penegakan
keadilan
(law
enforcement).
Ketiga
untuk
umum
secara
resmi
masuk
dalam
perundang-
1 Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara, Naskah Akademik
Rancangan Undang-Undang Lelang Biro Hukum-Sekretariat Jenderal, Jakarta, 18 Februari 2005, hal. 4.
Efisiensi
dan
tertib
administrasi
dan
pengelolaaannya.
2. Memberikan pelayanan penjualan barang yang bersifat cepat,
aman, tertib dan mewujudkan harga yang wajar.
3. Mengumpulkan penerimaan Negara dalam bentuk Bea Lelang.
Fungsi Publik lelang yang pertama berkaitan dengan kedudukan
lelang dalam kerangka sistem Hukum Indonesia. Lelang sebagai
sarana penjualan barang, diperlukan guna melangkapi sistem hukum
yang telah dibuat terlebih dahulu (BW,HIR,Rbg). Penjualan barang
secara lelang dirasakan sebagai alternatif yang tepat karena yang
diperlukan adalah suatu sistem penjualan yang subur harus
menguntungkan dan objektif, juga harus memenuhi rasa keadilan,
keamanan, kecepatan, dan diharapkan dapat mewujudkan harga
wajar serta menjamin adanya kepastian hukum.
Fungsi publik lelang yang kedua terutama berhubungan dengan
tindak lanjut dari barang barang Negara yang dihapus atau tidak
dimanfaatkan lagi dari pengelolaan atau penguasaan Negara yang
karena sesuatu hal ingin dijual termasuk barang yang dikuasai
Negara, asset BUMN atau BUMD, barang barang yang tidak
bertuan, barang temuan, dan sebagainya. Adil bila barang barang
yang dibeli dari uang rakyat yang dikumpulkan oleh Negara dalam
bentuk pajak, retribusi, dan lain lain dijual kembali kepada rakyat
dengan cara penjualan yang terbuka, objektif, kompetitif, dan cepat
serta aman. Untuk menjamin terciptanya penjualan yang adil, maka
ditetapkanlah lelang sebagai sarana penjualan barang barang
Negara tersebut terakhir dengan Keputusan Presiden No. 16 tahun
1994.
Fungsi publik yang ketiga berkenan dengan penerimaan Negara
berupa Bea Lelang yang dikenakan kepada penjual dan pembeli atas
harga pokok lelang. Disamping itu lelang menghasilkan penerimaan
Negara berupa uang miskin yang dibebankan kepada pembeli lelang
dan menjadi bagian dari penerimaan dana sosial Departemen Sosial.
Menurut Pasal 1 angka 14 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK. 06/2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06?2013, yang dimaksud dengan
Pejabat Lelang adalah Orang yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan
penjualan barang secara lelang. Artinya Pejabat Lelang atau Juru
Lelang adalah orang yang diberi wewenang khusus oleh menteri
Keuangan untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan Pasal 1a Vendu Reglemant dan Pasal 2 Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013, maka
setiap pelaksanaan lelang tidak boleh dilakukan selain oleh dan/atau
di hadapan Pejabat Lelang. Apabila ketentuan ini dilanggar, maka
akan didenda maksimal gulden dan perbuatan pidananya dipandang
sebagai pelanggaran 2.
2 Usman Rachmadi. Hukum Lelang. Sinar Grafika. Jakartta.2016. Hal 35
atau melalaikan
sepakat
kedua
belah
pihak
dan
persetujuan
harus
pembuktian
tertulis
walaupun
masih
dibawah
yang
warisnya
cukup
serta
bagi
sekalian
yang
pihak
dan
mendapat
ahli
hak
daripadanya yaitu tentang segala hal yang tersebut di dalam surat itu.
Kemudian dijelaskan pula dalam Pasal 1868 KUH Perdata yang
menyatakan: Suatu akta otentik adalah suatu akta yang dalam bentuk
yang ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan
pejabat umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta
dibuatnya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bahwa akta otentik harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan
undang-undang dimaksudkan pembuatannya harus memenuhi
ketentuan undang-undang.
2. Bahwa akta otentik pembuatannya harus dilakukan dihadapan/oleh
pejabat umum. dihadapan yang dimaksud di sini adalah bahwa
akta tersebut dibuat atas permintaan para pihak yang menyatakan
niat / isi serta syarat-syarat perjanjian yang dikehendaki.
Ketentuan akta otentik sebagai alat pembuktian terdapat pada hukum
pembuktian yang diatur dalam Buku IV KUH Perdata dan HIR/RIB.
Sedangkan
pejabat
membuat akta otentik untuk menjamin bahwa isi dari akta itu
sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar, oleh karena itu isi
dari akta otentik dianggap tidak dapat disangkal kebenarannya atau
akta otentik itu membuktikan kebenaran seluruh isinya, kecuali dapat
dibuktikan sebaliknya. Berbeda denganakta otentik, akta dibawah
tangan akan mempunyai kekuatan pembuktian jika tanda tangannya
diakui atau dianggap diakui kebenarannya, kemudian dalam Pasal 165
HIR tersebut diatas menyatakan bahwa : Akta otentik merupakan bukti
yang
cukup,
didalamnya
yang
berarti
perjanjian
yang
dinyatakan
berdasarkan
Pasal
106/PMK.06/2013
58
Peraturan
tentang
Petunjuk
MenteriKeuangan
Pelaksanaan
Lelang
Nomor
yang
menyatakan bahwa : lelang dihadiri para pihak yaitu penjual dan pihak
pembel lelang, kedua belah pihak dikenal atau dikenalkan kepada
para
tempat, hari, bulan dan tahun pembuatan risalah lelang; Pejabat Lelang
membacakanakta dihadapan para penjual dan pembeli lelang, ditandatangani semua pihak dan penegasan,pembacaan, penerjemahan dan
penanda-tanganan pada bagian penutupakta.
Sedangkan Syarat materil, Risalah Lelang memuat keterangan
kesepakatan parapihak antara penjual dan pembeli lelang, isi
keterangan perbuatan hukum(rechthandeling) yang bersegi dua berupa
jual
beli
melalui
(rechtbetrekking)
lelang
antara
atau
penjual
mengenaihubungan
dan
pembeli
lelang
hukum
dan
lelang
kepada
para
pihak
suatu
pembuktian yang
10
pada
pokoknya
harus
dianggap
benar. Hal
tersebut
telah
yang mendapat
3.
Ibid
11
hanya dapat didaftar jika dibuktikan dengan kutipan risalah lelang yang
dibuat oleh Pejabat Lelang.
Berdasarkan peraturan di atas, disebutkan bahwa yang berwenang
membuat suaturisalah lelang sebagai bukti peralihan hak adalah
seorang pejabat lelang.
Setelah terjadinya suatu lelang yang dilakukan pada Kantor Lelang,
maka pemenang lelang berhak mendapat risalah lelang sebagai bukti
peralihan hak atas tanah yang dimenangkannya tersebut. Pemenang
lelang wajib mendaftarkan tanah yang dimenangkannya kepada Kantor
Pertanahan untuk dilakukan pendaftaran atas peralihan hak tersebut,
sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, yang menyatakan :
(1) Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi
perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah
yang telah terdaftar.
(2) Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kantor Pertanahan.
Untuk
melakukan
suatu
pendaftaran
tanah,
pemohon
wajib
12
2. sertifikat hak milik atas satuan rumah susun atau hak atas tanah
yang dilelang jika bidang tanah yang bersangkutan sudah terdaftar
atau dalam hal sertifikat tersebut tidak diserahkan kepada pembeli
lelang eksekusi, surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang
mengenai alasan tidak diserahkannya sertifikat tersebut; atau
3. jika bidang tanah yang bersangkutan belum terdaftar, surat-surat
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b Pasal ini.
Dalam hal lelang eksekusi yang tidak diserahkan kepadanya
sertifikat asli atas hak tanah yang dilelang, maka pemenang lelang
dapat memohonkan penerbitan sertifikat baru dengan menyertakan
surat keterangan dari Kepala Kantor Lelang mengenai alasan tidak
diserahkannya sertifikat tersebut seperti yang telah dijelaskan pada
Pasal 41 ayat (5) huruf b angka 2, Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah tersebut diatas.
Permohonan
penggantian
sertifikat
baru
tersebut
dapat
yang
bersangkutan
yang
memuat
alasan
tidak
dapat
13
berlakunya lagi sertifikat yang lama dalam salah satu surat kabar harian
setempat atas biaya pemohon.
Dengan dibuatkannya sertifikat yang baru atas nama pembeli
lelang, maka telah kuatlah kedudukannya sebagai pemilik tanah
tersebut seperti yang dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah, bahwa pendaftaran tanah
tersebut
bertujuan
untuk
memberikan
kepastian
hukum
dan
pembatalan
atas
lelang
dan
memohonkan
pula
14
dapat
digugat
dan
dibatalkan
jika
terbukti
tidak
sah
Kepala
Kantor
Pertanahan
menolak
untuk
melakukan
Purnama T. Sianturi, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Jaminan Tidak Bergerak Melalui
Lelang, Mandar Maju, Bandung, 2007. Hlm. 141
15
masalah
dalam
suatu
penelitian
dimaksudkan
untuk
16
digunakan
untuk
membahas
rumusan
masalah
mengenai
8 SF. Marbun, Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1997.
hal. 154
17
diubah
dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
bahwa
pencurian,
pembunuhan
menurut
hukum
18
hak atas tanah maupun bagi masyarakat umum, melalui suatu proses
pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik mengenai
data fisik maupun data yuridis, dan kegiatan semacam ini dikenal
dengan sebutan pendaftaran tanah. Maka peralihan hak atas tanah
berdasarkan lelang harus didaftarkan.
dan
dirumuskan
definisi
operasional
sebagai
berikut
Lelang
Eksekusi
adalah
lelang
untuk
melaksanakan
diberi
wewenang
khusus
untuk
19
grosse
akta
hak
eigendom
yang
diterbitkan
berdasarkan
20
grosse
akta
hak
eigendom
yang
diterbitkan
berdasarkan
21
Kepala
Kantor
Pertanahan
menolak
untuk
melakukan
22
a. Sertifikat dan surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak
sesuai dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan.
b. Perbuatan hukum, yang tidak dibuktikan dengan akta PPAT atau
kutipan risalah lelang, kecuali dalam keadaan tertentu.
c. Dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan pembebanan
hak yang bersangkutan tidak lengkap
d. Tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan.
e. Tanah yang bersangkutan merupakan objek sengketa dipengadilan.
f. Perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau
dibatalkan oleh putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
g. Perbuatan hukum yang dibatalkan oleh para pihak sebelum
didaftarkan oleh Kantor Pertanahan9.
9 Loc.cet
23
24
yang memiliki
bahan
25
26