokoh oleh banyak peneliti,
sehingga berdasarkan kenyataan ini metoda penentuan status kesuburan
tanah dengan menggunakan ekstraksi asam lemah belakangan menjadi
kenyataan. Meskipun perlakuan dengan asam-asam ini memberikan hasil
yang jauh dari sempurna. Namun terdapat kecenderungan, bahwa hasil
analisa yang berasal dari banyak contoh tanah umumnya berkorelasi
dengan hasil tanaman.
Gagasan mengekstraksi contoh tanah dengan menggunakan
asam-asam untuk menetapkan status kesuburan suatu tanah telah dirintis
oleh E.W. Hilgard (1833-1916). Beliau menemukan, bahwa kelarutan
maksimum dari mineral-mineral tanah dalam HCI diperoleh jika asam itu
memiliki specific gravity 1.115. Metoda yang dikembangkan Hilgard ini
mendapat tanggapan yang positif oleh peneliti lainnya, sehingga banyak
dipakai di laboratorium. Meskipun akhirnya diketahui, bahwa nilai yang
diperoleh dari perlakuan asam keras ini hanya sedikit artinya dalam
memprediksi kebutuhan tanaman akan sejumlah hara. Peneliti lainnya di
Amerika Serikat dapat disebutkan Milton Whitney dan C.G. Hopkins
yang penelitian mereka itu bertalian dengan status unsur hara dalam
tanah.
Setelah memasuki abad yang ke XX, di Amerika Serikat banyak
didirikan pusat penelitian pertanian dengan melakukan berbagai
percobaan. Hasil percobaan umumnya menyimpulkan besarnya
keuntungan yang dicapai jika pemupukan tanaman dilakukan. Unsur hara
essensial yang sering kekurangan dan diperlukan dalam jumlah relatif
banyak adalah N, P dan K, serta unsur lainnya. Penggunaan data uji tanah
dalam merekomendasi pemupukan kian lama kian bertambah populer.
Kemajuan petani itu amat ditentukan sampai sejauhmana riset yang baik
mutunya dikembangkan. Setiap problem yang baru dipecahkan oleh suatu
penelitian, adakalanya akan menimbulkan kasus lain untuk dipelajari.
Bukanlah maksud bab ini untuk meriwayatkan keseluruhan segi yang
berkenaan dengan sejarah kesuburan tanah. Masih banyak lagi yang lain
yang tidak disebutkan di sini. Namun satu hal yang harus kita akui ialah
bahwa kemajuan penelitian menjelang akhir abad ke XIX maupun setelah
memasuki periode abad ke XX merupakan kegiatan yang bertanggung
jawab terhadap pengetahuan kita dewasa ini. Pada tahap berikut akan
diterangkan sesuatu yang menyangkut kesuburan tanah. Meskipun
singkat, sejarah kesuburan tanah seperti yang telah diuraikan di atas
sedikit banyaknya memberikan gagasan berupa usaha peneliti dalam
menerobos dan memecahkan rahasia yang dimiliki kehidupan
tetumbuhan serta waktu yang menyatakan kapan itu terjadi.

16

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Pertumbuhan Tanaman dan Faktor yang Mempengaruhinya


Pertumbuhan (growth) adalah suatu perkembangan yang bersifat
progressif dari suatu organisme. Pertumbuhan ini dapat dinyatakan dalam
berbagai cara antara lain: terhadap perkembangan satu atau beberapa
organ spesifik seperti panjang lamina daun, tinggi tanaman, diameter
batang atau seluruh organ tanaman seperti berat basah, berat kering dan
lain lain.
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu
faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis sangat menentukan
kemampuan tanaman untuk memberikan produksi yang tinggi serta sifat
penting lainnya seperti kualitas hasil, ketahanan terhadap serangan hama
dan penyakit, kekeringan dan lain-lain. Perbaikan faktor genetis dapat
dilakukan antara lain dengan perbaikan mutu bibit tanaman melalui
tindakan pemuliaan tanaman menghasilkan varitas tanaman yang unggul
dan berpotensi produksi tinggi. Umumnya varitas yang beradaptasi
dengan kisaran sempit, cenderung memperlihatkan interaksi yang nyata
antara varitas dengan pemupukan, sedangkan varitas dengan kisaran
adaptasi yang lebar, tidak akan berbeda nyata.
Lingkungan diartikan sebagai gabungan semua keadaan dan
pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu
organisme. Diantara sekian banyak faktor lingkungan yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan tanaman antara lain (1)
temperatur (2) kelembaban (3) energi radiasi (sinar matahari) (4) susunan
atmosfir (5) struktur tanah dan susunan udara tanah (6) reaksi tanah (pH)
(7) faktor biotis (8) penyediaan unsur hara dan (9) ketiadaan bahan
pembatas pertumbuhan tanaman.
Banyak faktor lingkungan yang tidak berdiri sendiri, misalnya
hubungan terbalik antara udara tanah dengan kelembapan tanah atau
kandungan O2 dan CO2 di atmosfir tanah. Jika kelembaban tinggi maka
udara tanah menjadi rendah atau jika kandungan CO2 tinggi maka
kandungan O2 akan menjadi rendah.
Pertumbuhan tanaman merupakan parameter penting dalam
menilai tingkat kesuburan suatu tanah karena dapat menggambarkan
bukan saja kadar hara tersedia yang dapat diserap dari dalam tanah
namun juga menggambarkan berbagai proses fisiologis yang terlibat
dalam proses tersebut di dalam tanaman yang tercermin dalam
penampilan tanaman. Dan aspek ini tidak dapat diidentifikasi oleh
analisis kimia yang hanya menggambarkan kadar hara berdasarkan
kemampuan ekstraktan dalam mengekstraksi hara dalam tanah atau
tanaman.
Sebenarnya tidak ada hal yang khusus dan unik tentang tanah
tropis yang tidak diketahui melalui hasil analisis. Hal yang khusus dan
17

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

unik sebenarnya adalah bagaimana sifat-sifat tanah dan pengelolaaannya


dalam lingkungan tropis. Jadi lingkungan tropislah yang menjadi alasan
kekhususan daerah tropis.
Daerah tropis adalah bahagian dunia yang berlokasi di antara
23,5 o LU dan 23,5 o LS dari garis ekuator. Daerah tropis menempati 38%
dari permukaan bumi yang luasnya sekitar 5 milyar hektar dengan jumlah
penduduk 45% dari populasi dunia yang mendiami sekitar 72 negara
yang kebanyakan termasuk negara sedang berkembang.
Temperatur
Alasan memilih letak tempat berdasarkan garis lintang (latitude)
karena memudahkan dalam menetapkan batas temperatur udaranya,
dimana daerah tropis merupakan bagian dunia dengan variasi temperatur
rata-rata bulanan 5 o C atau kurang di antara 3 bulan terpanas dan 3 bulan
terdingin. Rata-rata temperatur semusim umumnya turun 0,6 o C setiap
kenaikan 100 meter.
Temperatur yang rendah tetapi konstan di dataran tinggi tropis ini
merupakan satu alasan mengapa tanaman daerah sedang (temperate)
tertentu seperti apel dan pir yang membutuhkan kondisi cukup dingin
untuk produksi tinggi memberikan hasil yang kurang baik di daerah
tersebut. Temperatur tanah di daerah tropis termasuk regim isothermik
yaitu beda antara rata-rata temperatur musim panas dan musim dingin
pada kedalaman tanah 50 cm atau pada kontak litik kurang dari 5 o C.
Radiasi Matahari
Daerah tropis menerima lebih banyak radiasi matahari untuk
proses fotosintesis dibanding daerah sedang (temperate). Sekitar 56
59% dari radiasi matahari dapat mencapai permukaan daerah tropis,
sedangkan di daerah sedang hanya sekitar 46% pada lintang 40 o dan 33%
pada lintang 60 o. Terdapat lebih banyak sinar ultra violet dan biru violet
yang mencapai permukaan tanah tropis dibandingkan daerah sedang.
Fotoperiodisme (Panjang Hari)
Panjang hari di daerah tropis umumnya lebih pendek
dibandingkan daerah sedang. Panjang hari berubah sepanjang tahun,
bervariasi dari nol di ekuator hingga 2 jam 50 menit pada lintang 23,5 o.
Tumbuh-tumbuhan tropis dapat dianggap sebagai tumbuhan berhari
pendek, tetapi banyak juga yang peka terhadap panjang hari, seperti
beberapa varitas padi dimana perubahan panjang hari sebesar 10 menit
dapat mencegah pembungaan. Tidak seperti di daerah sedang, di daerah
tropis panjang hari dan radiasi matahari tidak berkorelasi baik.

18

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Curah Hujan
Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat penting untuk
pertanian tropis, baik pada keadaan berlebih maupun kurang. Penyebaran
curah hujan merupakan kriteria utama yang digunakan untuk
mengelompokkan iklim tropis, seperti musim hujan atau musim kering.
Kelembaban merupakan faktor pembatas pada sekitar lahan
yang dapat di tanami di daerah tropis. Curah hujan semusim bervariasi
dari nol hingga 10.000 mm dan secara umum menurun dengan
menaiknya letak lintang, tetapi bentuk wilayah dan kondisi lainnya saling
berhubungan juga.
Iklim basah meliputi sekitar bagian wilayah tropis terutama
yang dekat garis ekuator, meliputi lembah Amazon, Kongo, sebahagian
besar Indonesia, Malaysia dan sebahagian Philiphina, sedikit di pesisir
Atlantik Amerika Tengah, pesisir Pasifik Kolombia, pantai Afrika Barat
dan Pulau-pulau di Pasifik.
Sifat Fisik Tanah
Sifat fisik tanah merupakan faktor yuang bertanggung jawab
terhadap pengangkutan udara, panas, air dan bahan terlarut dalam tanah.
Sifat fisik tanah sangat bervariasi pada tanah tropis. Oksisol dan Andisol
secara umum dianggap memiliki sifat fisik paling baik, sedangkan Ultisol
dan Alfisol peka terhadap erosi karena teksturnya yang berat. Beberapa
sifat fisik dapat berubah dengan pengelolaan, seperti temperatur tanah,
permeabilitas, kepekaan terhadap aliran permukaan (run-off) dan erosi,
kemampuan mengikat dan mensuplai air untuk tanaman dan lain-lain.
Sifat dan ciri mineral liat lebih bervariasi di daerah tropis
dibandingkan daerah sedang. Sifat-sifat mineral dan pertukaran ion
merupakan faktor pembatas pada tanah dengan kandungan liat silikat
berlapis yang tinggi seperti kaolinit, montmorillonit dan illit. Umumnya
tanah-tanah tropis mengandung jenis mineral liat tersebut dalam jumlah
cukup banyak.
Pemahaman yang cukup tentang sifat fisik maupun kimia seperti
reaksi pertukaran ion, hubungannya terhadap kelompok tanah tertentu
dan beberapa tindakan pengelolaan yang dapat memperbaiki kapasitas
tukar kation tanah, menjadi dasar yang cukup penting dalam pengelolaan
kesuburan tanah.

Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Pertumbuhan


Air dan Tanaman
Sebahagian besar air yang diserap tanaman ditranspirasikan,
sebahagian ditahan dalam bentuk cairan sel dan sebahagian lagi dipecah
19

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

untuk mengambil hidrogen dan oksigen untuk menyusun karbohidrat.


Kekurangan air akan berakibat lebih buruk dibandingkan jika kekurangan
faktor lain, karena sangat pentingnya fungsi air dalam tubuh tanaman.
Peran tersebut tergambar dalam hubungan tanah-tanamanair, yang
memperlihatkan keadaan (a) kandungan air dalam tanaman (b) air dan
proses tumbuh (c) pergerakan air dan penyediaan air bagi tanaman (d) air
tanah dan ketersediaan unsur hara dan (e) pengaruh merusak akibat
kelebihan air.
Air mengisi 75% jaringan tanaman dan pada bahagian jaringan
muda seperti pucuk tanaman jagung mengandung 95% air, tetapi untuk
tanaman berkayu kandungan airnya beragam menurut musim. Air
dibutuhkan tanaman untuk membentuk karbohidrat, menjaga hidrasi
protoplasma dan sebagai pengangkut dan translokasi makanan dan
mineral. Tegangan air internal di dalam sel, dapat mengurangi
pembelahan dan perpanjangan sel tanaman. Kandungan protein dalam
gabah juga dapat dipengaruhi oleh tingkat ketersediaan air.
Manfaaat ketersediaan air yang cukup antara lain adalah
perkembangan dan pertumbuhan akar lebih cepat dan pertumbuhan
tanaman juga menjadi lebih dipercepat. Tetapi kelebihan air malah dapat
berakibat buruk seperti terbentuknya senyawa beracun (H2S, CH4, NO2
dan logam terlarut), kekurangan O2 untuk pernafasan dan terhambatnya
pembentukan nitrat akibat terjadinya denitrifikasi.
Temperatur dan Tanaman
Satu jenis tanaman menginginkan temperatur yang berbeda
dengan tanaman lain, terutama dalam pembentukan biji, temperatur
merupakan faktor kritis. Kisaran suhu untuk kehidupan organisme adalah
35 oC sampai 75 oC, sedangkan kisaran untuk pertumbuhan tanaman
pertanian lebih sempit yaitu 15 45 oC. Sinar matahari yang merupakan
sumber panas untuk tanaman, hanya sekitar 25% yang sampai ke
permukaaan bumi. Panas tersebut kembali diradiasikan tanah dengan
panjang gelombang () yang lebih panjang, yang lebih efektif
memanaskan udara dibanding radiasi langsung matahari. Pertumbuhan
akar tanaman dipengaruhi oleh temperatur tanah, dimana semakin tinggi
temperatur dari titik minimum menuju optimum, pertumbuhan akar
semakin bertambah, tetapi selanjutnya menurun kembali setelah
mencapai titik tertentu.
Secara langsung suhu mempengaruhi fotosintesa, respirasi,
permeabilitas dinding sel, serapan air dan unsur hara, transpirasi, aktivitas
enzim dan koagulasi protein. Jika cahaya merupakan faktor pembatas,
maka suhu memberikan pengaruh yang kecil terhadap fotosintesa, tetapi
jika CO2 menjadi faktor pembatas dan intensitas cahaya tidak, maka
fotosintesa akan meningkat dengan meningkatnya suhu.
20

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Untuk tanaman di daerah sedang, suhu optimum untuk


fotosintesa lebih rendah dibanding suhu optimum untuk respirasi,
akibatnya tanaman penghasil tepung seperti jagung dan kentang
memberikan hasil lebih tinggi di daerah beriklim sejuk dibanding daerah
yang lebih panas. Temperatur udara dipengaruhi oleh letak tempat pada
suatu lintang (latitut), tinggi tempat dari muka laut (altitut) dan
kandungan air (kelembaban).
Atmosfir dan Tanaman
Oksigen (O2) yang dibutuhkan tanaman bagian atas untuk
pernafasan diperoleh dari atmosfir, sedang untuk akar diperoleh dari
udara tanah. Selain O2 tanaman juga mengambil CO2 dari udara. Tata
udara tanah yang jelek akan mengurangi penyerapan air terutama
disebabkan oleh bertambahnya tekanan parsial CO2. Selain itu gas yang
terbebaskan selama proses anaerob juga dapat mengurangi serapan air.
Sifat Fisik Tanah dan Tanaman
Pengaruh langsung struktur tanah terhadap tanaman adalah
terhadap daya tembus akar, sedang pengaruh tidak langsung melalui
hubungan udara dan air yang dipengaruhi oleh berubahnya persentase
pori non kapiler. Tipe struktur tanah terbaik adalah butiran (granular) dan
remah (crumb), karena terdapat keseimbangan udara dan air di dalam
tanah yang memungkinkan penembusan akar menjadi lebih mudah.
Tekstur terbaik untuk pertumbuhan adalah lempung (loam) yaitu kelas
tekstur dengan perbandingan pasir, debu dan liat yang hampir sama.
Faktor Biota
Pemupukan berat dapat menperhebat pertumbuhan vegetatip
tanaman, tetapi ini justru dapat mengundang datangnya organismeorganisme hama dan penyakit. Ketidakseimbangan ketersediaan hara
untuk dapat diserap tanaman juga merupakan alasan untuk timbulnya
penyakit.
Pertumbuhan Tanaman dan Cara Pengukurannya
Perilaku pertumbuhan tanaman antara lain merupakan respons
terhadap macam-macam perlakuan termasuk pemupukan. Ada beberapa
model matematika untuk melukiskan pertumbuhan tanaman dan untuk
memprediksi hasil tanaman yang dapat diharapkan jika penambahan
unsur hara tersedia untuk tanaman diketahui.
Pola umum hubungan pertumbuhan dengan waktu adalah terjadi
peningkatan yang lambat pada awal pertumbuhan lalu diikuti dengan
pertumbuhan yang cepat kemudian terjadi pertambahan perlahan-lahan
dan akhirnya tetap. Pola pertumbuhan ini merupakan pola kurva sigmoid

21

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan tanaman adalah fungsi dari berbagai aspek


lingkungan atau faktor-faktor tumbuh yang dapat dianggap sebagai
variabel yang besar dan kombinasinya akan menentukan besarnya
pertumbuhan yang akan terjadi. Secara sederhana diilustrasikan sebagai:
G = (X1, X2, X3 ..Xn) . (1)
Dimana G adalah beberapa ukuran pertumbuhan tanaman dan X1, X2, X3
Xn adalah bermacam-macam faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan. Jika hanya satu faktor yang berada dalam keadaan kurang,
maka peningkatan jumlah dari faktor tersebut akan menghasilkan
peningkatan pertumbuhan, tetapi bukan berupa hubungan linier yang
sederhana.
Mitscherlich (1909) mengembangkan persamaan yang
menghubungkan pertumbuhan dengan suplai hara. Hasil pengamatannya
menunjukkan bahwa jika tumbuhan diberikan semua unsur hara dalam
jumlah cukup kecuali satu unsur dalam keadaan kurang, maka
pertumbuhan tanaman akan proporsional dengan jumlah hara yang
merupakan faktor pembatas tersebut. Hukum ini tampaknya sejalan
dengan Hukum Minimum yang dikemukakan oleh ahli kimia Jerman
Justus von Liebig. Mitscherlich menyatakan hubungan tersebut dengan
persamaan:
dy/dx = (A y) C .. (2)
Dimana dy/dx = peningkatan hasil sebagai akibat penambahan jumlah
faktor tumbuh dx, dx = penambahan faktor tumbuh x dalam jumlah yang
bervariasi, A = hasil maksimum yang dicapai jika semua faktor tumbuh
dalam keadaan optimum, y = hasil yang diperoleh setelah diberikan
sejumlah tertentu faktor tumbuh x dan C = konstanta yang tergantung
sifat-sifat faktor tumbuh. Nilai C diperoleh 0,122 untuk N, 0,60 untuk
P2O5 dan 0,40 untuk K2O. Yang menjadi kelemahan persamaan ini adalah
sesungguhnya nilai C tersebut dapat berbeda-beda tergantung jenis
tanaman, kondisi iklim, sifat tanah dan lain sebagainya.
Prinsip yang sama dikembangkan juga oleh Spillman pada
tempat dan waktu yang berbeda. Ia menetapkan hubungan tersebut
sebagai:
y = M (1 R x) .. (3)
Dimana y = jumlah pertumbuhan akibat pemberian sejumlah tertentu
faktor tumbuh x, x = jumlah faktor tumbuh, M = hasil maksimum yang

22

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

dicapai jika semua faktor tumbuh dalam keadaan optimum dan R =


konstanta. Persamaan (2) dan (3) dapat disederhanakan menjadi:
y = A (1 10 cx) (4)
Persamaan (4) tersebut dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
logaritma yaitu:
Log (A y) = log A c (x) .... (5)
Dimana nilai konstanta c adalah 0,301 dan nilai A dianggap 100%.
Jika hasil perhitungan persamaan tersebut dibuat dalam bentuk
grafik maka diperoleh kurva dalam bentuk kurvilinier sesuai kaidah
hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (Law of Deminishing
Return) seperti Gambar 2 berikut:
100 hasil
maksimum
(%)
80 -

60 -

40 -

20 0

|
2

|
4

|
6

|
|
8
10
jumlah faktor tumbuh x

Gambar 2.
Persentase hasil maksimum sebagai fungsi peningkatan akibat penambahan
faktor tumbuh x

Satuan unit faktor tumbuh sering dinyatakan dengan istilah baule


yaitu jumlah yang diperlukan untuk memproduksi hasil sebesar 50% dari
hasil maksimum yang mungkin dicapai. Jika semua faktor tumbuh berada
dalam keadaan optimum, kecuali satu yaitu x, maka penambahan satu
satuan faktor x ini akan memproduksi hasil 50% dari hasil yang akan
dicapai, tetapi jika ada 2 faktor pembatas yaitu x1 dan x2 maka
penambahan masing-masing faktor sebanyak 1 baule hanya akan

23

Bab 1. Sejarah Kesuburan Tanah dan Pertumbuhan Tanaman

menaikkan hasil sebesar 25% dari hasil maksimum dan demikian


seterusnya. Hubungan ini dinyatakan dengan persamaan berikut:
y = A (1 10-0,301 x1) (1 10-0,301 x2) ... (6)
Modifikasi konsep persamaan Mitscherlich-Spillman dilakukan
Bray berdasarkan sifat mobilitas hara dalam tanah. Dikatakan bahwa jika
mobilitas hara dalam tanah menurun, maka jumlah hara tersebut yang
diperlukan untuk memproduksi hasil yang maksimum akan semakin
meningkat dari nilai variabel. Bray memodifikasi persamaan
Mitscherlich-Spillman menjadi:
Log (A y) = log A c1b cx .. (7)
Dimana c1 = konstanta efisiensi b dan b = jumlah unsur yang tidak mobil.
Dari persaman di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
semakin banyak faktor pembatas pertumbuhan pada suatu lahan, maka
akan semakin banyak masukan yang harus diberikan dan semakin kecil
kenaikan hasil yang akan diperoleh. Hal ini sejalan dengan konsep
penilaian dalam evaluasi lahan dimana jika semakin banyak faktor
pambatas pertumbuhan dan semakin sulit pengelolaannya maka semakin
rendah nilai mutu lahannya.
Respon tanaman terhadap faktor pembatas ganda, umumnya
mengikuti Hukum Faktor Pembatas (Law of Limiting Factor) yaitu:
Pengaruh suatu faktor menjadi kecil ketika terdapat faktor pembatas
pertumbuhan lain dan pengaruhnya menjadi paling besar ketika semua
faktor lain terdapat pada kondisi optimal. Interaksi dua faktor tumbuh
dapat digambarkan pada Gambar 3 berikut.
8 Bahan
Kering

8 -

Bahan
Kering

P1

6 -

6-

4 -

P1

4 -

P0

2 -

P0

2 No

N1
(a)

No

N1
(b)

Gambar 3.
(a). Kurva divergen yang menunjukkan interaksi positip dan
(b). Kurva konvergen yang menunjukkan interaksi negatip
Akibat pemupukan N dan P
24

Kesuburan Tanah dan Pemupukan

Penelitian pemupukan tanaman umumnya dilakukan dengan


percobaan faktorial untuk melihat interaksi dari dua atau lebih faktor
tumbuh yang diberikan. Selanjutnya untuk menyelidiki hubungan yang
terdapat antara hasil akibat pemberian pupuk atau sifat-sifat tanah lainnya
dapat dilakukan dengan persamaan regresi sehingga diperoleh nilai
koefisien determinasi dan korelasinya.

Soal-Soal
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Jelaskan pengertian kesuburan tanah dan produktivitas tanah!


Jelaskan sejarah perkembangan penelitian tanah!
Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan (growth)?
Ada 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Jelaskan
dengan singkat!
Mengapa pertumbuhan tanaman merupakan parameter penting
dalam evaluasi kesuburan tanah? Jelaskan!
Jika ada 1 faktor pembatas pertumbuhan, kemudian ditambahkan
faktor tumbuh sebanyak 1 baule, berapa peningkatan pertumbuhan
yang terjadi. Hitung juga jika terdapat 2 faktor pembatas, dan
penambahan 2 baule faktor tumbuh!
Jelaskan kaitan antara persamaan Mitscherlich-Spillman dengan
konsep evaluasi lahan!

25

Anda mungkin juga menyukai